Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Gambaran Epidemiologi Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Raya Dalam Kabupaten Kubu Raya Firdaus, Erik; Saleh, Ismael; Alamsyah, Dedi
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 5, No 1 (2018): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.769 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v4i2.1270

Abstract

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (Studi Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak) Setyawan, Bagus; Saleh, Ismael; Arfan, Iskandar
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 3, No 1 (2016): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.829 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v3i1.358

Abstract

Benign prostate hyperplasia can lead to increase in size of the prostate that causes interruption of urination. So that can cause infection in the bladder. If the infection occurs then the flow of urine stops, for the diuretic must use a catheter. The incidence of BPH in Hospital Dr. Soedarso increased in 2012, 2013 and 2015. Genesis BPH occurs in lifestyle such as lack of exercise activity, mengkonsusmsi minunam alcohol and smoking behavior.The study aims to know correlation with the incidence of lifestyle Benign Prostate Hyperplasia Study in Hospital Dr. Soedarso Pontianak.This study uses a case design konntrol. The research sample of 62 people (31 cases and 31 controls) were taken with accidendal sampling techniques. The statistical test used chi-square test with 95% confidence level.The results showed that there is significant correlation between smoking habit (p value = 0.025, OR = 3,756, 95% CI = 1138-12391), exercise habits (p value = 0.039, OR = 2,968, 95% CI = 1039-8479. variable unrelated sexual activity (p value = 0.231), alcohol consumption (p value = 0.319). whereas the consumption of vegetables and fruits fiber foods can not be tested because the data are homogeneous.It is advisable to be held health promotion on a regular basis by using waiting room at the clinic Urology by using television media that are already available, and shaping clinical health promotion are about the factors the incidence of BPH for communities to implement prevention of a variety of factors that may cause the occurrence of BPH. Keyword         : BPH, smoking, sport
FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI KERAWANG KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA Nurhayati, Nurhayati; Saleh, Ismael; Trisnawati, Elly
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 1, No 1 (2014): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2032.314 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v1i1.96

Abstract

Latar Belakang : Penyakit filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Di Indonesia diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular filariasis lebih dari 125 juta orang. Jumlah penderita filariasis di Kalimantan Barat dari empat provinsi menduduki peringkat ketiga dengan jumlah 253 orang. Penderita filariasis di Kabupaten Kubu Raya yakni 45 kasus dengan Mf rate 11,7%. Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kerawang Kecamatan Batu Ampar pada tahun 2013 yaitu terdapat 24 kasus dengan Mf Rate 9,6%. Mikrofilaria Rete > 1% merupakan indikator suatu kabupaten atau kota menjadi daerah endemis filariasis.Tujuan : penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kerawang Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya. Metode : penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain kasus kontrol. Jumlah responden 72 orang (24 kasus dan 48 kontrol). Sampling dari populasi kasus dan kontrol dilakukan dengan teknik matching meliputi umur dan jenis kelamin. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi square. Hasil : penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kondisi dinding rumah (p value = 0,005 ; OR = 4,857), kondisi langit-langit rumah (p value = 0,001 ; OR = 6,929), Keberadaan kawat kasa (p value = 0,001 ; OR = 7,600), keberadaan semak-semak (p value = 0,005 ; OR = 5,909), kebiasaan menggunakan anti nyamuk (p value = 0,002 ; OR = 6,333), kebiasaan menggunakan kelambu (p value = 0.002 ; OR = 6,000) kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari (p value = 0,040 ; OR = 3,364) dengan kejadian filariasis. Saran: meningkatkan kerja sama lintas sektor dengan instansi terkait dalam penanggulangan penyakit filariasis seperti pengobatan massal. Merencanakan perluasan deteksi dini pada masyarakat mengenai penyakit filariasis agar dapat mengetahui efektifitas pemberantasan. Masyarakat diharapkan memperbaiki kondisi fisik rumah dan memperbaiki lingkungan sekitar rumah serta memperbaiki kebiasaan yang dapat menyebabkan terjadinya filariasis
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI TUBEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR Sufiati, Fitria Sawiyya; Mardjan, Mardjan; Saleh, Ismael
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 2, No 1 (2015): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1534.68 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v2i1.159

Abstract

Latar belakang : Metode kontrasepsi merupakan usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi akibat kehamilan. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga terkadang pemilihannya menjadi masalah bagi pasangan usia subur. Kontrasepsi tubektomi merupakan kontrasepsi jangka panjang (permanen) dan relatif tidak menimbulkan efek samping. Kontrasepsi tubektomi di anjurkan bagi pasangan usia subur yang sudah mempunyai anak minimal 2 orang dan usia ibu diatas 26 tahun. hal ini disebabkan karena kehamilan usia diatas 26 tahun berisiko tinggi dan sangat rentan terhadap penyakit. Di Indonesia Terjadi peningkatan signifikan AKI dari 228 (2007) menjadi 359 (2012) per 100.000 kelahiran hidup. Pemakaian kontrasepsi mantap khususnya Metode Operasi Wanita (MOW) di wilayah kerja Puskesmas Kec. Pontianak Kota 2010 dengan tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami penurunan yang signifikan dari 8,8%, 1,9% menjadi 0,3%. Pengguna tubektomi di Puskesmas Kec.Pontianak Kota yakni 59 kasus. Tujuan :Untuk mengetahui faktor resiko (faktor ekonomi, sosial budaya (kepercayaan) dan dukungan suami) dengan pemilihan metode kontrasepsi tubektomi pada pasangan usia subur di Puskesmas Kec. Pontianak Kota. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional bersifat analitik dengan rancangan penelitian case control. Ukuran sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 66 responden (22 kasus dan 44 kotrol). Uji statistik menggunakan analisis bivariat chi-square test dengan taraf signifikan 95% dan untuk mengetahui besarnya resiko menggunakan odds ratio (OR). Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor ekonomi (p 0,000), sosial budaya (kepercayaan) (p 0,034),dukungan suami (p 0,000) dengan pemilihan kontrasepsi tubektomi di Puskesmas Kec.Pontianak Kota. Saran : Para pekerja kesehatan dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran pasangan usia subur dengan memberikan perpanjangan berkelanjutan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi mereka dalam menggnakan tubektomi.
STUDI HIGIENE DAN SANITASI USAHA PANGKAS RAMBUT DI KOTA PONTIANAK Saleh, Ismael; Selviana, Selviana; Putra, Putra
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 5, No 2 (2018): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.772 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v5i2.1284

Abstract

FAKTOR RISIKO KEJADIAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUI KAKAP DAN PUSKESMAS SUI DURIAN Kusuma, Bagus Fendi; Saleh, Ismael; Selviana, Selviana
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 1, No 02 (2014): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.612 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v1i02.318

Abstract

Background: Typhoid fever is a life-threatening illness caused by the bacterium Salmonella Typhi. Typhoid and paratyphoid germs are passed in the faeces and urine of infected people. Children are the most vulnerable groups affected by typhoid fever. In 2014 (January-May), as many as 118 cases of typhoid fever occurred at work area of Puskesmas Sui Kakap. It was the highest rate of typhoid cases. Meanwhile, Puskesmas Sui Durian ranked the third of typhoid fever case. As many as 49 cases took place in 2014 (January-May).Aim: This study aimed to find out the correlation of typhoid fever cases in children at work area of Sui Kakap and Sui Durian public health centers.Method: A case control design was carried out in this study. The respondents were 50 children; 25 case group and 25 control group. They were selected by using simple random sampling. Then the data were statistically analyzed by using chi square test with the validity level of 95%.Result: The study revealed two findings. First, there were significant correlation of hand washing after defecation (p value= 0,024; OR=4,846), heating food habits (p value= 0,024; OR =3,77), instant food consumption (p value= 0,031; OR= 4,12), and typhoid fever in children. Second, there were no correlation of vegetables and fruits intake (p value =0,771), food presentation (p value= 0,702), and drinking water boiling method (p value=0,744).Suggestion: As a result, to avoid typhoid fever in children, parents should ask their children to wash their hands properly, direct them to pick healthy snacks, and heat the food before consumption (max. 6 hours after the initial cooking).Keywords: Typhoid, children, hand washing.
FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Tengah di Kota Singkawang) Julhana, Risa Alisanra; Hernawan, Andri Dwi; Saleh, Ismael
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 2, No 2 (2015): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.277 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v2i2.332

Abstract

Background : Low birth weight is defined as a birth weight of a liveborn infant of less than 2,500 g. It is considered as a major factor in the increase of mortality, morbidity, and disability in infants and children neonates. Also, it psychologically and physically raises long and short terms impacts for their future lives. The number of the low birth weight cases in Singkawang was 151 (3,9%) of 3.875 infants. In 2013, the same cases occurred at work area of Puskesmas Singkawang Tengah; 77 (5,93%) low birth weight cases and 3 mortality cases due to the low birth weight. Determinant factors of low birth weight cases were maternal, prenatal, and fetal factors. Therefore, this study is regarded important to be conducted as infants with low birth weight have significant contribution to mortality cases and are vulnerable to experience mental and physical developmental disorder.Objective : This study aimed at figuring out the correlation of social culture, prenatal care factors, and low birth weight cases.Methods : An observational analytic, as well as case control design, was carried out in this study. The respondents were divided into two groups; 22 case groups and 44 control groups. These sampling were grouped by using matching technique which includes age and parity. Then, the data were statistically analyzed by using Chi square test.Result : The study revealed two findings. First, the were correlation of parental roles (p value = 0,006; OR = 5,400), eating habits (p value = 0,015; OR = 4,333), and prenatal care (p value = 0,023; OR = 4,457). Second, there was no correlation of herbal medicine consumption and low birth weight cases.Conclusions : From the findings, the local public figures are encourage to socialize low birth weight preventions by providing grouped counseling and individual communication. Thus, the local people can increase their knowledge on nutrition and prenatal care information. At last, the cases of low birth weight can slowly be reduced.Keywords : parental roles, eating habits, herbal medicine, prenatal care, low birth weight
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTH (STH) DAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGUR Wulandari, Ayu; Saleh, Ismael; Selviana, Selviana
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 2, No 3 (2015): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1516.612 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v2i3.138

Abstract

Latar Belakang : Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Di beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan prevalensi kecacingan ditemukan pada semua golongan umur, namun tertinggi pada usia anak SD yakni 90 sampai 100%. Perilaku hidup yang bersih dan sehat merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Infeksi kecacingan dapat mempengaruhi proses kognitif sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Prevalensi kecacingan >10% melebihi target nasional yang ingin dicapai, sehingga perlu dilakukan penanggulangan yang lebih serius. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan infestasi cacing pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Punggur dan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa. Metode : Penelitian dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik proportional random sampling dengan jumlah 88 sampel. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,5% responden positif terinfeksi kecacingan. Variabel yang berhubungan yaitu kebiasaan defekasi (p value=0,007), kebiasaan menggunakan alas kaki (p value=0,041), kebiasaan mencuci tangan (p value=0,003), kebersihan kuku (p value=0,000) terhadap kejadian infeksi kecacingan, dan ada hubungan yang bermakna antara infeksi kecacingan dengan prestasi belajar siswa (p value 0,004). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu jajan (p value 0,068) dan kebiasaan bermain di tanah (p value 0,608). Saran : Diharapkan pada pihak Puskesmas Punggur untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada anak sekolah dasar seperti melakukan penyuluhan tentang PHBS serta aktif dalam kerjasama dengan lintas sektoral dalam pembentukan UKS di sekolah-sekolah. Adanya perhatian sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana kebersihan yang mudah dijangkau oleh siswa dan turut serta mengawasi kebersihan diri para siswa saat berada disekolah.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS OLEH ODHA WANITA USIA REPRODUKSI DI KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013 Faradina, Alfisahr; Saleh, Ismael; Taufik, Muhammad
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 1, No 1 (2014): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2029.273 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v1i1.106

Abstract

Latar belakang: HIV/AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut WHO (2011) diperkirakan sebanyak 3,4 juta anak hidup dengan HIV. Sebagian besar anak-anak tersebut tertular HIV dari ibu yang terinfeksi HIV selama kehamilan, kelahiran atau menyusui. Wanita dapat dikatakan sebagai sumber penular ganda penyakit HIV/AIDS yaitu bagi pasangan seksual dan anaknya.Oleh karena itu penting untuk dilakukan perilaku pencegahan penularan HIV oleh Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) wanita guna memenuhi hak-hak reproduksi wanita tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS yaitu pengetahuan, sikap, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lama menderita HIV, dan status mendapat ARV. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS oleh Orang Dengan HIV/AIDS wanita usia reproduksi di Kota Singkawang Tahun 2013. Metodologi: Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang diperoleh adalah 39 orang. Hasil: Analisa bivariat dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan pada variabel lama menderita HIV dan status mendapat ARV dengan perilaku pencegahan penularan HIV(nilai p=0,004;p=0,009). Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan dengan pencegahan penularan HIV (nilai p=0,446;p=0,060,p=1,000;p=0,156;p=0,399;p=1,000). Saran: Peningkatan pengetahuan ODHA harus terus dilakukan melalui konseling dan penyuluhan. Selain itu sosialisasi pencegahan HIV melalui penggunaan kondom perlu ditingkatkan.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA PETANI SAYUR DI DESA LINGGA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2017 Alamsyah, Dedi; Saleh, Ismael; Nurijah, Nurijah
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 4, No 2 (2017): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1057.193 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v4i2.858

Abstract

atar Belakang: STH adalah  nematode usus yang ditularkan melalui tanah dan sebagai infestasi  satu  atau  lebih  cacing  parasit  usus  yang terdiri dari golongan nematode usus. Pekerja pertanian seperti petani  sayur  yang  berhubungan  langsung  dengan  tanah  mempunyai resiko yang besar  untuk terinfeksi cacing ini. Ditemukan dari hasil survey yang dilakukan pada 10 sample fases responden didapatkan hasil 100% positif cacing.Tujuan penelitian: mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi cacing Soil Transmitted Helminth pada Petani sayur di Desa lingga Kecamatan Sungai Ambawang kabupaten Kubu Raya Pada Tahun 2017.Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah  observasional dengan pendekatan cross sectional. sampel dalam  penelitian  ini sebesar 50 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling dan analisis uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil: Dari 50 sampel yang diambil didapatkan bahwa 64% Sampel positif Mengandung telur cacing Soil Transmitted  Helminths. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara Kebersihan kuku (p = 0,047, PR = 1,785), Kebiasaan mencuci tangan (p = 0,018, PR = 1,672), penggunaan  tinja sebagai pupuk (p = 1,000 , PR =1,153), Penggunaan alat pelindung Diri (p = 0,023 , PR = 1,767).Saran: Berdasarkan  hasil  penelitian  disarankan  agar Perlu adanya penyediaan media informasi  terkait  Kesehatan  di tempat kerja tentang manfaat Penggunaan alat Pelindung Diri    (APD) serta sosialisasi  cara dan pentingnya mencuci tangan dengan baik, menjaga kebersihan perorangan, sehingga kedepannya nanti diharapkan dapat meminimalisir angka kejadian infeksi Soil Transmitted Helmith pada pekerja petani sayur.