Claim Missing Document
Check
Articles

Kunjungan Rumah Pasca Persalinan, Sebuah Strategi Meningkatkan Kelangsungan Hidup Neonatal Ronoatmodjo, Sudarto
Kesmas Vol. 4, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam beberapa dekade terakhir telah terlihat penurunan angka kematian anak di bawah umur lima tahun. Tetapi, penurunan pada angka kematian neonatal tidak menunjukkan penurunan yang bermakna. Kematian neonatal merupakan komponen penting jika ingin menurunkan angka kematian anak di bawah umur lima tahun. Kematian anak di bawah umur lima tahun merupakan tujuan ke-4 dari Pembangunan Milenium. Pada tahun 2000 sebanyak 130 juta kelahiran, sebanyak 4 juta mati pada masa neonatal, yang ini merupakan 2/3 dari kematian bayi. Dua pertiga kematian neonatal terjadi pada minggu pertama setelah kelahirannya. Dan 99%-nya terjadi di negara berkembang. Konsentrasi waktu terjadinya kematian neonatal mirip dengan waktu terjadinya kematian maternal. Kematian maternal terbesar terjadi saat trimester ke-3 masa kehamilan, masa persalinan dan seminggu setelah persalinan. Maka, intervensi untuk kematian maternal dan kematian neonatal harus dilakukan secara bersama. Bukti telah menunjukkan dengan upaya yang sederhana dengan berbasis masyarakat dapat menurunkan angka kematian maternal dan neonatal secara bermakna. WHO dan UNICEF pada tahun 2009 telah membuat pernyataan bersama, dengan judul: kunjungan rumah pada bayi baru lahir, sebuah strategi untuk meningkatkan kelangsungan hidup neonatal. Ada 7 butir rekomendasi yang perlu diperhatikan oleh negara yang ingin menurunkan angka kematian neonatal. Setiap negara harus mengevaluasi program yang sedang berjalan dan melakukan penyesuaian. The declining of children under five of age mortality has been seen over several decades. But the rate of neonatal death remains stagnant. Neonatal death is crucial if one want to decrease the under five mortality as it has been stated as the fourth goal of the Millennium Development Goals. At year 2000 there were 130 million births, among whom 4 million was died during neonatal period, which was 2/3 from the infant death. Two third of the neonatal death occurred at the first week of life and 99% happen in developing countries. The timing of maternal death mostly occurred at the end of pregnancy, at birth and within one week after delivery. Intervention of maternal and neonatal death should be done simultaneously. Evidence have showed that simple measures on community based approach are able to reduce neonatal and maternal mortality significantly. WHO and UNICEF in 2009 have made joint statement: “Home visits for the newborn child: a strategy to improve survival”. There were 7 points of recommendation that need to be addressed by countries who want to reduce neonatal mortality. Each country should look at the existing program and make necessary changes accordingly.
The Role of Resilience in Quality of Life in a Productive-Age Population During the COVID-19 Pandemic Nurcandra, Fajaria; Ronoatmodjo, Sudarto; Keliat, Budi Anna; Sudaryo, Mondastri Korib
Kesmas Vol. 18, No. 5
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The COVID-19 pandemic has impacted various sectors and may trigger a decrease in quality of life (QoL), so resilience is urgently needed. This study aimed to analyze the role of resilience in the QoL of individuals during the second wave of the COVID-19 pandemic in East Jakarta, Indonesia. An explanatory sequential mixed methods study was conducted with a cross-sectional design. The QoL was measured using the Indonesian-HRQoL on 300 respondents through multistage cluster sampling. The explanatory qualitative approach involved Focus Group Discussions and in-depth interviews. A Cox regression was used to analyze the quantitative data. The proportion of poor QoL was 26.30%. Poor resilience (individual, family, and community) contributed to poor QoL during the pandemic. Realistic perceptions determined the role of individual resilience in QoL concerning gratitude, sincerity, patience, mutual reinforcement, accepting circumstances, implementing health protocols, cognitive emotion regulation, adaptability, and optimism. The age of family decision-makers, social support, and self-control determined the role of individual resilience in QoL. The role of community resilience in mental-emotional disorders and QoL was determined by the stability of the education system, health system, political/government system, and pandemic management system.
Gambaran Demografi COVID-19 di Kabupaten Cirebon: The Demographic Factor of COVID-19 in Cirebon Wahidin, Dea Triasari Indriyanti; Sudarto Ronoatmodjo
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 7 No. 1: JANUARY 2024 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v7i1.4625

Abstract

Latar belakang: Sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus SARS CoV2 ditetapkan sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 setelah menginfeksi 118.000 orang di 114 negara hanya dalam waktu 3 bulan. Penyakit ini menyerang semua lapisan masyarakat sehingga menjadi tantangan global yang sulit dikendalikan. Tujuan: Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melihat gambaran demografi berdasarkan usia dan jenis kelamin di Kabupaten Cirebon dimana Kabupaten Cirebon adalah Kabupaten perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah Metode: Desain penelitian ini adalah observasional analitik potong lintang dengan sampel sebanyak 36.700 yang diambil dari laboratorium COVID-19 FK UGJ dalam rentang Januari 2022 - Juni 2022. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa penderita COVID-19 mayoritas adalah perempuan (56,7%) prevalensi usia tertinggi adalah pada kelompok usia 26-35 tahun (23,7%). Kesimpulan: Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Cirebon agar lebih meningkatkan lagi kegiatan promosi kesehatan dan mengajak masyarakat agar berperan aktif dalam upaya pencegahan penularan COVID-19.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PADA PASIEN TB DEWASA DI PUSKESMAS KECAMATAN TAPOS KOTA DEPOK TAHUN 2020-2022 (ANALISIS DATA SITB) Alimy, Rizky Andriani; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online) Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : Institut Penelitian Dan Pengambangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jcm.v3i2.1781

Abstract

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Dengan pengobatan yang benar, sekitar 85% penderita TB akan sembuh. Keberhasilan pengobatan TB dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, riwayat pengobatan, penyakit penyerta, akses ke fasilitas kesehatan serta dukungan sosial. Kota Depok memiliki angka keberhasilan pengobatan TB sebesar 84,84% pada tahun 2021. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan TB pada 6 puskesmas di kecamatan Tapos Kota Depok tahun 2020-2022. Penelitian ini menggunakan desain Crosssectional menggunakan data sekunder dari Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) Puskesmas. Sampel diambil dari populasi eligible yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi sebanyak 499 orang. Kriteria inklusi adalah pasien TB paru usia ≥ 15 tahun dan terdapat hasil pengobatan sedangkan kriteria eksklusi adalah data tidak lengkap. Penentuan sampel menggunakan total sampling. Keberhasilan pengobatan menjadi variabel terikat dan variabel bebas yaitu usia, jenis kelamin, status pekerjaan, pemeriksaan kontak, tipe diagnosa, riwayat pengobatan dan riwayat DM. Hasil menunjukkan keberhasilan pengobatan pasien TB paru dewasa sebesar 89.58%. Pada analisis hubungan menunjukkan tidak terdapat faktor yang berhubungan secara bermakna dengan keberhasilan pengobatan TB. Namun, faktor usia dan riwayat pengobatan masih dipertimbangkan. Pasien TB dewasa muda memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mengalami keberhasilan pengobatan dibandingkan pasien yang lebih tua. Pasien TB paru dewasa dengan riwayat pengobatan baru memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami keberhasilan pengobatan dibandingkan dengan pasien dengan riwayat pengobatan lama.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Alat KB dengan Pemakaian Kontrasepsi Modern pada Wanita Remaja Kawin di Pulau Jawa (Analisis SDKI 2017) Priskatindea, Priskatindea; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi pemakaian metode KB modern pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa tahun 2017 tergolong masih rendah, yakni 27,8%. Terbatasnya tingkat pengetahuan remaja mengenai pilihan kontrasepsi adalah salah satu hambatan pemakaian kontrasepsi pada remaja. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang alat/cara KB dengan pemakaian kontrasepsi modern pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menganalisis hasil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017. Sampel adalah 309 orang wanita berusia 15-19 tahun yang berdomisili di Pulau Jawa dengan status kawin. Pada hasil ditemukan sebanyak 62,4% responden memakai alat kontrasepsi modern. Berdasarkan Renstra BKKBN 2020-2024 angka ini masih dibawah target capaian modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) yakni 63,41%. Selain itu diketahui hanya 56,4% wanita kawin usia remaja yang memiliki tingkat pengetahuan alat/cara KB yang baik (mengetahui setidaknya 7 alat/cara KB). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang alat/cara KB tidak mempengaruhi pemakaian kontrasepsi pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa setelah dikontrol variabel paritas, pendidikan suami, pengambil keputusan KB, dan kepemilikan jaminan kesehatan (PR = 0,75; CI 95% 0,42-1,36). Kuesioner SDKI kurang dapat menggambarkan tingkat pengetahuan mengenai alat/cara KB karena kurang tereskplorenya pertanyaan yang digunakan sehingga hasil ini kemungkinan masih dipengaruhi adanya bias informasi. Studi ini merekomendasikan untuk dilakukan perbaikan pada pengukuran variabel pengetahuan pada survei selanjutnya dengan menggunakan definisi yang lebih spesifik sehingga dapat menggambarkan tingkat pendidikan responden dengan lebih akurat.
Determinan Konsistensi Penggunaan Kondom pada Laki-Laki Seks dengan Laki-Laki (LSL) Non-Pekerja Seks: Studi Potong Lintang Zulaikhah, Arum; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren kasus baru di dunia sudah mengalami penurunan. Laki-laki Seks dengan laki-laki (LSL) merupakan kelompok risiko tinggi HIV. Upaya pencegahan penularan HIV erat kaitannya dengan perilaku seks. Studi ini menggunakan 1.161 sampel Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2015 pada kelompok LSL yang termasuk bukan pekerja seks. Studi cross sectional ini bertujuan untuk menganalisis determinan perilaku seks konsistensi penggunaan kondom dengan analisis hingga bivariat dengan menggunakan chi-square dan prevalence ratio. Data didapatkan dengan metode respondent driven sampling (RDS) yang kemudian mengeksklusi LSL pekerja seks. Hasil menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten yaitu pengetahuan status HIV dengan prevalence ratio (PR) 1,14 (95% CI 1,02-1,28), pelayanan pencegahan dan penularan HIV dengan PR 1,18 (95% CI 1,06-1,33), serta akses terhadap internet tentang pencegahan dan penularan HIV dengan PR 1,16 (95 % CI 1,02-1,31). Sehingga, LSL yang tidak mengetahui status HIV diri sendiri, tidak mendapatkan pelayanan pencegahan dan penularan HIV, dan tidak mengakses internet mengenai pencegahan dan penularan HIV berisiko lebih tinggi untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks. Maka dari itu, perlu programprogram yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan LSL tentang status HIV dirinya sendiri, dan informasi mengenai pencegahan penularan HIV baik melalui program pelayanan maupun internet untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom pada LSL non-pekerja seks
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke pada Penduduk Usia >15 Tahun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Riskesdas 2018) Azzahra, Vika; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 6, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi stroke pada penduduk usia >15 tahun di Indonesia sebesar 7 permil dan mengalami kenaikan dari tahun 2007 yang sebesar 6 permil. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi kedua di Indonesia dan prevalensinya melebihi angka nasional yakni sebesar 10,3 permil pada tahun 2013. Tujuan studi ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke pada penduduk usia >15 tahun di Provinsi DIY. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Riskesdas 2018 Provinsi DIY sebanyak 6695 responden. Chi square dan regresi logistik ganda digunakan sebagai uji statistik pada penelitian ini. Hasil penelitian menyatakan prevalensi stroke pada penduduk usia >15 tahun di Provinsi DIY tahun 2018 sebesar 1,7%. Faktor yang memiliki hubungan statistik signifikan dengan kejadian stroke antara lain usia (POR=3,23; 95% CI=2,03- 5,13), aktivitas fisik (POR=2,86; 95% CI=1,90-4,31), hipertensi (POR=5,69; 95% CI=3,68-8,79), penyakit jantung (POR=2,57; 95% CI=1,47-4,48), dan diabetes melitus (POR=2,44; 95% CI=1,49-3,40). Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia, aktivitas fisik, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes melitus dengan kejadian stroke pada penduduk usia >15 tahun di Provinsi DIY
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Infeksi HIV pada Pengguna Napza Suntik (Penasun) DKI Jakarta Tahun 2013–2014 Inggariwati, Inggariwati; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 2, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi HIV pada kelompok Penasun selalu menduduki peringkat tertinggi dibanding kelompok populasi kunci lainnya. Studi cross sec tional dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi HIV pada populasi Penasun DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari pelaksanaan Sero Survei HIV/Sifilis yang terintegrasi dengan Survei Cepat Perilaku di DKI Jakarta pada tahun 2013 - 2014. Populasi penelitian ini adalah Penasun di DKI Jakarta, sampel 240, pemilihan sampel menggunakan metode RDS (Responden Driven Sampling). Model akhir analisis multivariate cox regression menunjukkan bahwa variabel yang paling berkontribusi terhadap infeksi HIV di kalangan Penasun adalah sikap sharing jarum suntik PR 2,42 (95% CI = 1,33 4,41) dan lama menjadi Penasun PR 1,78 (95% CI = 1,23 – 2,57). Sikap sharing jarum suntik walaupun hanya dilakukan sekali berdampak kuat meningkatkan risiko infeksi HIV dan variabel lama menjadi penasun berpengaruh terhadap melemahnya sikap konsisten untuk tidak shar ing jarum suntik.
Hubungan Diabetes Melitus dengan Hipertensi pada Populasi Obesitas di Indonesia (Analisis Data IFLS-5 Tahun 2014) Manik, Crysti Mei; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prevalensi obes di dunia tinggi. Data 2016 menunjukkan bahwa prevalensi obes meningkat 3 kali lipat yakni lebih dari 650 juta orang. Penderita diabetes melitus (DM) dan hipertensi banyak ditemukan pada populasi obes dan hal ini kemungkinan menunjukkan bahwa ada hubungan antara DM dengan hipertensi pada populasi obes. Di Indonesia prevalensi obes adalah 15.4%, DM 6.9% dan hipertensi 26.5%. Penelitian ini bertujuan melihat apakah ada hubungan DM dengan hipertensi pada populasi obes di Indonesia dengan menggunakan dataThe Indonesian Family Life Survey kelima(IFLS-5) Tahun 2014. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 712 orang dan analisis data menggunakan Cox regression.Dari 712 orang obes, 12.1% menderita DM. Pada kelompok obes dengan DM terdapat 84.9% hipertensi. Pada kelompok obes tidak DM terdapat 61.7% hipertensi. Nilai Prevalensi Rasio (PR) 1.3 (95% CI; 1.007-1.684), artinya pada populasi obes dengan DM berisiko terjadi hipertensi sebesar 1.3 kali lipat jika dibandingkan dengan terjadinya hipertensi pada populasi obes tanpa DM setelah di kontrol oleh variabel umur dan jenis kelamin. Proporsi hipertensi pada populasi obes di Indonesia adalah 64.5%, DM 12.1% dan hubungan DM dengan hipertensi bermakna. Berdasarkan hasil penelitian perlu peningkatan kualitas kelengkapan data penelitian, program skrining berat badan, tekanan darah dan gula darah secara rutin di masyarakat melalui posbindu PTM untuk mengurangi risiko terjadinya hipertensi, DM dan obes di masyarakat, penelitian lebih lanjut mengenai hubungan DM dengan hipertensi pada populasi obesitas di Indonesia.
Efek ASI Eksklusif terhadap Stunting pada Anak Usia 6-59 bulan di Kabupaten Bogor tahun 2019 Hikmahrachim, Hardya Gustada; Rohsiswatmo, Rinawati; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting, atau perawakan pendek, berhubungan erat dengan hambatan kemampuan kognitif dan kualitas hidup. Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8% tahun 2018. Stunting dipengaruhi pemenuhan nutrisi di awal kehidupan, salah satunya melalui ASI eksklusif. Meskipun cakupan ASI eksklusif di Indonesia sudah 74,5%, hubungan stunting dengan ASI eksklusif seringkali tidak konsisten akibat keberagaman kuantitas dan kualitas ASI. Penelitian ini ingin mengetahui efek ASI eksklusif terhadap stunting di Kabupaten Bogor, sebagai salah satu daerah tinggi stunting di Indonesia. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Februari sampai April 2019. Kriteria inklusi adalah balita usia 6-59 bulan yang berkunjung ke poliklinik. Informasi pemberian ASI eksklusif diperoleh dari wawancara terstruktur, sementara stunting ditetapkan dengan antropometri terstandar. Dari 162 balita, 117 (72,22%) mendapat ASI eksklusif dan 64 subjek (39,51%) mengalami stunting. Pada analisis multivariat, ditemukan interaksi pada strata usia ibu saat hamil > 30 tahun dan < 30 tahun, sehingga rasio prevalens (PR) ASI eksklusif terhadap kejadian stunting adalah 0,41 IK95% 0,23-0,74 dan 1,74 IK95% 0,93-3,24; p Mantel-Haenszel < 0,001 secara berturut-turut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ASI eksklusif dapat bersifat protektif terhadap stunting bila usia ibu saat hamil > 30 tahun. Selain meningkatkan cakupan, diperlukan upaya meningkatkan kualitas ASI eksklusif untuk mengoptimalkan upaya pencegahan stunting.