Raden Ario
Department Of Marine Science, Faculty Of Fisheries And Marine Science, Diponegoro University

Published : 60 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Inventarisasi Bio-Ekologi Terumbu Karang Di Pulau Panjang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Suryono Suryono; Munasik Munasik; Raden Ario; Gentur Handoyo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 1 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.359 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i1.1363

Abstract

The inventarization of coral bioecology is highly needed to identify the real condition of the observed coral, as a database in ecosystem management, as well as an attempt to rehabilitate critical coastal area. Coral condition valuation is conducted by counting the percentage of live coral coverage, by using the Line Intercept Transect method. This research shows that coral condition in Panjang Island falls into moderate category (with 29-49% of live coral coverage), which represent up to 57% from total observed area. Coral that falls under "bad" category (live coral coverage below 20%) is 29%, and only 7% of the observed area can be categorised as good (more than 50% coverage) and "very bad" (less than 5% of coverage). This condition is primarily caused by the decline of water ecology quality caused by sedimentation, west season wave activity, along with human activities like tourism, swimming, fishing, or shellfish gathering. These contributes many instances of coral-breaking caused by gleening.  Inventarisasi bio-ekogi terumbu karang sangatlah diperlukan guna mengetahui kondisi nyata terumbu karang yang dilakukan pemantauan, sebagai basis data dalam pengelolaan ekosistem serta upaya rehabilitasi kawasan kritis pesisi. Penilaian kondisi terumbu karang dilakukan dengan perhitungan persentase penutupan karang hidup menggunakan metode  LIT  (Line Intercept Transect). Hasil penelitian menunjukan bahwa Kondisi terumbu karang di Pulau Panjang termasuk dalam kategori sedang (dengan persen tutupan karang hidup 29 – 49 %)  mencapai 57 % dari keseluruhan area pengamatan. Selanjutnya kondisi terumbu karang dengan kategori buruk (persen tutupan karang hidup 20 %) mencapai 29 % dan hanya 7 % dalam kategori baik (50%) dan buruk sekali (persen tutupan karang hidup 5 %). Kondisi tutupan terumbu karang yang relative buruk diduga  diakibatkan oleh menurunnya kualitas ekologi perairan yang diakibatkan oleh  sedimentasi, aktivitas gelombang musim barat,serta aktivitas manusia seperti wisata, berenang, memancing ataupun pencari kerang turut serta memicu banyaknya pecahan karang akibat terinjak – injak (gleening).   
Studi Tentang Perbedaan Metode Budidaya Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Caulerpa Sunaryo Sunaryo; Raden Ario; M. Fachrul AS
Jurnal Kelautan Tropis Vol 18, No 1 (2015): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.63 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v18i1.507

Abstract

Caulerpa sp. dikenal oleh masyarakat dengan nama Latoh merupakan salah satu rumput laut hijau dan dalam pemanfaatannya hanya mengandalkan pengambilan dari alam. Umumnya sumberdaya yang masih mengandalkan hasil dari alam banyak mengalami kendala, antara lain rendahnya produksi karena ketergantungan pada musim. Hal ini berakibat tidak adanya produksi yang berkelanjutan dan sangat membahayakan kelestarian Caulerpa sp. di alam. Caulerpa tumbuh berkelompok dan dapat dijumpai di kedalaman hingga 200 m. Tumbuhan ini hidup menempel di substrat dasar perairan seperti: pecahan karang, pasir dan lumpur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan metode budidaya terhadap pertumbuhan berat Caulerpa sp. pada media pemeliharaan. Perlakuan yang diujikan adalah penanaman dengan metode budidaya di permukaan perairan, kolom perairan dan dasar perairan dengan masing-masing berat awal 50 g/rumpun. Tempat uji yang digunakan kantong plastik berdiameter 50 cm dengan tinggi 100 cm sebanyak 9 buah dan bak perendaman berukuran 150x80x120 cm sebanyak 1 buah. Parameter utama dari penelitian adalah laju pertumbuhan berat rumput laut. Parameter pendukungnya adalah parameter fisika kimia, meliputi : suhu, salinitas, pencahayaan, derajat keasaman, karbon dioksida dan oksigen terlarut. Hasil penelitian ini menunjukkan pencapaian berat akhir Caulerpa sp. pada metode budidaya di permukaan sebesar 62,65 ± 0,48 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,54 ± 0,02 % berat/hari, metode budidaya di kolom air sebesar 53,77 ± 1,13 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,17 ± 0,05 % berat/hari dan metode budidaya di dasar sebesar 50,59 ± 0,46 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,03 ± 0,01 % berat/hari. Berdasarkan hasil yang diperoleh penanaman di permukaan media pemeliharaan menunjukkan pencapaian berat akhir dan laju pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode budidaya yang lainnya, yaitu di kolom air media pemeliharaan dan metode budidaya di dasar media pemeliharaan. Hal ini disebabkan karena penerimaan cahaya pada metode penanaman di permukaan lebih efektif untuk proses fotosintesis yang selanjutnya dipergunakan di dalam proses metabolisme untuk memproduksi cadangan makanan di dalam rumput laut.Kata Kunci : Caulerpa sp., Metode Budidaya, Pertumbuhan Caulerpa sp. known as latoh is one of many kind of green seaweeds, and its usage only depends by taking from nature. Usually its resource from nature is having many constrains, for example low production rate because of depending on weather condition. This makes no sustainable production and really harming Caulerpa sp. preservation in nature. Caulerpa sp. grows in colony and can be found on depth until 200 m. This plant live by attaching itself on substrate in seabed like rubble, sand, and mud. The purpose of this study was to determine the effect of different cultivation methods on the growth rate Caulerpa sp. in the cultivation media. The plant that used in this study was Caulerpa sp. taken from Jepara waters. Initial weight of seaweed that used for every treatment was 50 g/clump. This study used 9 plastic bags which 50 cm diameters and 100 cm height, a soaking tub which size are 150x80x120 cm. Main parameter in this study was growth rate of Caulerpa sp.. Additional parameters are physical and chemical like temperature, salinity, lighting, pH, CO2 and dissolved oxygen. The weight gain of Caulerpa sp. in surface cultivation method was 62.65 ± 0.48 g with specific growth rate 0.54 ± 0.02 % weight/day, water column cultivation method was 53.77 ± 1.13 g with specific growth rate 0.03 ± 0.01 % weight/day, and water bottom cultivation method was 50.59 ± 0.46 g with specific growth rate 0.03 ± 0.01 % weight/day. According to the result, cultivation surface showed growth rate higher than water column and bottom methods because of surface cultivation method got more light, photosynthesis was more effective, and it can be used to produce food stock in the seaweed.Keywords : Caulerpa sp., Cultivation Methods, Growth
Pola Persebaran Limbah Air Panas PLTU Di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang Petrus Subardjo; Raden Ario; Gentur Handoyo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 19, No 1 (2016): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.698 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v19i1.600

Abstract

Tambak Lorok terletak di pantai utara Jawa Tengah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam bidang industri. Industri-industri tersebut berpeluang untuk berpotensi mencemari perairan sekitarnya. Salah satu industri yang ada di wilayah Tambak Lorok adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Tambak Lorok yang membuang limbah panas ke perairan sekitarnya. Pembuangan limbah panas akan memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan perairan terutama suhu perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran panas akibat limbah panas dari PLTU di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang. Sampling dengan tujuan tertentu atau purposive samplng methods dilakukan untuk mencari data sesuai dengan tujuan penelitian. Pendekatan permasalahan dilakukan dengan penetapan sejumlah stasiun dengan pertimbangan yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil pada beberapa titik lokasi dengan pengumpulan data berupa suhu yang merupakan variabel kontrol. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan program Surface Modelling System (SMS) sehingga menghasilkan peta sebaran panas. Hasil pemetaan sebaran menunjukkan bahwa pola sebaran panas di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang menuju ke arah timur pada bulan Agustus 2012, kemudian ke arah barat laut di bulan September 2012, dan ke arah timur laut pada bulan Oktober 2012. Pola sebaran panas paling tinggi hanya terjadi pada daerah outlet dan semakin turun ketika menjauhi outlet karena pengaruh arus dan semakin bertambahnya kedalaman perairan.      
Mikroplastik pada Kedalaman Sedimen yang Berbeda di Pantai Ayah Kebumen Jawa Tengah Ali Ridlo; Raden Ario; Arif Maa’ruf Al Ayyub; Endang Supriyantini; Sri Sedjati
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 3 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i3.7424

Abstract

Microplastics are one of the most significants pollutan in the marine environment and accumulate in sediments. The purpose of this research is to know the abundance of microplastics at different sediment depth in Ayah Beach Kebumen Central Java. The sediment samples were collected from three depth, 0-5 cm, 6–10 cm and 11–15 cm. microplastics were separated from sediment through density fracxination using NaCl solutiaon and ZnCl2 solution respectively. This study demonstrated that microplastics were consistenly found in all depth. The type of microplastics found were fiber, fragment and film. Fiber was the most frequent type (> 70%) in all samples. At 0–5 cm depth were found  578 microplastisc particle, at 6–10 cm depth were 459 particles, and at 11–15 cm depth were 610 particles.     Mikroplastik merupakan salah satu polutan penting di laut dan terakumulasi di sedimen.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mikroplastik di sedimen Pantai Ayah kebumen Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan mikroplastik pada kedalaman sedimen 0-5 cm, 6–10 cm dan 11–15 cm. Mikroplastik dipisahkan dari sedimen dengan cara fraksinasi berdasarkan densitasnya berturut-turut menggunakan larutan NaCl dan larutan ZnCl2. Hasil penelitian menunjukkan mikroplastik ditemukan pada setiap kedalaman. Bentuk mikroplastik yang ditemukan adalah fragmen, fiber dan film. Bentuk fiber menyusun lebih dari 70 % mikroplastik dalam sedimen di ketiga tingkat kedalaman. Pada kedalaman 0–5 cm terdapat 578 partikel mikroplastik, pada kedalaman 6–10 cm ditemukan 459 partikel, dan pada kedalaman 11–15 cm terdapat  610 partikel. 
Uji Kerawanan Terhadap Tsunami Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Pesisir Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta Petrus Subardjo; Raden Ario
Jurnal Kelautan Tropis Vol 18, No 2 (2015): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1220.435 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v18i2.519

Abstract

Tsunami merupakan jenis bahaya alam yang belum dapat diprediksi waktu terjadinya. Tsunami adalah salah satu bencana alam yang senantiasa mengancam penduduk yang tinggal di daerah pesisir. Walaupun jarang terjadi, namun daya hancurnya yang besar membuat bencana tsunami ini harus diperhitungkan. Kabupaten Bantul, Yogyakarta termasuk salah satu wilayah rawan bencana tsunami yang meliputi 21 wilayah di Indonesia.Untuk mendukung langkah-langkah mitigasi bencana terhadap tsunami, salah satunya dengan memetakan tingkat kerentanan bencana tsunami di pesisir Pantai Depok Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Adapun lokasi secara administratif masuk wilayah Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta kerentanan wilayah terhadap tsunami di pesisir Pantai Depok Kecamatan Kretek,Bantul, Yogyakarta. Metode analisis yang dilakukan pada beberapa macam peta dikenal dengan metode tumpang susun (overlay method). Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi Ketinggian daratan di Kecamatan Kretek terdiri dari daerah-daerah yang rendah di wilayah pesisir hingga daerah tinggi di sekitar pegunungan. Dataran rendah yang berada di dekat pantai mempunyai tingkat kerawanan paling tinggi terhadap bencana tsunami dibandingkan dengan dataran yang tinggi. Ketinggian ini akan berpengaruh pada daerah penggenangan tsunami (Tsunami Inundation Area). Wilayah yang sangat rendah di Kecamatan Kretek terdapat hampir di seluruh kecamatan yang berada di pesisir. Secara umum beberapa bagian wilayah pesisir yang rendah ini akan sangat mungkin terendam apabila di kemudian hari terjadi lagi bencana tsunami dengan tinggi run up yang samaKata Kunci: Kerawanan, Tsunami, Pesisir, Bantul 
Pengaruh Penggunaan Kaporit Sebagai Desinfektan Terhadap Daya Aroma Pakan Pada Budidaya Udang Windu ( Penaeus monodon Fabricius) Suryono Suryono; Wibowo Edi; Ria Azizah; Raden Ario; Gentur Handoyo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 2 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.138 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i2.1740

Abstract

Tiger prawn ( Penaeus monodon Fabricius)  is one of very ideal species  of crustacean  to be cultivated. This is  due to  its growth is very quickly, highly survival rate, easy to live in compartement, and  its also very acceptable  by local and international market. In order to  increase production of cultivation, therefore caporit was applicated as disinfectant in cultivation  in order  to reduce  virus and bactery which  couse of  diseases. However to date, the impact of the use of kaporit has  not yet been known on  food attractant  degradation. The aim of  this research was  to know effect of the use of  caporit on food attractant  by the prawn. Research was conducted  in  Marine Station Teluk Awur, Jepara. Faculty of Fishery and Marine Science Diponegoro University.  The method of this research was ekperimental Laboratory  by using complete randomly  design  ( RAL) with four treatments and three replication , concentration kaporit 0 ppm  as control ( K1)  2 ppm ( K2), 4 ppm ( K3) and 6 ppm ( K4)., respectively. Data obtained was tested by F test ( Anova)The Results showed that food attractant  of  control treatment (K1)  is 53,68, K2 ( 2 ppm) is 285,25, K3 ( 4 ppm) is]364,59 and K4 ( 6 ppm) is]373,37 seconds. The  Results of statistical analysis confirmed  that the use of kaporit have an effect on food attractant   ( P < 0.05). However , continued test by BNT shows  that only  control gave  significant  different to the treatment, but  within threatment was not  give significant different . Udang windu (Penaeus monodon Fabricius) merupakan salah satu spesies crstacea yang ideal untuk dibudidayakan. Hal ini dikarenakan pertumbuhannya yang cepat, derajad kelulus hidupannya yang tinggi, tahan hidup dalam  tempat pemeliharaan, serta sangat digemari oleh konsumen dalam dan luar negeri. Guna peningkatan produksi dalam budidaya maka  digunakan kaporit sebagai disinfektan pada media air budidaya guna pengendalian bakteri dan virus sebagai penyebab munculnya penyakit. Namun sampai saat ini belum diketahui  dampak penggunaan kaporit terhadap penurunan daya aroma pakan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui pengaruh penggunaan kaporit terhadap daya tarik udang pada pakan yang diberikan. Penelitian dilaksanakan di Marine Station Teluk Awur,  Jepara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Metode yang dipergunakan  dalam penelitian ini adalah metode ekperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan yaitu empat perlakuan  terdiri dari konsentrasi kaporit 0 ppm (K1) sebagaai perlakukan kontrol, dan  2 ppm (K2), 4 ppm (K3) serta  6 ppm (K4) sebagai perlakukan utama. Data yang diperoleh selanjutnya  dilakukan uji F  (Anova). Hasil penelitian menunjukan bahwa  daya Tarik udang terhadap pakan yang diberikan  pada perlakukan kontrol (0 ppm)  (K1)  adalah 53,68, detik, K2 ( 2 ppm) adalah  285,25 detik , K3  (4 ppm) adalah  364,59 detik  dan K4 (6 ppm) adalah  373,37 detik. Hasil analisis ragam menunjukan  bahwa penggunaan kaporit  berpengaruh terhadap daya aroma pakan (P < 0.05). Uji lanjut BNT menunjukan  bahwa perlakukan  Kontrol  berbeda sangat nyata (P< 0.001) terhadap perlakuan yang dicobakan, tetapi  antar perlakukan tidak menunjukan perbedaan  nyata satu terhadap yang lain. 
Kondisi Terumbu Karang Di Pantai Empu Rancak Kabupaten Jepara Suryono Suryono; Edi Wibowo; Raden Ario; Nur Taufiq SPJ; Ria Azizah
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 1 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.676 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i1.2301

Abstract

 Empu Rancak coastal  waters in Karanggondang village, Mlonggo District is one of the coral reef ecosystem location in coastal area of  Jepara Regency. Following the growth of culinary and Marine  tourism bring the need for monitoring the condition of coral reefs so that such activity does not provide ecological impacts against the condition of coral reefs. The method used to assess the condition of coral reefs  is Line Intercept Transect which done by percentage calculation of living coral coverage. The research results shows that the condition of the coral reefs in a depth of 3 metres found coral cover percentage of 4.5%, while at a depth of 6 meters found coral cover percentage of 9.7%. From this result indicates the coral reefs in critical condition,however the high biodiversity and dominance index value is presumed that these coral reefs was in good condition. It`s showed by the high percentage of coral die either at a depth of 3 metres (95.54%) or at a depth of 6 meters(90.30%). The diversity of species of coral were found at a depth of 3 meters consist of 6 genus, they are: Goniastrea sp., Favia sp., Galaxea sp., Porites, Acropora sp. and Montipora sp., whereas at a depth of 6 meters were found more species of coral diversity for at least 11 genus, they are: Acropora sp., Favites sp., Echinopora sp., Goniastrea sp. Symphyllia agaricia sp, Favia sp., Goniopora sp., Porites sp., Montipora sp., Platygyra sp., and Montastrea sp. The condition of coral reefs cover which relatively critical are caused by decreasing the quality of waters ecology that caused by sedimentation rate and runoff processes of land activity, high waves in northwest monsoon and the growth of culinary tourism as well as marine  tourism in Empu Rancak coastal  waters gradually worsen the condition of coral reefs.  Perairan pantai Empu Rancak desa Karanggondang, Kecamatan Mlonggo merupakan salah satu lokasi ekosistem  terumbu karang yang berada pesisir di kabupaten Jepara. Dengan berkembangnya aktivitas wisata kuliner serta wisata  bahari, maka perlu dilakukan pemantauan kondisi terumbu karang agar kegiatan tersebut tidak tidak memberikan dampak ekologi terhadap kondisi terumbu karang. Metode yang dipergunakan untuk menilai kondisi terumbu karang adalah  dengan metode perhitungan persentase penutupan karang hidup menggunakan Line Intercept Transect. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kondisi terumbu karang di kedalaman 3 meter ditemukan prosentasi tutupan karang sebesar 4,5 %, sedangkan pada kedalaman 6 meter ditemukan prosentase tutupan karang sebesar 9,7 %, maka kondisi terumbu karang di perairan pantai empu rancak Mlonggo, dalam kondisi buruk sekali, namun tingginya keanekaragaman dan nilai indeks dominasi, maka diduga bahwa terumbu karang dilokasi penelitian pernah dalam kondisi baik sebelumnya. Hal ini ditunjukan dengan tingginya prosentase karang mati baik pada kedalaman 3 meter (95,54 %) maupun pada kedalaman 6 meter (90,30 %). Keanekaragaman jenis karang yang ditemukan pada kedalaman 3 meter terdiri atas 6 genus yaitu : GoniastreaSp., Favia Sp., Galaxea Sp., Porites Sp., Acropora Sp.,dan Montipora Sp.,sedangkan pada kedalaman 6 meter ditemukan keanekaraamanan jenis karang yang lebih banyak (11 genus), yaitu : Acropora sp., Favites sp., Echinopora sp., Goniastrea sp., Symphyllia agaricia, Favia sp., Goniopora sp., Porites sp., Montipora sp., Platygyra sp. ,dan Montastrea sp. Kondisi tutupan terumbu karang yang relatif buruk sekali  diduga  diakibatkan oleh menurunnya kualitas ekologi perairan yang diakibatkan oleh oleh tekanan  laju  sedimentasi serta proses  run off dari aktivitas didaratan, tingginya paparan  gelombang pada saat musim barat serta  berkembangnya  wisata kuliner serta wisata bahari  di perairan Pantai Empu rancak yang  memperburuk kondisi terumbu karang.  
Spatial Structure Analysis of Benthic Ecosystem Based on Geospatial Approach at Parang Islands, Karimunjawa National Park, Central Java, Indonesia Muhamamd Helmi; Afrina Aysira; Munasik Munasik; Anindya Wirasatriya; Rikha Widiaratih; Raden Ario
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 1 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8882.463 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i1.7284

Abstract

This research examines the spatial structure of live coral based on its patches on a geospatial data. Spatial structure is a part of the landscape ecology approach that has been applied on terrestrial and applied on marine ecosystems on this research. It is including Mean Shape Index (MSI), Number of Patches (NumP), Mean Patch Size (MPS), Total Seascape Area (TLA) and Class Area (CA). Live coral patches were extracted based on GeoEye-1 satellite image with several tasks, such as ortho-rectification, atmospheric calibration, water column correction; Lyzenga transform and supervised classification. A field survey was done in 2015 - 2016 with 38 verification sites and 16 sites of manta tow. Live coral patches produced a significant accuracy (overall accuracy=84.1%, user accuracy= 81.8%, producer accuracy = 90%, and Kappa Index k = 0.81%). Live coral was found 35% (CA: 201.99 ha) of seascape TLA area 814.19 ha and spread over a large number of patches (NumP: 5613-21087 patches). The live coral had a mean shape index (MSI) between 1.23 to 1.25 and the average size of patches (MPS) between 0.0029 - 0.0082. This approach could be applied to reef ecosystems and becomes a baseline data to anticipate future damage.
Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Pantai Megaproyek PLTU Batang, Jawa Tengah Febriana Banun Fitrianti; Raden Ario; Widianingsih Widianingsih
Journal of Marine Research Vol 11, No 3 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i3.31697

Abstract

Adanya aktivitas pembangunan Megaproyek PLTU Batang diduga akan menurunkan kualitas lingkungan perairan khususnya di sekitar Megaproyek PLTU Batang. Salah satu organisme penting bagi ekosistem perairan adalah fitoplankton yang memaninkan perairan dalam produktivitas primer. Fitoplankton adalah mikro organisme autotrof yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton di Perairan Pantai Megaproyek PLTU Batang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif sedangkan penentuan stasiun digunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 periode waktu pada November 2020 – Februari 2021 di 3 stasiun.  Letak stasiun menjorok ke arah laut yaitu dengan stasiun 1 merupakan perairan paling dekat dengan Megaproyek PLTU Batang, stasiun 2 berada di perairan antara Megaproyek PLTU Batang dengan laut dan untuk stasiun 3 berada di laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 19 genus fitoplankton berasal dari 2 kelas yaitu 15 genus dari kelas Bacillariophyceae dan 4 genus dari Dinophyceae. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 2.581-10.137 sel/L dengan indeks keanekaragaman 1,61-2,59 tergolong sedang. Indeks keseragaman berkisar antara 0,67-0,99 menunjukkan persebaran merata dan tingkat dominansi rendah. Kandungan nitrat berkisar antara 0,28-0,71 mg/L sedangkan kandungan fosfat berkisar antara 0.08 – 0.74 mg/L sehingga kandungan nitrat dan fosfat di Perairan Pantai Megaproyek PLTU Batang berada di atas baku mutu air laut untuk biota laut. The existence of the Batang PLTU Megaproject development activity is expected to reduce the quality of the aquatic environment, especially around the Batang PLTU Megaproject. One of the important organisms for aquatic ecosystems is phytoplankton. Phytoplankton is an autotrophic organism that can be used as an indicator of water quality. The purpose of this study was to determine the composition, abundance, and community structure of phytoplankton in the Coastal Waters of the Batang PLTU Megaproject. The research method used was descriptive exploratory method while the determination of the station used purposive sampling method. Sampling was carried out for 3 time periods in November 2020 - February 2021 at 3 stations. The location of the stations protrudes towards the sea, with station 1 being the waters closest to the Batang PLTU Megaproject, station 2 being in the waters between the Batang PLTU Megaproject and the sea and for station 3 be at sea. The results showed that there were 19 genera of phytoplankton from 2 classes, namely 15 genera from the Bacillariophyceae class and 4 genera from Dinophyceae. The abundance of phytoplankton ranged from 2,581-10,137 cells/L with a diversity index of 1.61-2.59 classified as moderate. The uniformity index ranged from 0.67-0.99 indicating an even distribution and a low level of dominance. The nitrate content range from 0.28 to 0.71 mg/L while the phosphate content range from 0.08 to 0.74 mg/L so that the nitrate and phosphate content in the Coastal Waters of the Batang PLTU Megaproject is above the sea level for marine biota.
Studi Habitat Peneluran Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) di Pulau Menjangan Kecil Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara Jawa Tengah Tasha Iary; Adi Santoso; Raden Ario
Journal of Marine Research Vol 7, No 3 (2018): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.326 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v7i3.25913

Abstract

ABSTRAK : Penyu merupakan salah satu anggota reptil berkarapas yang hidup di laut. Keberadaan penyu saat ini semakin lama semakin berkurang. Hal ini menyebabkan Penyu terdaftar dalam Apendik I Konvensi Perdagangan Internasional Fauna dan Flora Spesies Terancam (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora - CITES). Salah satu jenis penyu yang bersifat khas dan populasinya semakin berkurang adalah penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Kepulauan Karimunjawa diketahui menjadi salah satu habitat peneluran penyu Sisik di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Menjangan Kecil Kepulauan Karimunjawa untuk mengetahui karakteristik habitat peneluran penyu Sisik (E. imbricata) yang ditinjau dari aspek biologi dan geofisik yang terdiri dari jenis vegetasi, jenis predator yang dijumpai, lebar pantai, kemiringan pantai, suhu pasir, kadar air dalam pasir, dan pengukuran butiran pasir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukan beberapa karakteristik geofisik habitat peneluran penyu sisik di Pulau Menjangan Kecil meliputi kemiringan pantai yang berkisar 2,51o - 4,85o, suhu pasir antara 27˚ – 28,˚C, kemudian kadar air sedimen rata-rata sebesar 4,94%, dan ukuran butir pasir didominasi oleh pasir halus. Sementara karakteristik biologi meliputi vegetasi yang didominasi oleh Kelapa (Cocos nucifera), Katang (Ipomoea pes-caprae), dan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), dan predator yang dijumpai adalah Semut Merah (Oechophylla smaragdina), Kepiting (Ocypoda sp.), dan Biawak (Varanus salvator). ABSTRACT : Turtle is one of carapaced reptiles that live in the sea. Currently, the existence of turtles progressively reduced and has been listed in Appendix I of the Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora - CITES. One of the turtles that is unique and the population was reduced is Hawksbill Turtle (Eretmochelys imbricata). Karimun Islands is known to be one of the hawksbill turtle’s nesting habitat in Indonesia. This research was conducted in Menjangan Kecil Island, Karimunjawa Islands know the nesting site characteristics of Hawksbill turtle (E. imbricata) that evaluated from various aspects including biology, such as the type of vegetation and kinds of predators, and geophysics that consist coastal width, coastal slope, sand temperature, water content in the sand, and the measurement of grains of sand. The method used in this research is descriptive exploratory. The results showed some hawskbill turtle’s geophysical characteristics of nesting site in Menjangan Kecil Island include coastal slope in the range of 2.510 - 4.850, the sand temperature between 27-28˚C, the average of the water content of sediment is 4.94%, and the size of sand grains is dominated by fine sand. While the biological characteristics include vegetation that dominated by Coconut Tree (Cocos nucifera), Katang (Ipomoea pes-caprae), and Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), and the predator that encountered are red ants (Oechophylla smaragdina), crabs (Ocypoda sp.), and lizards (Varanus salvator).
Co-Authors Abista Ahmad Romadoni Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Afrina Aysira Agus Indarjo Agus Indarjo Agus Sabdono Agus Trianto Akhmad Tri Prasetyo Aldhian Triatmojo Alfi Satriadi Ali Djunaedi Ali Djunaedi Ali Djunaedi Ali Ridlo Alin Fithor Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Amrullah Rosadi Anantya Setya Perdana Andreas Ricky Hermawan Anindya Wirasatriya Arif Maa’ruf Al Ayyub Arum Wahyuning Prita Bagas Santosa Bagaskara, Widigdo Bagus Bambang Jati Laksono Bambang Sulardiono Bambang Yulianto Bayu Kreshna Adhitya Sumarto Br Ginting, Feny Amelia Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adhi Suryono Deftika Mulyawati Denny Nugroho Sugianto Destalino Destalino Diah Permata Wijayanti Dinar Ayu Budi Dodik S. Wicaksono Dwi Haryanti Dzakwan, Ardhatama Zafron Eddy Soekendarsi Edi Fahrur Rozy Edi Wibowo Edi Wibowo Edi Wibowo Kushartono Endang Supriyantini Eva Widayanti Widayanti Fauzia Farida Febriana Banun Fitrianti Feny Amelia Br Ginting Gandang Herdananto Nugroho Gentur Handoyo Hadi Endrawati Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hidayat, Noer Chozin Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Isdradjad Setyobudiandi Ita Riniatsih Janson Hans Pietersz Justin Cullen Jusup Suprijanto Kassagi, Muhamad Fajar Azmi Kiki Ade Kumala Kumala, Kiki Ade M. Fachrul AS Mardliyah, Riani Muhamamd Helmi Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Syaifudien Bahry Mulyawati, Deftika Nining Nursalim Nirwani Soenardjo Nita Puspita Sari nita puspita sari Noer Chozin Hidayat Nur Taufiq Nur Taufiq SPJ Nur Taufiq-Spj Nurvita Agristiyani Perdana, Anantya Setya Petrus Subardjo Pratiwi Megah Sundari Pribadi, Rudi Radila Widya Shafiya Raja Aditia Sahala Siagian Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Riani Mardliyah Rikha Widiaratih Rini Pramesti Rizkiyani, Hasna Moraina Rosadi, Amrullah Rudhi Pribadi Rudhi Pribadi Rudi Pribadi Safira Aisha Putri Shafiya, Radila Widya Sri Redjeki Sri Redjeki Sri Redjeki Sri Sedjati Subagiyo Subagiyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Surya Fajar Suryono Suryono Syahrial V. Canavaro Syahrial Varrel Canavaro Tasha Iary Tiara Anggita Tiara Anggita Tiurma S Triatmojo, Aldhian Triono Agung Virda Maya Definta Wibowo Edi Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Yunika Ayu Setya W Ayu Setya W. Yunika Ayu Setya W Ayu Setya W.