Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

5. PENGARUH MULSA, MASUKKAN ORGANIK DAN PUPUK NPK TERHADAPSIFAT TANAH, PERTUMBUHAN DAN HASIL CABE (CAPSICUM ANNUM L.) PADA LAHAN KERING LOMBOK UTARA Bambang Hari Kusumo
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 13 No 3 (2003): Jurnal Agroteksos 3 Oktober 2003
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.427 KB)

Abstract

ABSTRAK Pemenuhan permintaan pasar akan cabe, dapat diupayakan melalui peningkatan produksi komoditi di lahan kering. Berkaitan adanya faktor pembatas lahan kering yang berkaitan dengan sifat tanah dan iklimn, maka diperlukan teknik budidaya cabe yang berbeda dengan lahan basah. Untuk mengatasi faktor pembatas tersebut antara lain ditempuh melalui pemanfaatan mulsa dan pupuk organik yang dipadu dengan pupuk anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa,masukkan organik, dan pemberian pupuk NPK terhadap bebrapa sifat tanah, pertumbuhan, dan hasil cabe. Penelitian dilaksanakan di lahan kering Amor-Amor Lombok Utara, dengan menerapkan rancangan acak kelompok lengkap yang ditata secara faktorial (3 x 3) dengan tiga ulangan. Faktor pertama Mulsa (M) yang terdiri dari 3 aras, yaitu M1 = Tanpa mulsa, M2 = mulsa jerami padi + tanaman legum, M3 = mulsa plastik perak hitam, dan faktor kedua Masukkan organik (pupuk kandang) dan pupuk NPK (O) yang terdiri atas 3 aras; O1= 5 ton per ha + (150 kg urea + 300 kg TSP + 262,5 kg KCl per ha), 02 = 10 ton per ha + (100 Kg urea + 150 kg TSP + 175 kg KCl per ha), 03 = 15 ton per ha + (50 kg urea + 100 kg TSP + 87,5 kg KCL per ha). Cabe yang ditanam adalah varietas Hot Beauty. sil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk organik yang dibarengi dengan pengurangan pupuk anorganik sampai batas tertentu dalam satu paket pemupukan, berperan dalam meningkatkan kadar bahan organik dan KTK tanah, disamping itu berperan pula menurunkan nilai BV dan permeabilitas tanah. Macam mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap sifat tanah. Perlakuan pupuk organik dan anorganik dengan kadar total unsur hara yang relatif sama tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan cabe, tetapi berpengaruh terhadap hasil cabe. Selain itu, mulsa plastik perak hitam dan mulsa jerami padi + tanaman legum, berpengaruh lebih baik terhadap produksi cabe daripada tanpa mulsa. ABSTRACT To meet demand on chilli, efforts to improve production of the commodity have been carried out through utilisation of dryland. Concerning the limiting factors of dryland relating to the soil characteristics and climate, specific technique of chilli cropping system is required which is difference from that in wetland. An effort aimed to overcome the limiting factors through the use of mulch, and application of organic and inorganic fertilisers. The objective of the research is to determine the effects of mulch, organic input, and NPK application on soil characteristics, the growth and yield of chilli. he research was carried out in a dryland of Amor-Amor, North Lombok, by applying a field experiment randomised completely block design arranged using factorial (3 x 3) with 3 replications. The first factor was mulch (M) consisting of 3, namely M1 = no mulch, M2 = rice straw mulch, and M3 = plastic mulch. The second factor was organic input OM + NPK (O), consisting of 3 levels, O1 = 5 ton OM + 150 kg Urea + 300 kg TSP + 162,5 kg KCl per ha, O2 = 10 ton OM + 100 kg Urea + 150 kg TSP + 175 KCl per ha, and O3 = 15 ton OM + 50 kg Urea + 100 kg TSP + 87,5 kg KCl per ha. The crop was chilli of Hot Beauty. sult indicates that the increase of organic input, incorporate with decrease inorganic fertilisers up to certain level of fertilisation package, could increase the content of soil organic matter and CEC, but decrease soil bulk density and permeability. Type of mulch did not significantly affect soil characteristics. Organic and inorganic fertiliser did not significantly affect crop growth, but yield. The plastic mulch and rice straw + legumes mulch had a better effect on yield of chilli than that of without mulch.
Peningkatan Kompetensi Petani Dalam Pengelolaan Hara Pada Pertanaman Jagung Berbasis Pemupukan Berimbang Di Kabupaten Dompu Lolita Endang Susilowati; Bambang Hari Kusumo
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.881 KB)

Abstract

Keterbatasan pengetahuan petani tentang pupuk dan pemupukan tanaman telah menyebabkan petani kurang memahami cara-cara pengelolaan hara tanaman yang efisien dan efektif dalam menopang pertumbuhan tanaman. Karenanya, kegiatan pengabdian dengan tema pengelolaan hara tanaman berbasis pemupukan berimbang perlu dilakukan dengan tujuan untuk (1) memperkaya pemahaman dan pengetahuan petani dalam hal pengelolaan hara tanaman jagung berbasis pemupukan berimbang; (2) mendiseminasikan teknologi pemupukan berimbang yang efektif dan efisien. Kegiatan pengabdian ini meliputi penyuluhan dan demfarm pemupukan berimbang di Desa Mumbu Kecamatan Woja Kabupaten Dompu pada musim tanam MK 1. Sebagai mitra kegiatan yaitu Kelompok Tani Bina Baru Desa Mumbu Kecamatan Woja Kabupaten Dompu dan PPL setempat. Pada kegiatan ini, tim pelaksana pengabdian bertindak sebagai fasilitator, PPL setempat bertugas mendampingi kegiatan demfarm yang dilakukan oleh petani. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan partisipatif dengan melibatkan mitra mulai dari awal sampai akhir kegiatan dalam mengambil keputusan. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa (1) petani dapat menjelaskan pengertian pupuk berimbang dan pegelolaan hara tanaman berbasis pemupukan berimbang; (2) petanin dapat menjelaskan keterkaitan mutu pupuk dan penggunaannya dalam pola pemupukan berimbang menurut kaidah pemupukan yang benar. Melalui kegiatan demfarm petani mempraktekan langsung pola pemupukan berimbang sesuai dengan kaidah pemupukan yang benar. Kegiatan demfarm menyadarkan petani bahwa kegiatan pola pemupukan yang tepat memberikan pengaruh terhadap hasil jagung yang lebih baik dibanding dengan pola pemupukan yang selama ini dilakukan oleh petani. Rerata hasil pipilan jagung dengan cara ditugal mencapai sekitar 12 ton per ha, sedangkan dengan cara disebar hanya mencapai sekitar 9 ton per ha.
Pelatihan Pembuatan Jaringan Irigasi Tetes PVC dan Penanaman Naga Untuk Peningkatan Ekonomi Lahan Kering di Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara. I Dewa Gede Jaya Negara; Bambang Hari Kusumo; Kisman; Tajidan; Lolita Endang Susilawati; Bambang Budi Santoso; Joko Priyono
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 5 No 3 (2022): Juli - September
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v5i3.2551

Abstract

Adanya pembangunan bak penampung air yang menampung air tanah, ketersdediaan airnya perlu dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya karena lahan yang ada sangat potensial untuk pertanian. Pemakaian air dalam melakukan irigasi yang kurang efisien tentu tidak diharapkan, karena air yang diangkat ke bak air menggunakan memerlukan biaya berupa pembayaran pulsa listrik sehingga perlu diperhitungkan secara ekonomi. Oleh karena itu agar air bak yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien maka perlu dilakukan pelatihan membuat jaringan irigasi hemat air seperti system tetes pada lahan kering sekitar lokasi bak air dengan tananamnya sebagai percontohan. Dengan upaya ini nantinya masyarakat sekitarnya akan dapat meniru dan membuat lahan-lahan pertanian baru, dalam meningkatkan ekonomi keluarganya masing-masing. Mengetahui potensi sumber air yang ada maka tim Unram ikut berpartisipasi memberikan pelatihan pembuatan jaringan irigasi tetes dengan tanaman naga sebagai percontohannya, yang diperkirakan akan memberikan nilai tambah secara ekonomi jangka panjang. Tanaman yang dipilih untuk ditanam adalah naga, karena tanaman ini mempunyai umur hidup cukup lama jika dibandingkan dengan tanaman hortikultura, tetapi secara ekonomi akan sangat membantu petani lahan kering yang ada . Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tani sekitar dalam pembuatan irigasi hemat air system tetes dengan pipa pvc dan mempu menggunakannya pada lahan pertanian naga. Pengabdian ini dilakukan oleh Tim Unram dengan tahapan; survey awal dan koodinasi, pelatihan pembuatan petak lahan dan jaringan irigasi tetes pvc, pemasangan ajir dari pohon banten sebagai tempat naga. Selama proses pelatihan , dilakukan diskusi dan tanya jawab, sedangkan evaluasi selain dilakukan pada pelaksanaan tetapi juga akan dilakukan diwaktu-waktu yang akan dating untuk memantau perkembangan usahataninya. Pelatihan ini diikuti secara sungguh-sungguh oleh warga masyarakat di lapangan, dan berhasil memesang jaringan irigasi tetes pipa pvc pada 1 petak lahan dengan tanaman naga. Setelah 1 tahun pelaksanaan pengabdian, tanaman naga telah berbuah dan hasilnya telah dirasakan oleh petani dan sangat membantu ekonomi masyarakat lahan kering setempat. Tim pengabdian sangat bersyukur karena warga telah dapat membangun lahan pertanian percontohan naga dengan irigasi tetes pvc, dan tim pengabdian memberi saran agar pemilik lahan tetap memelihara tananaman tersebut dan dapat menerima masyarakat yang berkunjung dalam mencontoh system irigasi dan pertanian yang dilakukannya. Dengan selesainya kegiatan tim pengabdian berterimakasih kepada semua masyarakat yang telah ikut membantu untuk suksesnya pengabdian ini.
Influence of biochar amendments on the soil quality indicators of sandy loam soils under cassava–peanut cropping sequence in the semi-arid tropics of Northern Lombok, Indonesia Sukartono Sukartono; Bambang Hari Kusumo; Suwardji Suwardji; Arifin Aria Bakti; Mahrup Mahrup; Lolita Endang Susilowati; Fahrudin Fahrudin
SAINS TANAH - Journal of Soil Science and Agroclimatology Vol 19, No 2 (2022): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/stjssa.v19i2.65452

Abstract

Low nutrient retention and soil organic matter depletion are the major challenges of the cropping system in the sandy loam soils of Northern Lombok, Indonesia. A field experiment was conducted to evaluate the influence of biochar-based organic amendments on the soil quality of sandy loam soils under cassava (Manihot Esculenta, Crants)–peanut (Arachis Hypogeae L.) cropping sequence. The treatments were as follows: biochar (10 ton ha-1) and rice straw  (3 ton ha-1)  (B1);  biochar  (10 ton ha-1), cattle manure (10 ton ha-1), and rice straw (3 ton ha-1) (B2);  biochar (10 ton ha-1)  and cattle manure (10 ton ha-1) (B3);  biochar (10 ton ha-1) and cattle manure (10 ton ha-1) plus rice straw mulch (3 ton ha-1) applied on surface soils (B4),  and without organic amendments (B0) as control. Results showed that the biochar-based organic amendments significantly improved several soil quality indicators such as SOC, total N, available P, Ca, cation-exchange capacity (CEC), and aggregate stability but had no significant effect on pH, K, and Mg. Improvement in soil quality was strongly indicated by an increase in the growth and yield of cassava and peanuts. Treatments B1, B2, B3, and B4 generally had a comparable effect on soil parameters and tended to improve the growth and yield of cassava and peanuts. Cassava was responsive to treatments B2 (biochar, cattle manure, and rice straw) and B3 (biochar and cattle manure) with its actual yield of 27 tons ha−1, which is a 40% increase compared with that in the control. As a secondary crop growing after cassava, peanuts also exhibited higher yields in all amended plots compared with that in the control. The highest yield was obtained in B2 (1.38 ton ha−1), followed by B4 (1.36 ton ha−1), B1 (1.33 ton ha−1), and B3 (1.25 ton ha−1). In conclusion, the incorporation of biochar, cattle manure, and crop residues (rice straw) into soils is a promising option to maintain soil quality and sustainably produce cassava and peanuts in the sandy loam soils of the semi-arid tropics of Lombok, Indonesia.
Dynamic of Change in Soil Physical Properties and SoyBean Growth through The Application of Biochar on Lombok Vertisols Sukartono; Rika Andrianti Sukma Dewi; Arifin Aria Bakti; Bambang Hari Kusumo
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 1 (2023): January - March
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i1.4590

Abstract

Vertisol is a type of soil whose mineral fraction is dominated by 2:1 type clay minerals (smectite) which have the property of swelling-shrinking periodically as the soil water content changes. However, these physical properties can be improved by the application of biochar so that it can support plant growth. The aim of this study was to evaluate the effect of biochar on changes in the physical characteristics of vertisols soils and growth performance of soybean plants. This research was conducted in Kawo Village, Pujut District, Central Lombok. This study was designed to test the application of two types of biochar, namely rice husk biochar (BS) and corn cob biochar (BJ) at several doses, namely 0, 15, 30 and 60 g/kg of vertisols soil and design using a randomized block design with 6 replications. The parameters measured were unit weight, soil density, porosity, soil tensile strength, available water capacity, aggregate stability, cole value, crack pattern and soybean growth test. The results showed that the application of biochar could improve the physical properties of vertisol soil and also has implications for improving the growth of soybean plants. Observational data showed that a dose of 60 g/kg of biochar, both rice husk and corn cob biochar, showed better changes in soil physical properties compared to biochar doses of 15 g/kg, 30 g/kg and without the addition of biochar. Besides that, the treatment of rice husk and corn cob biochar at a dose of 60 g/kg gave better vegetative growth of soybean plants.
PENGELOLAAN SAMPAH PARIWISATA DAN RUMAH TANGGA DENGAN SISTEM TERPADU DI GILI TRAWANGAN Jurnal Pepadu; Puji Hapsari Hurum; Lalu Arifin Aria Bakti; Sukartono Sukartono; Bambang Hari Kusumo; Suwardji Suwardji; Raehanayati Raehanayati
Jurnal Pepadu Vol. 4 No. 1 (2023): Jurnal Pepadu
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v4i1.2238

Abstract

Gili Trawangan adalah salah satu destinasi pariwisata yang terkenal di Lombok Nusa Tenggara Barat. Dimana wisatawan datang bukan hanya menikmati keindahan alam tapi tak jarang meninggalkan sampah yang menjadi permasalahan pada kawasan ini. Sekitar 71,19% (8,50 ton) dari total sampah pulau ini di buang ke tempat pembuangan akhir di Gili Trawangan yang mana 62,59% dari sampah yang dibuang tersebut adalah sampah organik dan sisanya sampah anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengelola sampah pariwisata dan rumah tangga menjadi produk bernilai tinggi seperti batako, cocopeat, vermikompos dan kompos organik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode partisipatif, yaitu dengan cara berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah. Dari hasil pengelolaan ini didapatkan produk seperti batako, cocopeat, vermikompos dan kompos organik yang bernilai jual tinggi dan dapat mengurangi sampah di Gili Trawangan sehingga dapat tercapai pariwisata berkelanjutan. Dari pengabdian ini diharapakan dapat menjadi sumbangsih mengurangi pencemaran lingkungan menuju Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Gerakan Penghijauan Masyarakat Lokal Gili Air Sebagai Kontribusi Dalam Pengurangan Emisi Karbon Di Pulau-Pulau Kecil Siska Ita Selvia; Sukartono; Lalu Arifin Aria Bakti; Suwardji; Bambang Hari Kusumo
Jurnal SIAR ILMUWAN TANI Vol. 4 No. 1 (2023): Jurnal Siar Ilmuwan Tani
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jsit.v4i1.82

Abstract

Pulau-pulau Kecil seperti Gili Air merupakan kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim. Tujuan dilaksanakannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Gili Air antara lain untuk mengedukasi masyarakat lokal mengenai jejak karbon, dampak beberapa aktivitas manusia terhadap peningkatan emisi karbon, dampak emisi karbon terhadap perubahan iklim dan dampak perubahan iklim khususnya di Pulau-pulau Kecil. Sasaran pengabdian kepada masyarakat ini adalah kelompok muda mudi Karang Taruna Gili Air (KTGA) dan Gili Care. Metode pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini berupa sosialisasi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang perlunya menjaga keberlanjutan lingkungan dan Gerakan penghijauan dengan melakukan penanaman 200 bibit pohon trembesi. Pohon trembesi merupakan salah satu pohon yang memiliki daya serab karbon sangat besar, yakni mencapai 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya. Gerakan penghijauan ini diharapkan mampu berkontribusi dalam penurunan emisi karbon di Pulau Gili Air. Hal ini juga merupakan Langkah mitigasi perubahan iklim di Pulau-pulau Kecil untuk meminimalisir terjadinya beberapa bencana seperti abrasi pantai, kenaikan muka air laut dan cuaca ekstrim. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah pengetahuan masyarakat meningkat dari 24% menjadi 85% dengan jawaban “iya”, yang berarti bahwa masyarakat mengerti terkait 8 pertanyaan dalam kuesioner yang dibagikan sebelum dan setelah sosialisasi. Selain itu antusiasme masyarakat saat melakukan penanaman pohon sangat tinggi. Hal ini tercermin dari semangat berjalan kaki dengan rute yang cukup jauh berkeliling di Pulau Gili Air untuk menanam bibit pohon trembesi.
Keakuratan Teknologi Near Infrared Dalam Mengukur Dan Memetakan Bahan Organik Di Pulau Lombok Hairul Azmi; Bambang Hari Kusumo; Bustan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek Vol. 1 No. 2 (2022): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jima.v1i2.1416

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keakuratan teknologi near infrared (NIRS) dalam mengukur dan memetakan bahan organik di Pulau Lombok. Pengukuran kandungan bahan organik tanah dilakukan dengan metode konvensional (Walkley and Black) dan NIRS pada panjang gelombang 1000-2500 nm menggunakan 130 sampel tanah (kedalaman 0-10 cm) yang mewakili kondisi tanah sawah di lokasi tersebut. Kemudian data yang diperoleh dibuat model Partial Least Square Regression (PLSR) untuk mendapatkan bentuk prediksi kandungan bahan organik tanah. Selanjutnya data hasil (Walkley and Black dan NIRS) digunakan dalam analisis spasial (Interpolasi), dan peta landuse Pulau Lombok untuk mendapatkan pola sebaran bahan organik tanah. Berdasarkan hasil analisis PLSR dengan uji PLSR predict diperoleh nilai kalibrasi yang tergolong baik (R2=2,01, RMSE=0,417, dan RPD=0,781). Peta yang dihasilkan dari analisis dengan metode konvensional dan NIRS menunjukkan pola sebaran bahan organik tanah relatif sama. Sehingga teknologi near infrared (NIRS) dapat menjadi pilihan untuk menentukan kandungan bahan organik tanah yang lebih cepat dan efisien.
Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Media Tanam Vertikultur pada Masyarakat di Gili Air Sukartono Sukartono; Siska Ita Selvia; Lalu Arifin Aria Bakti; Bambang Hari Kusumo; Suwardji Suwardji
Jurnal Gema Ngabdi Vol. 5 No. 3 (2023): JURNAL GEMA NGABDI
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jgn.v5i3.333

Abstract

Gili Air as one of the Small Islands in West Nusa Tenggara (NTB) has various geographical limitations and even has economic dependence on the tourism industry. The large number of tourists has an impact on the amount of waste generated every day. This is not balanced with optimal waste management in Gili Air, where waste from each household and tourism supporting facilities is just piled up, then taken by the transportation service (Gili Care) and disposed of in the TPA (Final Disposal Site) in Lombok Big Island. Waste management on Gili Air requires a large amount of money because you have to pay for transportation by boat. Some local people and owners of tourism-supporting facilities manage their waste by dumping it in pits or burning it. Some of them who know the economic value of inorganic waste sell directly cardboard, used bottles, iron and others to collectors or scavengers themselves. The waste bank in Gili Air has not run optimally, so the reduction in waste generation only comes from selling used goods individually. Based on these various problems, the service team carried out community service activities through outreach and training on the use of inorganic waste to become verticultural planting media which indirectly contributed to household-scale greening in Gili Air. The goal of this activity is to generate enthusiasm and participation from Karang Taruna Gili Air (KTGA) in terms of waste management. This service activity took place enthusiastically and actively involved KTGA, where the evaluation results showed that there was an increase in knowledge of 47%. The community's activeness in providing questions and responses is an asset for participatory community empowerment in Gili Air.
PELATIHAN PERSIAPAN LAHAN TANAM DAN TEKNIK PEMASANGAN JARINGAN IRIGASI TETES PABRIKASI DI DESA SALUT KABUPATEN LOMBOK UTARA: land I Dewa Gede Jaya Negara; Anid Spriyadi; I Dewa Made Alit Karyawan; Muh Bagus Budianto; Bambang Hari Kusumo; Kisman Kisman; Lolita Endang Susilawati; Bambang Budi Santoso; Joko Priyono; Tajidan Tajidan
Jurnal Abdi Insani Vol 11 No 2 (2024): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v11i2.1616

Abstract

In general, the potential for dry land in North Lombok Regency is very broad with low river water potential, including in Salut Village. This village is a fairly large area of ​​dry land and is a hilly area that has the potential to be used as agricultural land for horticultural crops. There is no surface water potential in this area and the only existing water source is groundwater, namely from deep groundwater wells. So the existing land has the potential to be used for farming seasonal crops such as chilies, tomatoes and others. However, because of the people's habit of carrying out agricultural activities in the rainy season, the land in the dry season is left idle. To increase land use in the dry season, it is necessary to encourage the creation of horticultural planting land so that in the dry season people can cultivate these crops. The aim of this service is knowledge and improving residents' skills in creating horticultural agricultural land for farming in the dry season using drip irrigation. This service stage consists of field inspection and outreach, land preparation practices and planting areas, preparation and installation of drip irrigation, discussions and questions and answers as well as evaluation. Finally, the community service has succeeded in training 7 community representatives in creating horticultural planting areas, such as clearing land, plowing, making plots and making beds. Participants were able to make planting beds because the plots of planting land were smaller and knew how to make and install drip irrigation in raised beds, and knew how to obtain and maintain it. The activity evaluation was carried out by the service team, when they saw the results of the land preparation during the implementation process by looking at their seriousness, the participants understood and gained additional knowledge in preparing planting land and installing drip irrigation networks on the land.