Claim Missing Document
Check
Articles

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPERAN TERHADAP KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH SELAMA MASA KEHAMILAN DI JAKARTA (ANALISIS DATA SKI 2023) Apprimadona, Hera; Ronoatmodjo, Sudarto
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.38770

Abstract

Anemia pada ibu hamil masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di Jakarta. Berdasarkan Riskesdas 2018, proporsi jumlah TTD ³ 90 tablet yang diminum selama kehamilan di Jakarta hanya sebesar 55,9%. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor yang berperan terhadap konsumsi TTD ³ 90 tablet selama kehamilan adalah status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, paritas dan frekuensi ANC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berperan terhadap konsumsi TTD ³ 90 tablet selama kehamilan di Jakarta.Data pada penelitian ini bersumber dari SKI 2023 khusus wilayah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2024. Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh perempuan hamil di Jakarta berusia 10-54 tahun, dengan populasi sumber adalah seluruh perempuan sedang hamil dan memiliki riwayat kehamilan di Jakarta berusia 10-54 tahun yang terpilih menjadi responden SKI 2023, analisis data memperhitungkan pembobotan  dan menggunakan cox regresi pada analisis multivariat. Pengaruh dinyatakan dengan Prevalensi Ratio adjusted (PR adjusted).Hasil analisis menunjukkan PR crude dari masing- masing variabel independen yaitu status menikah (PR:0,64), pendidikan ³ SMA(PR:1,08), bekerja(PR:1,05), paritas £ 2(PR:0,99) dan frekuensi ANC ³ 6 kali(PR:1,629), sedangkan PR adjusted untuk variabel frekuensi ANC ³ 6 kali(PR:1,63) signifikan secara statistik, sedangkan status menikah (PR:0,63) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari berbagai faktor seperti status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, paritas dan frekuensi ANC, hanya frekuensi ANC yang berpengaruh terhadap konsumsi TTD selama kehamilan di Jakarta.Terdapat hubungan signifikan antara frekuensi ANC ³ 6 kali terhadap konsumsi TTD ³ 90 tablet selama kehamilan di Jakarta, setelah dikontrol status menikah.
Studi di DKI Jakarta: Peran Karakteristik Pasien Dewasa dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru Salsabila, Atikah; Sudarto Ronoatmodjo
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 10 No. 2 (2024): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v10i2.289

Abstract

Latar belakang: Berdasarkan capaian tahun 2022 angka keberhasilan pengobatan kasus Tb di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022 sebesar 81%, yang mana angka ini belum memenuhi sasaran nasional sebesar 90% maupun capaian nasional sebesar 85.9%.Tujuan: untuk mengetahui faktor paling dominan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan Tb di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022. Metode: penelitian ini menggunakan desain studi Cross-sectional. Permintaan data SITB tahun 2022 kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dilakukan pada bulan Mei tahun 2024, sedangkan penelitian ini dilakukan  pada  bulan  Juni-September  2024. Sampel diambil secara total sampling dari populasi eligible yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien Tb paru dewasa berusia 19-59 tahun yang memiliki hasil akhir pengobatan sedangkan kriteria eksklusi adalah data hilang atau tidak lengkap, sehingga  total pasien yang diteliti yaitu  29.723 kasus. Hasil: keberhasilan pengobatan Tb di Provinsi Jakarta tahun 2022 adalah sebesar 80.5%.Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin perempuan (aPR;   1.305,   95%   CI; 1.16-1.47), kelompok usia dewasa (aPR; 1.29, 95% CI; 1.151-1.46), terdiagnosis klinis (aPR; 1.51, 95% CI; 1.38-1.69), dan sumber obat (aPR; 2.16, 95% CI; 1.32-3.54) dengan keberhasilan pengobatan Tb di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022. Kesimpulan: sumber obat menjadi faktor yang memiliki nilai prevalens ratio (PR) paling besar terhadap keberhasilan pengobatan
Ko-Infeksi TB-HIV terhadap Kegagalan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia Laili, Fitrianur; Ronoatmodjo, Sudarto; Murtiani, Farida
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 10 No. 2 (2024): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v10i2.309

Abstract

Latar belakang: Tuberkulosis merupakan infeksi oportunistik utama di antara orang dengan infeksi HIV. Berdasarkan data Kemenkes RI bahwa prevalensi ko-infeksi TB-HIV pada pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) di Indonesia tahun 2021-2022 sebanyak 3,1%. Sedangkan angka kegagalan pengobatan TB RO berkisar 50–55% (target 20%) di Indonesia. Tujuan: Menganalisis ko-infeksi TB-HIV terhadap kegagalan pengobatan pasien TB RO di Indonesia. Metode: Desain studi penelitian ini menggunakan kohort retrospektif dengan data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) tahun 2022-2023 di Indonesia dengan total sampling sebanyak 4.261 subyek. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square, uji stratifikasi dan regresi logistik berganda dengan metode backward. Hasil: Sebanyak 68,0% pasien TB RO dengan ko-infeksi TB-HIV mengalami kegagalan pengobatan di Indonesia pada tahun 2022-2023. Pasien ko-infeksi TB-HIV memiliki risiko 2,3 kali lebih besar (95% CI: 1,6 – 3,2) untuk mengalami kegagalan pengobatan TB RO dibandingkan pasien tanpa ko-infeksi TB-HIV setelah dikontrol variabel usia. Kesimpulan: Pasien ko-infeksi TB-HIV memiliki risiko lebih tinggi terhadap terjadinya kegagalan pengobatan TB RO di Indonesia.
Hubungan Komorbid Hipertensi dengan Kematian pada Kasus Konfirmasi COVID-19 di DKI Jakarta, Maret-Agustus 2020 Endang Widuri Wulandari; Sudarto Ronoatmodjo; Ngabila Salama
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 10 No 04 (2021): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v10i04.1026

Abstract

Pandemi COVID-19 berdampak pada kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi. Sampai dengan 31 Januari 2021 dilaporkan 1.078.314 kasus COVID-19 dengan 29.998 kematian (CFR: 2,78%) dari 510 kabupaten di 34 provinsi di Indonesia dengan kasus yang tertinggi dilaporkan dari DKI Jakarta sebanyak 269.718 kasus dengan 4.267 kematian. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi hipertensi di DKI Jakarta 10,17 %, lebih tinggi dibandingkan prevalensi hipertensi nasional (8,36%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara komorbid hipertensi dengan kematian COVID-19 di DKI Jakarta dengan menghitung Hazard Rasio (HR). Desain penelitian ini kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari laporan COVID-19 dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta periode Maret-Agustus 2020 dengan kriteria inklusi kasus konfirmasi COVID-19 yang dilaporkan pada periode Maret-Agustus 2020, bertempat tinggal di DKI Jakarta dengan data variabel yang diteliti lengkap. Data dianalisis menggunakan regresi cox proporsional hazard. Hasil penelitian didapatkan bahwa kasus COVID-19 dengan komorbid hipertensi mempunyai risiko 2,2 kali mengalami kematian dibandingkan dengan kasus COVID-19 tanpa komorbid hipertensi (HR 2,2 Pv < 0,001 95% CI 1,66-3,87) setelah dikontrol variabel perancu komorbid gagal ginjal kronik, kelompok usia, gejala klinis sesak nafas, malaise dan pneumonia. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus untuk pencegahan dan penatalaksanaan kasus COVID-19 dengan komorbid hipertensi untuk menurunkan risiko kematian.
Analisa Status HIV sebagai salah satu faktor yang meningkatkan risiko kematian pada pasien TBC RO dengan pengobatan jangka pendek di Indonesia tahun 2020- 2022 Maria Regina Loprang; Sudarto Ronoatmodjo
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 9 (2025): COMSERVA: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v4i9.2816

Abstract

Tuberkulosis (TBC) Resisten Obat (RO) tetap menjadi tantangan besar di Indonesia, dengan tingkat mortalitas tinggi, terutama pada pasien dengan koinfeksi HIV. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan status HIV dengan risiko kematian pasien TBC RO yang menjalani pengobatan rejimen pendek (9 bulan) di Indonesia periode 2020-2022. Desain kohort retrospektif digunakan dengan data dari Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB). Analisis survival dilakukan untuk menghitung probabilitas survival kumulatif dan tingkat mortalitas. Hasil menunjukkan pasien HIV tanpa ART memiliki risiko kematian tertinggi (74,14%), diikuti HIV dengan ART (22,92%), dan HIV negatif (11,72%). Probabilitas survival kumulatif pada bulan ke-12 adalah 86,6% untuk HIV negatif, 71,78% untuk HIV dengan ART, dan hanya 7,22% untuk HIV tanpa ART. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya ART dalam menurunkan risiko kematian. Distribusi pasien didominasi oleh kelompok usia produktif dan laki-laki, dengan konsentrasi terbesar di Jawa dan Bali. Kesimpulannya, status HIV dan akses ART merupakan faktor signifikan dalam pengelolaan TBC RO. Upaya deteksi dini, peningkatan akses ART, dan penguatan layanan primer diperlukan untuk menekan angka kematian
The association of sociodemographic and social capital with self-rated health: a microdata analysis of North Sumatera 2021 Lubis, Sri Novita; Ronoatmodjo, Sudarto; Martha, Evi; Besral, Besral
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 14, No 2: June 2025
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v14i2.25188

Abstract

Current research suggests a possible connection between social capital and its effect on self-reported health. However, this relationship has not been extensively studied in urban and rural regions of Indonesia. This research aimed to evaluate the differences in sociodemographic factors, social capital, and self-rated health between rural and urban populations and to identify sociodemographic and social capital elements related to self-rated health in the urban and rural areas of Sumatra Utara Province, Indonesia. This study makes use of secondary data from the Happiness Level Measurement Survey Report 2021. A two-stage, one-phase sampling method was employed for sample selection. The Chi-square test was utilized to examine the distribution of factors related to respondents in both urban and rural settings. Multivariable Cox regression analysis was conducted to determine associations with self-rated health. Our findings indicate that rural inhabitants exhibit a higher rate of poor self-rated health compared to their urban counterparts (p-value<0.001). Significant differences were observed between urban and rural areas in terms of sex, education, trust, social participation, and feelings of safety. The multivariable Cox regression analysis revealed that being younger, having higher education, possessing greater trust, and engaging in high social participation was associated with a lower risk of poor self-rated health for both urban and rural residents. Consequently, trust and social participation could reduce the occurrence of poor self-rated health.
Literatur Review: Pengaruh Teman Sebaya dan Perilaku Merokok pada Remaja Wijayanti, Eka; Ronoatmodjo, Sudarto
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v9i2.43680

Abstract

Pendahuluan: Perilaku merokok merupakan masalah masyarakat karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Masa remaja dianggap mampu membuat keputusan sendiri, termasuk dalam memilih untuk merorok. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 38 juta remaja berusia antara 13 dan 15 tahun merokok. Menurut penelitian Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan pada 2019, prevalensi perokok di kalangan siswa sekolah usia 13-15 tahun meningkat dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019). Tujuan: mengetahui adanya pengaruh teman sebaya terhadap keputusan remaja untuk memulai merokok. Metode: Studi literatur dilakukan dengan menggunakan database pencarian Google Scholar dan PubMed, dengan artikel terbiat dari tahun 2014 hingga 2024. Kata kunci yang berhubungan dengan topik dan judul penelitian digunakan dalam strategi pencarian literatur. Kata kunci dalam bahasa Indonesia adalah "Perilaku Merokok", "Teman Sebaya", "Perilaku Merokok pada Remaja", dan dalam bahasa Inggris adalah "Pengaruh Teman", "Grup Teman", "Perilaku Merokok", dan "Adolecents. Hasil: delapan artikel dikumpulkan yang menunjukkan hubungan antara teman sebaya dan perilaku merokok remaja. Kesimpulan: Teman sebaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan merokok remaja.
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI INDONESIA Febriyanti, Syeri; Ronoatmodjo, Sudarto; Helda, Helda; Riyadina, Woro; Endarti, Ajeng Tias
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.46514

Abstract

Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan masalah kesehatan dunia. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus meningkat setiap tahun. Penderita hipertensi di Indonesia didominasi oleh penduduk berjenis kelamin wanita. Pada wanita diduga salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan kejadian hipertensi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur 15-49 tahun. Desain penelitian adalah cross sectional yang menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpajan adalah 45.178 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok tidak terpajan adalah 30.845 yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi dengan nilai PR=1,05 (CI 95% 1,02-1,07). Terdapat pula hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi setelah mengendalikan umur dan indeks masa tubuh dengan nilai PR=1,10 (1,06– 1,12). Selain itu, pada penelitian ini juga menilai hubungan antara berbagai jenis kontrasepsi hormonal diantaranya kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan nilai PR=1,08 (CI 95% 1,05-1,12), kontrasepsi suntikan 1 bulan dengan nilai PR 0,99 (CI 95% 0,93-1,05), kontrasepsi implan PR 0,90 (CI 95% 0,84-0,96) dan kontrasepsi pil  PR 1,30 (CI 95% 1,23-1,35). Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur 15-49 tahun di Indonesia. Jenis kontrasepsi yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi pada wanita usia subur adalah kontrasepsi pil.
Determinants of adolescent reproductive health service quality in rural Asia: a systematic review Tanjung Sibarani, Lintang; Ronoatmodjo, Sudarto
BKM Public Health and Community Medicine Vol 41 No 06 (2025)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/bkm.v41i06.20626

Abstract

Purpose: The purpose of this systematic review is to identify and synthesize the determinants of adolescent reproductive health service quality in rural Asian settings, to inform improvements in service delivery. Methods: This study is a systematic review conducted in accordance with PRISMA guidelines to retrieve studies on factors affecting the quality of adolescent reproductive health services in rural Asia. After screening and eligibility assessment, 15 reviewed articles published between 2020 and 2024 met the predefined inclusion criteria and were selected for analysis. These studies encompassed both quantitative and qualitative research designs. Relevant data on determinants of service quality were systematically extracted and analyzed using narrative synthesis to identify, categorize, and summarize recurring themes across the selected literature. Results: The findings reveal that the reviewed studies identified a range of socio-cultural, geographical, and economic factors influencing the quality of adolescent reproductive health services. Socio-cultural factors emerged as prominent determinants, with issues such as stigma, traditional norms, and limited community support discouraging adolescents from utilizing available services. Geographical barriers included long distances to health facilities, inadequate transportation infrastructure, and the scarcity of services in remote areas, all of which constrain adolescents’ access to consistent and high-quality care. Economic challenges were also significant, encompassing both direct and indirect costs that often limit the ability of adolescents and their families to seek and sustain reproductive health services. These findings suggest that an interplay of cultural, spatial, and financial constraints often influences the quality of services in rural Asia. Conclusion: Improving the quality of adolescent reproductive health services in rural Asia requires an integrated approach that addresses socio-cultural, geographic, and economic barriers. Key strategies include promoting community engagement, enhancing service accessibility in remote areas, and reducing financial constraints. These efforts are crucial to ensuring equitable access and better reproductive health outcomes for adolescents in rural settings.
Kunjungan Rumah Pasca Persalinan, Sebuah Strategi Meningkatkan Kelangsungan Hidup Neonatal Ronoatmodjo, Sudarto
Kesmas Vol. 4, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam beberapa dekade terakhir telah terlihat penurunan angka kematian anak di bawah umur lima tahun. Tetapi, penurunan pada angka kematian neonatal tidak menunjukkan penurunan yang bermakna. Kematian neonatal merupakan komponen penting jika ingin menurunkan angka kematian anak di bawah umur lima tahun. Kematian anak di bawah umur lima tahun merupakan tujuan ke-4 dari Pembangunan Milenium. Pada tahun 2000 sebanyak 130 juta kelahiran, sebanyak 4 juta mati pada masa neonatal, yang ini merupakan 2/3 dari kematian bayi. Dua pertiga kematian neonatal terjadi pada minggu pertama setelah kelahirannya. Dan 99%-nya terjadi di negara berkembang. Konsentrasi waktu terjadinya kematian neonatal mirip dengan waktu terjadinya kematian maternal. Kematian maternal terbesar terjadi saat trimester ke-3 masa kehamilan, masa persalinan dan seminggu setelah persalinan. Maka, intervensi untuk kematian maternal dan kematian neonatal harus dilakukan secara bersama. Bukti telah menunjukkan dengan upaya yang sederhana dengan berbasis masyarakat dapat menurunkan angka kematian maternal dan neonatal secara bermakna. WHO dan UNICEF pada tahun 2009 telah membuat pernyataan bersama, dengan judul: kunjungan rumah pada bayi baru lahir, sebuah strategi untuk meningkatkan kelangsungan hidup neonatal. Ada 7 butir rekomendasi yang perlu diperhatikan oleh negara yang ingin menurunkan angka kematian neonatal. Setiap negara harus mengevaluasi program yang sedang berjalan dan melakukan penyesuaian. The declining of children under five of age mortality has been seen over several decades. But the rate of neonatal death remains stagnant. Neonatal death is crucial if one want to decrease the under five mortality as it has been stated as the fourth goal of the Millennium Development Goals. At year 2000 there were 130 million births, among whom 4 million was died during neonatal period, which was 2/3 from the infant death. Two third of the neonatal death occurred at the first week of life and 99% happen in developing countries. The timing of maternal death mostly occurred at the end of pregnancy, at birth and within one week after delivery. Intervention of maternal and neonatal death should be done simultaneously. Evidence have showed that simple measures on community based approach are able to reduce neonatal and maternal mortality significantly. WHO and UNICEF in 2009 have made joint statement: “Home visits for the newborn child: a strategy to improve survival”. There were 7 points of recommendation that need to be addressed by countries who want to reduce neonatal mortality. Each country should look at the existing program and make necessary changes accordingly.