Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS HASIL PENGOLAHAN TITIK PENGAMATAN CORS BIG MENGGUNAKAN ULTRA RAPID, RAPID DAN FINAL EPHEMERIS UNTUK PENGAMATAN DEFORMASI Khairuddin Khairuddin; Bambang Darmo Yuwono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.024 KB)

Abstract

Survey  Global Navigation Satellite System (GNSS) adalah suatu metode penentuan koordinat titik dengan menggunakan teknologi satelit yang memiliki ketelitian tertentu. Selain itu terdapat pula teknologi CORS (Continuously Operating Reference Station) yang juga berbasis GNSS dan berwujud jaring kerangka geodetik yang pada tiap titiknya memiliki receiver. Jaringan CORS dibangun dengan tujuan untuk menjaga tingkat akurasi dan presisi dari kerangka dasar geodetik di seluruh wilayah Indonesia dan juga untuk membantu berbagai macam kegiatan ilmiah maupun praktis dilapangan seperti survei deformasi. Pengamatan deformasi menggunakan CORS biasanya membutuhkan final ephemeris IGS untuk memperoleh hasil yang akurat, tetapi latency update final ephemeris IGS membutuhkan 12 sampai 18 hari dari waktu terakhir pengamatan data. Penelitian ini menggunakan tiga strategi dalam pengolahan data yaitu: Strategi I menggunakan final ephemeris (IGF), strategi II menggunakan rapid ephemeris (IGR) dan strategi III menggunakan ultra rapid ephemeris (IGU). Titik pengamatan dalam penelitian ini menggunakan stasiun CSEM, CPBL, CMGL,CPKL. Titik ikat global menggunakan :  XMIS, BAKO, DARW, PIMO, PBRI, HYDE, COCO. Hasil pengolahan koordinat dengan menggunakan final ephemeris dan rapid ephemeris tidak memiliki perbedaan secara signifikan, hal sama juga berlaku terhadap hasil pengolahan menggunakan final ephemeris dan ultra rapid ephemeris. Arah pergeseran vektor setiap stasiun CORS BIG di Jawa Tengah bergerak ke arah tenggara pada seluruh strategi yang diterapkan. Resultan keceptan horizontal masing-masing stasiun pada semua strategi relatif sama. Pada stasiun CSEM nilai resultan kecepatan horizontal berkisar 0,02540 m/tahun sampai 0,02545 m/tahun. Untuk stasiun CMGL nilai resultan kecepatan horizontal berkisar 0,02652 m/tahun sampai 0,02677 m/tahun. Nilai resultan kecepatan horizontal stasiun CPKL berkisar 0,02229 m/tahun sampai 0,02304 m/tahun. Kemudian nilai resultan kecepatan horizontal stasiun CPBL berkisar 0,02582 m/tahun sampai 0,02600 m/tahun.
ANALISIS DEFORMASI KOSEISMIK GEMPA NIAS 3 JUNI 2019 MENGGUNAKAN DATA CORS BIG DAN SUGAR Sry Suando Sinaga; Moehammad Awaluddin; LM Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKAktivitas subduksi yang terjadi di Pulau Sumatra sering menimbulkan gempa sehingga Pulau Sumatra dianggap sebagai salah satu wilayah tektonik aktif di dunia. Pada tanggal 3 Juni 2019 telah terjadi gempa dengan magnituda sebesar 5,8 Mw yang berlokasi pada bagian selatan Pulau Nias tepatnya pada 0,378°U 97,722°T. Gempa bumi yang terjadi akan mengakibatkan deformasi pada objek di sekitarnya. Deformasi Pulau Nias dan sekitarnya dapat dilakukan dengan menggunakan data pengamatan stasiun CORS BIG dan SuGAr. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ilmiah GAMIT/GLOBK 10,7. Deformasi yang diamati dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu deformasi koseismik gempa Nias 3 Juni 2019 dan deformasi akibat proses subduksi di Pulau Sumatra. Pengamatan deformasi koseismik diperoleh dengan menggunakan data koordinat harian 10 hari sebelum dan sesudah gempa terjadi (21 DoY). Sementara itu, pengamatan deformasi subduksi Pulau Sumatra diperoleh dengan menghitung velocity rate dari data koordinat harian stasiun CORS selama setahun (71 DoY). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa deformasi koseismik gempa Nias 3 Juni 2019 tidak memiliki perubahan yang signifikan terhadap pergerakan stasiun GPS yang diamati. Deformasi subduksi di Pulau Sumatra terjadi secara signifikan dengan vektor pergeseran terbesar terjadi pada stasiun NIAN (Nias) sebesar 0,021 m mengarah ke barat daya. Vektor pergeseran stasiun CORS yang mengarah ke barat daya menunjukkan bahwa gempa Nias 3 Juni 2019 merupakan gempa yang terjadi pada fase postseismic gempa. Kata Kunci: Deformasi, Koseismik, Nias, Subduksi, SuGAr ABSTRACTSubduction activities that occur on the island of Sumatra often cause earthquakes so that Sumatra Island is one of the most active tectonic areas in the world. On June 3rd, 2019 an earthquake with magnitude of 5,8 Mw was located in the southern part Nias island precisely at 0,378 °N 97,722 °E, with a locking depth of 19 km. An earthquake that occurs will cause deformation of objects around it. Deformation of Nias Island and its surroundings can be determined by processing the observation data of the CORS BIG and SuGAr stations. The data processing was processed using scientific software GAMIT / GLOBK 10,7. The deformations observed in this study were divided into two parts, namely the coseismic deformation of the Nias June 3rd 2019 earthquake and deformations due to the subduction process on the island of Sumatra. Coseismic deformation observations were obtained using daily coordinate data 10 days before and after the earthquake occurred (21 DoY). Meanwhile, observations of subduction deformation in Sumatra Island were obtained by calculating the velocity rate from the daily coordinates of the CORS station for a year (71 DoY). The results of this study indicate that the coseismic deformation of the Nias earthquake June 3rd, 2019 did not have a significant shift to the observed GPS station. The subduction deformation in Sumatra Island occurs significantly with the largest vector shift occurring at NIAN station (Nias) of 0,021 m towards the southwest.  The shift vector of the CORS station that points to the southwest shows that the Nias June 3rd earthquake was an earthquake that occurred in the postseismic phase of the earthquake.
Aplikasi Pgrouting Untuk Penentuan Jalur Optimum Pada Pembuatan Rute Pemadam Kebakaran (Studi Kasus : Kota Semarang) Nasytha Nur Farah; Andri Suprayogi; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1239.399 KB)

Abstract

The technological developments of Geographic Information Systems (GIS) in integrating database processing operation has been very rapid. One of them is the use of SQL syntax which serves as a routing contained in PostgreSQL database. In pgRouting one of algorithm which is implemented is Dijkstra's algorithm. PgRouting is used to find out the optimum route from the starting point to the destination point which has been determined. In this study, pgRouting was applied to the Fire Company which requires timeliness in covering work areas in Semarang in case of fire.In order to use pgRouting, first install PostgreSQL, set up the data with a good quality control to be built in PostGIS and then add pgRouting extension itself. Furthermore, enable the required fields in the routing operations such as source, the target, length, topology, and index. After those required fields successfully activated, insert the SQL query in the SQL editor to implement the function of the shortest path by taking notice into the node source and the node target to be excecuted later on.The operation results are the shortest route layer along the attribute tables. And they are displayed on the Quantum GIS Wroclaw version by making the connection first. The results of dijkstra algorithm implementation are segments with weight/minimum cost from the starting node and aiming to the destination node. In the attributes which have been generated are also being taken notice the travel time problem. And it was analyzed to obtain the estimated time 1 that is 10 minutes and the estimated time 2 that is 15 minutes for the Firemen working. As the conclusion, that the Fire Company Central Office which is located in Jl.Madukoro has a strategic position to cover the area in Semarang City with the help of 2 Fire Company Sub Office which is located in Jl.Majapahit and Jl.Ngesrep Timur. But three districts namely Ngaliyan, Mijen, and Gunungpati are districts that is located beyond the reach of the office based on the analysis.Keywords: PostgreSQL, pgRouting, shortest path, Fire Route.
ZONASI DAERAH RAWAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR (CURANMOR) DI KOTA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ANALYSIS Johan Wisma Anggoro; Moehammad Awaluddin; Arief Laila Nugraha
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1640.113 KB)

Abstract

ABSTRAKTindak pencurian kendaraan bermotor (curanmor) merupakan salah satu tindakan kriminal yang terjadi di setiap daerah terutama Kota Semarang, namun belum ada visualisasi kejadian curanmor ke dalam bentuk peta dari Polrestabes Kota Semarang, sehingga Metode Cluster Analisis dalam SIG dapat digunakan untuk menentukan dan menganalisis daerah rawan curanmor. Pada penelitian ini, dilakukan pemetaan daerah rawan curanmor di Kota Semarang dengan menggunakan tiga Metode Cluster Analisis, yaitu Kernel Density, K-Means dan K-Medoids. Metode Kernel Density adalah pengelompokan data berdasarkan kerapatan/density TKP dari tindak curanmor, metode K-Means adalah pengelompokan data berdasarkan centroid/pusat kejadian curanmor di tiap kelurahan, sedangkan metode K-Medoids adalah pengelompokan data berdasarkan nilai medoids yang di ambil dari objek data jumlah kejadian curanmor di tiap kelurahan. Hasil penelitian ini terdapat 1286 kasus curanmor yang terdiri dari 275 kasus pada tahun  2014, 424 kasus pada tahun 2015, 307 kasus pada tahun 2016, 161 kasus pada tahun 2017 dan 119 kasus pada tahun 2018. Daerah kerawanan dari metode Kernel Density, K-Means dan K-Medoids mempunyai hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil dari verifikasi menggunakan data kasus bulan Januari – April 2019, metode Kernel Density memiliki nilai verifikasi daerah rawan (tingkat kerawanan tinggi dan sedang)  yang paling besar dibanding dengan metode K-Means dan K-Medoids, yaitu 82,35%. Kata Kunci : Curanmor, K-Means, K-Medoids, Kernel Density, SIG.  ABSTRACTMotor vehicle theft (curanmor) is one of the criminal acts that occurred in each area, especially Semarang City, but there is no visualization of the event of curanmor in the form of maps from the Semarang City Polrestabes, so the Cluster Analysis Method in GIS can be used to determine and analyze vulnerable areas chancel. In this study, mapping of the area of hazard-prone areas in Semarang using three Cluster Analysis Methods, namely Kernel Density, K-Means and K-Medoids. Kernel Density method is a grouping of data based on the density of the crime scene from the act of curanmor, the K-Means method is grouping data based on centroids/center of curanmor events in each village office, while the K-Medoids method is grouping data based on medoids values taken from the number of data objects incidents of fraud in each village. The results of this study were 1286 cases of fraud consisting of 275 cases in 2014, 424 cases in 2015, 307 cases in 2016, 161 cases in 2017 and 119 cases in 2018. The area of vulnerability from the Kernel Density method, K-Means and K-Medoids have different results. Based on the results of the verification using case data for January - April 2019, the Kernel Density method has the highest value of verification of hazard areas (high and medium vulnerability) compared to the K-Means and K-Medoids methods, which is 82.35%. Keyword : Curanmor, K-Means, K-Medoids, Kernel Density, GIS.
ANALISIS KETELITIAN SPASIAL MENGGUNAKAN SATELIT BEIDOU UNTUK PENGUKURAN BIDANG DENGAN METODE RTK Fathan Aulia; Bambang Darmo Yuwono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.836 KB)

Abstract

ABSTRAKPada saat ini metode penentuan posisi dengan menggunakan sinyal satelit semakin berkembang pesat dengan hadirnya satelit Beidou. Penentuan posisi dapat digunakan untuk pengukuran bidang tanah yang nantinya berfungsi dalam pendaftaran tanah. Tujuan dari pendaftaran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas suatu bidang tanah, serta menyediakan informasi kepada pihak-pihak berkepentingan mengenai bidang-bidang tanah.Terkait dengan permasalahan tersebut, maka pada penelitian tugas akhir ini dilakukanlah pengukuran bidang tanah dengan menggunakan GNSS metode RTK akan menganalisis perbandingan jarak dan luas bidang tanah dari 3 satelit GNSS yang berbeda, antara lain GPS, GLONASS, dan BEIDOU dan menggunakan data pengukuran Total Station sebagai data definitif.Pengukuran dengan metode ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan ketelitian apabila menambahkan satelit Beidou dalam pengukuran. Pada hasil analisis dan uji statistik yang dilakukan, didapat peningkatan ketelitian apabila menambahkan satelit Beidou di dalam pengukuran untuk daerah terbuka sebesar ±0,138 meter, dimana tingkat ketelitian pengukuran Luas menggunakan satelit GPS sebesar 0,062 meter, sedangkan ketelitian pengukuran Luas menggunakan satelit GPS+Beidou sebesar 0,524 meter. Untuk daerah perumahan mengalami peningkatan ketelitian pengukuran Luas sebesar ±6,398 meter, dengan tingkat ketelitian pengukuran Luas menggunakan satelit GPS sebesar 7,770 meter, sedangkan ketelitian pengukuran Luas menggunakan satelit GPS+Beidou sebesar 1,372 meter.Kata Kunci : Beidou, GLONASS, GPS, Penentuan Posisi, Pengukuran Bidang Tanah, RTK (Real Time Kinematic) ABSTRACTAt the moment a method of the determination of position by using signals satellite growing rapidly with the arrival of satellite Beidou .The determination of position can be used to measurement of the field of land will use in land registration. The purpose of land registration is to guarantee legal certainty and protection laws against the holder the right over an area of land , and prepared information to parties concerned about land areas.Relating to these problems, so to research duty end of this did measurement of the field of ground by using GNSS method RTK analyzed comparison distance and area of land parcels of 3 satellite GNSS different, among others GPS, GLONASS, and Beidou and using data the measurement of total station as data definitive.Measurement by a method of aims to understand how much greater precision in if added satellite beidou in the measurement of .On the outcome of the analysis and statistical tests conducted , obtained greater precision in if added satellite beidou inside of measurement for open area as much as ±0,138 meters, whereby the degree of precision the measurement of broad use satellite GPS 0,062 meters as much as, while carefulness the measurement of broad use satellite GPS + Beidou 0,524 meters as much as. To a residential area experienced greater precision in as much as the measurement of broad ±6,398 meters , with the level of thoroughness the measurement of broad use satellite GPS 7,770 meters as much as , while carefulness the measurement of broad use satellite GPS+Beidou 1,372 meters as much as.Keyword : Beidou, GLONASS, GPS, Measurement of the field of land, RTK (Real Time Kinematic), The determination of position.  *) Penulis, PenanggungJawab
IDENTIFIKASI DAERAH PRIORITAS REHABILITASI LAHAN KRITIS KAWASAN HUTAN DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: KABUPATEN PATI) Heri Setiawan; Bambang Sudarsono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.421 KB)

Abstract

Kerusakan Hutan masih menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Banjir bandang yang sering penambangan karst liar di kawasan hutan pegunungan Kendeng Utara sehingga hutan terdegradasi dan akan menadi lahan kritis. Faktor yang mempengaruhi terjadinya lahan kritis kawasan hutan  antara lain; kerapatan vegetasi, kelerengan hutan, erosi lahan dan manajemen hutan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran lahan kritis kawasan hutan dan berapa luas daerah prioritas rehabilitasinya. Pengolahan dilakukan dengan metode overlay tiap parameter; peta kelas vegetasi, peta kelas lereng, peta kelas erosi dan peta kelas manajemen. Pembuatan peta kelas kerapatan vegetasi dibuat dari klasifikasi NDVI citra Landsat 7 ETM+. Kemudian analisis tiap kecamatan, Kesatuan Pemangkuan Hutan, Bagian Hutan dan fungsi hutan dilakukan dengan overlay data vektor.Berdasarkan hasil pengolahan data, kawasan hutan Kabupaten Pati didominasi oleh kriteria potensial kritis seluas 14.351,74 ha (62,67%) dari luas hutan di Kabupaten Pati. Kerusakan hutan tertinggi berada di kecamatan Margorejo dan Sukolilo. Lahan kritis paling banyak berada di kecamatan Margorejo 252,02 ha. Sedangkan lahan agak kritis paling banyak terdapat di kecamatan Sukolilo 1.492,22 ha.Kata Kunci: Lahan kritis, Hutan, Kabupaten Pati
HITUNGAN KECEPATAN PERGESERAN TITIK PENGAMATAN DEFORMASI DENGAN GPS MENGGUNAKAN TITIK IKAT REGIONAL DAN GLOBAL Muhammad Hudayawan Nur L; Moehammad Awaluddin; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.153 KB)

Abstract

ABSTRAKIndonesia terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar yakni lempeng Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik yang menjadikan Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Dampak  dari  aktifitas seismik ketiga  lempeng  tersebut antara  lain  timbunya deformasi akibat pergerakan lempeng bumi. Akibat deformasi tersebut menyebabkan posisi bergerak secara dinamis. Pergerakan lempeng bumi yang dinamis tersebut menyebabkan fenomena deformasi.Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis perbandingan dari pengaruh deformasi menggunakan data pengamatan titik ikat regional  dari stasiun CORS BIG dan titik ikat Global menggunakan stasiun IGS. Titik pengamatan dalam penelitian ini menggunakan stasiun CSEM, CPBL, CMGL,CPKL dengan titik ikat regional menggunakan stasiun CPWD ,CTGL, CCLP, CKBM dan titik ikat global menggunakan  XMIS, BAKO, DARW, PIMO, PBRI, HYDE, COCO.Hasil dari penelitian ini, penggunaan titik ikat global menghasilkan koordinat lebih teliti jika dibandingkan dengan pengolahan dengan menggunakan titik ikat regional baik strategi II dan III. Arah pergeseran vektor dari stasiun CORS Jawa Tengah Strategi I menggunakan titik ikat Global di setiap stasiun kearah tenggara dengan resultan 25 mm sampai dengan 28 mm pertahun. Arah pergerakan vektor strategi II dan III relatif sama dengan pergerakan tiap stasiun berbeda dan dengan resultan yang relative sama, dengan resultan 1 mm sampai dengan 3 mm pertahunKata Kunci :  Deformasi, Kecepatan, Titik Ikat Global, Titik Ikat Regional  ABSTRACTIndonesia located between three large plates of the Eurasian, Indian-Australian, and Pacific plates that make Indonesia have a complex tectonic order. The impact of seismic activity of the three plates, among others, the emergence of deformation due to the movement of the earth's plate. The resulting deformation causes the position to move dynamically. The dynamic movements of the earth's plates cause the deformation phenomenon. This study aims to analyze the comparison of deformation effect using regional tie points observation data from CORS BIG station and Global tie points using IGS station. The observation station in this study used the CSEM, CPBL, CMGL, CPKL with regional tie points using CPWD, CTGL, CCLP, CKBM and global tie points using XMIS, BAKO, DARW, PIMO, PBRI, HYDE, COCO. The results of this study, the use of global tie points to produce coordinates more precise when compared with the processing by using regional tie points both II and III strategies. The direction of the vector shift from the Central Java CORS station strategy I uses the global tie points at each station towards the southeast with a resultant 25 mm to 28 mm per year. The direction of the vector movements of strategy II and III is relatively the same as the movement of each station is different and with resultant that is equal to resultant 1 mm to 3 mm per yearKeywords:  Deformation, Global Tie Point, Regional Tie Point, Velocity rate
PEMANTAUAN PENURUNAN MUKA TANAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016 MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK GAMIT 10.6 Alfian Budi Prasetya; Bambang Darmo Yuwono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.532 KB)

Abstract

ABSTRAK Selama kurun waktu 30 tahun terakhir ini, Kota Semarang sering mengalami banjir rob. Salah satu penyebab terjadinya banjir rob ini adalah penurunan muka tanah. Penurunan muka tanah mengakibatkan bentang hidrologi atau muka air laut lebih tinggi dari daratan disekitarnya. Di Indonesia sendiri telah dilakukan berbagai penelitian mengenai fenomena ini seperti di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Pengambilan air tanah yang berlebihan, bukaan bawah tanah akibat aktivitas tambang, aktivitas tektonik, jenis tanah, serta beban berat diatas tanah yang berlebihan (overburden) merupakan penyebab utama terjadinya penurunan muka tanah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran GPS metode statik. Terdapat 7 titik pengamatan yang tersebar di wilayah Kota Semarang. Pengamatan GPS dilakukan dengan durasi selama 6-7 jam. Data yang diperoleh kemudian diolah secara radial menggunakan perangkat lunak GAMIT 10.6. Berdasarkan pengolahan perangkat lunak GAMIT didapatkan nilai koordinat dan standar deviasi dari setiap titik pengamatan. Untuk mendapatkan nilai penurunan muka tanah Kota Semarang yang digunakan adalah nilai tinggi. Nilai tinggi GPS yang dihasilkan dari pengolahan GAMIT kemudian dibandingkan dengan nilai tinggi ellipsoid pada tahun sebelumnya di titik yang sama untuk mendapatkan nilai penurunan muka tanahnya.Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai penurunan muka tanah Kota Semarang pada tahun 2016 dengan rentang penurunan sebesar 1,33 - 34,9 cm. Untuk besar laju penurunan tanah dari tahun 2013-2016 didapatkan nilai sebesar 2,07 – 17,04 cm/tahun. Laju penurunan paling tinggi terdapat di daerah Semarang Utara dan Semarang Timur. Besar kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari bencana banjir rob di kota Semarang pada sektor pemukiman sebesar Rp. 545,985 miliar dan sektor infrastruktur jalan sebesar Rp. 70,466 miliar. Kata Kunci : GPS, GAMIT, GPS, Penurunan Muka Tanah  ABSTRACT In the last 30 years, Semarang city experienced tidal flood. One of the major causes of this tidal flood disaster is land subsidence. Land subsidence inflict hydrological landscape or sea level is higher then the surrounding land. In Indonesia, research about this phenomenon had been conducted in various city, such as Jakarta, Bandung and Surabaya. The excessive extraction of ground water, mining activity, tectonic activity, soil characteristic and also overburden on the land surface are the major causes of land subsidence.                In this research data colected using GPS static measurement method. There are 7 observation points which are spread throughtout Semarang city. GPS observation carried out with a duration of 6-7 hours. The GPS data then processed using radial method by GAMIT 10.6 software. The data obtained from GAMIT processing are coordinate value and standard deviation from each observation point. The value of land subsidence obtained by comparing the height value on previous measurement and height value on present measurement.                The result of this research is value of land subsidence in Semarang city on 2016 with subsidence value range from 1.33 cm to 34.9 cm. This research also obtained the velocity rate of land subsidence from 2013-2016 with variation range from 2.07 cm/year to 17.04 cm/year. The highest velocity rate of land subsidence was found in the North and East Semarang. The value in economic losses to the effect of tidal flood from settlement sector amounted to idr. 545.985 billion and from infrastructure sector idr. 70.466 billion. Keywords:GAMIT, GPS, Land Subsidence
PEMETAAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DAN FASILITAS SOSIAL BERBASIS WEBGIS (Studi Kasus Kecamatan Rangkasbitung, Lebak, Banten) Damar Ismoyo; Andri Suprayogi; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.483 KB)

Abstract

ABSTRAKAngkutan umum merupakan salah satu bagian dari transfortasi perkotaan maupun pedesaan yang telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat kota yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.Objek penelitian ini yaitu berupa aplikasi sistem informasi tentang pemetaan trayek angkutan kota dan fasilitas sosial berbasis web dengan studi kasus di Kecamatan Rangkasbitung, Lebak Banten.  Webgis adalah aplikasi sistem informasi geografis (SIG) yang terdistribusi dalam suatu jaringan komputer untuk mengintegrasikan dan menyebarluaskan informasi geografis secara visual pada World Wide Web. Webgis jika dibandingkan dengan desktop SIG menawarkan beberapa kelebihan seperti efesiensi biaya, efisiensi beban kerja sumber daya manusia untuk instalasi, pemeliharaan dan dukungan teknis, pemangkasan kurva pembelajaran untuk pengguna akhir dan keunggulan dalam hal integrasi data spasial dan data non spasial.Hasil penelitian ini berupa sebuah aplikasi SIG berbasis web yang menggunakan Google map API sebagai penyedia peta gratis yang akan diintegrasikan ke dalam website untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat yang baru pertama kali pergi ke Rangkasbitung agar bisa mengetahui rute/trayek angkutan kota yang sedang beroperasi dan juga mengetahui fasilitas sosial yang dilalui oleh rute angkot tersebut.Analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua analisis yaitu trayek angkutan kota yang banyak melewati fasilitas sosial dan juga pengujian aplikasi SIG berbasis web, dengan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pengujian validasi jarak trayek dan tarif angkot, pengujian aplikasi dengan web browser dan pengujian usabilityKata Kunci : Transportasi, Angkutan Kota, Fasilitas Sosial, WebGIS ABSTRACKPublic transport is one part of the urban and rural transfortasi which has become a staple of urban society that can not be separated from the life of society in general.The object of this study in the form of information system applications on urban transportation route mapping and web-based social facilities with a case study in the District of Gecko, Banten. Web-based GIS (WebGIS) is the application of geographic information systems (GIS) are distributed in a computer network to integrate and disseminate geographic information visually on the World Wide Web. WebGIS compared to desktop GIS offers several advantages such as cost efficiency, the efficiency of the workload of human resources for the installation, maintenance and technical support, trimming the learning curve for end users and excellence in terms of the integration of spatial data and non-spatial data.The results of this study in the form of a web-based GIS applications that provide convenience to the people who first went to Gecko order to know the route / city transportation route running and also know the social facilities at the pass by the public transportation route.The analysis in this study is divided into two, namely the analysis of urban transportation route that passes many social facilities and also testing a web-based GIS applications, to be divided into three groups: validation testing distance routes and public transportation fare, with a web browser application testing and usability testingKeywords: Transportasi, City Transportation, Social Facility, WebGIS
ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP JUMLAH PENDUDUK DI KOTA SOLO Muhammad Danny Rahman; Moehammad Awaluddin; Hani'ah Hani'ah
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.747 KB)

Abstract

ABSTRAK Berdasarkan peraturan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa presentasi Ruang Terbuka Hijau pada wilayah perkotaan minimal sebesar 30% dari luas kota. Penyediaan RTH di wilayah perkotaan sedikit mengalami kesulitan dikarenakan permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan. Hal ini umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Dengan demikian perlu adanya analisis untuk mengetahui kondisi RTH di Kota Solo masih sesuai atau tidak.RTH dapat diidentifikasi dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan menggunakan citra satelit. Karena citra satelit mampu menampilkan permukaan bumi secara luas, sehingga bisa digunakan untuk mengidentifikasi tutupan lahan salah satunya yaitu RTH. Sebelum melakukan pemrosesan data menggunakan citra satelit, langkah awal yang dilakukan adalah uji ketelitian citra, karena proses ini sangat penting untuk menentukan kualitas dari citra satelit. Setelah itu dilakukan Registrasi peta, Registrasi peta sendiri merupakan proses transformasi koordinat dari yang belum ada menjadi ada. Baru kemudian dilakukan interpretasi dan digitasi sesuai dengan jenis ruang terbuka hijau sampai dengan penghitungan luasnya.Analisis dengan cara digitasi bertujuan untuk mengetahui ketersediaan, luas, dan lokasi persebaran ruang terbuka hijau. Adapun hasil dari analisis tersebut didapatkan luas Ruang Terbuka Hijau Kota Solo Tahun 2015 sebesar 581,101 Ha atau sekitar 12,458% dari total luas Kota. Sehingga dapat disimpulkan bahwa luas ruang terbuka hijau belum memenuhi jumlah yang ditentukan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan juga berdasarkan jumlah penduduk dan prediksi pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 sampai tahun 2019. Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Citra IKONOS, Pertumbuhan Penduduk   ABSTRACT According to the regulations of Law No. 26 Year 2007 on Spatial Planning determines that the presentation of green open space in urban areas of at least 30% of the area of the city. The provision of green space in urban areas little difficulty because demand for land use of the city continue to grow for the construction of various urban facilities. It is generally detrimental to the presence of green space which is often regarded as reserve lands and uneconomical. Thus the need for analysis to determine the condition of the green space in the city of Solo are still appropriate or not.RTH can be identified in several ways, one of which is by using satellite imagery. Because satellite imagery is able to show the earth's surface area, so that it can be used to identify land cover one of them is green space. Before performing the processing of data using satellite images, the first step to do is test the accuracy of the image, because the process is very important to determine the quality of satellite imagery. Once that was done Register maps, maps Registration itself is a coordinate transformation process from which no be no. Only later do the interpretation and digitization accordance with the type of green open space up to the counting extent.Analysis by means of digitization aims to determine availability, spacious, and the location of the distribution of green open space. The results of the analysis obtained vast green open space the city of Solo in 2015 amounted to 581.101 ha, or approximately 12.458% of the total area of the City. It can be concluded that the vast green open space not meet the amount specified in Law No. 26 Year 2007 on Spatial Planning and also based on population and population growth forecasts from 2014 to 2019. Keywords: green open space, IKONOS Imagery, Population Growth  *) Penulis Penanggung Jawab
Co-Authors Abdi Sukmono Abdi Sukmono, Abdi Adnan Khairi Afriyanto Afriyanto Aisyah Arifin Aisyah Arifin Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri Alfian Budi Prasetya Alfien Rahmenda Ali Amirrudin Ahmad Amal Fathullah, Amal Amri Perdana Ginting Ana Rosida Andika Malik Andika Rizal Bahlefi Andre Hermawan Andri Suprayogi Anggi Tiarasani Anisa Rachmawati, Anisa ARGNES DIONANDA RESZA PRADIPTA Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arintia Eka Ningsih Ario Damar Wicaksono Armenda Bagas Ramadhony Aruma Hartri Aufan Niam Aulia Fikki Wicaksono Aysha Puspa Pertiwi Ayu Nur Safi'i Bambang Darmo Y Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bhekti Hapsari Bilqis, Ramadhani Sarah Alicya Bobby Daneswara Indra Kusuma Brinton Patuan Sitorus Budi Prayitno Cindy Puspita Sari Damar Ismoyo Danang Budi Susetyo Desita Khrisna Putri, Dewa, Kusuma Hangga Dewi Shinta Septifany Dian Rizqi Ari Wibowo Dimas Bagus Dina Wahyuningsih Dwi Arini Dzaki Adzhan Ega Gumilar Hafiz Enersia Ihda K. U Extiana, Kiky Fadhilla Shara Denafiar Fajar Dwi Hernawan Fanni Kurniawan Fanny Rachmawati Fathan Aulia Fauzi Iskandar Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Fauzi Janu Ammarohman Febrian Pramana Putra Fetra Kristina Harianja Gina Andriyani Habib Azka Ramadhani Hadi, Firman Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Handayani Nur Arifiyanti Haniah Haniah Hani’ah Hani’ah Haris Yusron Hayuningsih, Dwi Mastuti Heri Gusfarienza Heri Setiawan Ika Nurdianasari Ikhlasul Amal Ahyani Indra Laksana Irfan Tri Anggoro irwan meilano Johan Wisma Anggoro Joko Wibowo Juwita Widya Qur’ani Khairuddin Khairuddin Khofifatul Azizah Khofifatul Azizah Kiky Extiana Kindy Ibrahim Hari Kurniawan Adi Widiyanto L. M. Sabri Labib, Muhammad Faishal Laode M Sabri LAURENTIUS IMMANUEL YUDIT PRABOWO LM. Sabri Lolita, Diaz Amel Lorenzia Anggi Ramayanti Lufti Rangga Saputra LUKMAN MAULANA ABDILLAH Lutfi Eka Rahmawan Lutgar Sudiyanto Sitohang LUTHFI RAHMANDHANI Mahmudi, Fakhry Nur Maulana Eras Rahadi Meita Arddinatarta Moh Kun Fariqul Haqqi Mohammad Afif MOHAMMAD YUSUP LUTFI Much. Jibriel Sajagat, Much. Jibriel Muhamad Arif Debalano Muhamad Nurman Cholid Muhammad Bagus Salim Muhammad Danny Rahman Muhammad Hudayawan Nur L Muhammad Iqbal Akhsin Muhammad Maulana mahardika Amfa Muhammad Rifqi Andikasani Nanda Dewi Arumsari Nasytha Nur Farah Nella Wakhidatus Nina Ratnaningrum NOVAYA NURUL BASYIROH Nugrahanto, Prasetyo Odi Nur Lail, Muhammad Hudayawan Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurmalasari, Cici Nurnaning Aisyah Pardjono, P. Prya Adhi Surya Nugraha Putri, Alifa Salsabilla Rachmawati, Ekha Ramdhan Thoriq Setyabudi Renaud Saputra Purba Resi Diansismita Reza Nur Hidayat Rico Waskito Putro Rifki Purnama Aji Rifqi, Muhammad Alifian Risa Ayu Miftahul Rizky Riyadi, Elnatan Vieno Rizky Saputra Rofi'i, Nur Izha Jannah Roy Kasfari Sabri, Laode M. Safii, Ayu Nur Safira Devi Kirana Sandy Yudistira Mahardika, Sandy Yudistira Sarmedis Anrico Situmorang Satrio Wicaksono Satrio Wicaksono Sawitri Subiyanto Septian Dewi Cahyani Septiawan Setio Hutomo Setiaji Nanang Handriyanto Sigit Irfantoro Siregar, Afifah Zafirah Siti Fathimah Soraya Rizky Puspitasari Sri Widiyantoro Sry Suando Sinaga Susilo Susilo Sutomo Kahar Syachril Warasambi Mispaki Tiara Toyyibatul Arofah Tristika Putri Wahyu Entriana Kumala Dewi Wahyu Nur Rohim Wahyuddin, Yasser Wakhidatus, Nella Wibowo, Sidik Tri Wildan Ryan Irfana Yolanda Adya Puspita Yudo Prasetyo