Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ULKUS DIABETIKA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUD. DR. SOEDARSO DAN KLINIK KITAMURA PONTIANAK Mita, Gita; Saleh, Ismael; Marlenywati, Marlenywati
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 2, No 1 (2015): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1492.016 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v2i1.160

Abstract

Latar belakang : Penderita DM memiliki 15-25% berpotensi mengalami ulkus kaki diabetik selama hidup mereka, dan tingkat kekambuhan 50% sampai 70% selama 5 tahun. Angka kejadian Ulkus diabetika di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2011 proporsi Ulkus diabetika sebesar 3,19%, mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi sebesar 5,08%, dan tahun 2013 sebesar 5,41%. Ulkus bila terjadi infeksi tidak diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ulkus diabetika pada penderita diabetes mellitus di RSUD. Dr. Sodarso dan Kitamura Pontianak. Metode : Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Sampel penelitian sebanyak 74 responden (37 kasus dan 37 kontrol) diambil menggunakan teknik accidental sampling. Menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama menderita DM ≥8 tahun (p value = 0,019), riwayat ulkus sebelumnya (p value = 0,000), kebiasaan olahraga (p value = 0,000), kepatuhan berobat (p value = 0,010), keterpaparan asap rokok (p value = 0,005), perawatan kaki (p value = 0,027) dan penggunaan alas kaki (p value = 0,002). Variabel yang tidak berhubungan yaitu aktivitas fisik (p value = 0,352), kepatuhan diet (p value = 0,485), dan usia (p value = 0,772). Saran : Bagi RSUD. Dr. Soedarso dan Kitamura Pontianak untuk meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada penderita Diabetes Mellitus. Meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan olahraga secara rutin, pengobatan, menghindari paparan asap rokok, perawatan kaki teratur, dan penggunaan alas kaki yang tepat dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan sehingga komplikasi bisa diminimalisir.
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DENGAN KEJADIAN SICK BUILDING SYNDROME (SBS) (Studi Pada Pekerja di Kantor Bank “X” Provinsi Kalimantan Barat) Imran, Imran; Saleh, Ismael; Rochmawati, Rochmawati
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 4, No 1 (2017): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1182.291 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v4i1.843

Abstract

Kualitas udara dalam ruangan merupakan faktor yang signifikan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja. Buruknya kualitas udara dalam ruangan akibat keberadaan pencemaran udara (suhu, kelembaban, debu dan peralatan perkantoran) yang sangat berperan terhadap timbulnya Sick Building Syndrome (SBS).Kejadian SBS pada pekerja didalam berbagai survei beberapa penelitian di Indonesia proporsinya mencapai 41,3%–81%.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor lingkungan kerja dengan kejadian SBSdi Kantor Bank “X” Provinsi Kalimantan Barat.Penelitian ini menggunakandesaincross sectional. Sampel dalam penelitian ini 93 orang yang diambil dengan teknikproportional stratified random sampling. Uji statistik yang digunakanuji chi squaredengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian SBS sebesar 39,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan signifikan antara suhu ruangan (P value= 0,034, PR 2,353), keberadaan printer laser (P value= 0,027, PR 1,947), dan kepadatan pegawai (P value= 0,009, PR 2,042) dengan kejadian SBS. Adapun kelembaban (Pvalue= 0,275) dan debu total (Pvalue= 0,175) tidak ada hubungan dengan kejadian SBS.Disarankan untuk meminimalisir penggunaan peralatan kantor seperti printer laser sehingga polutan dari printer laser tidak dapat mempengaruhi udara dalam ruangan kantor dan memberikan tanaman hias di dalam ruangan untuk menguraikan udara tercemar dalam ruangan kantor.
FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK SELATAN Putriani, Annisa; Saleh, Ismael; Hernawan, Andri Dwi
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 1, No 1 (2014): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2029.666 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v1i1.102

Abstract

Latar Belakang:Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Pneumonia sangat berpotensi menular didalam rumah dengan kondisi yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pneumonia dapat muncul karena beberapa faktor risiko seperti faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian kamar, kelembaban, luas ventilasi, polusi udara didalam dan luar rumah, penggunaan racun nyamuk, serta keberadaan sekat dapur.Persentase penyakit Pneumonia pada tahun 2010 di Kalimantan Barat terdapat 4,77% dan tahun 2011 terdapat 4,71%, sementara UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatantahun 2013bulan Januari-Juli terdapat 124balitaPneumonia. Tujuan : penelitian ini adalahuntuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan. Metode :penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian Case Control dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden terdiri dari 34 responden kelompok kasus dan 34 pada kelompok kontrol. Hasil : penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara kepadatan hunian kamar (p value = 0,327), polusi udara (p value = 0,183), luas ventilasi (p value = 0,186), tingkat kelembaban (p value = 0,051), penggunaan racun nyamuk (p value = 0,709), keberadaan sekat dapur (p value = 0,045; OR = 0,244) dan polusi asap rokok (p value = 0,242) dengan kejadian Pneumonia pada balita di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan. Saran :kepada orangtua balita agar menghindarkan anak dari paparan polusi asap rokok, membangun rumah atau memilih rumah sesuai peraturan pemerintah sertamemperbaiki kondisi fisik dapur agar memenuhi syarat.
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH SISWA SMK NEGERI I KELAM PERMAI TAHUN 2015 Damayanti, Rinda; Saleh, Ismael; Dewi, Ria Risti Komala
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 4, No 1 (2017): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1201.5 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v4i1.848

Abstract

Latar belakang : Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah semakin meningkat. UNICEF pada tahun 2012 menyebutkan sekitar 110.000 jiwa remaja berusia antara 10 – 19 tahun meninggal dunia karena virus HIV, Ditjen PP&PL DepKes tahun 2014 menyebutkan kematian karena HIV/AIDS sebanyak 9.585 jiwa. Di Kabupaten Sintang tercatat 12 orang remaja usia di bawah 15 tahun mengidap HIV, 66 orang ODHA dengan usia 15 – 24 tahun. Di wilayah Kecamatan Kelam Permai sampai dengan pertengahan tahun 2015 tercatat 10 orang penderita HIV,sudah meninggal dunia 2 orang, dan hidup dengan Aids sebanyak 6 orang.Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah siswa SMK Negeri I Kelam Permai.Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 142 responden diambil menggunakan teknik simple random sampling. Menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ( p value = 0,005; OR = 0,147, 95% CI = 0,032 – 0,676), sumber informasi ( p value = 0,006; OR = 10,167, 95% CI = 2,252 – 45,904), teman sabaya( p value = 0,000; OR =11,375, 95% CI =2,476-52,249) dengan perilaku seksual pranikah siswa SMK Negeri I Kelam Permai. Variabel yang tidak berhubungan yaitu Religiusitas ( p value = 0,546; OR = 1,377, 95% CI = 0,486 – 3,904).Saran : Bagi pihak sekolah dapat mempertimbangkan untuk memasukkan kurikulum kesehatan reproduksi yang diberikan kepada siswa-siswi melalui bimbingan konseling yang lebih mendalam .
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI TUBEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR (Studi Kasus di Puskesmas Kec. Pontianak Kota) Sufiati, Fitra Sawiyya; Mardjan, Mardjan; Saleh, Ismael
JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan) Vol 1, No 02 (2014): JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.573 KB) | DOI: 10.29406/jjum.v1i02.324

Abstract

Background: Contraception method is an effort to reduce the high number of mortality and morbidity caused by pregnancy. each method have the pluses and the minuses so simetimes it selection become a problem for fertile age couple. Tubectomy contraception is a long term contraception (permanent) and relatively has noside efect. Tubectomy contraception suggested for the fertile age couple who have minimally 2 kids and the age of the mother 26 years old above. it’s because pregnancy that happen in fertile age couple over than 26 years old has a high risks and also the mother is very susceptible towards disease. There was a significant improvement in Indonesia MMR from 228 (2007) to 359 (2012) per 100,000 live births. The use of contraceptive methods in particular steady Operations Women (MOW) in Puskesmas Kampung Bali during the year 2010 to the year 2011 and in 2012 had a significant decrease of 8.8%, 1.9% to 0.3%. Users tubectomy at the City Health Center Kec.Pontianak 59 cases.Aim: The purpose of this study was to determine the risk factors (economic, social and cultural (beliefs) and husband's support) with the selection of contraceptive methods tubectomy in fertile couples in Kec. Pontianak City Health Center.Method: This study is an observational analytic study with case-control study design. Analysis of the data in the study covers univariate and bivariate analysis. the sample size in this study is as much as 66 respondents (22 cases and 44 controls). Statistic test using chi-square test bivariate analysis with significant standart 95% and using Odds Ratio (OR) to know the number of the risk.Results: The results showed that there is a relationship between economic factors(p 0.000), sociocultural (trust) (p 0.034), support the husband (p 0.000) with the selection tubectomy contraception in Kec. Pontianak City Health Center.Suggestion: The health workers and family planning field workers are expected to play an active role in increasing the awareness of fertile age couples by providing a sustainable extension to the community in order to increase their participation in unsing tubectomi.Key words: Economic Factors, Socio-cultural, husband support
English HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS saleh, ismael
JURNAL BORNEO AKCAYA Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Publik
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51266/borneoakcaya.v6i1.145

Abstract

The prevalence of obesity is increasing both globally and nationally from year to year. It was supported by the results of a preliminary study that showed 38% of health workers in a health center were obese. The main factor of obesity was caused by unbalanced eating patterns, energy consumption, carbohydrates, fat and lack of physical activity. The study aimed to determine the factors of eating patterns associated with the incidence of obesity in health workers in the primary health center. The research design was Cross Sectional. The population in this study was 55 people. The samples were selected by purposive sampling they numbered 47 people. The results showed that the diet associated with obesity of puskesmas workers included more energy consumption (p = 0,000), consumption of more carbohydrates (p = 0.004), consumption of more fat (p = 0,000), insufficient of sleep (p = 0,000) and history genetic (p = 0.011). Unrelated variables were rush eating behavior (p = 0.707), sleep after eating (p = 0.870). Related to the results of this study, the puskesmas need to make consumption change behavior program for the health workers through education and nutrition counseling and to increase physical activity to health workers regulary. Keywords: Eating pattern, Obesity, health workers, puskesmas
HUBUNGAN KADAR DEBU PM10 DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PABRIK CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT.X PROVINSI KALIMANTAN BARAT Anselma Anselma; Elly Trisnawati; Ismael Saleh
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.591 KB) | DOI: 10.29406/jkmk.v6i2.1768

Abstract

Debu PM10 sebagai jenis debu lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja, merupakan bahan partikel (particulate matter) yang apabila masuk ke dalam organ pernafasan manusia dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Penyakit obstruksi paru menduduki peringkat ke 5 sebagai penyebab kematian di tahun 2018 dan diperkirakan meningkat menjadi peringkat 4 pada tahun 2030 (WHO, 2018). Di Indonesia prevalensi gangguan fungsi paru obstruktif kronik sebesar 3,4% (Riskesdas, 2018). Pabrik CPO (Crude Palm Oil) PT.X Provinsi Kalimantan Barat mempunyai kadar debu 220 μg/Nm3. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar debu PM10  dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pabrik CPO (Crude Palm Oil) PT.X Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan observasi data sekunder (time series). Sample penelitian sebanyak 70 responden diambil menggunakan teknik purpose sampling. Menggunakan analisis regresi dengan tingkat kepercayaan 95% . Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara kadar debu PM10  dengan gangguan fungsi paru menunjukan terjadi hubungan terbalik, dimana semakin meningkat kadar debu maka kapasitas vital paru-paru akan semakin menurun, begitu pula sebaliknnya. Hubungan yang terjadi kadar debu PM10  dengan gangguan fungsi paru adalah hubungan yang lemah. Bagi PT.X diharapkan untuk menambah dan memasang local exhaust di area produksi, menyediakan masker berstandar SNI untuk pekerja dan melakukan KIE tentang bahaya lingkungan kerja serta paparan hazard di tempat kerja.
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI AMBAWANG Mardjan Mardjan; Ismael Saleh; Dian Lupita Kusumawati
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 6, No 3 (2019): Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.752 KB) | DOI: 10.29406/jkmk.v6i3.1773

Abstract

Posyandu adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada  masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Kurang berfungsinya Posyandu sehingga kinerja menjadi rendah. Kinerja posyandu dapat  dilihat  dari  penyelenggaraan Posyandu,  sehingga  mencapai  cakupan partisipasi masyarakat (D/S) sesuai dengan standar yang diberlakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan  kinerja  Posyandu di  wilayah  kerja  Puskesmas Sungai  Ambawang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 30 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ambawang. Uji statistik yang digunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayan 95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara swadaya masyarakat dengan kinerja Posyandu (p value=0,691, PR=0,786), tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan Posyandu dengan kinerja Posyandu (p value=0,104, PR=1,792), tidak terdapat hubungan yang bermakna antara partisipasi tokoh masyarakat dengan kinerja Posyandu (p value=0,491, PR=1,250). Disarankan kepada Puskesmas melakukan pembinaan berkesinambungan dan menyeluruh untuk seluruh kader, agar kader mampu memberikan penyuluhan dengan informasi yang baik dan benar.
Risk Factor of HIV Infection Among Young Agein Voluntary Counseling Testing (VCT) Clinics of Yogyakarta Ismael Saleh; Sumardi Sumardi; Lutfan Lazuardi
Tropical Medicine Journal Vol 3, No 1 (2013): Tropical Medicine Journal
Publisher : Pusat Kedokteran Tropis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1186.967 KB) | DOI: 10.22146/tmj.5825

Abstract

ABSTRACTIntroduction: HIV/AIDS is a health problem in the world. The Highest HIV/AIDS cases in Indonesia were reported in young age groups, including in Province of Yogyakarta (DIY). Knowing the determinant and risk factors of HIVis necessary to determine effective prevention programs, especially in young agewhich one of the vulnerable populations, either because of individual and family characteristics, media influence, peer pressure, substance use and risky behavior.Objectives: To know the relationship between risk factors for HIV infection amongyoung age in VCT clinic of Yogyakarta.Methods: This study used a cross-sectional design and the population was young clients at VCT clinics of Yogyakarta. Samples were obtained from VCT clinics of Griya LenteraPKBI Yogyakarta and Edelweis Clinics of Dr Sardjito Hospital. Variable risk factors were obtained byquestionnaire and interviews than HIV test results was obtained from VCT clinics.Results: Of the 62 respondents, 74.2% were female, age average were 24,4 years old, 41.9% level education were junior high school, 82.3% had migration, 62.9% received less monitoring from families, 61.3% ever use the TV / HP for pornography, 56.5% getting high sexual pressure from peers, 62.9% had been smoking and alcohol consumption, 98.4% had ever sexual intercourse, 95.2% had sexual intercourse in the last 6 months, 93.5% risky sexual intercourse, 32.3% HIV positive and 55% through heterosexual.Conclusion: HIV infection among young people in VCT Clinic of Yogyakarta, by bivariate analysis correlated with gender, residency status, education level, relationship with parents, TV / mobile and internet used to watch pornography. However, according to multivariate analysis, HIV infection correlated with education level at senior high school and college, residing with their parents/ family and in the last 6 months are still using alcohol and illicit drugs. It is recommended to enhance more comprehensive prevention for young people in accordance with the factors associated with HIV risk behaviour.Keywords: HIV infection, young age, individual characteristics, family, peers, media usage, substance use, risky behavior.
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK (USIA 4-6 TAHUN) DI 6 PAUD DESA KUALA DUA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI DURIAN Muhammad Arif Hendrawan; Andri Dwi Hernawan; Ismael Saleh
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 8 No 1 (2021): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/sel.v8i1.4701

Abstract

Berdasarkan data situasi dan analisis gizi di Indonesia pada tahun 2017, status gizi balita diukur dengan indeks tinggi badan per umur (TB/U). Provinsi dengan persentasebalita pendek dan sangat pendek terbesar adalah Kalimantan Barat (32,5%) dan terendah adalah Sumatera Selatan (14,2%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia 4-6 tahun di desa kuala 2 wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 242 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 69 orang anak usia 4-6 tahun, diambil menggunakan random sampling serta menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukan faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan anak berdasarkan indikator TB/U, yaitu riwayat ASI eksklusif (p=0,004) berat badan lahir rendah (BBLR) (p=0,003), imunisasi dasar (p=0,000), penyakit infeksi (p=0,000). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan pertumbuhan anak berdasarkan indikator TB/U yaitu usia saat hamil (p=0,103). Serta terdapat hubungan yang signifikan antara pertumbuhan anak berdasarkan indikator TB/U dengan perkembangan anak (p=0,000).Saran kepada Puskesmas Sungai Durian untuk melakukan kegiatan sosialisasi di masyarakat serta membuat program khususnya tentang pentingnya deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak, sehingga diharapkan dapat mengatasi gangguan tumbuh kembang anak di wilayah kerja puskesmas. According to the Indonesian ministry of health, 2017 the nutritional status of children under five as measured by the height per age index, the province with the largest proportion of short and very short children under five is West Kalimantan (32.5% ) and the lowest was South Sumatra (14.2%). The purpose of this study was to determine the factors that influence the growth and development of children aged 4-6 years in Kuala Village 2, the working area of Sungai Durian Health Center. This study was an observational analytic study with a cross sectional design. The population in this study was probably 242 people. The sample in this study may be 69 children aged 4-6 years, taken using random sampling and using chi-square test statistics. The results showed the factors associated with growth based on the indicator of height / age, namely a history of exclusive breastfeeding (p = 0.004), low birth weight (LBW) (p=0.003), basic immunization (p=0.000), infectious diseases (p = 0.000). Meanwhile, the factor that was not related to children's growth based on the indicator of height / age was the age at pregnancy (p = 0.103). As well as the significant relationship variable between children's growth based on the indicator of height / age with child development (p=0.000) It is suggested to Sungai Durian Public Health Center to carry out socialization activities in the community and create a program specifically on the importance of early detection of child developmental disorders, so that it is hoped that it can overcome child development disorders in the working area of the puskesmas.