Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

STUDI KARAKTERISTIK RUANG PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN BANGIREJO TAMAN YOGYAKARTA Wihardyanto, Dimas; Ikaputra, Ikaputra
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 7 No 2 (2020): December
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v7i2a7

Abstract

Abstrak_ Bangirejo Taman merupakan salah satu kawasan perumahan untuk para pegawai pemerintahan  kolonial Belanda (amtenar) yang berada di Yogyakarta. Penggunaan kata taman dibelakang Bangirejo pada kawasan perumahan ini untuk memperjelas perbedaan karakteristik kawasan perumahan ini dengan permukiman di sekitarnya dimana kawasan perumahan Bangirejo Taman didesain dengan adanya taman lingkungan di tengah kawasan. Peneliti menggunakan pendekatan interpretive historical research untuk mendapatkan karakteristik arsitektur tata ruang yang asli mencakup tata massa, tata ruang, orientasi, sirkulasi, serta hubungan dan hirarki ruang. Karakteristik tersebut didapatkan dengan cara melakukan proses gambar rekonstruksi tata ruang pada perumahan kolonial Bangirejo Taman berdasarkan analisis kesamaan dan perbedaan gambar denah 7 buah rumah tinggal yang dipilih dengan pendekatan snowball sampling. Dari hasil analisis diketahui bahwasanya karakteristik tata ruang bangunan rumah tinggal kolonial di Kawasan Bangirejo Taman dirancang terutama untuk memenuhi aspek fungsionalitas. Hal ini tampak dari adanya pemisahan antara bangunan inti (hoofdgebouw), dan bangunan servis (bijgebouw) yang keduanya dihubungkan oleh selasar. Karakteristik tersebut diperkuat dengan pola konfigurasi dan sirkulasi ruang pada bangunan inti dan servis yang tunggal dan sederhana. Selain memenuhi fungsionalitas ruang, perancangan rumah tinggal kolonial di Kawasan Bangirejo Taman juga memperhatikan higienitas ruang dengan meletakkan bangunan inti dan bangunan servis di bagian tengah dari lahan agar mendapatkan sinar matahari yang cukup, dan prinsip cross ventilation dapat diterapkan.Kata kunci : Arsitektur Kolonial; Karakteristik Ruang; Rumah Tinggal Kolonial; Interpretive Historical Research. Abstract_ BangirejoTaman is a residential area for the employees of the Dutch colonial government (Amtenaar) located in Yogyakarta. The use of the word taman (park) behind Bangirejo in this residential area is to clarify the differences in the characteristics of this residential area with the surrounding settlements where the BangirejoTaman residential area is designed with a neighborhood park in the middle of the area. Researchers used an interpretive historical research approach to obtain the characteristics of the original spatial architecture including spatial planning, spatial planning, orientation, circulation, and relationships, and hierarchical space. These characteristics were obtained by carrying out a process of drawing spatial reconstruction in the colonial housing estate BangirejoTaman based on an analysis of the similarities and differences in the drawings of 7 residential planes that were selected using a snowball sampling approach. From the results of the analysis, it is known that the characteristics of the spatial structure of colonial residential buildings in the BangirejoTaman Area are designed primarily to meet the functional aspects. This can be seen from the separation between the core building (hoofdgebouw), and the service building (bijgebouw) which are both connected by a hallway. These characteristics are reinforced by the pattern of configuration and circulation of space in the core building and a single and simple service. In addition to fulfilling spatial functionality, the design of colonial dwellings in the BangirejoTaman Area also pays attention to space hygiene by placing core buildings and service buildings in the middle of the land in order to get enough sunlight, and the principle of cross ventilation can be applied.Keywords:  Colonial Architecture; Spatial Characteristics; Colonial House; Interpretive Historical Research.
Pomah as a housing well being model in region of Yogyakarta Rent Flats Rahmawati, Intan; Koentjoro, Koentjoro; Ikaputra, Ikaputra
Jurnal Psikologi Sosial Vol 22 No 1 (2024): Februari
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jps.2024.03

Abstract

Rapid urban growth often causes housing problems resulting from diminishing settlement areas. Rent flats is therefore considered to be the solution for utilizing small spaces. This research investigates how dynamic psychological prosperities affect residents of average-rent flats. Specifically, this research aims to achieve housing well-being by identifying the primary needs of housing well-being to encounter prosperous psychological problems. The present research is conducted in Region of Yogyakarta rent flats, Rusunawa Dabag and employed an action research approach to resolve the main questions answered by six steps. They are the entrance, taking diagnosis, action planning, action taking, evaluation, and reflection. The result of the data analysis finds that the problems of social control and a sense of community in interacting dynamically between individuals and their residences implicate cognitive, affective, and attitude processes. Based on the process and the result of the research, prompts are needed to achieve a harmonic situation to live in a vertical residence for aspirant residents, representative residents as a community, and administrators. The prompts are in the form of training aimed at developing preparation in understanding changes in living habits from landed houses to vertical flats for new residents. Furthermore, this research also revealed that the tenants of Dabag Rusunawa apply guyub (alliance), rukun (cordiality), and, tertib (orderly) as the main indicators in providing a sense of Pomah (a sense of comfort and prosperity at home).
Sense of Place pada Kawasan Baluwarti Surakarta Kinanti, Woro Utari Dwi; Ikaputra, Ikaputra
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 22, No 1: Januari 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/sinektika.vi.6353

Abstract

Setiap kota memiliki jati diri atau ciri-ciri masing-masing masyarakat dan lingkungan kotanya. Namun, seiring perkembangan zaman, ciri khas suatu kota yang menunjukkan identitas kota semakin tergerus oleh zaman. Berdasarkan SK Walikota Nomor 646/1-R/1/2013 Baluwarti merupakan kawasan bersejarah sehingga kawasan tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi dan tentunya penting untuk menjaga dan melestarikan aspek-aspek fisik dan non-fisik pada kawasan Baluwarti. Seiring perkembangan waktu, kawasan Baluwarti telah mengalami perubahan bersamaan dengan perubahan tuntutan dan sistem kehidupan. Hal tersebut memungkinkan akan hilangnya keaslian dan identitas Baluwarti sebagai kawasan tradisional serta potensi historis bagi Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sense of place pada kawasan bersejarah di kawasan Baluwarti berdasarkan persepsi masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di kawasan tersebut. Metode penelitian yang digunakan menggunakan kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah observasi lapangan dan wawancara. Partisipan dalam penelitian ini adalah warga setempat dan pengunjung datang berwisata ke Baluwarti. Variabel dalam penelitian ini menggunakan sense of place yaitu setting fisik, aktivitas dan makna. Hasil penelitian menunjukkan tempat-tempat yang memiliki sense of place pada kawasan Baluwarti sehingga dapat membentuk identitas kawasan.
Impact Permeability Study Transition from Residential Function to Educational Function in Dalem Mangkubumen, Yogyakarta Adianti, Istiana; Ikaputra, Ikaputra; Rahmi, Dwita Hadi
Journal of Urban Society's Arts Vol 11, No 2 (2024): October 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jousa.v11i2.12268

Abstract

Dalem Mangkubumen, is a residential house specifically for nobles in the Yogyakarta Sultanate. Dalem Mangkubumen itself was built as the home of the crown prince Sri Sultan Hamengku Buwono VI. It cannot be denied that Mangkubumen has the largest land area and grandeur like Karton Yogyakarta. It was built in 1876 and still stands today. Since its founding until now, its function has changed, it was built as a residence and then changed to an educational function. This change in function has an impact on changes in building use and building additions to meet their needs. This qualitative research examines how permeable the spatial layout is when it functions as a residence and changes to an educational function. Using data that has been written down, both old maps and previous articles, as well as direct observations in the field, the latest map modifications and a list of spatial changes have been obtained. These data are used to see changes and assess permeability. The level of permeability and changes in permeability in the zones within Mangkubumen can be seen. Dalem Mangkubumen, merupakan rumah hunian dikhususkan untuk bangsawan di lingkungan kasultanan Yogyakarta. Dalem Mangkubumen sendiri dibangun sebagai rumah putra mahkota Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Tidak dipungkiri Dalem Mangkubumen, memiliki luas lahan yang paling besar dan kemegahan seperti Karton Yogyakarta. Dibangun pada tahun 1876 dan dan masih berdiri hingga saat ini. Semenjak berdiri hingga saat ini mengalami perubahan fungsi, dibangun sebagai hunian kemudian beralih menjadi fungsi pendidikan. Perubahan fungsi tersebut, berdampak pada perubahan penggunaan bangunan dan penambahan bangunan guna memenuhi kebutuhan. Penelitian secara kualitatif ini, mengkaji seberapa permeabilitas tata ruang saat berfungsi sebagai hunian dan berubah menjadi fungsi pendidikan. Menggunakan data yang pernah dituliskan baik peta lama maupun artikel terdahulu serta amatan langsung dilapangan, didapatkan modifikasi peta terbaru dan daftar perubahan ruang. Data-data tersebut digunakan untuk melihat perubahannya dan mengkaji permeabilitasnya. Terlihat tingkatan permeabilitas maupun perubahan permeabilitas dalam zona-zona yang terdapat di Dalem Mangkubumen.
LOCAL WISDOM ARSITEKTUR TRADISIONAL DAN KENYAMANAN TERMAL TROPIS Pamungkas, Luhur Sapto; Ikaputra, Ikaputra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4 No 2 (2020): Jurnal arsitektur ARCADE Juli 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Thermal in buildings are always interesting to discuss, especially in tropical climate countries, more in related to the traditional architecture that many are around us today. This study aims to present the actual information related to the thermal comfort of traditional buildings in current conditions. This research tries to prove public opinion which still believes that traditional buildings are always comfortable and able to survive with the existing climate conditions. The method used is literature review on the results of research in journals that discuss the thermal comfort of traditional buildings in Indonesia. Some previous studies have claimed that traditional architecture has been design in such a way as to compromise climate conditions. However, recent research trends show that traditional architecture is no longer able to maintain thermal comfort, so design intervention is absolutely necessary. Thermal discomfort is influenced by tropical climate pressures that tend to be very hot, changes in the environment, buidling system, materials, design, and orientation of the building.Keyword: Traditional Architecture, Thermal, Local Wisdom, Tropical ClimateAbstrak: Termal bangunan akan selalu menarik dibahas khususnya pada negara iklim tropis, terlebih dikaitkan dengan arsitektur tradisional yang masih bertahan di sekitar kita saat ini. Penelitian ini bertujuan menyajikan informasi aktual terkait kenyamanan termal bangunan tradisional saat ini. Upaya membuktikan pendapat umum yang masih beranggaoan bahwa bangunan tradisional selalu nyaman dan mampu bertahan dengan kondisi iklim yang ada. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka pada hasi-hasil penelitian di jurnal yang membahas tentang kenyamanan termal bangunan tradisional di Indonesia. Beberapa waktu sebelumnya banyak penelitian yang mengklaim bahwa arsitektur tradisional telah dikonsepkan sedemikian rupa untuk bertahan terhadap iklim. Akan tetapi tren penelitian terbaru memperlihatkan bahwa arsitektur tradisional sebenarnya sudah tidak lagi mampu mempertahankan kenyamanan termal, sehingga intervensi desain mutlak diperlukan. Ketidaknyamanan termal dipengaruhi oleh tekanan iklim tropis yang cenderung sangat panas, perubahan lingkungan di sekitar, sistem bangunan, material, desain, dan orientasi bangunan.Kata Kunci: Arsitektur Tradisional, Kenyamanan Termal, Kearifan lokal, Iklim Tropis.
ANALISIS BIBLIOMETRIK PADA MORFOLOGI PERMUKIMAN KOTA Susanti, Anityas Dian; Ikaputra, Ikaputra; Swasto, Deva Fosterharoldas
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The bibliometric approach is used as the basis for developing scientific fields obtained from analysis of selected articles / journals from the Web of Science or Scopus. The purpose of using bibliometric analysis is to find out how many journals with the theme of urban settlement morphology are published. The method for measuring the quantity of publications is by taking bibliometric data from Scopus and analyzed using the VOS Viewer. The results of the visualization are explained in detail through theoretical dialogue and the results of bibliometric analysis.Abstrak: Pendekatan bibliometrik digunakan sebagai dasar mengembangkan bidang keilmuan yang diperoleh dari analisis bersumber artikel/jurnal yang dipilih melalui Web of Science atau Scopus. Tujuan menggunakan analisis bibliometrik adalah untuk mengetahui seberapa banyak jurnal dengan tema morfologi permukiman kota dipublikasikan. Metode untuk mengukur kuantitas publikasi dengan mengambil data bibliometric dari Scopus dan dianalisis dengan menggunakan VOS Viewer. Hasil Visualisasi tersebut dijelaskan secara rinci melalui dialog teori dan hasil analisis bibliometrik.
ETIMOLOGI SAUJANA SEBAGAI CULTURAL LANDSCAPE Salouw, Elvis; Ikaputra, Ikaputra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6 No 2 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The term Landscape has different meanings from various points of view. Landscape in the scope of planning is defined as the aesthetics of the scenery, the urban environment, the field of land cover related to visuals as well as areas related to traditional and cultural characteristics. Cultural landscape is a landscape that is formed as a result of human interaction with nature. In Indonesia, the cultural landscape is defined as Saujana. The use of the word saujana in various studies related to landscape has not been completely consistent. By using the literature study method, this study aims to examine the etymology of Saujana and its suitability with the terminology of the cultural landscape. The results of this study found that the word saujana has the closest meaning to the word Landscape, but it is not appropriate when it is paired with the term cultural landscape. The recommendation from this study is that the use of the term saujana which refers to the cultural landscape needs to be reviewedAbstrak: Istilah Landscape memiliki pemaknaan yang berbeda dari berbagai sudut pandang. Landscape dalam lingkup perencanaan diartikan sebagai sebagai estetika pemandangan, lingkungan perkotaan, bidang tutupan lahan yang berkaitan dengan visual serta area yang berkaitan dengan karakteristik adat dan budaya. Cultural landscape merupakan landscape yang terbentuk dari hasil interaksi manusia dengan alam. Di Indonesia, cultural landscape diartikan sebagai Saujana. Pengunaan kata saujana dalam berbagai penelitian yang berkaitan dengan landscape belum sepenuhnya konsisten. Dengan menggunakan metode studi kepustakaan, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji etimologi saujana serta kesesuaiannya dengan terminologi cultural landscape. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa kata saujana memiliki kedekatan makna dengan kata landscape, namun tidak sesuai jika dipadankan dengan istilah cultural landscape. Rekomendasi dari studi ini adalah penggunaan istilah saujana yang merujuk pada cultural landscape perlu dikaji kembali.
LANSKAP SEBAGAI PROSES DAN PRODUK (LANSKAP BUDAYA, LANSKAP PERKOTAAN, DAN LANSKAP PERKOTAAN BERSEJARAH) Izzati, Husna; Ikaputra, Ikaputra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The etymological meaning of the word landscape needs to be studied as a basis for conducting further research. In the extension of this meaning, the semantics of landscape need to be studying as a strategy to choose the right term. The purpose of this study is to collect and analyse the suitable theories in discussing landscape as the processes and landscape as the products. This study focuses on the context of the landscape and the development of the meaning of landscape, in terms of its relationship to nature and culture, which proceeds through the urban landscape. One of the components that make up the urban landscape is the history of the city. The methode of the study are using the literature review by collecting various theories related to the context of the discussion, to be further analyzed and described as a well-structured discussion. This study approach also use a case study method by focusing on Braga Area, to find out how and why a historic urban landscape can become an influential concept in shaping the urban landscape. Historic urban landscape can be seen as a process by studying how interactions are formed with the surrounding area, while as a product, historic urban landscape can be seen in the image of the city that is formed.Abstrak: Makna dari kata lanskap secara etimologi perlu dipelajari sebagai dasar dalam melakukan sebuah penelitian lanjutan. Dalam perkembangan makna tersebut, semantik dari lanskap juga menjadi pertimbangan dalam memilih penggunaan istilah yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan teori yang tepat dalam membahas lanskap sebagai proses dan lanskap sebagai produk. Kajian ini fokus kepada konteks lanskap dan rekayasa pengembangan dari makna lanskap, ditinjau dari hubungannya dengan alam dan budaya, yang berproses melalui lanskap perkotaan. Salah satu komponen pembentuk lanskap perkotaan adalah sejarah kota tersebut. Kajian ini menggunakan metode literatur review dengan mengumpulkan berbagai teori yang berhubungan dengan konteks pembahasan, untuk selanjutnya dianalisis dan di deskripsikan sebagai satu kesatuan pembahasan yang tersusun dengan baik. Pendekatan kajian ini juga menggunakan metode studi kasus dengan mempelajari lokus Kawasan Braga Kota Bandung untuk mengetahui faktor bagaimana dan mengapa sebuah lanskap perkotaan bersejarah dapat menjadi sebuah konsep yang berpengaruh dalam membentuk lanskap perkotaan. Lanskap perkotaan bersejarah dapat dilihat sebagai proses dengan mempelajari bagaimana interaksi yang dibentuk dengan kawasan sekitarnya, sedangkan sebagai produk, lanskap perkotaan bersejarah dapat dilihat pada citra kota yang dibentuknya.
PAPUA TRADITIONAL ARCHITECTURAL IDENTITY Hasrul, Hasrul; Ikaputra, Ikaputra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 7 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur ARCADE Juni 2023
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Papua as the largest island in Indonesia has a variety of traditional houses that have the characteristics of describing the local identity and uniqueness. This study uses a literature study method and aims to examine how to interpret traditional Papuan architectural works. Theoretically the result of this research finds that the identity of traditional Papuan architecture is seen from the traditional house as an architectural work in terms of firmitas, utilities, and Venustas. The similarity of shapes in various traditional Papuan houses is found on the roof in the form of a sloping roof with various shapes. There are elements of 'tradition' and 'environmental adaptation' in the architecture of traditional Papuan houses, emphasizing special meanings according to local culture.Keyword: identity, traditional architecture, traditional house, PapuaAbstrak: Papua sebagai pulau terbesar di Indonesia memiliki ragam rumah tradisional yang memiliki ciri khas menggambarkan identitas dan kekhasan lokal setempat. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dan bertujuan untuk mengkaji secara teoritis bagaimana memaknai karya arsitektur tradisional Papua. Hasil dari penelitian ini secara teoritikal bahwa identitas arsitektur tradisional Papua dilihat dari rumah tradisional sebagai karya arsitektur dari sisi firmitas, utilitas, dan venustas. Kesamaan bentuk pada ragam rumah tradisonal Papua terdapat pada bagian atap berupa atap miring dengan bentuk beragam. Adanya unsur ‘tradisi’ dan ‘adaptasi lingkungan’ pada arsitektur rumah tradisional Papua, menitik beratkan pada pemaknaan khusus sesuai budaya setempat.Kata Kunci: identitas, arsitektur tradisional, rumah tradisional, Papua
SPACE SYNTAX: PENGARUH KONFIGURASI JARINGAN JALAN PADA PERGERAKAN DAN PEMANFAATAN LAHAN DI RUANG PERKOTAAN. STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA Yudhanta, Widi Cahya; Ikaputra, Ikaputra
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 12, No 1 (2025): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v12i1.82435

Abstract

Ruang perkotaan merupakan ruang dinamis tempat di mana penghuni kota berinteraksi. Interaksi manusia dalam ruang- ruang perkotaan akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan perkotaan itu sendiri. Memahami hubungan manusia, pergerakan dan ruang perkotaan akan memudahkan melihat bagaimana ruang berkembang. Dalam sistim perkotaan Konfigurasi mempunyai pengaruh yang besar dimana bentuk dan pola  jaringan jalan akan menjadi penghubung setiap ruang perkotaan. Tujuan penelitian untuk memberi pemahaman bagaimana jaringan jalan mempengaruhi pola pergerakan,penggunaan lahan serta perkembangan perkotaan. Pendekatan teori dan metode Space Syntax digunakan untuk mendapakan hasil interpretasi dan mengungkapkan hal tersebut. Hasil dari penelitian pada jaringan jalan Kota Yogyakarta mengunakan nilai NACH (Normalized Angular Choice) dan NAIN (Normalized Angular Integration) didapat hasil bahwa nilai yang sama sama tinggi pada dua nilai akan mempengaruhi pola mobilitas dan pergerakan menuju dan dari jaringan serta pemanfaatan lahan sebagai area komersial. Nilai integrasi dan choice baik rendah atau tinggi akan berpengaruh terhadap bagaimana perkembangan dan pemanfaatan lahan perkotaan