Claim Missing Document
Check
Articles

DEGRADASI ZAT WARNA PADA AIR GAMBUT MENGGUNAKAN METODE FOTOKATALITIK ZnO DEGRADATION COLOR SUBSTANCES IN PEAT WATER USING PHOTOCATALYTIC ZnO Fatimah Juhra; Suprihanto Notodarmojo
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 2, No 2 (2016): SEPTEMBER 2016
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v2i2.2308

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang degradasi intensitas zat warna air gambut dengan fotokatalis ZnO. Air di wilayah gambut merupakan sumber air baku potensial untuk diolah menjadi air bersih, terutama di daerah pedalaman Kalimantan, Sumatera dan Papua. Penelitian ini merupakan proses post-treatment yang mana sebelumnya air gambut telah melewati proses pre-treatment dengan penentuan jumlah optimum fotokatalis ZnO, pH optimum dan konstanta laju reaksi (k). Hasil penelitian Pada proses fotokatalis menunjukkan bahwa kondisi optimum proses degradasi intensitas zat warna pada air gambut memerlukan 0,5 g/L katalis ZnO, pH 4 dan waktu radiasi sinar UV selama 120 menit. Konstanta laju fotodegrdasi intensitas zat warna sebesar 0,0209 menit-1 dengan persentase degradasi sebesar 20,54 %.  Metode fotokatalis ZnO dapat digunakan sebagai metode yang tepat untuk proses post-treatment  air gambut yang memiliki konsentrasi warna tinggi yaitu sekitar 500 Pt.Co. Kata kunci: Air gambut, Fotokatalis, ZnO Has done research on the degradation of color substances in peat water with photocatalysts ZnO process. Water in Peat area is a potential source of raw water to be processed into clean water, especially in rural areas of Kalimantan, Sumatera and Papua. This study is post treatment to determine the optimum dose of ZnO photocatalyst, optimum pH and the reaction rate constant (k). Photocatalysts process showed that the optimum condition of color substance degradation in peat water requires 0,5 g/L ZnO, pH 4 and UV radiation for 120 minutes. Photodegradation rate constant of 0,0209 min-1 and the percentage of degradation is 20,54%. ZnO photocatalyst method can be used as an appropriate method to post-treatment process water peat has a high color concentration is about 500 Pt.Co. Key Words: Peat water, photocatalytic, ZnO 
The Presence of Trihalomethanes and Haloacetic Acids in Tropical Peat Water Yuniati Zevi; Muammar Qadafi; Suprihanto Notodarmojo
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 54 No. 3 (2022)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2022.54.3.14

Abstract

The presence of dissolved organic matter (DOM) in tropical peat water affects the appearance of trihalomethanes (THMs) and haloacetic acids (HAAs) in natural water sources. However, information about the presence of THM and HAA in tropical peat water is still limited. This study was conducted to determine the presence of THMs and HAAs in tropical peat water taken from a canal and a river in Riau Peatland, Indonesia, influenced by the seasons and the tides. DOM was measured by dissolved organic carbon (DOC) and UV254 absorbance. The presence of THMs and HAAs was determined based on total THM4 and HAA5 and correlated with chloride and bromide concentrations. The concentrations of chloride and bromide in the river water were higher than in the canal water because of tidal influence. Total THM4 in canal water reached 22.70 ± 0.90 and 10.78 ± 0.71 µg/L in the dry and rainy seasons, respectively, but only reached 16.64 ± 1.93 and 5.52 ± 0.05 µg/L in the river water. In contrast to THM4, total HAA5 in the river water was higher than in the canal water and reached 104.01 ± 4.67 and 106.39 ± 9.53 µg/L in the dry and rainy seasons, respectively, but only reached 9.83 ± 0.48 and 56.87 ± 6.11 µg/L in the river water. THM4 predominated in the dry season while HAA5 predominated in the rainy season.
PENGGUNAAN JERAMI PADI UNTUK MENYISIHKAN LIMBAH WARNA INDUSTRI TEKSTIL COLOR INDEX REACTIVE ORANGE 84 Hendra Kurniawan; Suprihanto Notodarmodjo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 16 No. 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614//jtl.2010.16.1.9

Abstract

Abstrak: Limbah tekstil seringkali menjadi masalah dalam kehidupan sehari hari  terutama menyangkut limbah warna yang sering dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Warna tekstil umumnya merupakan pewarna organik yang memiliki ikatan senyawa kimia yang rumit dan sulit untuk terdegradasi. Jerami merupakan limbah pertanian yang cukup besar dan belum banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar jerami hanya dibakar menjadi abu dan menimbulkan pencemaran udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan atau kapasitas adsorbsi jerami terhadap zat warna tekstil Color Index Reactive Orange 84. Dalam penelitian ini jerami diolah terlebih dahulu dengan cara mencuci sampai bersih dan kemudian dipotong dan diaktivasi dengan pemanasan pada hot plate menggunakan larutan NaOH 2%, 10% dan 20%. Sampel jerami seberat 100 mg direndam dalam larutan warna Color Index Reactive Orange 84 volume 100ml dalam konsentrasi 2,5ppm, 5ppm, 10ppm, 15ppm, 20ppm dan 30ppm. Efisiensi penyisihan maksimum sebesar 84.82% pada konsentrasi 20ppm dan proses penyisihan ini mengikuti Isoterm Langmuir sebagai isotherm yang dapat menukur kapasitas adsorpsi dengan  persamaanAbstract: textile waste is often a problem in life, especially the day the color of waste disposed to the river without going through the processes first. Color is generally textile coloring organic compound with a chemical bond is complex and difficult to be degradation. Agricultural waste straw is big enough and has not been much used in everyday life. Most of the straw is burned into ashes and cause air pollution. The objective of this research is to know the ability or capacity of the straw adsorption pigment reactive textile Index Color Orange 84. In this research straw treated first with how to clean and wash the cut and then activated with the heating on hot plate using 2% NaOH solution, 10% and 20%. 100 mg of sample straw soaked in the solution Color Index reactive Orange 84 in 100ml volume concentration 2.5 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm and 30 ppm. Maximum removal efficiency 84.82% at 20 ppm of dye concentration. This adsorption following Langmuir Isotherm Keywords: rice straw, adsorbent, reactive orange color index 84
PENYISIHAN BESI-MANGAN, KEKERUHAN DAN WARNA MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR LAMBAT DUA TINGKAT PADA KONDISI ALIRAN TAK JENUH STUDI KASUS: AIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Nisaul Makhmudah; Suprihanto Notodarmodjo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 16 No. 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.5

Abstract

Abstrak: Sistem penyaringan pasir lambat merupakan salah satu proses paling awal yang digunakan untuk menghilangkan kontaminan dari permukaan air untuk menghasilkan air minum. Karena kesederhanaan, efisiensi dan keekonomisannya, menjadikan saringan pasir lambat sebagai sarana pengolahan air yang tepat, khususnya bagi pemenuhan kebutuhan air masyarakat di negara-negara berkembang. Saringan pasir lambat (SPL) beroperasi pada tingkat filtrasi sangat rendah (0,1 mL jam-1) dan menggunakan pasir yang sangat halus (0,2 mm). Pada Saringan Pasir Lambat, proses pemisahan kotoran dari air baku terjadi melalui kombinasi beberapa proses yang berbeda seperti (1) mechanical straining, (2) adsorpsi, (3) sedimentasi dan (4) aktivitas biologis serta bio-kimia pada lapisan schmutzdecke. Pada penelitian ini air baku dialirkan menuju saringan pasir lambat dua tingkat dengan kondisi aliran tak jenuh. Kondisi tak jenuh dapat meningkatkan proses aerasi dan biologis yang terjadi pada proses filtrasi.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performansi kinerja dari saringan pasir lambat dua tingkat dalam menyisihkan parameter Besi, Mangan, kekeruhan dan warna yang terkandung dalam air Sungai Cikapundung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saringan pasir lambat ini memiliki efisiensi penyisihan Fe sebesar 77,08 %, Mn sebesar 89,3 %, kekeruhan sebesar 78,96 %, dan warna sebesar 52 %.Absctract : A slow sand filtration system is one of the earliest processes used for removing contaminants from surface waters to produce drinking water. Slow sand filters because of their simplicity, efficiency and economy are appropriate means of water treatment, particularly for community water supply in developing countries. Slow sand filters (SSF) operate at very low filtration rates (0.1 mL h−1) and using very fine sand (0.2 mm). The overall removal of impurities associated with the process of filtration, is brought by a combination of different processes. The most important of which are (1) mechanical straining, (2) adsorbtion, (3) sedimentation, (4) chemical and biological activities in schmutzdecke layer. In this research, double stage slow sand filtration was operated in unsaturated flow condition. The objective of this research  is to determine the performance of double stage slow sand filter during unsaturated flow condition in reducing iron, manganese, turbidity and color  that contained in Cikapundung river water.The results showed that slow sand filter has a removal efficiency: 77.08% of Fe, 89.3 % of Mn, 78.96% of  turbidity, and 52 %  of color. Keyword: Slow Sand Filtration, ,double stage, drinking water, schmutzdecke, unsaturated flow, Cikapundung river, removal efficiency
PENGARUH KANDUNGAN ANION ANORGANIK PADA PROSES FOTOKATALITIK REACTIVE BLACK 5 DENGAN TiO2-UV DAN ZnO-UV Yulianty Harja; Suprihanto Notodarmojo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 17 No. 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.5

Abstract

Abstrak: Limbah cair industri tekstil menjadi permasalahan karena kualitas dan kuantitasnya sehingga memerlukan pengolahan khusus, terutama untuk kandungan zat warnanya. Salah satu metode pengolahan yang umum digunakan adalah dengan proses fotokatalitik. Proses fotokatalitik heterogen dengan TiO2 yang diiradiasi UV memberikan efisiensi penyisihan zat warna Reactive Black 5 (RB 5) yang sangat baik, dimana zat warna ini merupakan pewarna tekstil yang banyak digunakan pada industri pencelupan. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kondisi untuk proses fotokatalitik RB 5 yang memiliki efisiensi penyisihan terbaik (dengan mengetahui pH optimum, dosis optimum dan kombinasi katalis) serta mengetahui pengaruh kandungan anion anorganik, yang umum terdapat dalam limbah cair industri tekstil, terhadap proses penyisihan tersebut. Efisiensi degradasi RB 5 diketahui melalui pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer dimana hasil tersebut akan dikalibrasi sehingga diperoleh konsentrasi zat warna dalam sampel larutan RB 5. Dengan mengetahui orde reaksi dan nilai laju reaksi (k) maka dapat ditentukan proses yang memberikan efisiensi penyisihan terbaik. Untuk membandingkan efisiensi katalis TiO2 dengan ZnO maka dilakukan percobaan dengan kedua katalis pada kondisi yang sama (pH, dosis). Pengaruh kandungan anion anorganik diketahui dengan membandingkan hasil penyisihan sampel dengan masing-masing jenis anion anorganik (2,5mM). Proses fotokatalitik memberikan hasil penyisihan RB 5 terbaik dengan menggunakan kombinasi ZnO-UV (0,5 g/L ZnO) pada pH 11, sedangkan anion anorganik yang paling menghambat proses fotokatalitik RB 5 dengan TiO2-UV adalah ion CO32- dan ion NO3- untuk proses dengan ZnO-UV.Kata kunci: anion anorganik, fotokatalitik, Reactive Black 5, Titanium Dioksida, Zinc Oksida Abstract : Textile industry wastewater become a problem due to its quality and quantity, thus needs a special treatment, especially for the dyes content. One of the commonly used treatment methods is photocatalytic process. Heterogenous photocatalytic process with UV irradiated TiO2 has a very good efficiency in elimination of Reactive Black 5(RB 5), which is a commonly used textile dyes. This study was conducted to determine the condition for photocatalytic process of RB 5 with the best efficiency (by knowing optimum pH, optimum dosage and combination of catalyst) and discover the effect of inorganic anion content, which is commonly found in textile industry effluent, towards the elimination process. Degradation efficiency of RB 5 identified by measuring absorbance with a spectrophotometer in which will be calibrated to obtain the dye concentration in RB 5 sample solution. By knowing the reaction order and the reaction rate (k), we can determine the best efficiency process. To compare the TiO2 and ZnO catalyst efficiency, both catalysts experiment conducted in same condition (such as pH, dosage). Effect of inorganic anion identified by comparing the degradation results of sample with each inorganic anion content (2.5mM). Photocatalytic process with ZnO-UV combination (0,5 g/L ZnO) give the best degradation result at pH 11, whereas the most inhibit inorganic anion for photocatalytic process RB 5 with TiO2-UV is CO32- ion and for ZnO-UV process is NO3- ion.  Key words: Inorganic anion, photocatalytic, Reactive Black 5, Titanium Dioxide, Zinc Oxide 
PENGGUNAAN LEMPUNG SEBAGAI ADSORBEN DAN COAGULANT AID DALAM PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR TEKSTIL Andita Rachmania Dwipayani; Suprihanto Notodarmodjo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.3

Abstract

Abstrak: Terdapat dua sub penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, yang keduanya dilakukan secara batch pada temperatur kamar. Sub penelitian pertama adalah uji adsorpsi terhadap kemampuan masing-masing lempung dalam menyisihkan parameter COD air limbah. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti antara lain pH air limbah, dosis lempung, dan waktu kontak. Air limbah yang digunakan berasal dari efluen unit produksi tekstil dengan konsentrasi COD pada rentang 230-285 mg/L. Tujuan penelitian adalah memperoleh kondisi optimum penelitian pada kemampuan kedua jenis lempung untuk menyisihkan parameter COD air limbah. Setelah didapat kondisi optimum, dilakukan analisis terhadap kinetika penyisihan COD menggunakan model isoterm Langmuir dan Freundlich. Kondisi optimum pada penggunaan lempung sawah dan coklat antara lain pada pH 7, dosis lempung sebesar 15 gr/L dan 30 mg/L. Penyisihan COD mencapai stagnan ketika waktu kontak mencapai 120 menit. Pada kondisi ini, penyisihan COD yang terjadi pada lempung sawah dan coklat mencapai 48,5% dan 26,65%. Faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorben lempung terkait dengan sifat morfologi lempung yang digunakan. Sub penelitian yang kedua adalah studi mengenai potensi lempung sebagai coagulant aid. Variabel penelitian yang dilakukan yaitu variasi dosis lempung dan pH air limbah. Pada penggunaan koagulan alum sebesar 30 mg/L, penambahan dosis lempung sawah sebanyak 30 mg/L mampu meningkatkan efisiensi penyisihan COD dari 12,07% menjadi 13,2%. Namun efisiensi ini belum bisa mengimbangi efisiensi penyisihan COD dengan penggunaan alum sebesar 40 mg/L, yaitu 17,24%.
KESETIMBANGAN DAN KINETIKA PENYISIHAN ORTHOFOSFAT DARI DALAM AIR DENGAN METODE ADSORPSI-DESORPSI Amanda Larasati; Suprihanto Notodarmodjo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.5

Abstract

Abstrak: Ion fosfat sering dikaitkan dengan terjadinya algae blooming dan masalah estetika pada badan air permukaan. Fosfat ini perlu diolah dan dimanfaatkan lebih lanjut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengolah orthofosfat adalah metode adsorpsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengadsorpsi ion fosfat ke dalam adsorben yang murah. Tanah (tanah Dago dan tanah Arcamanik) dan bebatuan lokal seperti dolomite hadir sebagai media adsorben yang murah dan mudah diperoleh. Dilakukan percobaan pengaruh pH larutan terhadap proses adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan orthofosfat tertinggi saat pH asam (pH 2). Efisiensi penysihan orthofosfat oleh tanah Dago, tanah Arcamanik, dan dolomite berurutan adalah 65,641%-99,334%, 55,540%-99,12%, dan 50,240%-91,489%. Kemampuan desorpsi dari tanah Dago, tanah Arcamanik, dan dolomite berurutan adalah 0,32%-2,46%, 1,02%-5,337%, and 4,36%-15,703%. Adsorpsi orthofosfat oleh kedua jenis tanah mengikuti model isoterm Temkin dan dolomite mengikuti model isoterm Freundlich. Semua adsorben mengikuti model laju kinetika pseudo-second order. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mekanisme penyisihan orthofosfat di dalam air oleh tanah Dago dan tanah Arcamanik adalah adsorpsi secara kimia melalui ligand exchange, sedangkan penyisihan oleh dolomite adalah adsorpsi secara fisik dan presipitasi permukaan. Kata kunci: adsorpsi, desorpsi, isoterm, kinetika, orthofosfat Abstract: Phosphate ions are usually considered as the responsible for the algal bloom in receiving water bodies and aesthetic problems in water. From the environmental point of view, management of such contaminant and valuable resource is very important. One method that can be used to remove orthophosphate is the adsorption method. An experimental study on the adsorption or phosphate onto cost effective adsorbents is presented. Cost effective adsorbents named Dago soil, Arcamanik soil, and dolomite.  The effect of pH solution was examined. As a result, it was found that the highest efficiency of phosphate removal is at acidic pH (pH 2). The orthophosphate removal efficiency by Dago soil, Arcamanik soil, and dolomite respectively are 65.641%-99.334%, 55.540%-99.12%, and 50.240%-91.489%. The desorption ability of Dago soil, Arcamanik soil, and dolomite respectively are 0.32%-2.46%, 1.02%-5.337%, and 4.36%-15.703%. Adsorptions of orthophosphate by both soils occur according to the Temkin isotherm model, and for dolomite, the Freundlich isotherm depicted the equilibrium data most accurately. For all adsorbents were well fitted with pseudo-second order kinetics model. The Experimental data further indicated that the removal of orthophosphate by Dago and Arcamanik soil occur by chemisorptions mechanism, while adsorption orthophosphate by dolomite occur by physicsorption mechanism and surface precipitation. Keywords: adsorption, desorption, isotherm, kinetic, orthophosphate
PEMANFAATAN ALUM DARI LIMBAH BUFFING SEBAGAI KOAGULAN UNTUK MENYISIHKAN KEKERUHAN DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) Yunita Pertiwi; Suprihanto Notodarmodjo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.6

Abstract

Abstrak: Limbah buffing berasal dari proses finishing industri suku cadang otomotif dengan kandungan logam yang dominan yaitu 65,11% Aluminium. Kandungan Aluminium yangtinggi pada limbah buffing merupakan sumberdaya potensial untuk dijadikanbahan baku pembuatan koagulan berbasis logam. Pada penelitian ini, akan dipelajari studi pemanfaatan limbah buffing sebagai koagulan dan studi mekanisme proses koagulasi-flokulasi menggunakan koagulan tersebut. Pembuatan koagulan menggunakan 2 metode yang akan menghasilkan 109,4747 gram Al2(SO4)3.5H­2O dari 25 gram limbah buffing dan 62,8811 gram K.Al(SO4)2.8H2O dari 20 gram limbah buffing. Koagulan Al2(SO4)3. 5H2O mengandung sulfat 44,3%, 7% Al, dan kadar air 19,45%. Sedangkan koagulan metode II, yaitu KAl(SO4)2.8H2O mengandung sulfat 31,9%, 5,04% Al, dan kadar air 34,95%. Pada aplikasi untuk air baku dalam pengolahan air minum, dosis optimum untuk koagulan Al2(SO4)3.5H­2O adalah 30 mg/L dan koagulan K.Al(SO4)2.8H2O adalah 50 mg/L Efisiensi penyisihan kekeruhan terbesar pada koagulan Al2(SO4)3.5H2O dengan tingkat penyisihan 99,17%, dan memiliki kemampuan menyisihkan Total Suspended Solid (TSS) hingga <1,0 mg/L dengan tingkat penyisihan 99,29%.  Karakteristik flok yang terbentuk pada kondisi optimum proses koagulasi-flokulasi, memiliki rata-rata ukuran partikel ±0,01 mm2 pada proses koagulasi kemudian berturut turut mengalami pada proses flokulasi pembesaran menjadi ±0,04 mm2, ±0,45mm2, ±1,1 mm2 dan pada akhir proses flokulasi berukuran 1,9 mm2. Kecepatan pengendapan rata-rata partikel flok dengan menggunakan koagulan Al2(SO4)3.5H­2O adalah 0,052 "“ 0,486 cm/detik dan 0,052 "“ 0,289 cm/detik dengan menggunakan koagulan K.Al(SO4)2.8H2O. Selama 45 menit pengendapan, volume lumpur yang dihasilkan apabila menggunakan koagulan Al2(SO4)3.5H­2O 4,43mL/L air baku dan 5mL/L air baku untuk koagulan K.Al(SO4)2.8H2O.Kata kunci: limbah buffing, koagulan, koagulasi-flokulasi, kekeruhan, TSSAbstract: Buffing waste derived from industrial finishing processes of automotive parts containing 65,11% aluminium.The content of Al are high on buffing waste is a potential resource to be used as raw materials for metal-based coagulants.In this study, will be studied buffing waste as coagulant and coagulation-flocculation mechanism using buffing waste coagulant.There are 2 methods to produce coagulant that will produce a coagulant Al2 (SO4)3.5H2O and KAl(SO4)2.8H2O.Coagulant Al2(SO4)3.5H2O containing 44.3%sulfate, 7% Al, and moisture content is 19.45%. While coagulant method II, the K.AI(SO4)2.8H2O containing 31.9% sulfate, 5.04% Al, and moisture content is 34.95%. In the application to the raw water in the drinking water treatment, the optimum dose for coagulant Al2 (SO4)3.5H2O is 30 mg /L and coagulant K.Al(SO4)2.8H2O.was 50mg/L. Turbidity removal efficiency largest in coagulant Al2(SO4)3.5H2O with 99.17% turbidity removal rate, and have the ability to set aside Total Suspended Solid (TSS) to <1.0 mg/L with 99.29% removal rate. Floc characteristics formed at the optimum conditions coagulation-flocculation process, having an average particle size of 0,01 mm2 on the coagulation process then becomes an enlarged consecutive  ± 0.04 mm2, ± 0.45 mm2, ± 1.1 mm2,  and the size at the end of flocculation process is1.9 mm2. The average settling velocity of floc particles using  coagulant Al2 (SO4)3.5H2O is 0.052 to 0.486 cm/sec and 0.052 to 0.289 cm/sec by using  coagulant K.Al(SO4)2.8H2O. The volume of sludge produced usingcoagulant Al2 (SO4)3.5H2O is 4.43mL/L of raw water and 5 mL/L of raw water using coagulant K.Al(SO4)2.8H2O. Keywords: buffing waste, coagulant, coagulation-flocculation, Turbidity, TSS
DEGRADASI ZAT WARNA PADA AIR GAMBUT MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI KOAGULASI DAN FOTOKATALITIK ZnO Fatimah Juhra; Suprihanto Notodarmodjo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.5

Abstract

Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang degradasi intensitas zat warna air gambut dengan fotokatalis ZnO. Penelitian ini meliputi proses pre-treatment dengan koagulasi dan post treatment dengan penentuan jumlah optimum fotokatalis ZnO, pH optimum dan konstanta laju reaksi (k). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pre-treatment menggunakan koagulasi dengan koagulan aluminium sulfat pada dosis 110 ppm dan pH 6,5 dengan persentase penyisihan kekeruhan, warna dan TSS, masing-masing 89%, 78% dan 98%. Pada proses fotokatalis menunjukkan bahwa kondisi optimum proses degradasi intensitas zat warna pada air gambut memerlukan 0,5 g/L katalis ZnO, pH 4 dan wakti radiasi sinar UV selama 120 menit. Konstanta laju fotodegrdasi intensitas zat warna sebesar 0,0209 menit-1 dengan persentase degradasi sebesar 20,54 %. Air gambut sebelum perlakuan memiliki konsentrasi intensitas zat warna sebesar 527 Pt.Co dapat disisihkan menjadi 10 Pt.Co dengan kombinasi koagulasi dan fotokatalis ZnO.  Kata kunci: Air Gambut, Aluminium Sulfat, Fotokatalis, Koagulasi, ZnO Abstract : Has done research on the degradation of color substances in peat water with photocatalysts ZnO. This study includes pretreatment process with coagulation and post treatment to determine the optimum dose of ZnO photocatalyst, optimum pH and the reaction rate constant (k). The result showed that the pretreatment process using coagulation with Al2SO4 at 110 ppm dose, and pH 6,5 with the percentage of removal for turbidity, color and TSS are 89%, 78%, and 98%, respectively. Photocatalysts process showed that the optimum condition of color substance degradation in peat water requires 0,5 g/L ZnO, pH 4 and UV radiation for 120 minutes. Photodegradation rate constant of 0,0209 min-1 and the percentage of degradation is 20,54%. The peat water before treatment has color substance concentration can be set aside for 527 Pt.Co to 10 Pt.Co with the combination of coagulation and ZnO photocatalyts process. Key words: Aluminum Sulfate, Coagulation, Peat Water , Photocatalyst,  ZnO
PENGARUH KOMPETITOR KATION NATRIUM, KALSIUM, DAN MAGNESIUM TERHADAP ADSORPSI LOGAM SENG OLEH SEDIMEN ANCOL, TELUK JAKARTA Dame Alvina Naomi Sitohang; Suprihanto Notodarmojo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 22 No. 2 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.2.2

Abstract

Abstrak: Semakin meningkatnya aktivitas industri di Kota Jakarta berimbas terhadap bertambahnya jumlah kontaminan yang masuk ke dalam perairan Teluk Jakarta. Senyawa seng (Zn) digunakan dalam banyak industri dan konsentrasinya di Teluk Jakarta telah mencapai ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut. Sedimen merupakan komponen penting dalam laut yang mampu mengadsorpsi logam terlarut. Analisis XRD menunjukkan bahwa sedimen Teluk Jakarta didominasi oleh mineral kuarsa sebanyak 56.4%,  kaolinite sebanyak 17.5%, dan pyrite sebanyak 13.7% persentase berat. Karakterisasi fisik dan kimia sedimen Ancol mencakup kandungan C-organik sebesar 5.41%, nilai KTK sebesar 29.07 me/100 gram, luas permukaan sebesar 29.388 m2/gram, specific gravity sebesar 2.63 g/cm3, dan keberadaan gugus hidroksil. Percobaan sorpsi dilakukan secara batch dan mengikuti kinetika reaksi pseudo-second order. Adsorpsi Zn oleh sedimen Ancol, Teluk Jakarta pada kondisi tanpa keberadaan kompetitor dapat direpresentasikan dengan isoterm Langmuir. Pada penambahan Na, adsorpsi Zn mengikuti isoterm Freundlich dan terjadi penurunan kapasitas adsorpsi sebesar 0.68%. Pada kondisi penambahan Ca, adsorpsi Zn mengikuti isoterm Langmuir kompetitif, terjadi penurunan kapasitas adsorpsi sebesar 0.91%. Pada penambahan Mg, adsorpsi Zn mengikuti isoterm linear dan terjadi penurunan kapasitas adsorpsi sebesar 2.22%. Pada air laut artifisial, adsorpsi Zn mengikuti isoterm Langmuir dan secara keseluruhan terjadi penurunan kapasitas adsorpsi sebesar 12.09%. Adsorpsi Zn dengan kompetitor Na dan Ca di dalam air laut artifisial dapat direpresentasikan dengan isoterm Langmuir kompetitif. Kata kunci: adsorpsi, Zn, kation kompetitor, sedimen Abstract: Rapid development of industrial activities in Jakarta leads to increasing amount of pollutant in the sea of Jakarta Bay. Zinc (Zn) is a common substance used in many kind of industry. The concentration of Zn in the sea of Jakarta Bay has reached the maximum limit of Zn concentration regulated by Indonesian State Minister for the Environment in the sea for marine biota. Marine sediment plays an important role in adsorption process of dissolved metal in the seawater. XRD analysis of Jakarta Bay sediment shows dominant mineral of the sediment which are quartz (56.4%), kaolinite (17.5%), and pyrite (13.7%). Physical and chemical characterization of Ancol Sediment showed organic carbon content as much as 5.41%, cation exchange capacity 29.07 meq/100 gram, surface area 29.388 m2/gram, specific gravity 2.63 g/cm3 , and the presence of hydroxyl group. A batch sorption model which assumed the pseudo-second order mechanism, was developed to predict the equilibrium sorption capacity. Adsorption of zinc onto Ancol sediment followed Langmuir isotherm. In addition of Na to the system, Zn adsorption followed Freundlich isotherm and sorption capacity decreased by 0.68%. In addition of Ca to the system, Zn adsorption followed Freundlich isotherm and sorption capacity decreased by 0.91%. In addition of Mg to the system, Zn adsorption followed linear isotherm and sorption capacity decreased by 2.22%. In artificial seawater, Zn adsorption followed Langmuir isotherm and sorption capacity decreased by 2.09% compared with absence of competing cation. Adsorption of Zn in presence of each Na and Ca in artificial seawater were specifically compatible with competitive Langmuir isotherm. Keywords: adsorption, Zn, competing cation, sediment
Co-Authors A. Aruan, Indah Adi Mulyana Supriatna Afifah, Nuha Amiratul Amanda Larasati Amanda Larasati Andita Rachmania Dwipayani Andriani Astuti Anne Deniva Anne Juliah Apriliawati, Rizki Benny Chatib Chatib, Benny Cintya L. Radiman Cynthia Radiman Damanhuri, Enri Dame Alvina Naomi Sitohang Delu, Kevin Foggy Dini Mayasanthy Dini Mayasanthy Dion Awfa Dirgawati, Mila Djoko Cahyo Utomo Lieharyani Doni Sugiyana Doni Sugiyana Doni Sugiyana, Doni Dwina Roosmini Dwipayani, Andita Rachmania EDWAN KARDENA Eka Wardhani Eka Wardhani Enri Damanhuri Fatimah Juhra Fatimah Juhra Geerling, Gertjan W. Gilang Garnadi Suryadi Gustiani, Srie Harja, Yulianty Harryes, Regil Kentaurus Hendra Kurniawan I Wayan Koko Suryawan I Wayan Koko Suryawan Ika Bagus Priyambada Ika Bagus Priyambada Iva Yenis Septiariva Iva Yenis Septiariva Iva Yenis Septiariva Iva Yenis Septiariva Juhra, Fatimah Kato, Shigeru Kevin Foggy Delu Kuriko Yokota Kuriko Yokota Kuriko Yokota Kuriko Yokota Kurniawan, Hendra Larasati, Amanda Larasati, Amanda Lita Darmayanti M. Irsyad Mahmud Mahmud Makhmudah, Nisaul Marisa Handajani Martin Darmasetiawan Maulana, Yusuf Eka Mega Mutiara Sari Mega Mutiara Sari Mega Mutiara Sari Mega Mutiara Sari Minda Nicelia Mindryani Syafila Mindryani Syafila Mohamad Rangga Sururi Muammar Qadafi Nafisah, Aninda Putri Naomi Sitohang, Dame Alvina Nicelia, Minda Nisaul Makhmudah Noviani Ima Wantoputri Nuha Amiratul Afifah Nurulbaiti Listyendah Zahra Nurulbaiti Listyendah Zahra, Nurulbaiti Listyendah Pertiwi, Yunita Prama Setia Putra Prayatni Soewondo Prayatni Soewondo Putra, Prama Setia Qomarudin Helmy Qomarudin Helmy, Qomarudin Radiman, Cynthia Ragas, Ad M.J. Rahajeng Hasna Safira Riana Ayu Kusumadewi Riska Pratiwi Rohmatun Rohmatun Rositayanti Hadisoebroto Salami, Indah R. S. Sapta Suhardono Sapta Suhardono Sapta Suhardono Sari, Mega Mutiara Septiariva, Iva Yenis Septiariva, Yenis Shigeru Kato Shigeru Kato Shigeru Kato Soenoko, Bambang Sofiyah, Evi Siti Sri Maryati Sri Maryati Srie Gustiani Stacia Dea Prameswari Sugiyana Doni Sugiyana Doni, Sugiyana Sugiyana, Doni Suhardono, Sapta Sundari, Santi Supriatna, Adi Mulyana Suryawan, I Wayan Koko Syafila, Mindryani T. Zulkarnain Takanobu Inoue Takanobu Inoue Takanobu Inoue Takanobu Inoue Takanobu Inoue Teuku Zulkarnain Tri Padmi Utami, Rosetyati R. Widiarto Widiarto Widiarto Widiarto, Widiarto Wisnu Prayogo Wulan, Diana Rahayuning Yulianty Harja Yuniati Zevi Yunita Pertiwi Yusuf Eka Maulana