Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS DESAIN JARING GNSS BERDASARKAN FUNGSI KEHANDALAN INTERNAL DAN KEHANDALAN EKSTERNAL (STUDI KASUS : TITIK GEOID GEOMETRI KOTA SEMARANG) Kurniawan Adi Widiyanto; L M Sabri; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.518 KB)

Abstract

Pekerjaan pengukuran tidak lepas dari tahap pembuatan desain jaring pemetaan. Desain jaring dirancang sedemikian rupa agar dapat mencakup semua wilayah pengamatan dengan pemilihan penempatan titik yang dipertimbangkan dengan baik. Oleh karena itu, optimalisasi jaring kontrol pemetaan perlu dilakukan pada tahap perancangan jaring kontrol. Optimalisasi jaring perlu memperhatikan tiga aspek, yaitu biaya, kehandalan dan keakurasian. Dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah pengukuran GNSS metode rapid static. Pengukuran menggunakan base station titik GRAV11, CORS BIG Kota Semarang, dan CORS Universitas Diponegoro. Titik penelitian yang digunakan yaitu 20 titik geoid geometri di Kota Semarang.. Penelitian ini dilakukan dengan membuat 5 desain jaring GNSS yang optimum ditinjau dari geometri jaring berdasarkan kriteria kehandalan (redudansi individu, kehandalan luar, dan kehandalan dalam). Desain jaring yang paling optimal berdasarkan analisis fungsi kehandalan dan standar deviasi adalah desain jaring nomor 1 dengan jumlah baseline 51. Desain jaring nomor 1 memiliki nilai fungsi kehandalan dengan nilai kehandalan luar paling kecil yaitu sebanyak 4,1099, nilai kehandalan dalam paling kecil yaitu sebanyak 0,1209 dan nilai redudansi individu paling maksimal yaitu 0,7777. Ini menunjukkan bahwa desain jaring nomor 1 memiliki sensitivitas tinggi terhadap kesalahan acak dan kesalahan kasar. Desain jaring nomor 1 memiliki nilai standar deviasi paling kecil sebesar 0,0163 dibanding dengan desain lainnya, hal ini menunjukan desain jaring 1 merupakan desain jaring paling presisi.
ANALISIS SPASIAL ARAH KIBLAT KOTA SEMARANG Satrio Wicaksono; Moehammad Awaluddin; Hani'ah Hani'ah
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.7 KB)

Abstract

ABSTRAKDalam melaksanakan ibadah umat muslim diharuskan menghadap kiblat di Masjidil Haram Kota Mekkah. Pengukuran arah kiblat kemudian menjadi permasalahan ketika lokasi suatu tempat jauh dari Ka’bah karena tidak dapat dilakukan pengamatan penglihatan secara langsung. Permasalahan tersebut pada saat ini masih terjadi dalam masyarakat di Indonesia khusus nya di Kota Semarang, sehingga dalam penentuan arah kiblat masih ditemukan cara praktis yaitu menetapkan arah kiblat ke arah barat.Terkait dengan permasalahan tersebut, perlu adanya perhitungan arah kiblat bukan hanya sekedar arah barat. Melaikan dengan perhitungan yang teliti, perhitungan tersebut juga dilakukan pada bidang referensi yang digunakan sebagai acuan karena tiap bidang referensi (ellipsoid, bola dan datar) memberikan hasil arah yang berbeda, selain itu pengukuran  kiblat juga bisa dilakukan dengan mengamati bayangan benda saat terjadi peristiwa rasdhul kiblat dimana saat matahari berada tepat diatas Ka’bahPengukuran dengan metode ini bertujuan untuk mengetahui pola arah kiblat di Kota Semarang dan berapa besar akurasi di tiap bidang referensi terhadap arah kiblat hasil peristiwa rashdul kiblat. Pada hasil analisis yang dilakukan, didapat pola arah kiblat di Kota Semarang berubah tiap 154,166 meter sebesar 5 detik membesar ke arah barat daya dengan besar perubahan 5’ 26’’, dari nilai arah kiblat terkecil sebesar 294° 20' 38" berada di kecamatan genuk dan nilai arah kiblat terbesar 294° 20' 4" di kecamatan mijen.Sedangkan hasil hitungan pada bidang bola berlintang reduksi sebesar 294° 26' 26.69", bidang ellipsoida terreduksi balik sebesar 294° 25' 4.16 dan bidang datar sebesar 292° 12' 8.61", dari hasil tersebut  bidang datar mempunyai perbedaan arah kiblat yang jauh dengan dua bidang refrensi lainnya sebesar 2°14' 18.08" terhadap bidang bola dan 2°11' 7.38" terhadap bidang ellipsoida .Untuk arah kiblat hasil pengamatan peristiwa rashdul kiblat sebesar 294° 33' 39.22",  dari hasil tersebut terlihat metode dengan akurasi paling mendekati hasil rashdul kiblat ialah metode hitungan dengan bidang bolar berlintang reduksi dengan perbedaan nilai hasil sebesar 0° 7' 12.31". Kata Kunci : Kiblat, Ellipsoida, Bola, Datar , Rashdul Kiblat ABSTRACTIn conducting praying, moslems are required to facing Qibla in Masjidil Haram at City of Mecca. Measurement Qibla direction then becomes a problem when the location of a place far away from the Ka’ba because it can not be observed directly eyesight. The problems at the moment still occurs in Indonesian people especially in City of Semarang, so that in determining the direction of Qibla still found a practical way to set the direction of Qibla at west direction. Related to these problems, the need for calculation of the direction of Qibla is not just at west direction. But by a careful calculation, the calculation is also performed on the reference plane used as a reference for each field of reference (ellipsoid, sphere and flat) results in a different direction, in addition to the measurement of Qibla can also be done by observing the shadows when the Rasdhul Qibla event occurs where the sun is right above the Ka’ba. This measurement method aims to determine the pattern of the direction of Qibla in Semarang and how substantial accuracy in each field of reference at Rashdul Qibla events to the direction of Qibla. On the results of the analysis, obtained pattern Qibla direction in Semarang changed every 154.166 meters by 5 seconds enlarged towards the southwest with large changes at 5‘26”, from the value of the smallest direction of Qibla of 294° 20' 38"located in the Genuk district and the value Qibla of 294° 20' 4 " in the Mijen district.Whereas the calculation results at the reducted latitude spherical field of 294° 26' 26.69", the turning reduced ellipsoid fields of 294° 25' 4.16” and the flat fields of 292 ° 12 '8.61". The results of the horizontal plane has different Qibla direction away with two other references fields by 2° 11'7.38" on the sphere field and 2°14'18.08" against ellipsoid field. For Qibla direction result of Rashdul Qibla event observed at 294° 33' 39.22", from these results seen the method closest accuracy to the result of Rashdul Qibla is the reducted latitude spherical field with the difference value results at 0°7'12.31". Keywords : Qibla, Ellpisoid, Sphere, Flat, Rashdul Qibla *) Penulis, penanggung jawab
PERHITUNGAN DEFORMASI GEMPA KEBUMEN 2014 DENGAN DATA CORS GNSS DI WILAYAH PANTAI SELATAN JAWA TENGAH Budi Prayitno; Moehammad Awaluddin; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1070.696 KB)

Abstract

ABSTRAK Pada tanggal  25 Januari 2014 terjadi gempa bumi pada pukul 12:14:18 WIB dengan momen magnituda (Mw) 6,1 dengan kedalaman 66 km yang berpusat di 7,986°LS 109,265°BT atau 38 Km arah Selatan-Tenggara dari Adipala, Jawa Tengah. Guncangan gempa ini dirasakan di lima provinsi di Pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Guncangan terkuat dirasakan di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen. Oleh karena itu dilakukanlah penelitian mendalam perhitungan Deformasi Gempa Kebumen 2014 dengan data CORS GNSS di wilayah pantai selatan Jawa Tengah, untuk mengetahui nilai dan arah vektor pergeseran deformasi akibat gempa Kebumen ini.Penelitian ini menggunakan data pengamatan empat stasiun CORS GNSS (CCLP. CPBL, CKBM, CMGL) dengan data pengamatan tahun 2013, 2014 dan 2015. Titik IGS yang digunakan yaitu BAKO, PIMO, COCO, DARW. Pengolahan data menggunakan software ilmiah GAMIT.Penelitian ini menghasilkan nilai velocity rate sebelum maupun setelah gempa Kebumen 2014 dan nilai pergeseran akibat gempa beserta arah vektornya. Vektor kecepatan pergeseran horizontal sebelum gempa mengarah ke tenggara, dengan nilai kecepatan rata-rata Vhor = -0,0282 ± 0,0057 m/tahun. Vektor kecepatan pergeseran horizontal setelah gempa mengarah ke tenggara, dengan nilai kecepatan rata-rata Vhor = -0,0281 ± 0,0063 m/tahun. Vektor pergeseran horizontal akibat terjadinya gempa mengarah ke tenggara, dengan nilai pergeseran rata-rata dhor = -0,0063 ± 0,0035 m/tahun. Kata Kunci : GAMIT, Kecepatan Pergeseran, Pergeseran, Stasiun CORS GNSS ABSTRACT On January 25, 2014 earthquake occurred at 12:14:18 AM with a moment magnitude (Mw) 6.1 with a depth of 66 km centered at 7,986 ° S 109,265 ° E or 38 Km South-East of Adipala, Central Java. The quake was felt in five provinces in Java, namely Jakarta, West Java, Central Java, East Java, and Yogyakarta. The strongest shaking was felt in Cilacap and Kebumen. Therefore, in-depth research conducted this calculation Earthquake Deformation Kebumen GNSS CORS 2014, with the data on the southern coast of Central Java, to determine the value and direction of the vector shift of the deformation caused by the earthquake this Kebumen.This study uses observational data four GNSS CORS station (CCLP, CPBL, CKBM, CMGL) with observational data in 2013, 2014 and 2015. The point IGS used are BAKO, PIMO, COCO, DARW. Processing data using GAMIT scientific software.This research resulted in the value of velocity rate before and after the earthquake Kebumen 2014 and the value displacement caused by the earthquake and its direction vector. Horizontal velocity rate vector before the earthquake towards southeast, with an average speed Vhor = -0.0282 ± 0.0057 m / year. Horizontal velocity rate vector after the earthquake towards southeast, with an average speed Vhor = -0.028064 ± 0.0063 m / year. Horizontal displacement vector due to the occurrence of the earthquake towards southeast, with an average shift value dhor = -0.0063 ± 0.0035 m / year. Keywords : CORS GNSS Station, Displacement, GAMIT, Velocity Rate  *) Penulis, Penanggungjawab
ANALISIS PERKEMBANGAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P2T) BERBASIS BIDANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus : Koridor Jalan Setiabudi dan Koridor Jalan Prof. Soedarto, Banyumanik Tahun 2011-2018) Brinton Patuan Sitorus; Moehammad Awaluddin; Arief Laila Nugraha
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.586 KB)

Abstract

ABSTRAKTanah merupakan kebutuhan penting setiap mahluk hidup di bumi. Penduduk menggunakan tanah dengan cara berbeda-beda seperti pertanian, perkebunan, transportasi, pemukiman dan lain-lain. Seiring bertambahnya jumlah  penduduk  maka penggunaan tanah di perlukan semakin banyak dan bervariasi namun karena tanah mempunyai jumlah yang tetap sehingga di butuhkan kontrol terhadap penggunaan dan pemanfaatan lahan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perubahann penggunaan dan pemanfaatan tanah di Koridor Jalan Setiabudi dan Koridor Jalan Prof. Soedarto. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian  adalah Citra Satelit Worldview tahun 2016. Metodologi penelitian kali ini adalah melakukan digitasi terhadap data yang sudah ada. Serta mengklasifikasikannya berdasarkan klasifikasi NSPK tematik BPN tahun 2012. Lalu membandingkan luas dari penggunaan dan pemanfaatan tanah dari tahun 2011 dan 2018.Dari penelitian ini kita di peroleh peta penggunaan dan pemanfaatan tanah tahun 2011 dan 2018. Perubahan penggunaan tanah yang paling signifikan adalah  kelas perumahan  yaitu berkurang sebanyak 6,75% dari total luas keselurahan. Taman mengalami perubahan penggunaan tanah. Perubahan pemanfaatan tanah yang paling signifikan adalah kelas pemanfaatan tempat tinggal yaitu berkurang sebanyak 7,36% dari total luas keseluruhan sedangkan kelas pemanfaatan sarana hiburan dan tempat olahraga mengalami perubahan sebesar 0,03%.
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Aruma Hartri; Bambang Sudarsono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.312 KB)

Abstract

ABSTRAKNilai suatu wilayah laut beserta batas-batas pengelolaan wilayah lautnya bagi suatu pemerintah daerah merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Sehingga batas pengelolaan wilayah laut antara dua daerah yang berbatasan harus jelas. Oleh sebab itu, penelitian mengenai batas pengelolaan wilayah laut perlu dilakukan agar tidak terjadi konflik antar daerah yang berbatasan.Penelitian ini bertujuan untuk mempertegas batas pengelolaan wilayah laut Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mengimplementasikan penggunaan citra satelit. Penentuan batas pengelolaan wilayah laut dilakukan setelah ditentukannya garis dasar dan garis klaim 12 mil laut. Kemudian penarikan batas pengelolaan wilayah lautnya dilakukan dengan menggunakan prinsip sama jarak (equidistance).Abrasi dan akresi mengakibatkan terjadinya perubahan batas pengelolaan wilayah laut Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan letak garis klaim 12 mil laut dan  perbedaan jumlah titik-titik penyusun ekuidistan. Jumlah titik batas pengelolaan wilayah laut Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2004 adalah 15 titik, sedangkan pada tahun 2014 adalah 12 titik. Sehingga dalam  kurun waktu sepuluh tahun luas area pengelolaan wilayah laut Daerah Istimewa Yogyakarta bertambah 2,889 Ha.  Kata Kunci : Batas Pengelolaan Wilayah Laut, Citra Satelit , Equidistance Line  ABSTRACTThe value of a sea area along the boundaries of the marine area management for a local government is very important note. So that the management of the territorial sea boundary between two adjacent areas should be clear. Therefore, research on the marine boundary zone management needs to be done in order to avoid conflicts between the adjacent areas.This study aims to reinforce the boundary sea area of Yogyakarta Special Region by implementing the use of satellite imagery. The determination of the boundary sea area made after the base line and the line of claim 12 nautical miles determined. Then the withdrawal limit of marine area management is done using equal distance principle (equidistance).Abrasion and accretion resulted in a change in the boundary sea area of Yogyakarta Special Region. It can be seen from the changes in the location of the line of claim 12 nautical miles and the difference in the number of dots making up equidistant. The number of points the boundary sea area of Yogyakarta Special Region in 2004 was 15 points, while in 2014 was 12 points. So that within ten years the area of management of marine areas of Yogyakarta Special Region increased 2,889 Ha. Keywords: Limit Sea Areas, Satellite Imagery, Equidistance Line  *)Penulis, Penanggung Jawab
PEMBUATAN APLIKASI WEBGIS UNTUK INFORMASI PERSEBARAN SARANA DAN FASILITAS KESEHATAN DIKABUPATEN KUDUS Soraya Rizky Puspitasari; Moehammad Awaluddin; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 3, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1564.069 KB)

Abstract

Sarana dan fasilitas kesehatan mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Terlebih adanya peraturan pemerintah yang mengatur tentang sarana dan fasilitas kesehatan guna menjamin kesehatan dari pasien. Di Kabupaten Kudus mempunyai sarana dan fasilitas kesehatan yang tersebar di beberapa lokasi.Penelitian ini berupa aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) tentang persebaran sarana dan fasilitas kesehatan bebasis web dengan wilayah penelitian di Kabupaten Kudus. Webgis digunakan karena dalam penyampaian dan tampilan sistem informasi geografis lebih informatif serta mempresentasikan kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dibuat menggunkan struktur website HTML, bahasa pemrograman (javascript dan PHP), MySQL sebagai pembuat database, serta menggunakan peta dasar Google Map.Hasil penelitian ini berupa aplikasi SIG persebaran sarana dan fasilitas kesehatan berbasis web di Kabupaten Kudus sebanyak 50 lokasi persebaran yang terdiri dari 13 lokasi rumah sakit, puskesmas 14 lokasi, klinik 9 lokasi, apotek 12 lokasi, BPJS dan PMI menggunakan google map API yang merupakan aplikasi opensource terintegrasi dalam website. Selain itu tentunya menyajikan informasi mengenai letak lokasi sarana dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Kudus yang tepat.
ANALISIS PERBANDINGAN KOREKSI DATA PENGUKURAN EDM (Electronic Distance Measurement) GUNA MONITORING METODE EPISODIK DEFORMASI GUNUNG MERAPI LUKMAN MAULANA ABDILLAH; Moehammad Awaluddin; Arief Laila Nugraha
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1311.575 KB)

Abstract

Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Karena itulah dibentuk badan khusus yang melakukan pengawasan dan penelitian terhadap gunung ini. Badan tersebut adalah BPPTKG yang berlokasi di kota Yogyakarta. Salah satu fokus utama badan ini adalah mengawasi proses deformasi yang terjadi pada gunung Merapi. Deformasi pada permukaan tubuh gunung api berkaitan dengan kegiatan vulkanik di dalam tubuh gunung Merapi. Salah satu metode pengamatan deformasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran jarak miring menggunakan alat EDM (Electronic Distance Measurement). Dan didalam pengolahan hasil pengukuran EDM harus memperhatikan beberapa hal terkait nilai koreksi pada data pengukuran. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengolahan data menggunakan 2 jenis metode, yakni metode yang dikembangkan oleh J.M Rüeger dan BPPTKG. Dimana hasil pengolahan divalidasi dengan nilai hasil pengukuran jarak dekat dan survei GPS Geodetic.  Dalam rentan 25 hari pengamatan,pengukuran dapat dilakukan selama 17 hari dengan jumlah pengukuran sebanyak 124 kali untuk 4 titik reflektor. Selisih nilai jarak antar titik reflektor yang menggunakan metode J.M Rüeger dengan hasil data validasi jarak dekat adalah sebagai berikut : R1 = 0,526 m , R2 = 0,284 m, R3 = 0,082 m, R4 = 0,230 m dan hasil validasi dengan pengukuran GPS Geodetic  R2 = 0.333 m. Sedangkan selisih nilai jarak antar titik reflektor yang menggunakan metode kombinasi J.M Rüeger dan BPPTKG dengan hasil data validasi jarak dekat adalah sebagai berikut : R1 = 1,528 m, R2 = 1,389 m, R3 = 0,806 m, R4 = 0,556 m dan hasil validasi dengan pengukuran GPS Geodetic  R2 = 1,201 m.
ANALISIS PENGARUH PEMILIHAN PETA DASAR TERHADAP PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT SECARA KARTOMETRIS (STUDI KASUS : KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR) Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri; Moehammad Awaluddin; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1045.894 KB)

Abstract

ABSTRAK Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, kabupaten/kota memiliki kewenangan penuh untuk mengelola wilayahnya. Hal ini menjadikan batas wilayah sebagai sesuatu yang penting. Ketentuan penetapan dan penegasan batas wilayah baik darat maupun laut telah diatur dalam Permendagri No. 76 Tahun 2012, termasuk mengatur mengenai peta dasar yang digunakan untuk menentukan batas pengelolaan wilayah laut. Pada wilayah kabupaten, peta dasar yang digunakan adalah Peta LPI. Namun belum semua wilayah di Indonesia mempunyai Peta LPI, sehingga perlu dikaji agar diketahui peta dasar yang dapat digunakan untuk penentuan batas pengelolaan wilayah laut sebagai alternatif dari Peta LPI.Peta dasar yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah peta RBI, citra satelit Landsat 8, dan peta LPI. Pengolahan dengan metode kartometrik dengan penarikan batas antara Kabupaten Sumenep dan Pamekasan menggunakan garis ekuidistan. Adapun garis dasar yang digunakan adalah garis dasar normal, garis dasar lurus, dan garis penutup teluk. Pengolahan menggunakan software  arcGIS, autocad, dan ENVI.Dari hasil pengolahan, diperoleh koordinat titik batas dan luas pengelolaan wilayah laut. Wilayah dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga area untuk untuk mempermudah dalam perhitungan luas. Namun pada peta LPI hanya terdapat dua area karena pada area ketiga (Kepulauan Masalembu) belum terpetakan. Pada citra satelit secara keseluruhan 666.125,240 Ha dengan rincian luas area I sebesar 332.218,013 Ha; luas area II sebesar  253.719,973 Ha; dan luas area III sebesar 80.187,254 Ha. Pada peta RBI secara keseluruhan 759.487,316 Ha dengan rincian luas area I sebesar 333.848,076 Ha; luas area II sebesar 345.730,540 Ha; dan luas area III sebesar 79.908,700 Ha. Sedangkanpada peta LPI secara keseluruhan 608.340,895 Ha dengan rincian luas area I sebesar 333.958,828 Ha dan luas area II sebesar 274.382,067 Ha.            Kata Kunci : Garis Ekuidistan, Kartometrik, Landsat 8, LPI, RBI ABSTRACT According to Law number 23 year 2014 about Regional Government, districts/regency have full authority to manage its territory. This Law makes boundary become an important thing. Rule about determination and affirmation of district boundaries both land and sea have been regulated in Permendagri number 76 year 2012, including regulate the base map that used to determine the maritime boundary. Determination boundary within district/regency coverage, base map used is the LPI Map. However, not all regions in Indonesia have LPI Map, so it’s important to do research in order to know the base map that can be used for the determination of maritime boundary as an alternative of LPI Map.The base maps to be processed and analyzed in this study are RBI map, Landsat 8 satellite images, and LPI map. Processing use cartometric method, and drawing boundary between Sumenep and Pamekasan regency using equidistant line. The base line used is the normal base line, straight base line, and bay closing line. Processing use arcGIS software, autocad, and ENVI. From the results of processing, obtained coordinates of boundary point and dimension of maritime boundary. The area in this study is divided into three areas to simplify the calculation of area. However on the LPI map there are only two areas because in the third area (Masalembu Islands) has not been mapped. Dimension of maritime boundary of satellite image overall 666.125,240 Ha with details of area I 332.218,013 Ha; area II 253.719,973 Ha; and area III  80.187,254 Ha. On the map of RBI as a whole 759.487,316 Ha with details of area I 333.848,076 Ha; area II 345.730,540 Ha; and area III  79.908,700 Ha. While on the LPI map in overall 608.340,895 Ha with details of area I 333.958,828 Ha and area II of 274.382,067 Ha.Keywords: Equidistant Line, Cartometric, Landsat 8, LPI, RBI
APLIKASI MAGNETOMETER DAN SIDE SCAN SONAR UNTUK PEMETAAN SEBARAN ANOMALI KEMAGNETAN DASAR LAUT (STUDI KASUS : PERAIRAN LOHGUNG, PALANG,TUBAN, JAWA TIMUR) Dwi Arini; Andri Suprayogi; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.197 KB)

Abstract

Medan magnet menyerupai suatu medan dari batang magnet yang sangat besar dan pusatnya berhimpitan dengan bumi serta mempunyai gaya tarik magnet yang melingkar. Hal ini menunjukkan bahwa  di seluruh permukaan bumi memiliki kuat medan magnet tersendiri. Pada perairan Lohgung, Palang, Tuban Jawa Timur merupakan daerah yang tersebar ranjau karena area tersebut merupakan bekas perang dunia ke-II. Untuk mendeteksi tingkat kemagnetan logam yang dimiliki tiap daerah perairan, maka dilakukan survei kemagnetan dengan menggunakan alat magnetometer dan side sca sonar,maka dilakukan survei kemagnetan logam serta penggambaran citra sehingga diperlukannyapembuatan peta logam sebaran anomali kemagnetan.Penelitian ini menggunakan software Oasis Montaj, MagMap, SonarWiz, dan C-Max untuk mengolah data kemagnetan dan image yang dihasilkan side scan sonar sehingga dapat mengetahui klasifikasi medan magnet, dan sumber anomali terdapat dibawah dasar laut atau disekitar perairan dari hasil image yang dihasilkan side scan sonar.Hasil yang diperoleh berupa peta sebaran anomali kemagnetan dasar laut dengan karakteristik sebaran anomali memiliki variasi intensitas magnet regional yang tidak sama dan menunjukkan adanya variasi pembentukkan dasar laut yang berbeda. Dari peta sebaran anomali kemagnetan yang didapat serta hasil validasi dari image side scansonar dan bantuan data imagesub bottom profiling yang menunjukkan posisi logam yang berbahaya dan telah dinetralisir sehingga dapat digunakan untuk kepentingan keselamatan navigasi serta kegiatan lain yang berhubungan dengan hidrografi.Kata kunci :     magnet, anomali kemagnetan, magnetometer, side scan sonar, peta sebaran anomali kemagnetandasar laut, keselamatan navigasi.
APLIKASI PETA INTERAKTIF KABUPATEN BANYUMAS BERBASIS FLASH SEBAGAI MEDIA PROMOSI PARIWISATA Kindy Ibrahim Hari; Arief Laila Nugraha; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.164 KB)

Abstract

ABSTRAKPariwisata Kabupaten Banyumas merupakan salah satu potensi wisata di Indonesia yang perlu lebih diperkenalkan. Kabupaten Banyumas yang beriklim tropis basah memiliki banyak potensi wisata terutama dalam wisata alam dengan keindahan alam sebagai daya tariknya.Dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan serta pendapatan daerah. Oleh karena itu dibutuhkan media promosi yang dapat menimbulkan minat wisatawan lokal maupun asing untuk mengunjungi pariwisata di Kabupaten Banyumas.Melalui survei lapangan dengan menggunakan GPS handheld, peta jaringan jalan serta data atribut objek wisata, maka dihasilkan peta sebaran objek wisata Kabupaten Banyumas. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan dibangun sebuah aplikasi peta interaktif berbasis flash,dengan menggunakan Adobe Flash untuk merancang desain dan tampilan aplikasi, serta bahasa pemrograman action script 2.0. Pemilihan peta flash mengingat dengan kemajuan teknologi yang semakin modern serta penggunaan media promosi yang unik dan menarik, maka kebutuhan peta digital meningkat, serta dengan tampilan yang dapat dibuat menarik, informatif, dan mudah digunakan.Aplikasi peta interaktif berbasis flash sebagai media promosi pariwisata Kabupaten Banyumas diharapkan dapat membantu wisatawan dalam mendapatkan informasi mengenai sebaran lokasi wisata di Kabupaten Banyumas, sehingga wisata di Kabupaten Banyumas menjadi salah satu tujuan utama bagi para calon wisatawan.Kata Kunci: Banyumas, Flash, Pariwisata dan Peta Interaktif ABSTRACTBanyumas tourism is one of the tourism potential in Indonesia that needs to be introduced. Banyumas wet tropical climate has a lot of tourism potential, especially in nature with the beauty of nature as attractiveness. It is expected to increase the number of tourists as well as local revenue. Therefore, it needs a media campaign that could lead to local and foreign tourists to visit the tourism in Banyumas. Through field surveys using GPS handheld, a road network map and attractions attribute data, then the resulting distribution map tourism of Banyumas. Based on this, so in this study will be designed a flash-based interactive map application, using Adobe Flash CS 6 to build the design and interface of applications, as well as the Action Script 2.0 for programming language. Flash recall election map with increasingly modern technological advances and the use of media promotion of the unique and interesting, the need for increased digital maps, as well as the appearance can be made attractive, informative and easy to use. Flash-based interactive map application as a medium to promote Banyumas Tourism is expected to help tourists in getting information on the distribution of tourist sites in Banyumas, so the tour in Banyumas has became one of the main goals for potential tourists.Keywords : Banyumas,  Flash, Interactive Map and Tourism  *) Penulis, Penanggungjawab
Co-Authors Abdi Sukmono Abdi Sukmono, Abdi Adnan Khairi Afriyanto Afriyanto Aisyah Arifin Aisyah Arifin Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri Alfian Budi Prasetya Alfien Rahmenda Ali Amirrudin Ahmad Amal Fathullah, Amal Amri Perdana Ginting Ana Rosida Andika Malik Andika Rizal Bahlefi Andre Hermawan Andri Suprayogi Anggi Tiarasani Anisa Rachmawati, Anisa ARGNES DIONANDA RESZA PRADIPTA Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arintia Eka Ningsih Ario Damar Wicaksono Armenda Bagas Ramadhony Aruma Hartri Aufan Niam Aulia Fikki Wicaksono Aysha Puspa Pertiwi Ayu Nur Safi'i Bambang Darmo Y Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bhekti Hapsari Bilqis, Ramadhani Sarah Alicya Bobby Daneswara Indra Kusuma Brinton Patuan Sitorus Budi Prayitno Cindy Puspita Sari Damar Ismoyo Danang Budi Susetyo Desita Khrisna Putri, Dewa, Kusuma Hangga Dewi Shinta Septifany Dian Rizqi Ari Wibowo Dimas Bagus Dina Wahyuningsih Dwi Arini Dzaki Adzhan Ega Gumilar Hafiz Enersia Ihda K. U Extiana, Kiky Fadhilla Shara Denafiar Fajar Dwi Hernawan Fanni Kurniawan Fanny Rachmawati Fathan Aulia Fauzi Iskandar Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Fauzi Janu Ammarohman Febrian Pramana Putra Fetra Kristina Harianja Gina Andriyani Habib Azka Ramadhani Hadi, Firman Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Handayani Nur Arifiyanti Haniah Haniah Hani’ah Hani’ah Haris Yusron Hayuningsih, Dwi Mastuti Heri Gusfarienza Heri Setiawan Ika Nurdianasari Ikhlasul Amal Ahyani Indra Laksana Irfan Tri Anggoro irwan meilano Johan Wisma Anggoro Joko Wibowo Juwita Widya Qur’ani Khairuddin Khairuddin Khofifatul Azizah Khofifatul Azizah Kiky Extiana Kindy Ibrahim Hari Kurniawan Adi Widiyanto L. M. Sabri Labib, Muhammad Faishal Laode M Sabri LAURENTIUS IMMANUEL YUDIT PRABOWO LM. Sabri Lolita, Diaz Amel Lorenzia Anggi Ramayanti Lufti Rangga Saputra LUKMAN MAULANA ABDILLAH Lutfi Eka Rahmawan Lutgar Sudiyanto Sitohang LUTHFI RAHMANDHANI Mahmudi, Fakhry Nur Maulana Eras Rahadi Meita Arddinatarta Moh Kun Fariqul Haqqi Mohammad Afif MOHAMMAD YUSUP LUTFI Much. Jibriel Sajagat, Much. Jibriel Muhamad Arif Debalano Muhamad Nurman Cholid Muhammad Bagus Salim Muhammad Danny Rahman Muhammad Hudayawan Nur L Muhammad Iqbal Akhsin Muhammad Maulana mahardika Amfa Muhammad Rifqi Andikasani Nanda Dewi Arumsari Nasytha Nur Farah Nella Wakhidatus Nina Ratnaningrum NOVAYA NURUL BASYIROH Nugrahanto, Prasetyo Odi Nur Lail, Muhammad Hudayawan Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurmalasari, Cici Nurnaning Aisyah Pardjono, P. Prya Adhi Surya Nugraha Putri, Alifa Salsabilla Rachmawati, Ekha Ramdhan Thoriq Setyabudi Renaud Saputra Purba Resi Diansismita Reza Nur Hidayat Rico Waskito Putro Rifki Purnama Aji Rifqi, Muhammad Alifian Risa Ayu Miftahul Rizky Riyadi, Elnatan Vieno Rizky Saputra Rofi'i, Nur Izha Jannah Roy Kasfari Sabri, Laode M. Safii, Ayu Nur Safira Devi Kirana Sandy Yudistira Mahardika, Sandy Yudistira Sarmedis Anrico Situmorang Satrio Wicaksono Satrio Wicaksono Sawitri Subiyanto Septian Dewi Cahyani Septiawan Setio Hutomo Setiaji Nanang Handriyanto Sigit Irfantoro Siregar, Afifah Zafirah Siti Fathimah Soraya Rizky Puspitasari Sri Widiyantoro Sry Suando Sinaga Susilo Susilo Sutomo Kahar Syachril Warasambi Mispaki Tiara Toyyibatul Arofah Tristika Putri Wahyu Entriana Kumala Dewi Wahyu Nur Rohim Wahyuddin, Yasser Wakhidatus, Nella Wibowo, Sidik Tri Wildan Ryan Irfana Yolanda Adya Puspita Yudo Prasetyo