Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Relasi Padung-padung dan Gerga Tulak Paku dalam Arsitektur Tradisional Karo Ariani .; Imam Santosa; Achmad Haldani Destiarmand; Agus Sachari
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 9 No 1 (2022): April 2022
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.629 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2022.v09.i01.p06

Abstract

One of the rich traditions owned by the Karo tribe in North Sumatra is a variety of ornamental or gerga. Gerga is applied to traditional Karo architecture with the aim of beautifying and representing the belief and kinship system that forms the basis of the Karo people's cosmology. One of the organic-shaped gerga inspired by nature is tulak paku. The structure of gerga tulak paku also becomes a visual image based on various crafted objects, one of which is padung-padung. This large earring jewelry is worn by Karo women from certain classes and becomes one of the cultural identities of the Karo Tribe. By its structure and shape, padung-padung is assumed to originate from the application of gerga tulak paku. This study aims to determine the relationship between the ornamental elements of tulak paku applied to the padung-padung form, and its application in Karo traditional architecture. The research was conducted using technical analysis and interpretation adopting an aesthetic approach to describe three basic aspects of an artistic object or event, namely form, weight, and appearance. Based on the results of research, it is known that the element of the gerga tulak paku has a shape structure similar to padung-padung. Both have meanings related to human power and glory, thus their applications in traditional architecture are expected to bring ‘good’ impacts.Keywords: relation; padung-padung; gerga tulak paku; Karo traditional architecture AbstrakSalah satu kekayaan tradisi yang dimiliki oleh suku Karo di Sumatera Utara adalah ragam hias atau gerga. Gerga diterapkan pada arsitektur tradisional Karo dengan tujuan untuk memperindah sekaligus merepresentasikan sistem kepercayaan dan kekerabatan yang menjadi dasar kosmologi masyarakat Karo. Salah satu gerga berbentuk organis yang terinspirasi dari alam adalah tulak paku. Selain diterapkan pada rumah adat, struktur bentuk gerga tulak paku juga menjadi citra visual pada berbagai benda-benda kerajinan, salah satunya adalah padung-padung. Perhiasan berupa anting berukuran besar ini dikenakan oleh perempuan Karo dari kelas tertentu dan menjadi salah satu identitas kultural suku Karo. Ditinjau dari struktur bentuknya, padung-padung diduga berasal dari penerapan gerga tulak paku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relasi unsur ragam hias tulak paku yang diterapkan pada bentuk padung-padung, serta aplikasinya dalam arsitektur tradisional Karo. Penelitian dilakukan dengan teknik analisis dan interpretasi menggunakan pendekatan estetika untuk mendeskripsikan tiga aspek dasar pada suatu benda atau peristiwa kesenian, yaitu wujud, bobot, dan penampilan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa unsur gerga tulak paku memiliki struktur bentuk yang mirip dengan padung-padung. Keduanya memiliki makna yang berkaitan dengan kekuatan dan kemuliaan manusia sehingga penerapannya pada arsitektur tradisional diharapkan dapat membawa dampak kebaikan.Kata kunci: relasi; padung-padung; gerga tulak paku; arsitektur tradisional Karo
NILAI KREATIFITAS PADA KREASI KRIYA KERAMIK MAHASISWA 2010 DAN 2012 UPI Devi Astarina; Achmad Haldani; Bismo Jelantik
Jurnal Sosioteknologi Vol. 15 No. 3 (2016)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.2016.15.3.7

Abstract

Abstrak. Kreatifitas merupakan kemampuan seseorang untuk mencipta. Salah satu bidang ilmu yang dekat hubungannya dengan kreatifitas, ialah bidang ilmu Kriya, Desain, dan Seni Rupa. Untuk membedah kreatifitas di bidang tersebut, digunakan teori kreatifitas Primadi Tabrani dan teori visual A.A. M. Djelantik. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan instrumen observasi lapangan. Observasi lapangan dilakukan terhadap kreasi mahasiswa 2010 dan mahasiswa 2012 pada Mata Kuliah Kriya Keramik, Departemen Pendidikan Seni Rupa UPI. Dari hasil observasi lapangan, ditemukan beragamnya perbedaan visual. Permasalahannya adalah, sistem penilaian atau alat ukur kreatifitas cukup dengan menggunakan alat ukur visual, ataukah ada faktor-faktor lain yang harus pula diukur. Target dari penelitian ini, ialah mengidentifikasi sistem penilaian, serta merumuskan sistem penilaian yang relevan untuk mengukur kreatifitas. Hasil penelitian ini, menyebutkan bahwa ada cukup hubungan antara visual dengan kreatifitas sebuah kreasi. Namun, sistem penilaian kreatifitas, mencakup pula faktor-faktor lain. Seperti faktor konsep di dalam benak atau wawasan apresiator tentang bentuk-bentuk yang sudah dibuat sebelumnya, sejarah pendidikan yang tidak membina kreatifitas, teori belajar, serta latar belakang lingkungan yang kurang mendukung kreatifitas. Didapatkan kesimpulan akhir, bahwa sistem penilaian yang baik dan relevan dalam mengukur kreatifitas, ialah tidak saja menilai kreasi dari hasil, melainkan lebih penting menilai proses yang dilakukan mahsiswa. Juga tidak dengan cara membandingkan kreasi antar mahasiswa di kelas.  Karena setiap manusia, berbeda fisik, kreatif, dan rasionya, yang berarti berbeda pula latarbelakang lingkungan, tingkatan kreatif, serta selera keindahannya. 
UTILIZATION OF ‘TALI AIR’ BATIK STAMP IN EMPOWERING CREATIVE RESOURCE IN BANDUNG Ghaida Nasya Putri; Yan Yan Surnarya; Achmad Haldani Destiarmand
Jurnal Sosioteknologi Vol. 17 No. 1 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2018.17.1.10

Abstract

'Tali air' batik stamp is a tool to create batik which is a single perpendicular line stamp by using hot wax. 'Tali air' batik stamp has a great potential to create various main ornaments but this technique has not been utilized yet for designing fashion products from Bandung. In this study ‘tali air’ batik stamp is utilized in empowering creative resource in Bandung. Method used in the study is qualitative method that is exploration by observing and discussing as data collection techniques. The result of empowering in this study is a prototype of 'Tali air' batik stamp product. This study can be developed to utilize 'Tali air' batik stamp in empowering non creative society or creative resource from areas other than Bandung.
IDENTIFIKASI MINAT GENERASI Z TERHADAP RAGAM HIAS BATIK BELANDA Jesslyn Nadia Darmansa; Achmad Haldani; Chandra Tresnadi
Jurnal Sosioteknologi Vol. 18 No. 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2019.18.2.7

Abstract

Abad ke-21 adalah waktu saat orang hidup dalam dunia digital culture. Setiap aktivitas yang dilakukan masyarakat selalu berkaitan dengan teknologi digital dan internet. Hal ini mengakibatkan akses informasi dapat diperoleh secara mudah, bebas, dan luas. Hal ini berdampak pada generasi muda, terutama generasi Z, yang lebih memilih menikmati produk budaya dari luar negeri, dibandingkan budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana minat generasi Z terhadap ragam hias batik Belanda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kajian pustaka dan kuesioner. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur minat kaum muda terhadap ragam hias batik Belanda. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan kaum muda menyukai batik Belanda karena memiliki gambar dengan pewarnaan yang sangat halus dan indah. People in 21st century are dealing with and living in digital culture society. Most of their daily activities relate to digital technology and internet which provide convenient, fast, free, and broad access to information. The huge information access facilitates the young generation especially Generation Z who have much interest in global-worldwide phenomena than local culture. This research aims to identify the interest of Gen Z in batik Belanda decoration. The research is based on quantitative method. Data collection is performed through literature and questionnaire approach. The purpose of this research is to measure the Gen Z preference or interest in batik Belanda. The result of this research concludes that the Gen Z have much interest in batik Belanda decoration because batik Belanda design and colors are very soft and beautiful.
Potensi Limbah Padat sebagai Benang Gintir Berbasis Sistem Interlacing Nisa Fardani; Achmad Haldani Destiarmand; Andar Bagus Sriwarno
Journal of Visual Art and Design Vol. 7 No. 1 (2015): Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.vad.2015.7.1.2

Abstract

Sistem pengelolaan sampah di tempat pembuangan sampah menjadi masalah lingkungan yang besar seiring dengan pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia. Konversi limbah padat menjadi bahan bakar pelengkap untuk industri kertas juga tidak memberikan hasil yang signifikan untuk memecahkan masalah pencemaran udara pada saat karbon aktif dibebaskan dari proses pembakaran. Masalah ini secara khusus menuntut sistem pengelolaan sampah yang maju dan efektif secara terus-menerus. Baru-baru ini, optimasi pemanfaatan serat-limbah menjadi alternatif khusus untuk mengurangi tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah. Namun, tidak semua dapat didaur ulang. Karakteristik limbah padat berserat dari industri kertas tisu cenderung menurun gramaturnya, sehingga sangat disayangkan pemanfaatannya akan berkurang bahkan setelah proses daur ulang. Di sisi lain, struktur kimianya yang telah rusak selama proses produksi tampaknya menjadi semangat baru bagi industri tekstil di masa depan dalam mengembangkan teknologi daur ulang limbah padat berserat, yang menghasilkan benang tekstil generasi baru. Fokus dalam penelitian ini ditekankan pada penemuan tas yang terbuat dari bahan serat-limbah menggunakan metode eksperimental. Identifikasi karakteristik serat-sampah berbasis padat dikembangkan melalui teknik eksplorasi multi-ply yarns berdasarkan sistem interlace. Hubungan antara penciptaan produk dan forecasting  tren pada tahun 2013 akan menjadi analisis berikutnya sebagai salah satu cara untuk memecahkan masalah sampah.Kata Kunci: limbah; multi-ply yarns; sistem interlacing.The Potential of Solid Waste as Multiply Yarn Based on Interlacing SystemsSolid-waste disposal in landfills is becoming a massive environmental problem as a result of the growth of the pulp and paper industry in Indonesia. The conversion of solid waste to complementary fuel for the paper industry is also not giving any significant results to solve air contamination, as active carbon is released into the atmosphere by the burning process. This particular problem demands an advanced and effective continuous waste management system. Recently, optimized waste-fiber utilization has come forward as a promising alternative to reduce the waste pile in landfills. However, not all of it can be recycled. Fibered solid waste from the tissue-paper industry tends to decrease its grammage, which unfortunately will eventually reduce its utilization after recycling. On the other hand, its chemical structure, which has already been damaged during the production process, appears to be giving inspiration for a future textile industry based on the development of fibered solid-waste recycling technology, resulting in a new generation of textile yarns. In this research, the focus is on the invention of a handbag made from fiber-waste material using experimental methods. Solid-based fiber waste characteristics identification was developed through a multi-ply yarn exploration technique based on an interlacing system. The relationship between product creation and the trend forecasting for 2013 will be our next goal as one way of solving Indonesia's waste problem.Keywords: interlacing system; multi-ply yarns; waste.
Studi Komparatif antara Ragam Hias Batik Tradisional Bakaran dengan Ragam Hias Batik Keraton Surakarta Ulfa Septiana; Yan Yan Sunarya; Achmad Haldani
Journal of Visual Art and Design Vol. 5 No. 1 (2013): ITB Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakaran batik is a batik that is developed in Bakaran Village, Pati Regency at the North Coast of Java. Traditional ornaments in Bakaran batik show no influence from foreign cultures in general coastal batik, but are similar to the ornamentation of the Keraton Surakarta batik. This study aims to describe the elements of ornamentation and aesthetic characteristics of traditional Bakaran and Keraton Surakarta batik, and to identify the cause of the similarity between them. The conclusion is the ornamentation of Bakaran traditional batik and Keraton Surakarta one, have similarities to the main motive of the batik ornaments, that occur between Bakaran traditional batik and Keraton Surakarta one were caused by the trade relations between regions of both batiks in the past. There are also differences that characterize these batiks, the size and shape of the batik motifs on the traditional batik.
Pengaruh Modernisme terhadap Aplikasi Ragam Hias pada Desain Masjid Salman-ITB Karya Ahmad Noe’man Achmad Haldani Destiarmand
Journal of Visual Art and Design Vol. 3 No. 1 (2009): ITB Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/itbj.vad.2009.3.1.2

Abstract

This research will focus on the Ir. Achmad Noe'man perspective symptoms of decoration on the Salman ITB mosque that are designed around 5 (five) decades ago, namely in 1959. Methodologically this study is a descriptive research approach to the Social History of Art. Objects are selected based on observation and the assumption that the role of decoration in the mosque he designed had a very strong reduction compared to the tradition of decorating the mosque during this time both in Indonesia and foreign countries. Ornamental pattern as the heart of Islamic art is not as important anymore in the eyes of the architect. And of course it contains a variety of reasons or background concepts and ideas that cannot be separated from the situation at that time. In Salman mosque seemed how strong the desire of Achmad Noe'man to go with the flow and current popularity of modernism which is too simple and functional, also inspired by the purism, though as a Muslim architect, he has the concept and other perceptions about the value of beauty in a more contemplative and transcendent. That is, although the ideology that is reflected in the Salman mosque is very secular in accordance with the concept of modernism, but Achmad Noe'man not lose power as well as spiritual. From the observations made can be concluded that the spirit factor of the time was very influential towards the constellation of decoration on some modern mosques in Indonesia at that time (Istiqlal, for example), but understanding the sense in the application shift of decoration on the modern mosque's created by Noe'man Achmad means that it also refers to the private contemplation (inner value) which tend to be more stable than the influence of his understanding of the flow of thought, academic factors, political, and spirits that tend to be volatile times like a fashion phenomenon.
Batik Fractal: Marriage of Art and Science Yun Hariadi; Muhamad Lukman; Achmad Haldani Destiarmand
Journal of Visual Art and Design Vol. 4 No. 1 (2013): ITB Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

By applying Fourier Transformation, this paper shows that batik has fractal characteristic. This character is shown in batik's fractal dimension between 1 and 2. The isen process in batik is one factor that contributes to create self affine as one of fractal's important characteristic. Anova Test for fractal dimension in this method classifies batik according to patterns and its region. Fractal in batik shows the presence of complexity in traditional art. This complexity arises because the effort to obey pakem rule and media. Furthermore, the presence of fractal in batik becomes the foundation of this paper to create algorithm which will produce new kind of patterns: Batik Fractal. The method used for creating the pattern is L-System and Fractal Dimension. L-System is used to create pattern, while Fractal Dimension is used as a measurement tool for Batik Fractal to compare with traditional batik. Algorithm to create Batik Fractal has been developed into a software known as jBatik. As a software, jBatik becomes a helping tool for batik makers to create new patterns. jBatik v 2.0 has been used as a tool to create new batik patterns in creative industry by involving several batik makers.
Kajian Komponen Struktural Dan Fungsional Pada Kemeja Bermotif Batik Kontemporer Dalam Elemen Estetik Busana Sari - Yuningsih; Achmad Haldani Destiarman; Chandra - Tresnadi
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 18, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.887 KB) | DOI: 10.33153/glr.v18i1.3018

Abstract

Busana pria khususnya kemeja merupakan salah satu jenis busana yang tak luput dari perkembangan tren fesyen. Penggunaan kemeja berbahan batik kontemporer telah mengalami perkembangan yang pesat, hal tersebut nampak dari tampilan visual kemeja bermotif batik yang bervariatif, bahkan beberapa diantaranya cenderung tidak biasa dan unik, terutama dalam hal elemen estetik meski secara visual masih menampilkan motif-motif klasik. Fenomena tersebut belum banyak dikaji, untuk itu kajian ini bertujuan menganalisa elemen estetik yang terdapat pada kemeja bermotif batik kontemporer. Analisis dilakukan terhadap komponen struktural dan fungsional pada kemeja bermotif batik kontemporer untuk memetakan elemen estetik yang terkandung di dalamnya. Hasil kajian ini menunjukan adaya perkembangan elemen estetik dalam komponen struktural dan fungsional kemeja bermotif batik dalam persentasi yang kecil, hal tersebut dapat dilihat dalam detail kemeja yang menampakkan modifikasi pada kerah, yoke dan saku. 
PROSES VISUALISASI MOTIF BATIK MBOK SEMOK SEBAGAI MEDIA KONTEMPLASI PEMBATIK GIRILAYU DI KARANGANYAR JAWA TENGAH Desy Nurcahyanti; Agus Sachari; Achmad Haldani Destiarmand
Prosiding Seminar Nasional Pakar Prosiding Seminar Nasional Pakar 2019 buku II
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.4312

Abstract

Masyarakat Jawa masa lampau melakukan penyeimbangan jiwa dengan bertapa,laku prihatin, dan puasa. Salah satu aktifitas tradisi yang digunakan sebagaimedia kontemplatif adalah membatik. Aktifitas membatik bagi masyarakatGirilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, terutama kaum perempuanmerupakan pengisi waktu luang selepas menyelesaikan pekerjaan rumah tanggasekaligus sarana penyeimbang jiwa. Proses visualisasi hingga menciptakansuasana kontemplatif menarik untuk diteliti, salah satunya ke dalam motif batikMbok Semok yang kaya makna dan filosofi. Tujuan penelitian ini adalahmenjelaskan definisi, latar belakang, dan proses visualisasi motif batik MbokSemok sebagai media kontemplasi oleh pembatik di Girilayu. Metode penelitiankualitatif digunakan untuk mengetahui diskripsi makna tersirat maupun tersuratpada proses membatik di Girilayu. Pendekatan budaya lebih tepatnyaantropologi dari perspektif visual digunakan untuk mengetahui prosesperealisasian motif batik pada selembar kain. Analisis data menggunakan modelinteraktif Miles & Huberman. Proses visualisasi motif batik Mbok Semokmerupakan wujud keseimbangan tiga unsur, yaitu rat (dunia, alam pikir, logika),raga (tubuh), dan rasa (batin, jiwa, hati). Suasana kontemplatif diperoleh dariketenangan serta kepuasan batin pembatik Girilayu ketika mengurai motif batikpada selembar kain dengan melibatkan rat, raga, dan rasa.