Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Community Structure of Gastrpods in Mokupa Beach, Sub-district of Tobariri,Minahasa Regency, North Sulawesi Province Alinaung F. Firgonitha; Anneke V. Lohoo; Alex D. Kambey
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 3 No. 1 (2015): EDISI JANUARI-JUNI 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.1.2015.13215

Abstract

Ecologically intertidal mollusk has important role in the food chains. As a filter feeder, mollusk is also known as a food source for other marine organisms. The intertidal zone is known as the smallest area in the ocean basin (Nybakken, 1992). This zone is a narrow edge cover only few square meters and position between low tide mark (LTM) and high tide mark (HTM). The study was conducted in Mokupa beach waters, Tombariri sub-district, Minahasa Regency. Coastal area of Mokupa village represent typical tropical ecosystem such as coral reef, seagrass bed and mangrove belt. As many as 45 species in 134 total individuals were recorded during the study. The density of gastropods collected is 4.4667 individual/m2 while density for gastropods species Littoraria scabra Linne was 0.4000 individual/m2 and in term of relative density is 9.834 % and thus considered the highest. Species diversity index of this species is H’ = 2.37594. Keywords: mollusk, diversity, dominance   A B S T R A K   Secara ekologis Moluska yang menempati daerah intertidal memiliki peranan yang besar kaitannya dengan rantai makanan. Karena di samping sebagai filter feeder, moluska juga merupakan makanan bagi biota lainnya. Zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia (Nybakken, 1992). Zona ini merupakan pinggiran yang sempit sekali, hanya beberapa meter luasnya, terletak di antara air pasang tinggi dan air surut rendah. Penelitian ini dilaksanakan di perairan pantai Mokupa Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Daerah pantai Desa Mokupa merupakan daerah yang lokasinya terdapat ekosistem yang khas di daerah tropis yaitu terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Diperoleh sebanyak 45 spesies dan berjumlah 134 individu. Kepadatan rata-rata organisme Gastropoda diperoleh 4,4667 indv/m2 , dengan  kepadatan spesies tertinggi 0,4000 indv/m2 (Littoraria scabra Linne), dengan Kepadatan relative  adalah 9,834 %.Keanekaragaman spesies diperoleh nilai (H’= 2.37594)   Kata Kunci : Komunitas, keanekaragaman, dominasi 1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT 2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
In Intertidal Gastropod community Malalayang Beach Manado North Sulawesi Cornelis Dimas Bugaleng; Fransine B. Manginsela; Alex D. Kambey
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 3 No. 1 (2015): EDISI JANUARI-JUNI 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.1.2015.13217

Abstract

This study aims to determine the density and relative density of gastropods and diversity index of the community as well as evenness and dominance index in the intertidal beach Malalayang), Manado in North Sulawesi. Gastropods were sampled using quadrate with size 1x1m2 placed systematically and disproportionately on dead coral sandy substrate, mix mud, rocks slightly sandy substrate, and  substrate-sized stones. The study found that there has been a change in the amount of 30 species of gastropod species (Manginsela, 1998) increased to 69 species. While the density of gastropods contained in the intertidal beach of Malalayangis ranging from  13,63individu / m2to currently 2,73-13,63individu / m2 and relative density ranging from 11.22% - 42.78%. Diversity index of organism is high with a value of H '= 2.81497. Evenness index of gastropods in Malalayang Beach intertidalcould be categorized fairly even and almost evenly. Meanwhile, the low dominance values ​​C = 0.2132, indicating that the area has good conditions as a place to live, and yet there is competition, which means, food or a place is suitable for gastropods to live. The intertidal area of Malalayang Beach Manado North Sulawesi substrate are mainly in the form of sandy coral, slightly muddy and rocky. Keywords: gastropod, distribution A B S T R A K Penelitian ini bertujuan mengetahui kepadatan, kepadatan relative  dari masing-masing jenis gastropoda serta indeks keanekaragam komunitas gastropoda, kemerataan dan indeks dominansi di intertidal Pantai Malalayang (di belakang Minanga Hotel), Manado Sulawesi Utara. Pengambilan contoh gastropoda menggunakan kuadrat ukuran 1x1m2 yang ditempatkan secara sistimatis dan proporsional pada substrat karang mati berpasir campur lumpur, substrat bebatuan sedikit berpasir substrat batu-berukuran. Hasil penelitian menemukan telah terjadi perubahan jumlah spesies gastropoda dari 30 spesies (Manginsela, 1998) meningkat menjadi hanya 69 spesies. Sedangkan kepadatan gastropoda yang terdapat di intertidal pantai Malalayang dari berkisar 13,63individu/m2 saat ini 2,73-13,63individu/m2 dan kepadatan relatif berkisar 11,22% - 42,78%. Keanekaragaman jenis organisme tergolong tinggi dengan nilai H’ = 2,81497. Kemerataan jenis gastropoda pada intertidan Pantai Malalayang Manado Sulawesi Utara termasuk kategori cukup merata dan hampir merata. Sedangkan,  Dominasi rendah yakni nilai C = 0.2132,  menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki kondisi yang baik sebagai tempat hidup dan belum terjadi persaingan yang berarti terhadap ruangg, makanan atau tempat hidup bagi gastropoda. Di daerah intertidal Pantai Malalayang Manado Sulawesi Utara Substrat berupa karang mati berpasir, berlumpur tipis dan berbatuan. Kata Kunci : Gastropoda, Distribusi 1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT 2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Density, Distribution Pattern and Morphometrics of Gastropods, Telescopium telescopium in Mangrove Area of Jailolo West Halmahera District, North Moluccas Province Melda F. Aralaha; Lawrence J. L. Lumingas; Alex D. Kambey
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 3 No. 1 (2015): EDISI JANUARI-JUNI 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.1.2015.13218

Abstract

A study focusing on density, distribution pattern and morphometrics of gastropods Telescopium telescopium was carried out during the month of December 2013 in the Bakun and Gamlamo villages Jailolo, West Halmahera District, the Province of North Moluccas. The aims of this study are to analyze and to reveal the density, distribution pattern and morphometrics (length-weight relationship) of gastropods Telescopium telescopium. A total of 280 organisms were collected from two stations deployed during the study. The density index for the two stations are 3.48 and 4.77 respectively and those length and diameter  range from 23.0 to 74.9. Distribution pattern on station 1 is dominantly random while station 2 tend to be clustered. Study on length – weight relationship was found to have allometrics growth pattern. This is mean on those two stations the gastropods Telescopium telescopium have weight increment faster than length increment. Environmental parameters seem to have positive contribution on the present on those gastropods considering the sea water temperature, salinity, pH and type of substrates. Keywords: Distribution, morphometrics, density ABSTRAK Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013 yang berlokasi di daerah mangrove Desa Bakun dan Desa Gamlamo, Jailolo, Halmahera Barat dengan tujuan menganalisis dan memberikan informasi mengenai kepadatan, distribusi dan morfometrik (hubungan panjang·berat) dari Telescopium telescopium. Hasil pengumpulan sampel yang dilakukan di kedua stasiun diperoleh sebanyak 280 individu (Stasiun I 116 dan Stasiun II 114). Nilai kepadatan untuk kedua stasiun 4,766 · 3,48  dan kisaran panjang dan diameter kedua stasiun 23,0 sampai 74,9. Keduanya memiliki hubungan yang signifikan. Pola sebaran Stasiun I lebih dominan acak dan Stasiun II mengelompok. Uji t digunakan untuk menguji apakah nilai-nilai b sama dengan nilai teoritis 3 atau tidak. Untuk hubungan panjang dan diameter cangkang Stasiun I allometrik karena nilat t hitung lebih besar dari teoritis 1, dan pada Stasiun II isometrik. Untuk hubungan panjang dan barat, keduanya allometrik dengan kata lain pada kedua stasiun memiliki pertumbuhan barat lebih cepat dari pertumbuhan panjang. Faktor lingkungan pada Stasiun I memiliki suhu yang disenangi oleh T. telescopium berkisar antara 28-30 oC, Stasiun II memiliki kondisi suhu yang tinggi berkisar antara 31-36 oC. Salinitas pada Stasiun I lebih tinggi dari Stasiun II tetapi dari kedua stasiun tersebut memiliki tingkat salinitas yang rendah. Nilai pH untuk kedua stasiun masih ada dibatas normaal dengan kisaran 7 sampai 8. Pengamatan substrat yang dilakukan secara visual, pada stasiun I substrat lumpur berpasir dan lumpur bernir sedangkan pada Stasiun II substratnya lumpur berair. Kata kunci: distribusi, morfometrik, kepadatan 1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT 2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Demersal fish stock development as the sustainability of coral fish under artificial reef made of bamboo (BambooReef) in the coastal waters of Malalayang Dua, Manado Alex D. Kambey; Anneke V. Lohoo
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 2 (2017): ISSUE JULY - DECEMBER 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.2.2017.17485

Abstract

Efforts to maintain and prepare the fish stock availability, coastal resources management in Malalayang Dua waters was carried out through coral reef rehabilitation in public fisheries zone, artificial reef “BambooReef” placement as an effort of innovation creation to prepare an alternative artificial reef model. In 1 -2 years, new habitat is expected to be present, could increase the fish biomass, and create the area to be able to supply reef fish stock in Malalayang Dua waters and its surroundings.The artificial reef “bambooReef” was laid around the natural coral reefs at the depth of 5 to 7 m. Data collected were presence and attraction of the coral fish (no. species and density).Results showed that there were 15 species found around the “BambooReef”, with the highest recorded as mayor species group (13 species), followed by indicator species, and 1 target species. Total number was 137 individuals and the density was 8.56 ind./m2 or 85.625 ind/ha.  The fifteen species of coral fish did not, in general, belong to optimum size for fishing.  Nevertheless, this study reflects that the artificial reef placement has created new habitat for the coral fish. Keywords: Artificial reef, bambooreef, bamboo, demersal.   AbstrakUpaya untuk menjaga, memelihara dan sekaligus mempersiapkan  penyediaan stok ikan di perairan, dibuatkan  pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir di Kelurahan  Malalayang Dua dengan konsep pengelolaan melalui perbaikan  kondisi terumbu karang zona perikanan masyarakat, dengan konsep rehabilitasi tempat hidup dan berkembang ikan yaitu peletakan terumbu buatan dari bahan dasar bambu “BambuReef”, sebagai upaya menciptakan inovasi bahkan menciptakan model terumbu buatan alternatif (baru).  Diharapkan dalam waktu dalam waktu 1-2 Tahun akan tercipta habitat baru, meningkatkan biomassa ikan, menciptakan daerah yang dapat menyediakan stock ikan karang di perairan pantai Kelurahan Malalayang Dua dan sekitarnya.Terumbu buatan “bambooReef” diletakkan pada daerah sekitar  terumbu karang alami di perairan pesisir Malalayang Dua Kota Manado, pada kedalaman 5 s/d 7 meter. Data yang diperoleh dari peletakkan/penerapan terumbu buatan “BambooReef” adalah kehadiran dan ketertarikan jenis ikan karang (jumlah jenis dan kepadatannya),Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 15 spesies yang ditemukan di sekitar terumbu buatan “BambooReef” dimana tertinggi termasuk pada kelompok spesies mayor (13 jenis), kemudian diikuti spesies indikator berjumlah 1 jenis, dan spesies target 1 jenis, dengan jumlah 137 individu, serta kepadatan 8,56 indv/m2 atau sebesar  85.625 individu per hektar.   15 jenis ikan karang yang ditemukan umumnya belum dalam ukuran optimum untuk ditangkap.  Namun demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penempatan  terumbu buatan telah memberikan habitat baru bagi ikan karang.Kata kunci: Terumbu buatan, bambooreef, bambu, demersal.  
Structure Community of Seagrass (Lamun) In The Village Beach Of Mokupa Tombariri Subdistrict, Minahasa District North Sulawesi. Feybe H. A Zachawerus; Alex D. Kambey; Rose O. S. E. Mantiri
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 3 No. 1 (2015): EDISI JANUARI-JUNI 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.1.2015.18954

Abstract

Seagrass community of Mokupa Beach waters, Tombariri sub-district, Minahasa Regency North Sulawesi was selected as study site to get information regarding the distribution, abundance, and diversity of species. Five species were identified in this study are as follow: Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halopila ovalis, Halodule pinifolia, and Enhalus acoroides. T. hemprichii had the highest density among those 5 species with 80.266 individuals/m2, relative density 45.709 % and score of dominance index (C) 0.3269. Among three transects deployed in the study site, transect III has the highest diversity index representing by ‘H = 1.3072. The result showed that seagrass community could grow well in the area which is also shown through similar score of evenness index.Keywords: Seagrass, diversity, dominance A B S T R A K Komunitas Lamun di Perairan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara sebagai lokasi penelitian untuk mendapatkan informasi tentang distribusi, kelimpahan dan keanekaragaman spesies. Diperoleh 5 spesies yaitu : Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halopila ovalis, Halodule pinifolia, Enhalus acoroides. Kepadatan spesies yang tertinggi adalah Thalassia hemprichii 80,266 ind/m2. Kepadatan relatif (%) yang tertinggi adalah Thalassia hemprichii 45,709 %. Nilai indeks dominasi (C) (0,3269). Nilai keanekaragaman tertinggi dari ketiga transek terdapat pada transek III dengan nilai (Hʹ) 1,3072. menunjukan bahwa komunitas ini masih dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Hal ini juga ditunjang dengan nilai kemerataan yang hampir sama di ketiga transek penelitian.                                                                               Kata Kunci : Lamun, keanekaragaman, dominasi1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Species of Fish in rivers in the Northern Peninsula of Sulawesi Island Bataragoa, Nego Elvis; Kambey, Alex D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 1 (2021): ISSUE JANUARY - JUNE 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.9.1.2021.34330

Abstract

This study aims to determine the species of fish found in the Poigar River, Ranoyapo River, Maruasey River, Talawaan River, and Likupang River in the northern peninsula of Sulawesi Island. These five rivers empty into the Sulawesi Sea. Sampling was carried out in the upstream, middle and downstream parts of the river, all sampling areas were freshwater areas, estuary areas with brackish water types were not included in this study. Sampling was carried out using cast nets and electric shocks. There are 58 species (16 orders, 21 families, 40 genera). Families Gobidae (9 genera, 19 species) and Eleotridae (8 genera 13 species), 19 other families have only 3 or 2 or 1 species. There are 28 species of Ranoyapo River, 25 species of Maruasey River, 23 species of Poigar River, 15 species of Likupang River, and 9 species of Talawaan River. Eel Anguilla marmorata widely distributed in five rivers, and Eleotris melanosoma (Eleotridae) Osteochilus hasseltii (Cyprinidae) in four rivers. The other species are only found in 3, 2, and 1 rivers. There are 27 species found in only one river.Keywords: Freshwater; River; Species; Fish.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies ikan yang terdapat di Sungai Poigar, Sungai Ranoyapo, Sungai Maruasey, Sungai Talawaan dan Sungai Likupang di semenanjung utara Pulau Sulawesi. Lima sungai ini bermuara di Laut Sulawesi.  Pengambilan sampel dilakukan pada bagian hulu, tengah dan bagian hilir sungai, seluruh wilayah pengambilan sampel adalah wilayah air tawar, daerah muara dengan tipe air payau tidak termasuk dalam penelitian ini.  Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jaring lempar dan kejutan listrik.  Terdapat 58 spesies (16 ordo, 21 famili, 40 genus). Famili Gobidae (9 genus, 19 spesiies) dan Eleotridae (8 genus 13 spesies),  19  Famili yang lain hanya memiliki 3 atau 2 atau 1 spesies.  Sungai Ranoyapo terdapat 28 spesies, Sungai Maruasey 25 spesies, Sungai Poigar 23 spesies, Sungai Likupang 15 spesies dan Sungai Talawaan 9 spesies.  Ikan sidat Anguilla marmorata menyebar luas  pada lima sungai, dan Eleotris melanosoma (Eleotridae) Osteochilus hasseltii (Cyprinidae) pada empat sungai.  Spesies yang lain hanya ditemukan pada 3, 2 dan 1 sungai. Terdapat 27 spesies yang ditemukan hanya pada satu sungai.Keywords: Freshwater; River; Species; Fish.
Structure Of The Mangrove Community In Meras Beach, Bunaken District, Manado City, North Sulawesi Situmorang, Ezra Monika; Kambey, Alex D.; Salaki, Meiske Sofie; Lasabuda, Ridwan; Sangari, Joudy R. R.; Djamaluddin, Rignolda
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 2 (2021): ISSUE JULY-DECEMBER 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.9.2.2021.35323

Abstract

Meras is one of the sub-districts with high potential for coastal areas, located in Bunaken District, is the largest sub-district in Manado city, North Sulawesi, has a variety of complete coastal ecosystems such as mangrove forests. The potential of mangrove forests along the Meras coast in the northern part of Bunaken National Park has an important role in terms of ecology and economy as well as an important asset to be maintained and preserved. This study aims to determine the structure of the mangrove community and the current mangrove area. This research was conducted on May 29, 2021, carried out using the quadratic method. The results showed that the highest species density was Sonneratia alba with a value of 900 trees/ha with a relative density of 61.4%, while the lowest species density was Rhizophora mucronata (33 ind/ha) with a relative density of 2.3%. Furthermore, the highest frequency was found in the species Sonneratia alba and Avicenia marina with the same relative frequency value of 38%. Meanwhile, the species with the highest dominance value was Nypa fruticant, with a relative dominance value of 39.9%, and the species with the lowest value, Bruguiera gymnorhiza, with a relative dominance value of 4.6%. The results of the calculation of the mangrove area on the Meras beach are 53.9 hectares.Keywords: Meras Beach; Mangrove; Community StructureAbstrakHutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kelurahan Meras adalah salah satu Kelurahan dengan potensi wilayah pesisir yang tinggi, terletak di Kecamatan Bunaken, merupakan wilayah kecamatan terluas di kota Manado Sulawesi Utara yang memiliki beranekaragam ekosistem pesisir yang lengkap yang salah satunya adalah hutan mangrove. Potensi  hutan  mangrove yang terdapat  di sepanjang  pesisir pantai Meras wilayah Taman Nasional Bunaken bagian utara yang masih menyimpan hutan mangrove, memiliki peran penting baik itu dari segi ekologi maupun ekonomi yang merupakan salah satu aset yang penting untuk  dijaga dan dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur komunitas mangrove dan berapa luasan mangrove yang tersisa saat ini. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2021, dilakukan di kawasan mangrove Pantai Meras, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Metode yang di gunakan yaitu metode kuadrat (quadrat methods) untuk mengetahui struktur komunitas mangrove. Berdasarkan hasil dari ke-3 zona menunjukkan  bahwa kerapatan jenis tertinggi dimiliki oleh Sonneratia alba dengan nilai 900 pohon/ha dengan kerapatan relatif jenis 61,4%, sedangkan kerapatan spesies terendah yaitu spesies Rhizophora mucronata (33 ind/ha) dengan nilai kerapatan relatif spesies yaitu 2,3%. Selanjutnya frekuensi tertinggi terdapat pada spesies Sonneratia alba dan Avicenia marina  dengan nilai frekuensi relatif yang sama sebesar 38%. Sedangkan  spesies yang memiliki nilai dominasi paling tinggi Nypa fruticant yaitu dengan nilai dominasi relatif 39,9% dan spesies yang yang memiliki nilai paling rendah Bruguiera gymnorhiza yaitu dengan nilai dominasi relatif 4,6%. Hasil perhitungan luas mangrove di pantai Meras 53,9 hektar.Kata kunci: Pantai Meras, Mangrove, Struktur Komunitas
Persentage of Coral Cover and Megabenthos Diversity in “Tanjung Jaha”, Tanjung Pulisan Waters, North Minahasa Regency Daryanto, Adityas Andrew; Mamangkey, Noldy Gustaf; Manembu, Indri S; Boneka, Farnis B.; Sinjal, Cathrien A. L; Kambey, Alex D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 2 (2021): ISSUE JULY-DECEMBER 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v9i2.36426

Abstract

Tanjung Pulisan waters, especially the “Tanjung Jaha” are one of the diving tourism areas and have been designated as part of Likupang Special Economic Zone (SEZ), which has also been included in one of five super-priority tourist destinations in Indonesia. Based on the assumptions that tourism activities in the area would be very massive, it is presumed that the “Pantai Kecil” area will be affected by those activities. Therefore, this study aims to provide data on coral cover and megabenthic diversity, as a basis data for further research and or for policy decisions in the region. This study used the Benthos Belt Transect (BBT) method and the Underwater Photo Transect (UPT) method and they were analyzed with CPCE (Coral Point Count with Excel Extensions) and Microsoft Excel. The results showed that the percentage of coral cover in “Tanjung Jaha” was categorized as “Good” with a value of 55.92% which included 41.36% hard corals and 15.31% soft corals. At this location, 26 megabenthos were found which consisted of 5 different taxa and the diversity index was categorized as “Medium” with the value of H’=1.36.Keywords:     Coral Cover; Diversity; Pantai Kecil; Tanjung PulisanAbstrakPerairan Tanjung Pulisan, khususnya “Tanjung Jaha” merupakan salah satu daerah wisata penyelaman dan telah ditetapkan menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang dan juga masuk dalam salah satu dari lima destinasi wisata super prioritas di Indonesia. Dengan aktivitas pariwisata yang akan sangat masif, diperkirakan wilayah “Tanjung Jaha” akan terdampak oleh aktivitas pariwisata. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk menyediakan data tutupan karang dan keanekaragaman megabentos, sebagai data awal sebagai informasi bagi riset selanjutnya maupun pada kebijakan yang akan berlaku di daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Benthos Belt Transect (BBT) dan metode Underwater Photo Transect (UPT) dengan analisa menggunakan CPCe (Coral Point Count with Excel extensions) dan Microsoft Excel. Hasil analisis menunjukan persentase tutupan karang di “Tanjung Jaha” terkategorikan “Baik” dengan nilai 55.92% yang terdiri dari 41.36% karang keras dan 15.31% karang lunak. Di lokasi ini ditemukan 26 megabentos dari 5 taksa berbeda dengan indeks keanekaragaman terkategorikan “Sedang” dengan nilai H’=1.36.Kata kunci: Keanekaragaman; Pantai Kecil; Tutupan Karang; Tanjung Pulisan
Community Structure of Hard Coral (Scleractinia) in the Walenekoko Reef Flat, Pasir Panjang, Bitung City Pratiwi, Utary; Kambey, Alex D.; Lalamentik, Laurentius Th. X.; Tilaar, Ferdinand Frans; Mandagi, Stephanus Vianny; Manembu, Indri S.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37277

Abstract

Coral reefs are one of the potential good water resources in Indonesian marine waters. Ecologically, coral reefs can only develop in tropical climates. Hard coral is one of the important components as a constituent of coral reef ecosystems and plays an important role for marine biota. The research was conducted at the reef flat of Walenekoko Village, Pasir Panjang Village, South Lembeh District, Bitung City. The research covers the species, family and life form composition, and ecological indices (diversity, species equitability, and dominance indices). The research was carried out with an Underwater Photo Transect (UPT) method. The results obtained 18 types of hard corals belonging to 5 families. Montipora samarensis was the most abundant coral in the area with 43% of the community composition. The Faviidae family and Acroporidae (33%) had the largest percentage in all transects. The form of coral growth consisted of Acropora Submassive (ACS) 53%, Coral Massive (CM) 30%, and for Acropora Branching (ACB) 16%. The highest diversity value is at point 3 of 1.64, and point 1 of 1.60, while the lowest is at point 2 of 0.56. The evenness index obtained at point 1 is 0.70, and at point 2 is 0.30. The dominance values obtained ranged from 0.25 to 0.52.Keywords: Community Structure; Hard Coral; Reef FlatAbstrakTerumbu karang merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang baik di perairan laut Indonesia. Secara ekologis terumbu karang hanya dapat berkembang di wilayah beriklim tropis. Karang keras merupakan salah satu komponen penting sebagai penyusun ekosistem terumbu karang dan berperan penting bagi biota laut. Penelitian ini dilakukan di rataan terumbu Desa Walenekoko, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Lembeh Selatan, Kota Bitung. Penelitian meliputi komposisi spesies, famili, dan bentuk kehidupan, serta indeks ekologi (keanekaragaman, keseragaman spesies, dan indeks dominasi). Penelitian dilakukan dengan metode Underwater Photo Transect (UPT). Hasil penelitian diperoleh 18 jenis karang keras yang termasuk dalam 5 famili. Montipora samarensis adalah spesies yang paling banyak ditemukan di daerah tersebut dengan persentase 43%. Famili Faviidae dan Acroporidae (33%) memiliki persentase terbesar di semua transek. Bentuk pertumbuhan karang terdiri dari: Acropora Submassive (ACS) 53%, Coral Massive (CM) 30%, dan untuk Acropora Branching (ACB) 16%. Nilai keanekaragaman tertinggi yaitu pada titik 3 sebesar 1,64, dan titik 1 sebesar 1.60, sedangkan yang termasuk rendah yaitu pada titik 2 sebesar 0,56. Indeks kemerataan diperoleh pada titik 1 sebesar 0,70, dan pada titik 2 sebesar 0.30. Nilai dominasi diperoleh berkisar antara 0.25 hingga 0.52.Kata kunci: Struktur Komunitas; Karang Keras; Rataan Terumbu.
Distribution and Diversity of Ascidian in Manado Bay, North Sulawesi Leleran, Andreas J. P. L.; Pratasik, Silvester B.; Salaki, Meiske S.; Lumingas, Lawrence J. L.; Kambey, Alex D.; Undap, Suzanne L.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38842

Abstract

The purpose of this study was to determine the distribution and the diversity of ascidians in Manado Bay including species composition, density, diversity, and dominance. This study used the quadrat transect method. This study found differences in the number of ascidian species with water depth, 11 species of 5 families at 15 M depth, and 8 species of 3 families at 7 M depth. The diversity index ranged from 0.868 to 1.844 at 15 M depth and 0.965 to 1.864 at 7 M depth, the evenness index was 0.533 – 0.839 at 15 M depth and 0.600 – 0.897 at 7 M depth, the dominance index was 0.254 – 0.745 at 15 M depth and 0.254 – 0.708 at 7 M depth. Ascidian in Manado Bay had two distribution patterns, a uniform distribution pattern and a clustered distribution pattern. Environmental parameters had a water temperature of 27 oC – 31 oC, the salinity of 30 0/00 – 32 0/00, the brightness of 12 m – 14 m, and pH of 8 – 10.*Keywords: Ascidian; diversity; ecological index; distribution patternAbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan keanekaragaman jenis ascidia di perairan Teluk Manado meliputi: komposisi jenis, kepadatan individu, keanekaragaman, dan dominansi. Serta mengetahui pola distribusi ascidia. Penelitian ini menggunakan metode transek kuadran. Pada penelitian ini ditemukan perbedaan jumlah spesies ascidia menurut kedalaman, 11 spesies dari 5 family pada 15 M dan 8 spesies dari 3 famili pada kedalaman 7 m. Nilai indeks keanekaragaman ascidia di kedalaman 15 m = 0.868 – 1.844 dan 7 m = 0.965 - 1.864, indeks keseragaman 15 m = 0.533 – 0.839 dan 7 m = 0.600 – 0.897, indeks Dominasi15 m = 0.254 – 0.745 dan 7 m = 0.254 – 0.708. Ascdia di perairan Teluk Manado memiliki dua pola distribusi yaitu pola distribusi seragam dan pola distribusi mengelopok. Parameter lingkungan memiliki suhu air 27 oC – 31 oC, salinitas 30 0/00 – 32 0/00, kecerahan 12 m – 14 m, dan pH 8 – 10.*Kata kunci : Ascidia; keanekaragaman; indeks ekologi; pola distribusi
Co-Authors Adnan S. Wantasen Adnan Wantasen Alinaung F. Firgonitha Alvira Y. Bulahari Anneke V. Lohoo Ari B. Rondonuwu Ari Rondonuwu Bataragoa, M.Sc, Dr. Ir. Nego E. Bataragoa, Nego Elvis Calvyn F. A. Sondak, Calvyn F. A. Cornelis Dimas Bugaleng Daryanto, Adityas Andrew Dei, Katrin Dowena Farnis B. Boneka Ferdinand Frans Tilaar Feybe H. A Zachawerus Fransine B. Manginsela Gaspar D. Manu, Gaspar D. Gaspar Manu Henneke Pangkey Hermanto Manengkey Indri Manembu Iyanleba, Jonathan Yohanes Janny D. Kusen Jety K. Rangan Jhonly Solang John L. Tombokan Joudy R.R. Sangari Juliaan Ch. Watung Kepel, Rene Ch. Khristin I. F. Kondoy, Khristin I. F. Kindangen, Rezky G. T. L Kondoy, Khristin F. I. Kondoy, Khristin I.F. Kreckhoff, Reni L. Kristianto Parera, Kristianto Kurnia Tolule, Kurnia Lalamentik, Laurentius Th. X. Laura, Azhar Lawrence J. L. Lumingas Leleran, Andreas J. P. L. Losu, Anggun Mamangkey, Noldy G.F Mandagi, Stephanus Mandagi, Stephanus V. Mandagi, Stephanus Vianny Manginsela, Fransine Mantiri, Rose O.S.E. Melda F. Aralaha Menajang, Febry S. I. Opa, Esri T. Pitoy, Israel Pratasik, Silvester B. Pratasik, Silvester Benny Pratiwi, Utary Rangan, Jety Rangan, Jety K. Ratih, Mutiara Rene Charles Kepel, Rene Charles Ridwan Lasabuda Rignolda Djamaluddin Rondonuwu, Arie B. Rose O. S. E. Mantiri Rose O. S. E. Mantiri, Rose O. S. E. Royke M. Rampengan Ruddy Dj. Moningkey Runturambi, Melinda Salaki, Meiske S. Salaki, Meiske Sofie Sambali, Haryani Sampe, Ayumi Angraini Sangari, Joudy Sangari, Joudy R. R. Sanggaria, Ayu W. Sapsuha, Jufran Sheyrel Tongkeles Sinjal, Cathrien A. L Situmorang, Ezra Monika Suzanne L Undap Tamsir, Chika Litawaty Tombokan, John Leonard Tumbel, Stivensian M. Turangan, Septiara Unstain N. W. J. Rembet, Unstain N. W. J. Unstain N.W.J. Rembet Yuneke Kansil