Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN ULAYAT AKIBAT REKLAMASI DI PULAU SERANGAN I Gede Surya Darmawan; Anak Agung Gede Raka Gunawarman
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.6.1.775.37-44

Abstract

ABSTRAK Fenomena reklamasi di Pulau Serangan telah merubah pola penggunaan lahan termasuk lahan ulayatnya seperti Lahan Pelaba Pura dan Lahan Druwe Desa. Berbagai jenis perubahan penggunaan lahan baik dari segi bentuk, ukuran, luasan, letak, dan jenis penggunaan lahan ulayatnya, tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti faktor fisik lahan, ekonomi, kelembagaan, dan faktor-faktor lainnya. Adapun metodologi yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode purposif sampling. Hasil penelitian didapatkan 6 kasus jenis perubahan penggunaan lahan ulayat yaitu kasus 1 (penyatuan Banjar Kubu dengan Banjar Dukuh), kasus 2 (perluasan areal Kuburan), kasus 3 (perubahan letak dan luasan Pasar, LPD, dan KUD), kasus 4 (lahan hasil reklamasi yang dijadikan Balai Konservasi Penyu dan Fasilitas Watersport), kasus 5 (pura-pura kepemilikan Puri Kesiman), kasus 6 (pura-pura kepemilikan Desa Pakraman Serangan). Berdasarkan keenam kasus tersebut, penyebab utama terjadinya perubahan penggunaan lahan ulayat di Pulau Serangan adalah datangnya investor PT. BTID yang melaksanakan reklamasi menjadi empat kali lipat dari luas asli Pulau Serangan serta membeli dan tukar guling lahan eksisting untuk dijadikan kepemilikan PT. BTID seperti kasus tukar guling lahan Banjar Kubu. Faktor utama inilah yang mendukung terjadinya perubahan fisik lahan ulayat dan sosial budaya masyarakat setempat serta faktor kelembagaan dari pihak PT. BTID dan lembaga adat yaitu Desa Pakraman Serangan serta pihak Puri Kesiman yang membuat suatu perjanjian dalam hal eksistensi lahan ulayat pasca reklamasi. Terdapat suatu kompensasi yang dijanjikan oleh PT. BTID yang pada dasarnya menguntungkan semua pihak namun terdapat beberapa perjanjian yang hingga sekarang masih belum direalisasikan oleh pihak PT. BTID karena proyek mega wisata ini masih belum dilanjutkan. Selain itu terdapat pula faktor di luar nalar manusia yaitu adanya pawisik dari Ida Bhatara kepada tokoh masyarakat setempat untuk mendirikan Pura Batu Api dan Pura Batu Kerep. Kata Kunci : faktor-faktor pengaruh, lahan ulayat, reklamasi ABSTRACT The phenomenon of reclamation in Serangan Island has changed the land use pattern including Ulayat Land such as Pelaba Pura Land and Druwe Desa Land. Various types of land use change in terms of shape, size, extent, location and type of Ulayat Land, of course, backed by various factors such as physical factors land, economy, institutional, and other factors. The methodology used qualitative descriptive with purposive sampling method. The result of this research are 6 cases of land use change, namely case 1 (Banjar Kubu and Banjar Dukuh), case 2 (extension of cemetery area), case 3 (location change and area of Traditional Market, LPD and KUD), case 4 (land post-reclamation that was used as Turtle Conservation Center and Watersport Facilities), case 5 (temples ownership of Puri Kesiman), case 6 (temples be ownership of Desa Pakraman Serangan). Based on the six cases, the main cause of the change of Ulayat Land on Serangan Island is the arrival of PT. BTID that carried out the reclamation to be four times the original area of Serangan Island as well as buy and exchange the existing land for the ownership of PT. BTID is like Banjar Kubu land swap. This is the main factor that supports the physical changes of ulayat land and socio-culture of local communities and institutional factors of PT. BTID and customary institutions namely Desa Pakraman Serangan and Puri Kesiman made an agreement in terms of ulayat land existence after reclamation. There is a compensation promised by PT. BTID which basically benefits all parties but there are some agreements that until now still not realized by the PT. BTID because the mega tourism project is still not resumed. In addition there are also factors outside the human reason that the pawisik from Ida Bhatara to local community leaders to establish Pura Batu Api and Pura Batu Kerep. Keywords: influence factors, lahan ulayat, reclamation
Kenyamanan Termal pada Taman Air Berarsitektur Tradisional Bali (Studi Kasus: Tirta Gangga) I Wayan Wirya Sastrawan; I Gede Surya Darmawan; Ni Wayan Meidayanti Mustika
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1224.47 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1018.51-59

Abstract

Thermal comfort is an absolute for the human body, therefore human always attempting to customise the environment to achieve thermal convenience for the body. Water parks in this research are planned with the built environment applying the elements of the exterior space architecture supported the concept of traditional Balinese architecture. See the conditions, then there is an important opportunity and conducted research on the characteristics of the thermal comfort of the water garden. The focus of this research is the thermal comfort level and element of outdoor space in the garden Tirta Gangga, Karangasem. Taman Tirta Gangga was chosen as the locus of research because it has the characteristics of a typical application elements especially water parks that dominate and the application of the concept of traditional Balinese architecture. The purpose of this research was to identify the distribution of thermal conditions, knowing the level of influence of the outside space of the element against thermal conditions, and the extent of the impact of the pattern arrangement of water garden with traditional Balinese architecture concept against thermal comfort. So the results of this research can be used as a foundation for architects in developing and designing a water garden can function optimally. In this study using the method of comparison and simulation to see thermal comfort condition visualisation objects of research. From the results of the simulations can be used to identify the influence of the element of outdoor space and the concept of traditional Balinese architecture against the thermal comfort on the object of research. Kenyamanan termal menjadi hal yang mutlak bagi tubuh manusia, oleh karenanya manusia sesalu berusaha mengkondisikan lingkungan untuk mencapai kenyamana termal bagi tubuhnya. Salah satu tempat manusia beraktivitas adalah ruang luar. Taman air dalam penelitian ini merupakan lingkungan binaan terencana dengan mengaplikasikan elemen-elemen arsitetur ruang luar yang didukung konsep Arsitektur Tradisional Bali. Melihat kondisi tersebut, maka terdapat peluang dan penting dilakukan penelitian mengenai Karakteristik Kenyamanan Termal Taman Air. Fokus penelitian ini adalah tingkat kenyamanan termal dan elemen ruang luar di Taman Tirta Gangga, Karangasem. Taman Tirta Gangga dipilih sebagai lokus penelitian karena memiliki karakteristik yang khas terutama penerapan elemen taman air yang mendominasi serta penerapan konsep Arsitektur Tradisional Bali. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi sebaran kondisi termal, mengetahui tingkat pengaruh elemen ruang luar terhadap kondisi termal, dan sejauh mana pengaruh pola penataan taman air dengan konsep Arsitektur Tradisional Bali terhadap kenyamanan termal. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi arsitek dalam mengembangkan dan merancang Taman Air yang dapat berfungsi secara optimal. Dalam penelitian ini menggunakan metode komparasi dan simulasi untuk melihat visualisasi kondisi kenyamanan termal dalam obyek penelitian. Dari hasil simulasi tersebut dapat digunakan mengidentifikasi pengaruh elemen ruang luar dan konsep Arsitektur Tradisional Bali terhadap kenyamanan termal pada obyek penelitian.
Penerapan Konsep Humanistik pada Desain Glam Camp Di Kintamani, Bangli I Kadek Brahes Suara; Ni Wayan Meidayanti Mustika; I Gede Surya Darmawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 1 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.1.3509.163-171

Abstract

Glam camp di Daerah Kintamani menjadi salah satu alternatif fasilitas wisata yang yang sangat diminati oleh wisatawan domestik maupun manca negara yang sedang menikmati liburan di Pulau Bali beberapa tahun terakhir. Masih terdapat banyak permasalahan dari sisi manajemen dan desain dari fasilitas wisata alam glam camp di Daerah Kintamani sesuai data survey yang didapat untuk tujuan penyediaan pelayanan yang ideal bagi pengunjung. Beberapa permasalahannya adalah kurang nyamannya penataan area Glam camp, hubungan antar massa yang terlalu padat dan minimnya penyediaan fasilitas penunjang dan servis untuk yang menginap, akses lokasi yang sulit di jangkau dan tidak tertata serta pemanfaatan view yang kurang maksimal. Pendekatan konsep humanistic untuk perencanaan Glam camp di Kintamani ini dipilih sebagai solusi dalam menyelesaikan permasalahan desain secara umum dan memastikan kenyamanan pengguna dalam beraktifitas. Konsep Humanistik adalah konsep yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi dalam berwisata alam sehingga akan terciptanya rasa keamanan, kenyamanan dan kepuasan bagi pengunjung pada tempat wisata ini. Metode yang digunakan dalam paparan ini adalah motode deskriptif kualitatif dan programatik. Luaran desain Glam camp di Kintamani, Bali yang menerapkan konsep Humanistik ini adalah desain glam camp yang bisa menjawab kebutuhan pengunjung baik dari segi kelengkapan fasilitas, pelayanan pengunjung dan keamanan pengunjung yang utama. Untuk tampilan bangunan yang mampu berintegrasi dengan konteks lingkungan diterapkan tema Arsitektur Tropis yang sangat sesuai dengan fungsi glam camp pada seting lingkungan alamiah di Kintamani, Bangli.
Panti Jompo dengan Pendekatan Healing Environment di Denpasar Shinta Mustika Dewi Wijaya; I Gede Surya Darmawan; I Wayan Wirya Sastrawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 2 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali is one of the provinces with the 4th largest elderly population in Indonesia. Denpasar City has a number of neglected elderly people as many as 416 people which causes a lack of elderly housing facilities. The increase in the number of neglected elderly people in Bali is still neglected from a social, cultural and psychological perspective and for example, the Wana Seraya Denpasar PSTW still shows that 50% of respondents experience depression and 50% of respondents live with poor quality. From a field survey in several nursing homes in Bali it is still not feasible to support the activities of the elderly based on existing standards. The purpose of this research is to analyze the characteristics of users, types of main rooms, be able to apply the concept of healing environment, and design themes, and be able to formulate planning and design concepts in the designed nursing home. Descriptive qualitative research method to determine natural conditions and researchers go directly to the field with the object of research so as to describe the data obtained clearly and in accordance with the conditions in the field. The results of this study are the provision of a residential facility, mental and physical health facilities, spiritual facilities for getting closer to oneself and a creative vessel that can improve the physical and psychological conditions of the elderly who have experienced a deteriorating condition with environmental assistance and pay attention to other architectural elements.
Perencanaan Dan Perancangan Pasar Seni Tradisional Dengan Fasilitas Creative Hub Di Gianyar, Bali. I Made Ari Saputra Ari Saputra; I Gede Surya Darmawan; Agus Kurniawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 2 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The traditional art market is part of the supporting facilities for the tourism sector. In its role, the traditional art market acts as a forum for UKM to play a role in the trading industry. The traditional art market is a traditional market whose commodities sell handicraft goods from UKM with the sales method applying the traditional system, namely by bargaining. Gianyar Regency, Bali has potential in the industrial, tourism and trade sectors. Based on the results of observations on the development of facilities, the convenience and arrangement of stall and traders are not so good that it affects the convenience of visitors, plus the development of modern souvenir shops, it can be seen from the decreasing interest of visitors from the traditional art market. As a traditional art market where UKM take shelter, it is necessary to develop the potential of UKM and artists in traditional art markets, restore the comfort and interest of visitors in the art market, and provide good facilities in its future development, a new idea and design is needed, namely an art market that has Facilities that can develop the potential of UKM and local artists are the Art Market which is equipped with Creative Hub facilities and applies architecture that is close to art itself, adaptive and dynamic architectural designs to time and conditions.
Kriteria Desain Pusat Penelitian Dan Pameran Agrikultur Di, Petang, Badung, Bali Nyoman Maha Artha; I Nyoman Gede Maha Putra; I Gede Surya Darmawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 1 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.1.3579.66-75

Abstract

Tulisan ini membahas tentang kriteria desain dalam perancangan pusat penelitian dan pameran agrikultur yang dapat memberikan sebuah inovasi dan mendorong sektor agrikultur menjadi lebih maju dan berkembang. Penelitian dilakukan di daerah kecamatan Petang, kabupaten Badung, yang mana merupakan daerah pertanian di Bali dengan upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan.serta kurangnya daya tarik terhadap sektor agrikultur didorong oleh permasalahan yang dihadapi petani dan kurangnya pengembangan di dunia agrikultur. Dengan melakukan studi literatur dari berbagai sumber termasuk studi banding dengan fasilitas yang sudah ada di dalam maupun di luar negeri. Sehingga didapatkan hasil berupa spesifikasi ruang dan pengguna serta aktivitas yang akan dilakukan di dalam kawasan ini, dan juga bagaimana skema yang dirancang pada fasilitas ini baik dari segi arsitektur maupun keterkaitan nya dengan lingkungan dan sektor agrikultur itu sendiri yang mengimplementasikan arsitektur yang eksperimental dan menarik serta eksibisi dalam sektor pertanian untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah pusat penelitian dan pameran agrikultur yang dirancang dengan kriteria desain yang baik akan melahirkan sebuah inovasi baru yang secara eksperimental akan mampu menyelesaikan permasalahan di dalam sektor agrikultur terutama di daerah Bali.
Pendekatan Antropometri Pada Ruang Bangun Panti Sosial Lansia Di Badung-Bali Ni Kadek Melia Mega Dewi; I Gede Surya Darmawan; I Wayan Parwata
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 1 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.1.3580.21-29

Abstract

Panti sosial lansia merupakan tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela maupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk dirawat dan diurus segala keperluannya. Namun kondisi panti sosial lansia yang sering dijumpai masih sangat minim memperhatikan ruang gerak dengan menggunakan dimensi tubuh manusia (antropometri) untuk lansia itu dapat beraktivitas. Dimana antropometri merupakan pengukuran gerak tubuh dan dimensi tubuh manusia. Pendekatan antropometri dipilih pada panti sosial lansia ini guna menciptakan ruang-ruang dan hubungan antar ruang yang sesuai sehingga dapat membantu lansia menjalankan aktivitasnya secara mandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan antropometri pada panti sosial lansia di Badung, guna memberikan kenyamanan dan keselamatan untuk lansia dalam beraktivitas pada panti sosial tersebut. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Penerapan pendekatan antropometri pada panti sosial lansia ini diharapkan dapat mengurangi kecelakaan atau cedera pada lansia dalam beraktivitas secara mandiri.
Pendekatan Arsitektur Kontemporer Pada Bangunan Youth Center Di Denpasar Ni Gusti Ayu Trisnawati Trisnawati; I Gede Surya Darmawan; Made Anggita Wahyudi Linggasani
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 1 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.1.3596.30-39

Abstract

Kenakalan remaja timbul karena remaja memiliki keinginan untuk mencoba segala hal baru dalam proses pencarian jati diri. Saat remaja berada di titik tersebut, maka saat itulah peran serta bimbingan orang dewasa disekitarnya dapat menentukan remaja tersebut. Perancangan Youth Center merupakan salah satu wadah yang akan memberi fasilitas kepada remaja untuk mengembangkan potensi diri remaja. Youth Center memiliki tujuan untuk menjadi pusat kegiatan remaja yang menekankan pada banyak aktivitas diantaranya kegiatan sosial, rekreasi , kreativitas dan melakukan kegiatan seni serta olahraga yang bisa dilakukan oleh para remaja dalam proses mengembangkan bakat dan minat. Pendekatan dengan Arsitektur kontemporer pada Youth Center dipilih karena menekankan terciptanya ruang-ruang yang menyatu satu sama lain untuk mengurangi terciptanya ruangan negatif agar remaja tidak melakukan kegiatan negatif di dalam Youth Center. Dengan demikian pendekatan yang digunakan pada perancangan Youth Center akan menjadi sesuatu yang iconic dan mampu memberi penekanan yang berbeda dari pengembangan bakat yang sudah terdapat sebelumnya baik dari segi penyedian fasilitas yang spesifik untuk pengembangan remaja hingga dari tampilan luar arsitektur yang dapat mewakilkan identitas remaja yang sesuai.
Tektonika Kayu pada Museum Wiswakarma Sebagai Kajian Bentuk Struktur dan Tampilan Estetika I Wayan Angga Wiradana; Kadek Wahyu Kartika Putra; I Komang Mahendra Adi Wijaya; Cokorda Istri Arina Cipta Utari; I Gede Surya Darmawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. S1 (2021): UNDAGI: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa (Special Issue
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The structure is not only a construction element, but also can give birth to the aesthetics of the building. The beauty in these structures is called tectonics. The Wiswakarma Museum is a building that has beauty in its structure, so it has the potential to be explored using a tectonic approach. The tectonic concept applied using wood as the main material is called wood tectonics. Wood tectonics is a building construction system that uses wood materials and can produce an aesthetic appearance. The problem raised in this research is how to apply the concept of wood tectonic at the Wiswakarma Museum. This research was conducted with the aim of revealing the application of wood tectonics at the Wiswakarma Museum by paying attention to tectonic aspects (principle of stability, principle of strength/rigidity/rigid, principle of balance, principle of visual aesthetics of tectonic structures, and flow of load acceptance). This study uses a qualitative method that is descriptive or descriptive analysis that describes the tectonics of wood at the Wiswakarma Museum. The final result of this research is a study of wood tectonics at the Wiswakarma Museum so that later they can understand the tectonic aspects of the Wiswakarma Museum.
Potensi Rekayasa Kayu Pada Bangunan Green Architecture I Putu Wikan Pithamaha; Cindy Avisha Khurniawan; I Made Pande Gosha Primayoga; Nyoman Ratih Prabandari; I Gede Surya Darmawan
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. S1 (2021): UNDAGI: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa (Special Issue
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.S1.4298.71-78

Abstract

Environmental problems, notably global warming, have recently emerged as a source of concern. In the world of architecture, there is a phenomenon known as "sick building syndrome," which refers to health and discomfort issues caused by poor air quality and air pollution in an occupied building, which affects residential productivity. There is also a lack of natural lighting and poor air ventilation.In addition to the existence of global warming, the development or invention of renewable energy becomes the impetus for the development of green buildings. As more people become interested in green building, timber materials become a viable option for creating a long-lasting structure. Wood has long been regarded as a sustainable material and a renewable resource. Wood may be protected in the forest by collecting naturally growing wood resources and following harvesting standards. Eco - friendly construction materials are required to decrease energy consumption, emissions, and trash or garbage in order to maintain a healthy and comfortable environment on the planet.