Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS ALTERNATIF BATAS WILAYAH LAUT KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN KENDAL Anggi Tiarasani; LM. Sabri; moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.696 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 33 provinsi dan mayoritas wilayahnya berupa laut. Untuk menjaga pengelolaan darat dan laut masing-masing daerah maka diberlakukan Permendagri No 1 Tahun 2006 tentang pedoman Penengasan Batas Daerah yang mengacu kepada Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Batas wilayah di laut merupakan pemisah antara daerah yang berbatasan berupa garis khayal (imajiner) di laut dan daftar koordinat di peta yang dalam implementasinya merupakan batas kewenangan pengelolaan sumber daya di laut. Berkaitan dengan undang-undang tersebut,  khususnya dalam pengelolaan sumber daya laut dan pesisirnya, ketegasan batas wilayah laut antar daerah menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Kepastian batas antar daerah yang berdekatan dimaksudkan untuk menghindari  konflik antar daerah dalam hal pengelolaan wilayah laut yang sangat mungkin terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan batas-batas dan cakupan kewenangan wilayah laut Kota Semarang dan Kabupaten Kendal yang dilakukan secara kartometrik dan menggunakan tiga peta yaitu peta LPI, peta RBI dan Peta Laut. Penelitian ini dilaksanakan dengan menentukan titik dasar dan garis dasar sebagai awal penarikan batas wilayah laut dan dilanjutkan dengan menentukan klaim 4 mil laut untuk masing-masing daerah. Penentuan batas laut Kota Semarang dan Kabupaten Kendal dilakukan dengan prinsip sama jarak (Equidistance) untuk pantai yang bersebelahan (adjacent coast).
ANALISIS DEFORMASI SEISMIK SESAR MATANO MENGGUNAKAN GNSS DAN INTERFEROMETRIK SAR Adnan Khairi; Moehammad Awaluddin; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.172 KB)

Abstract

ABSTRAKPulau Sulawesi merupakan bagian dari wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki tatanan tektonik yang rumit. Berdasarkan sumber-sumber gempa yang terbentuk akibat proses tektonik sebelumnya, sumber gempa di darat bersumber dari beberapa sesar aktif di daratan Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah Sesar Matano. Sesar Matano merupakan perpanjangan Sesar Palu Koro dari arah barat laut ke tenggara yang memotong Danau Matano. Akumulasi Energi (Locking) terbesar terdapat pada Sesar Matano yang mengindikasikan bahwa sesar aktif dan berpotensi untuk menghasilkan gempa yang besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memodelkan deformasi Sesar Matano berdasarkan vektor pergeseran dari pengamatan GNSS periodik pada Stasiun Titik Pantau Geodiamika (TPG) BIG dan pengolahan Multi-Temporal InSAR Persistent Scatter (PS) dan Small Baselines (SB) menggunakan citra SAR Sentinel-1 dengan rentang pegamatan Tahun 2016 sampai Tahun 2019.  Hasil pengamatan vektor pergeseran stasiun digunakan untuk mengkaji Strain-rate dan pola pola geser Sesar Matano. Estimasi model slip-rate dihitung dari vektor kecepatan line of sight (LOS) InSAR dan kecepatan stasiun. Hasil penelitian menunjukkan, pola pergeseran Sesar Matano menunjukkan pola geser mengiri (left-lateral strike-slip). Vektor pergeseran pada bagian utara sesar bergeser pada arah barat-barat laut dengan rentang nilai 9,865 - 15,059 mm/tahun, sedangkan vektor pergeseran pada bagian selatan sesar bergerak ke arah timur-tenggara dengan rentang nilai 9,590 - 16,483 mm/tahun. Vektor laju rotasi pada Sesar Matano cenderung menunjukkan rotasi berlawanan dari arah jarum jam. Pola laju rotasi semakin berkurang dari bagian utara sesar sebesar 14,6 deg/Mtahun menuju ke arah selatan menjadi 8,8 deg/Mtahun. Vektor laju regangan pada Sesar Matano menunjukkan pola laju regangan ekstensi pada bagian utara yang seiring berubah menjadi pola laju kompresi ke arah selatan. Hasil estimasi model slip-rate menunujukan besar laju geser pada segmen Sesar Sesar Matano-Pewusai memiliki rentang nilai slip optimal 17 – 28 mm/tahun dengan kedalaman 10 km dan pada segmen Sesar Matano didapatkan rentang nilai slip optimal 20 -24 mm/tahun pada kedalaman 10 km.Kata Kunci   : Deformasi, GNSS, MT-InSAR, Sesar Matano ABSTRACTSulawesi Island is part of the eastern part of Indonesia which has a complex tectonic order. Based on the sources of the earthquake formed by the previous tectonic process, the source of the earthquake on land originated from several active faults on the mainland of Central Sulawesi. One of them is the Matano Fault. Matano Fault is an extension of the Palu Koro Fault from northwest to southeast which cuts across Lake Matano. The Energy accumulation (Locking) is in the Matano Fault which indicates that the fault is active and has the potential to produce large earthquake. The purpose of this study is to model the deformation of the Matano Fault based on a movement vector from periodic GNSS observations at Titik Pantau Geodiamika (TPG) Station from BIG and Multi-Temporal InSAR Persistent Scatter (PS) and Small Baselines (SB) using Sentinel-1 images with a range of observations in 2016 to 2019. The results of observations of the station movement vector are used to study the strain rate and shear patterns of the Matano Fault. The slip-rate model estimate is calculated from the InSAR line of sight (LOS) velocity vector and the station movement. The results showed that the Matano Fault shear pattern showed a left-lateral strike-slip pattern. The movement vector in the north section of the fault moves in the west-northwest direction with a range of values 9,865-15,059 mm/year, while the movement vector in the south fault moves east-southeast with a range of values 9,590-16,483 mm/year. The rotation rate on the Matano Fault tends to show counterclockwise rotation. The rotation rate pattern decreases from the north of the fault from 14.6 deg/Myear to the south becomes 8.8 deg/Myear. The strain rate on the Matano Fault shows the extension strain rate pattern in the north which corresponds to a southward compression rate pattern. The slip-rate model estimation results show in the Matano-Pewusai Fault Segment has an optimal slip value range of 17-28 mm/ year with a depth of 10 km and in the Matano Fault segment the optimal slip value range of 20-24 mm/ year at depth 10 km.Key Words     : Deformation, GNSS, Matano Fault, MT-InSAR
PERBANDINGAN KETELITIAN PERHITUNGAN VOLUME GALIAN MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION DAN APLIKASI LAIN (STUDI KASUS: BENDUNGAN PANDANDURI LOTIM) Ana Rosida; Sutomo Kahar; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1849.385 KB)

Abstract

Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan dengan Cut and Fill adalah bagian yang sangat penting baik pada pekerjaan pembuatan jalan,bendungan, bangunan, dan reklamasi. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis - garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat datar profil melintang sepanjang jalur proyek atau bangunan. Perhitungan galian dan timbunan dapat dilakukan dengan menggunakan peta situasi dengan metode penggambaran profil melintang sepanjang jalur proyek atau metode grid-grid (griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan menghitung selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat perpotongan garis kontur dengan garis proyek.Dalam survei rekayasa, penentuan volume tanah adalah suatu hal yang sangat lazim. Seperti halnya pada perencanaan pondasi, galian dan timbunan pada rencana irigasi, jalan raya, jalan kereta api, penanggulangan sepanjang aliran sungai, perhitungan volume tubuh bendung, dan lain-lain, tanah harus digali dan dibuang ke tempat lain atau sebaliknya.Pada tugas akhir kali ini penulis akan mencoba membuat perhitungan volume dengan menggunakan metode koordinat untuk perhitungan luas penampang dan metode prismoida untuk tubuh tanah pada Microsoft Office Excel dan perhitungan dengan beberapa aplikasi lainnya sebagai pembanding yang akhirnya akan dibandingkan dengan hasil akhir galian di lapangan. Penulis berharap nantinya hasil perhitungan ini akan dapat benar-benar di aplikasikan pada perhitungan galian di pekerjaan galian pada proyek-proyek yang membutuhkan.Kata kunci: galian dan timbunan, volume, metode koordinat, prismoida, aplikasi, hasil akhir galian
PENGAMATAN PENURUNAN MUKA TANAH KOTA SEMARANG TAHUN 2017 Roy Kasfari; Bambang Darmo Yuwono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.504 KB)

Abstract

ABSTRAKPenurunan muka tanah merupakan fenomena yang merugikan bagi wilayah yang mengalaminya. Banyak faktor penyebab yang mendukung terjadinya fenomena ini diantaranya jenis tanah, tata guna lahan, penggunaan air tanah, dan sebagainya. Akibat yang ditimbulkan juga bermacam-macam seperti banjir rob serta kerusakan infrastruktur dan fasilitas di wilayah yang mengalami. Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia sudah mengalami fenomena ini. Dari penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2008 hingga tahun 2016, Kota Semarang telah mengalami laju penurunan muka tanah. Nilai Laju penurunan tanah juga berbeda pada setiap wilayah Kecamatannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Kota Semarang mengalami penurunan muka tanah setiap tahun. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya mitigasi. Setelah diketahui bahwa dari tahun 2008-2016 Kota Semarang mengalami penurunan muka tanah, maka pada tahun 2017 tetap dilakukan pengamatan untuk membuktikan apakah pada tahun 2017 Kota Semarang masih mengalami penurunan muka tanah. Mengetahui laju penurunan muka tanah Kota Semarang pada tahun 2017 dilakukan dengan menggunakan teknologi GPS. GPS melakukan pengamatan dan perekaman data pada 7 titik tersebar dan telah ditentukan letaknya di Kota Semarang. Titik tersebut antara lain N259, SP05, SMK3, CTRM, K371, dan KOP8 serta titik T447 sebagai base. Selanjutnya data yang diperoleh, diproses pada software GAMIT 10,6 (2016) untuk mengetahui nilai laju penurunan muka tanah. Dari penelitian ini, diperoleh nilai laju penurunan muka tanah tertinggi berada pada titik KOP8 yaitu berkisar ± 21,33 cm. Sementara itu, nilai laju penurunan terendah berada pada titik SMK3 yaitu berkisar ± 2,18 cm. Nilai laju penurunan muka tanah yang diperoleh merupakan laju penurunan yang dialami Kota Semarang selama kurun waktu empat tahun terakhir (2013-2017). Dan selanjutnya hasil laju penurunan dihubungkan dengan data sekunder seperti tata guna lahan, jumlah penduduk, penggunaan air tanah, dan jenis tanah.Kata Kunci : GPS, Kota Semarang, Laju Penurunan Muka Tanah ABSTRACTLand subsidence is a phenomenon that giving so many disadvantages to the exposed area. There are so many factors that cause this phenomenon such as land types, landuse, groundwater using, and many others. The various impact would happen, for instance, tidal flood and infrastructure and facility damage in the exposed area above. Semarang city as one of the big city in Indonesia has been experiencing this phenomenon. A research result that has conducted since 2008 until 2016 shows that Semarang city experienced a rate of land subsidence. The rate itself has a differentiation between each of sub-district. Based on those research that shown Semarang city has a rate land subsidence for every year. Therefore it requires a mitigation. After it is known that Semarang city has the rate of land subsidence from the year of 2008 until 2016, then an observing activity on 2017 is still required to know whether Semarang city has a rate of land subsidence or not. To find out the rate of land subsidence in 2017, it would be done by using a GPS. GPS is observing and data recording on seven spread points and the location has been determined in the Semarang city itself. Those seven points are N259, SP05, SMK3, CTRM, K371, KOP8, and the T447 as the base. Furthermore, after all of the data has been gathered, it is proceed by using GAMIT 10,6 (2016) software to finding out the rate of land subsidence. Based on this research it is known that the highest rate of land subsidence is located on point KOP8 which is around ±21,33 cm. Meanwhile, the lowest rate of land subsidence is located on SMK3 which is around ± 2,18 cm. Semarang city has been experiencing rate of land subsidence for the last four years (2013-2017). Furthermore, the rate of land subsidence is connected to secondary data such as landuse, the amount of population, groundwater using, and land types.Keywords : GPS, Rate of Land Subsidence, Semarang City
APLIKASI MOBILE IP (TELKOMSEL,INDOSAT,XL) UNTUK VERIFIKASI TDT ORDE-3 MENGGUNAKAN METODE RTK-NTRIP (Studi Kasus : Stasiun CORS UNDIP) Dzaki Adzhan; Bambang Darmo Yuwono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.066 KB)

Abstract

ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi GPS yang pesat melahirkan metode-metode pengukuran dapat menambah efisiensi dalam pengukuran seperti metode RTK-NTRIP. Pengukuran GPS metode RTK-NTRIP menggunakan internet protokol  (IP) secara mobile dalam pengiriman data koreksi GPS, sebagai solusi pengukuran yang lebih efisien dari segi teknis dalam pengukuran terestris.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketelitian titik yang dihasilkan provider  Telkomsel berada pada posisi terendah dibandingkan providerXL. Hasil dari uji hipotesis komparatif uji t dapat dibuktikan tidak ada perbedaan yang signifikan koordinat hasil pengamatan antara provider Telkomsel,Indosat dan XL dalam pengukuran GPS menggunakan metode RTK-NTRIP. Provider XL menjadi provider yang paling baik dipakai pada pengukuran ini karena memiliki nilai standar deviasi (S) yang paling kecil yaitu sebesar 0,112341229 m sedangkan provider Telkomsel yang paling rendah karena memiliki Standar deviasi (S) sebesar 0,191590617 m Kata Kunci :GPS , RTK-NTRIP, Provider, TDT-Orde 3   ABSTRACTAlong with technological growth fast GPS bear the measurement method can increase the efficiency in measurement of like method RTK-NTRIP. Measurement of GPS of method RTK-NTRIP use the internet protokol  ( IP) by mobile in corrective data delivery of  GPS, as more efficient measurement solution from technical aspect in field measurement.These results indicate that the accuracy of the resulting point Telkomsel provider is at the lowest position compared XL provider. Results from comparative hypothesis t test can be conclude it was no significant difference between Telkomsel , Indosat and XLcoordinateproviders in GPS measurement using RTK – NTRIP method .XL Provider best in measurement because it has a standard deviation ( S ) value 0,112341229 m , and the lowest provideris Telkomsel provider because it has a standard deviation ( S )value 0,191590617 Keyword: GPS , RTK-NTRIP, Provider, TDT-Orde 3           *) Penulis PenanggungJawab
Analisis Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang Dengan Meggunakan Sistem Informasi Geografis Handayani Nur Arifiyanti; Moehammad Awaluddin; L. M. Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.39 KB)

Abstract

Ruang terbuka hijau atau yang sering disingkat RTH memiliki banyak pengertian. Di dalam pengaturannya RTH juga dapat disebut dengan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP). Fungsi hijau dalam ruang terbuka hijau (RTH) kotamerupakan penyeimbang antara polusi udara dengan lingkungan alam. Lebih dari itu, masih banyak fungsi RTH termasuk fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik.Pada penelitian ini menggunakan Citra Quickbird Kota Semarang, peta garis Kota Semarang, peta permukiman Kota Semarang dan data Taman Kota semarang tahun 2012 untuk membuat sistem informasi geografis tentang RTH Kota Semarang. Jenis RTH yang diteliti dalam penelitian ini adalah hutan, jalur hijau jalan, taman, lapangan, makam, sawah dan perkebunan. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan software ArcGIS 9.3 dan Microsoft Excel 2010.Hasil penelitian ini menunjukkan dari 16 kecamatan yang dimiliki oleh Kota Semarang dengan luas sebesar 373,70  memiliki ruang terbuka hijau sebesar 17.149,902 Ha yang terdiri atas hutan 68.152.865,51, jalur hijau jalan 354.590,98 m, dan taman 268.143,41 , sedangkan ruang terbukah hijau privat yang dimiliki oleh Kota Semarang terdiri atas hutan produksi 23.347.152,35 , perkebunan 9.641.452,91, pertanian 17.588.565,97, lapangan 882,102,36 , dan makam 1.289.692,49 .Luasan kapasitas dari suatu taman atau yang bisa disebut dengan Carrying Capacity adalah 1,5 , dari acuan tersebut dan dilakukan perhitungan dengan cara perbandingan antara luasan taman dengan jumlah penduduk didapatkan hasil dari 64 taman aktif hanya 9 taman yang memenuhi standard dan 55 taman yang tidak memenuhi standart kapasitas taman bermain dan olahraga.Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Sistem Informasi Geografis, Carrying Capacity
STUDI SESAR LEMBANG MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-1A UNTUK PEMANTAUAN POTENSI BENCANA GEMPA BUMI Rifki Purnama Aji; Yudo Prasetyo; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.902 KB)

Abstract

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 8.693 gempa bumi terjadi dan mengguncang wilayah Indonesia ditahun 2017. Tempat terjadinya gempa bumi alamiah hampir 95 persen terjadi di daerah sesar dan daerah batas antar lempeng. Pada wilayah Kota Bandung terdapat struktur sesar Lembang dengan panjang jalur sesar yang mencapai 30 km. Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya beberapa aktivitas seismik dengan kekuatan kecil. Sesar Lembang digolongkan sebagai sesar normal.Pada dasarnya penelitian ini menggunakan data citra SAR Sentinel-1A pada tahun 2015 sampai tahun 2017 yang diproses dengan menggunakan metode DInSAR untuk mendapatkan informasi nilai deformasi. Informasi nilai deformasi hasil pengolahan DInSAR digunakan sebagai dasar perhitungan potensi gempa bumi akibat aktivasi sesar menggunakan perhitungan besar laju geser dan locking depth.Hasil deformasi sesar Lembang berdasarkan metode DInSAR dengan citra Sentinel-1A diperoleh deformasi vertikal disisi utara sesar Lembang sebesar -0,0538 m/tahun hingga -0,1591 m/tahun, sedangkan deformasi di sisi selatan sesar Lembang sebesar -0,0538  m/tahun hingga 0,0066 m/tahun. Setelah dilakukan koreksi deformasi terhadap titik kuncian sesar diperoleh deformasi vertikal disisi utara sesar Lembang sebesar 0 m/tahun hingga -0,0909 m/tahun, sedangkan deformasi di sisi selatan sesar Lembang sebesar 0 m/tahun hingga 0,0339 m/tahun. Berdasarkan hasil deformasi tersebut dapat diperoleh laju geser (slip rate) dan locking depth setiap segmen dari sesar Lembang dimana segmen satu memiliki laju geser 3,5 mm/tahun dengan locking depth 5 km, segmen dua memiliki laju geser 4,5 mm/tahun dengan locking depth 5 km dan segmen tiga memiliki laju geser 2 mm/tahun dengan locking depth 10 km. Sehingga bisa diperkirakan dapat menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan magnitude sebesar ± 6,630.
DESAIN APLIKASI PETA DESA KATONSARI, KECAMATAN DEMAK, KABUPATEN DEMAK BERBASIS WEBGIS Muhammad Bagus Salim; Arief Laila Nugraha; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1136.012 KB)

Abstract

ABSTRAKDesa dipandang sebagai titik awal pemberdayaan potensi daerah, penyelesaian masalah dalam masyarakat, dan komunitas terkecil yang harus diperhatikan kesejahteraannya. Pemetaan desa merupakan implementasi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa. Namun pada kenyataannya, masih banyak desa di Indonesia yang belum memiliki peta desa dan/atau belum memiliki peta desa yang layak dan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (PERKA BIG) Nomor 3 Tahun 2016 tentang spesifikasi teknis penyajian peta desa, seperti halnya Desa Katonsari di Kecamatan Demak, Kabupaten Demak yang belum memiliki peta desa yang sesuai dengan PERKA BIG Nomor 3 Tahun 2016. Data yang dibutuhkan untuk membuat peta Desa Katonsari ini adalah data citra satelit dan data survei lapangan. Peta Desa Katonsari dibuat dengan mendigit citra satelit melalui aplikasi ArcGIS, lalu menambahkan data survei lapangan yang kemudian dikonversi menjadi data spasial. Geodatabase yang didapatkan dari digitasi ini kemudian dilakukan topologi untuk mengeliminasi kesalahan pada fitur-fiturnya. Geodatabase yang sudah ditopologi kemudian diunggah ke ArcGIS Online sebagai hosted feature layer agar data peta Desa Katonsari tersebut dapat diakses secara online. Pada ArcGIS Online dibuat Web Map yang tampilan simbologinya disesuaikan dengan PERKA BIG Nomor 3 Tahun 2016. Web Map tersebut merupakan peta yang akan ditampilkan pada Web Mapping Application yang dibuat menggunakan Web App Builder pada ArcGIS Online. Web Mapping Application yang diberikan nama Peta Desa Katonsari kemudian disematkan pada website Desa Katonsari yang dibuat menggunakan platform pengembangan web berbasis cloud yaitu www.wix.com. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah website Desa Katonsari yang di dalamnya terdapat aplikasi Peta Desa Katonsari yang berbasis webGIS. Alamat website tersebut adalah www.desakatonsari.com. Setelah dilakukan pengujian efisiensi dan kebergunaanpada web tersebut, didapatkan hasil untuk komponen efisiensi sebesar 89, dan komponen kebergunaan sebesar 86 dari rentang skala 40-100 sehingga mendapatkan kriteria “Sangat Efisien” dan “Sangat Berguna”.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH BAGIAN SELATAN Dina Wahyuningsih; Moehammad Awaluddin; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKMemasuki era otonomi daerah, pasal 27 UU No. 23 Tahun 2014 yang merupakan pengganti pasal 18 UU No. 32 Tahun 2004, menyatakan bahwa daerah provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut yang ada di wilayahnya. Ketentuan penetapan dan penegasan batas pengelolaan wilayah laut daerah telah diatur dalam Permendagri No. 76 Tahun 2012. Garis batas pengelolaan wilayah laut ditentukan dari titik-titik dasar yang sudah ditetapkan di darat yaitu pada garis pantainya, padahal posisi garis pantai rentan sekali mengalami perubahan, baik karena abrasi, akresi, maupun karena pengaruh dinamika air laut. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian mengenai pengaruh perubahan garis pantai terhadap batas pengelolaan wilayah laut daerah.Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan batas pengelolaan wilayah laut Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian selatan dengan menggunakan metode kartometrik di atas peta LLN dan citra satelit Landsat yang diamati secara time series. Penarikan batas pengelolaan wilayah laut dilakukan dengan prinsip garis tengah (median line) untuk pantai berhadapan, dan prinsip sama jarak (equidistance) untuk pantai berdampingan.Dari hasil pengamatan citra Landsat tahun 2001 dan 2015, terjadi perubahan garis pantai di wilayah perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian selatan karena adanya proses abrasi dan akresi. Perubahan garis pantai ini mempengaruhi pergeseran batas yang terjadi, dilihat dari perubahan letak garis batas klaim 12 mil laut, garis batas yang terbentuk dari equidistance line, dan luasan wilayahnya. Dalam kurun waktu kurang lebih 14 tahun, sampel luas area pengelolaan wilayah laut Provinsi Jawa Barat bertambah seluas 267,047 Ha sedangkan Provinsi Jawa Tengah mengalami penyusutan sebesar 287,738 Ha.Kata Kunci :  Garis Pantai, Citra Satelit Landsat, Batas Pengelolaan Wilayah Laut, Kartometrik, Garis Ekuidistan, Garis Tengah ABSTRACTApplicating regional autonomy, article 27 of Law No. 23, 2014 which is a replacement of article 18 of Law No. 32, 2004, states that the provinces are given the authority to manage natural resources of the sea which is in its territory. Provisions establishing and affirmation of boundary sea area has been set in Regulation No. 76, 2012. The boundary sea area is determined from the salient points defined on the coastline, whereas the position of the coastline is susceptible to change, either because of abrasion, acresion, as well as the influence of sea water dynamics. Therefore, it is necessary to study the effects of coastline changes to the boundary sea areas.This study aims to establish the boundary sea area of southern West Java and Central Java using cartometric method on LLN maps and Landsat satellite images observed time series. Boundary sea area drawing use the median line principle for the opposite coast, and the principle of equidistance line for adjacent coast.Based on 2001 and 2015 Landsat observations, coastline changes at the southern border region of West Java and Central Java due to erosion and accretion. Coastline change affects the boundary alteration, judging from the change of the boundary line of claim 12 nautical miles position, the boundary line formed by the equidistance line, and its territory area. Within about 14 years, the sample of boundary sea area at West Java has increased of 267,047 hectares, while Central Java has decreased of  287,738 Ha.Keywords : Coastline, Landsat Satellite Image, Boundary Sea Area, Cartometric, Equidistance Line, Median Line *) Penulis, Penanggungjawab
ANALISIS OPTIMALISASI RUTE PEMADAM KEBAKARAN BERDASARKAN AREA CAKUPAN PIPA HIDRAN DI KOTA SEMARANG Dewi Shinta Septifany; Arief Laila Nugraha; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.301 KB)

Abstract

ABSTRAKKebakaran adalah salah satu musibah yang disebabkan oleh manusia yang disengaja ataupun yang tidak sengaja. Kebakaran yang besar dapat melahap benda yang ada disekitarnya dengan cepat sehingga mengalami kerugian yang besar pula bagi yang mengalaminya. Disini akan dibutuhkan jasa pemadam kebakaran untuk mengurangi risiko kebakaran yang akan berkelanjutan jika tidak langsung ditanggapi. Untuk menuju ke lokasi kebakaran, pemadam kebakaran harus dengan cepat agar situasi tidak semakin parah. Dalam penelitian ini akan diberikan estimasi antara 5-10 menit untuk menuju ke lokasi kejadian dari pos pemadam kebakaran dan disesuaikan dengan posisi letak pipa hidran yang ada di Kota Semarang. Dalam masalah ini dibutuhkan rute optimasi untuk pemadam kebakaran menuju lokasi tersebut.Aplikasi yang digunakan untuk membuat jalur pemadam kebakaran ini menggunakan Sistem Informasi Geospasial. Yaitu dengan menggunakan sistem basis data PostgreSQL, di dalamnya terdapat sintaks SQL yang berfungsi sebagai routing (static source dan destination) yaitu pgRouting. Dalam pgRouting terdapat algoritma yang dapat mencari rute terpendek. Penelitian ini menggunakan algoritma Dijkstra dan algoritma A-star. Untuk mengaktifkan fungsi routing pada PostgreSQL, diperlukan instalasi spatial extension PostGIS. Selanjutnya mengaktifkan fields yang diperlukan dalam operasi routing diantaranya source, target, length, topology, dan index. Setelah semua berhasil diaktifkan, kemudian memasukkan fungsi SQL query dalam SQL editor untuk mengimplementasikan fungsi shortest path dengan memperhatikan node source dan node target untuk kemudian di execute.Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat daerah yang tidak masuk kedalam radius penanganan kantor pemadam kebakaran di Kota Semarang karena lokasi pemadam yang kurang menyebar dan jumlah yang kurang. Untuk area yang diluar jangkauan pemadam kebakaran, memerlukan waktu untuk sampai di lokasi bencana lebih dari 10 menit yang mana waktu tersebut terlalu lama untuk penanganan kebakaran. Dari hasil pencarian rute optimalisasi menggunakan PostgreSQL, rute tersebut dapat digunakan sebagai gambaran jalur yang akan dilewati nantinya.Kata Kunci : Algoritma Dijkstra, Algoritma A- star, Jalur Optimasi, Pemadam Kebakaran, pgRouting. ABSTRACTFire is one of the calamities caused by intentional or unintentional human. Large fires can devour the objects around them quickly so as to suffer huge losses for those who experience it. This situation will be required fire fighters to reduce the risk of fire that will be sustainable if not directly addressed. To get to the location of the fire, the firefighters should be quick to prevent the situation from getting worse. In this research will be given an estimation between 5-10 minutes to go to the location of the incident from the fire station and adjusted to the position of the location of hydrant pipes in Semarang City. In this case it takes an optimization route for firefighters to that location.Applications used to create this fire route using Geospatial Information Systems. That is by using PostgreSQL database system, in which there is SQL syntax that serves as routing (static source and destination) is pgRouting. In pgRouting there is an algorithm that can find the shortest route. This research using Dijkstra algorithm and A-star algorithm. To enable routing functions in PostgreSQL, requires the installation of PostGIS spatial extensions. Furthermore, enable the required fields in the routing operations such as source, target, length, topology, and index. After those required fields succesfully activated, insert the SQL query in the SQL editor to implement the function of the shortest path by taking notice into the node source and the node target to be executed later on.The result of the research shows that there is an area that does not enter into the radius of fire station handling in Semarang City because the location of fire station extinguisher is less spread and the number less. For areas that are outside the range of firefighters, it may take up to 10 minutes to reach the location where it takes too long to handle the fire. From the search results optimization route using PostgreSQL, the route can be used as an overview of the path that will be passed later.Keywords: Dijkstra Algorithm, A-star Algorithm, , Optimazion Routes, Firefighters, pgRouting.
Co-Authors Abdi Sukmono Abdi Sukmono, Abdi Adnan Khairi Afriyanto Afriyanto Aisyah Arifin Aisyah Arifin Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri Alfian Budi Prasetya Alfien Rahmenda Ali Amirrudin Ahmad Amal Fathullah, Amal Amri Perdana Ginting Ana Rosida Andika Malik Andika Rizal Bahlefi Andre Hermawan Andri Suprayogi Anggi Tiarasani Anisa Rachmawati, Anisa ARGNES DIONANDA RESZA PRADIPTA Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arintia Eka Ningsih Ario Damar Wicaksono Armenda Bagas Ramadhony Aruma Hartri Aufan Niam Aulia Fikki Wicaksono Aysha Puspa Pertiwi Ayu Nur Safi'i Bambang Darmo Y Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bhekti Hapsari Bilqis, Ramadhani Sarah Alicya Bobby Daneswara Indra Kusuma Brinton Patuan Sitorus Budi Prayitno Cindy Puspita Sari Damar Ismoyo Danang Budi Susetyo Desita Khrisna Putri, Dewa, Kusuma Hangga Dewi Shinta Septifany Dian Rizqi Ari Wibowo Dimas Bagus Dina Wahyuningsih Dwi Arini Dzaki Adzhan Ega Gumilar Hafiz Enersia Ihda K. U Extiana, Kiky Fadhilla Shara Denafiar Fajar Dwi Hernawan Fanni Kurniawan Fanny Rachmawati Fathan Aulia Fauzi Iskandar Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Fauzi Janu Ammarohman Febrian Pramana Putra Fetra Kristina Harianja Gina Andriyani Habib Azka Ramadhani Hadi, Firman Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Handayani Nur Arifiyanti Haniah Haniah Hani’ah Hani’ah Haris Yusron Hayuningsih, Dwi Mastuti Heri Gusfarienza Heri Setiawan Ika Nurdianasari Ikhlasul Amal Ahyani Indra Laksana Irfan Tri Anggoro irwan meilano Johan Wisma Anggoro Joko Wibowo Juwita Widya Qur’ani Khairuddin Khairuddin Khofifatul Azizah Khofifatul Azizah Kiky Extiana Kindy Ibrahim Hari Kurniawan Adi Widiyanto L. M. Sabri Labib, Muhammad Faishal Laode M Sabri LAURENTIUS IMMANUEL YUDIT PRABOWO LM. Sabri Lolita, Diaz Amel Lorenzia Anggi Ramayanti Lufti Rangga Saputra LUKMAN MAULANA ABDILLAH Lutfi Eka Rahmawan Lutgar Sudiyanto Sitohang LUTHFI RAHMANDHANI Mahmudi, Fakhry Nur Maulana Eras Rahadi Meita Arddinatarta Moh Kun Fariqul Haqqi Mohammad Afif MOHAMMAD YUSUP LUTFI Much. Jibriel Sajagat, Much. Jibriel Muhamad Arif Debalano Muhamad Nurman Cholid Muhammad Bagus Salim Muhammad Danny Rahman Muhammad Hudayawan Nur L Muhammad Iqbal Akhsin Muhammad Maulana mahardika Amfa Muhammad Rifqi Andikasani Nanda Dewi Arumsari Nasytha Nur Farah Nella Wakhidatus Nina Ratnaningrum NOVAYA NURUL BASYIROH Nugrahanto, Prasetyo Odi Nur Lail, Muhammad Hudayawan Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurmalasari, Cici Nurnaning Aisyah Pardjono, P. Prya Adhi Surya Nugraha Putri, Alifa Salsabilla Rachmawati, Ekha Ramdhan Thoriq Setyabudi Renaud Saputra Purba Resi Diansismita Reza Nur Hidayat Rico Waskito Putro Rifki Purnama Aji Rifqi, Muhammad Alifian Risa Ayu Miftahul Rizky Riyadi, Elnatan Vieno Rizky Saputra Rofi'i, Nur Izha Jannah Roy Kasfari Sabri, Laode M. Safii, Ayu Nur Safira Devi Kirana Sandy Yudistira Mahardika, Sandy Yudistira Sarmedis Anrico Situmorang Satrio Wicaksono Satrio Wicaksono Sawitri Subiyanto Septian Dewi Cahyani Septiawan Setio Hutomo Setiaji Nanang Handriyanto Sigit Irfantoro Siregar, Afifah Zafirah Siti Fathimah Soraya Rizky Puspitasari Sri Widiyantoro Sry Suando Sinaga Susilo Susilo Sutomo Kahar Syachril Warasambi Mispaki Tiara Toyyibatul Arofah Tristika Putri Wahyu Entriana Kumala Dewi Wahyu Nur Rohim Wahyuddin, Yasser Wakhidatus, Nella Wibowo, Sidik Tri Wildan Ryan Irfana Yolanda Adya Puspita Yudo Prasetyo