Endah Retno Palupi
Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB University), Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia

Published : 48 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Benzilaminopurin dan Boron Terhadap Pembungaan, Viabilitas Serbuk Sari, Produksi, dan Mutu Benih Bawang Merah di Dataran Rendah Rini Rosliani; Endah Retno Palupi; Yusdar Hilman
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n4.2013.p339-349

Abstract

Biji botani atau TSS (true shallots seed) merupakan salah satu sumber benih bawang merah yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan perbanyakan. Selama ini produksi TSS dilakukan di dataran tinggi. Dataran rendah dengan suhu yang tinggi tidak sesuai untuk menghasilkan pembungaan, namun ada indikasi bahwa dataran rendah menghasilkan pembentukan dan mutu benih TSS yang lebih baik dibandingkan dataran tinggi. Penelitian dilakukan untuk memproduksi benih bawang merah (TSS) di dataran rendah melalui peningkatan pembungaan dan viabilitas serbuk sari menggunakan BAP dan boron. Penelitian dilakukan  di Kebun Percobaan Wera, Subang, Jawa Barat (ketinggian 100 m dpl.), dari Bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu acak kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu aplikasi benzilaminopurin atau BAP (0, 50, 100, 150, dan 200 ppm) dan boron (0, 1, 2, 3, dan 4 kg/ha). Aplikasi BAP diberikan tiga kali pada umur 1, 3, dan 5 minggu setelah tanam (MST), dan boron pada umur 3, 5, dan 7 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BAP dapat meningkatkan pembungaan dan viabilitas serbuk sari bawang merah, tetapi tidak meningkatkan produksi dan mutu benih TSS di dataran rendah Subang. Aplikasi BAP konsentrasi 50 ppm yang diaplikasikan pada umur 1, 3, dan 5 MST cukup memadai untuk meningkatkan pembungaan bawang merah di dataran rendah Subang. Sementara boron tidak memperbaiki tingkat pembungaan maupun produksi dan mutu benih TSS. Boron 4 kg/ha hanya dapat memperbaiki viabilitas serbuk sari bawang merah. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa ada peluang untuk memperbaiki tingkat pembungaan yang lebih tinggi di dataran rendah, sedangkan tantangannya ialah peningkatan pembentukan kapsul/buah dan biji TSS.
Peningkatan Produksi Benih Botani Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) di Dataran Rendah Subang Melalui Aplikasi BAP dan Introduksi Apis cerana Leli Kurniasari; Endah Retno Palupi; Yusdar Hilman; Rini Rosliani
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n2.2017.p201-208

Abstract

[Increasing True Shallot Seed Production (Allium cepa var. ascalonicum) in Lowland Area Through the Application of BAP and Introduction of Apis cerana]Produksi benih botani bawang merah (true shallot seed/TSS) dapat ditingkatkan melalui peningkatan pembungaan dan intensitas penyerbukan. Aplikasi BAP dapat meningkatkan pembungaan, sementara introduksi serangga penyerbuk dapat meningkatkan intensitas penyerbukan. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan produksi TSS di dataran rendah Subang (100 m dpl.). Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai November 2014. Penelitian terdiri atas dua tahap percobaan. Percobaan pertama disusun dalam rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Petak utama adalah waktu aplikasi BAP yang terdiri dari 1, 3, dan 5 minggu setelah tanam (MST) serta 2, 4, dan 6 MST. Anak petak adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari 0, 50, 100, 150, 200, dan 250 ppm. Percobaan kedua dilakukan dengan membandingkan produksi TSS dari dua populasi yang diintroduksi serangga dan tanpa introduksi serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi BAP pada 2, 4, dan 6 MST efektif meningkatkan persentase tanaman berbunga, jumlah bunga per umbel, jumlah kapsul per umbel, persentase pembentukan kapsul per umbel, dan bobot TSS per tanaman. Introduksi Apis cerana efektif meningkatkan jumlah kapsul bernas per tanaman, persentase pembentukan kapsul per tanaman, jumlah TSS per tanaman, persentase TSS bernas per tanaman, dan bobot TSS per tanaman, bobot 100 butir, dan daya berkecambah.KeywordsPembungaan; Pembentukan kapsul; Penyerbukan; Daya berkecambah; Indeks vigorAbstractProduction of true shallot seed (TSS) can be increased by enhancing flowering and intensifying the pollination. Application of BAP enhances flowering, whereas introduction of insect pollinator intensifies pollination. This research was aimed to increase TSS production in lowland area of Subang (100 m asl.) and was carried out from June until November 2014. The research consisted of two experiments. The first experiment was arranged in split plot design with four replications. The main plot was time of application of BAP i.e. 1, 3, and 5 week after planting (WAP) and 2, 4, and 6 WAP. The sub plot was consentration of BAP i.e. 0, 50, 100, 150, 200, and 250 ppm. The second experiment was comparing TSS production from two populations with and without installment of Apis cerana hive. The result showed that BAP applied on 2, 4, and 6 WAP effectively increased percentage of plant flowering, number of flower per umbel, number of capsules per umbel, percentage of fruitset, and TSS weight per plant. Introduction of Apis cerana have increased fruitset, percentages of filled TSS, number of TSS per umbel, and TSS weight per umbel as well as weight of 100 seed, and germination capacity.
Dormancy Breaking and Stimulation of Apical and Basal Sugarcane Stem to Increase Multiplication Index Dian Hapsari Ekaputri; Endah Retno Palupi; Purwono Purwono; Sri Suhesti
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 27, No 1 (2021): June, 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v27n1.2021.1-11

Abstract

Sugarcane is propagated by stem cuttings, each stem consisted of 13-18 nodes. However, only 8 nodes at the middle part of the sugarcane stem are taken for cuttings/bud setts. The objective of the research was to investigate the possibility used of apical and basal stems as planting materials and to investigate dormancy breaking and stimulating bud growth methods of apical and basal stems. The research was arranged in a completely randomized design with two factors. The first factor was the position of bud setts in a stem (apical, middle, and basal). The second factor was dormancy breaking and growth-promoting solutions (IAA 100 ppm, IAA 200 ppm, GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, KNO3 3%, ZA 0.36% for 30 min. and hot water treatment (HWT) 500C for 1 and 2 hours). All the treatments were replicated three times. The result showed that soaking apical bud setts in IAA 100 ppm or water could increase 3 shooted bud setts, whereas basal bud setts soaked in KNO3 3% or water could increase 1 shooted bud setts. Soaking bud setts from the middle part of the stem in water, ZA 0.36% or KNO3 3% resulted in 6 shooted bud setts. Bud setts from apical and basal stems could be used as planting materials, which increase the multiplication index to 1:11, higher than the current procedure (1:6). Soaking into the water for 30 minutes recommended for dormancy breaking and stimulating apical and basal bud setts.Keywords: Auxin, basal, bud setts, multiplication index, nitrogen AbstrakSTUDI PEMATAHAN DORMANSI DAN PERCEPATAN PERTUNASAN RUAS BATANG ATAS DAN BAWAH TEBU UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PENANGKARANTebu diperbanyak menggunakan setek batang, setiap batang terdiri dari 13-18 ruas, tetapi hanya 8 ruas yang digunakan untuk setek batang satu mata/bud setts. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi potensi pemanfaatan batang atas dan batang bawah tebu sebagai sumber benih dan mendapatkan metode perlakuan benih untuk meningkatkan viabilitas benih yang berasal dari batang atas dan bawah tebu. Rancangan penelitian yaitu Rancangan Acak Lengkap 2 Faktor. Faktor pertama yaitu bagian batang (atas, tengah dan bawah). Faktor kedua adalah pematahan dormansi dan percepatan pertunasan dengan perendaman dalam larutan IAA 100 ppm, IAA 200 ppm, GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, KNO3 3%, ZA 0,36% selama 30 menit, hot water treatment (HWT) 500C selama 1 dan 2 jam. Semua perlakuan diulang 3 kali. Perendaman bud setts batang atas dalam larutan IAA 100 ppm atau air menghasilkan tambahan 3 bud setts, sedangkan perendaman bud setts yang berasal dari batang bawah dalam larutan KNO3 3% atau air menghasilkan tambahan 1 bud setts. Perendaman bud setts yang berasal dari batang tengah dalam air, ZA 0,36% atau KNO3 3% menghasilkan 6 bud setts. Penggunaan batang atas dan bawah sebagai bahan tanam dapat meningkatkan faktor penangkaran menjadi 1:11 (jika berdasarkan Standar Operasional Prosedur 1:6). Perendaman dengan air selama 30 menit direkomendasikan untuk pematahan dormansi dan percepatan pertunasan bud setts asal batang atas dan bawah tebu.Kata kunci : Auksin, batang bawah, bud setts, faktor penangkaran, nitrogen. 
KARAKTER FISIK DAN FISIOLOGIS JENIS RIMPANG SERTA KO RELASINYA DENGAN VIABILITAS BENIH JAHE PUTIH BESAR (Zingiber officinale Rosc.) MELATI MELATI; SATRIYAS ILYAS; ENDAH RETNO PALUPI; ANAS D SUSILA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v21n2.2015.89-98

Abstract

ABSTRAKSalah satu kendala dalam produksi jahe putih  besar (Zingiber treatments tested were five types of rhizomes, control (2-3 vegetative officinale Rosc.) adalah tingginya kebutuhan benih yaitu sekitar 2 juta ton buds), mother rhizome, primary rhizome, secondary rhizomes, and tertiary per ha. Efisiensi penggunaan benih tanaman telah dilakukan melalui penelitian yang bertujuan untuk menentukan karakter awal rimpang yang berhubungan/berkorelasi dengan viabilitas benih rimpang dan peluang perbanyakan jahe dengan menggunakan satu jenis rimpang. Percobaan ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium benih Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor pada bulan Mei 2014 sampai Agustus 2014. Benih tanaman berasal dari jahe putih besar yang dipanen pada umur 9 bulan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu lima jenis rimpang  yaitu kontrol (2-3 propagul), rimpang induk, rimpang primer, rimpang sekunder, dan rimpang tersier. Pengamatan karakteristik awal rimpang/mutu fisik (bobot, diamater, panjang dan kekerasan) dilakukan terhadap masing-masing jenis rimpang. Mutu kimia meliputi kadar pati, kadar serat, kadar air, kandungan hormon GA3 dan hormon IAA serta laju respirasi. Peubah yang diamati untuk menduga viabilitas benih yaitu daya tumbuh yang diukur 1 BST (bulan setelah tanam). Viabilitas potensial benih yaitu tinggi tunas,  jumlah  tunas,  jumlah  daun,  bobot  kering  tunas,  bobot  basah rimpang, bobot kering rimpang, panjang akar bobot kering akar diamati pada 1,5  BST.  Data  awal (karakter  fisik  dan  fisiologis  rimpang) dikorelasikan dengan viabilitas benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  kadar  pati  berkorelasi  positif  dengan  viabilitas  benih (daya tumbuh).  Viabilitas  benih  berkorelasi  negatif  dengan  karakter  fisik rimpang (bobot, kekerasan, dan diameter). Rimpang induk mempunyai kadar pati dan kekerasan yang tinggi. Kontrol yang selama ini digunakan sebagai   kriteria   benih   mempunyai   daya   tumbuh   rendah.   Efisiensi penggunaan rimpang dapat dilakukan menggunakan satu jenis rimpang (satu propagul). Rimpang induk, primer, sekunder dan  tersier yang terdiri atas satu propagul dengan bobot rimpang antara 20 dan 40 g dapat digunakan sebagai sumber benih.Kata kunci:  Zingiber  officinale  Rosc,  efisiensi  benih,  jenis  rimpang, korelasi, viabilitas benih Correlation Among Physical, Physiological Characters of Rhizome Type and Viability of Large White Ginger (Zingiber officinale     Rosc.)ABSTRACTOne  of the problems  in the  large white ginger  production  of (Zingiber officinale Rosc.) is high requirement for seed rhizome (± 2 ton per ha). Efficiency of propagation material has been carried out through research that aims to determine the initial character of rhizome related to seed viability of ginger rhizome and opportunity’s of propagation using one type of rhizome. This experiment was conducted in the greenhouse  and laboratory of  Seed Research Institute for Spices and Medicinal Crops,  Bogor from May 2014 to August 2014. The plant material derived from a large white ginger is harvested 9 months after planting. The design used was a randomized complete block design with four replications. The treatments tested were five types of rhizomes, secondary rhizomes, and tertiary rhizomes. Observations  baseline  characteristics  of  rhizomes  /physical characters (weight, diameter, length and hardness) carried out on each type of rhizome. Physiological characters (starch content, fiber content, water content, GA3, IAA and respiration rate). Viability (growth ability) was observed at 1 MAP (month after planting). Potential viability (sprout height,  number  of  shoots,  number  of  leaves,  dry  weight  of  shoots, rhizomes wet weight, dry weight of rhizomes, root length root dry weight) were observed at 1.5 MAP. The physical, physiological characters and viability observations were subjected to correlation. The  results  showed  that starch  content  positive  significant correlation with viability (growth   ability).   Viability was   negative significant  correlation  with physical character  of rhizome (weight, hardness, and diameter). Mother rhizome has high starch content and high hardness.  Efficiency of seeds can be done by using single rhizome (one propagule) as propagation material, with rhizome weight ± 20 - 40g.Keywords:  Zingiber  officinale  Rosc,  seed  efisiensi,    rhizome  type, correlation, viability
POTASSIUM FERTILIZER AND YOUNG SHOOT REMOVAL OF LARGE WHITE GINGER PLANT IMPROVE RHIZOME SEEDS STORABILITY Melati Melati; Satriyas Ilyas; Endah Retno Palupi; Anas D. Susila
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.92-107

Abstract

The application of the appropriate potassium dosage is expected to produce high quality of rhizome seeds, hence improving its storability.Growing shoots are a strong sink. Thus, shoot removal aims to divert the photosynthate partition of shoots to the rhizome to improve rhizome development. The purpose of the research was to evaluate K dosage and young shoot removal:s effect to improve the production and quality of rhizome seeds of large white ginger. The experiment was arranged in the glasshouse in a split-plot design with four replications. The main plot was shoot removal treatments: 1) un removal, and 2) young shoots removal at six months after planting(MAP). The subplots were five doses of K; 0, 150 kg/ha, 300kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha equivalent to 0, 3.75, 7.5, 11.25 and 15 g/plant respectively. The potassium fertilization was two times at 1 and 3 MAP, half dosage for each application. There was no interaction between young shoot removal and potassium dosage on the rhizome’s yield, physical, and biochemical quality. However, potassium dosage affected seed viability significantly. Potassium dosage presented a quadratic response with 7.5 g K/plant gave the best seed viability, whereas the optimum dosage for plant height was at 6.7 g K/plant. Shoot removal at 6 MAP produced seeds with enhanced storability, up to 9 months. Furthermore, it also improved seed viability as indicated by better seed growth than unremoval shoot treatment.Keywords: optimum dosage, seed quality, yield, Zingiber officinal. AbstrakPEMUPUKAN KALIUM DAN PEMBUANGAN TUNAS MUDA TANAMAN JAHE MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH JAHE PUTIH BESARPemberian pupuk K yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih rimpang yang bermutu tinggi karena dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang. Tunas yang sedang berkembang merupakan sink yang kuat. Pembuangan tunas bertujuan untuk dapat mengalihkan partisi fotosintat dari tunas ke rimpang. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk K dan mengetahui pengaruh pembuangan tunas muda terhadap produksi benih dan mutu rimpang jahe putih besar (JPB) sehingga memiliki daya simpan lama. Percobaan disusun dengan rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Petak utama adalah pembuangan tunas yaitu: 1)tanpa pembuangan tunas, dan 2)tunas muda dibuang pada 6 bulan setelah tanam (BST). Anak petak adalah lima dosis pupuk K yang diberikan pada 30 dan 90 BST yaitu: 1) tanpa K, 2) 150 kg/ha, 300 kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha. Dosis pupuk tersebut setara dengan penambahan 0; 3,75; 7,5; 11,25 dan 15 g per tanaman masing-masing 1/2 dosis pada setiap pemberian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor tunggal pembuangan tunas muda pada umur 6 bulan setelah tanam (BST) dan pupuk K tidak berpengaruh terhadap produksi dan mutu fisik serta biokimia rimpang. Dosis pupuk K memengaruhi viabilitas benih yang dihasilkan. Viabilitas benih terbaik didapatkan pada penambahan pupuk K dosis 7,5 g/tanaman dengan respon kuadratik dan konsentrasi optimum untuk tinggi tanaman adalah 6,7 g/tanaman. Pembuangan tunas muda tanaman induk pada 6 BST menghasilkan benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu 9 bulan serta viabilitas benih dengan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan tanaman tanpa pembuangan tunas.Kata kunci: dosis optimum, mutu benih, produksi, Zingiber officinal.
PENGARUH KONDISI SIMPAN DAN PERLAKUAN OSMOCONDITIONING TERHADAP VIABILITAS BENIH GMELINA (Gmelina arborea Roxb) Syamsuddin Syamsuddin; Endang Murniati; Satriyas Ilyas; Endah Retno Palupi
Jurnal Agrista Vol 7, No 3 (2003): Volume 7 Nomor 3 Desember 2003
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research was conducted to study the effect of storage condition and osmoconditioning treatment on the viability of gmelina seed. The experiment was designed as a factorial experiment in a completely randomized design. The factors studied were storage condition (K), and osmoconditioning treatment (c). storage condition consist of room temperature condition (28-32oC) (K1) and under aircondition temperature (K2), where as osmoconditioning treatment consist of control (Co), PEG 0,4 MPa (C1), PEG 0,8 MPa (C2), KNO3 0,5 MPa (Ca3) and KNO3 0,1 MPa (C4). Observation was carried out in beweekly basis during sixteen weeks storage periods. The parameters observed were potential viability, growth strength vigour, and rate of metabolic activity changes. The research results showed the osmoconditioning treatment using PEG 0,4 and 0,8 MPa significantly increase total normal seedling. Moreover, osmoconditioning treatment using KNO3 0,5 MPa, and 1,0 MPa in the condition at under air conditioner room increase free fatty acid of the storage seed.
DIGITAL IMAGE ANALYSIS USING FLATBED SCANNING SYSTEM FOR PURITY TESTING OF RICE SEED AND CONFIRMATION BY GROW OUT TEST Mira Landep Widiastuti; Aris Hairmansis; Endah Retno Palupi; Satriyas Ilyas
Indonesian Journal of Agricultural Science Vol 19, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Indonesian Agency for Agricultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/ijas.v19n2.2018.p49-56

Abstract

The common method used for purity testing of rice seed is human visual observation. This method, however, has a high degree of subjectivity when dealing with different rice varieties which have similar morphology. Digital image analysis with flatbed scanning for purity testing of rice seed was proposed by investigating the morphology of rice seeds and confirmation by grow out test (GOT) in the field. Two extra-long seed varieties were used in this study including a red rice Aek Sibundong and an aromatic rice Sintanur. The identification on 14 parameters of morphological characteristics indicated that only six parameters were correlated, i.e. area, feret, minimum feret, aspect ratio, round, and solidity. The purity of rice seed can be effectively determined using digital image analysis of spikelet color and shape. Based on the discriminant analysis of the digital image the recognition rate of rice seed purity was higher than 99.2% for shape and 93.55% for color. The method, therefore, has a potential to be used as a complement in rice seed purity testing to increase the accuracy of human visual method and it is more sensitive than GOT.
Dormancy Breaking and Stimulation of Apical and Basal Sugarcane Stem to Increase Multiplication Index Dian Hapsari Ekaputri; Endah Retno Palupi; Purwono Purwono; Sri Suhesti
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 27, No 1 (2021): June, 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v27n1.2021.1-11

Abstract

Sugarcane is propagated by stem cuttings, each stem consisted of 13-18 nodes. However, only 8 nodes at the middle part of the sugarcane stem are taken for cuttings/bud setts. The objective of the research was to investigate the possibility used of apical and basal stems as planting materials and to investigate dormancy breaking and stimulating bud growth methods of apical and basal stems. The research was arranged in a completely randomized design with two factors. The first factor was the position of bud setts in a stem (apical, middle, and basal). The second factor was dormancy breaking and growth-promoting solutions (IAA 100 ppm, IAA 200 ppm, GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, KNO3 3%, ZA 0.36% for 30 min. and hot water treatment (HWT) 500C for 1 and 2 hours). All the treatments were replicated three times. The result showed that soaking apical bud setts in IAA 100 ppm or water could increase 3 shooted bud setts, whereas basal bud setts soaked in KNO3 3% or water could increase 1 shooted bud setts. Soaking bud setts from the middle part of the stem in water, ZA 0.36% or KNO3 3% resulted in 6 shooted bud setts. Bud setts from apical and basal stems could be used as planting materials, which increase the multiplication index to 1:11, higher than the current procedure (1:6). Soaking into the water for 30 minutes recommended for dormancy breaking and stimulating apical and basal bud setts.Keywords: Auxin, basal, bud setts, multiplication index, nitrogen AbstrakSTUDI PEMATAHAN DORMANSI DAN PERCEPATAN PERTUNASAN RUAS BATANG ATAS DAN BAWAH TEBU UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PENANGKARANTebu diperbanyak menggunakan setek batang, setiap batang terdiri dari 13-18 ruas, tetapi hanya 8 ruas yang digunakan untuk setek batang satu mata/bud setts. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi potensi pemanfaatan batang atas dan batang bawah tebu sebagai sumber benih dan mendapatkan metode perlakuan benih untuk meningkatkan viabilitas benih yang berasal dari batang atas dan bawah tebu. Rancangan penelitian yaitu Rancangan Acak Lengkap 2 Faktor. Faktor pertama yaitu bagian batang (atas, tengah dan bawah). Faktor kedua adalah pematahan dormansi dan percepatan pertunasan dengan perendaman dalam larutan IAA 100 ppm, IAA 200 ppm, GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, KNO3 3%, ZA 0,36% selama 30 menit, hot water treatment (HWT) 500C selama 1 dan 2 jam. Semua perlakuan diulang 3 kali. Perendaman bud setts batang atas dalam larutan IAA 100 ppm atau air menghasilkan tambahan 3 bud setts, sedangkan perendaman bud setts yang berasal dari batang bawah dalam larutan KNO3 3% atau air menghasilkan tambahan 1 bud setts. Perendaman bud setts yang berasal dari batang tengah dalam air, ZA 0,36% atau KNO3 3% menghasilkan 6 bud setts. Penggunaan batang atas dan bawah sebagai bahan tanam dapat meningkatkan faktor penangkaran menjadi 1:11 (jika berdasarkan Standar Operasional Prosedur 1:6). Perendaman dengan air selama 30 menit direkomendasikan untuk pematahan dormansi dan percepatan pertunasan bud setts asal batang atas dan bawah tebu.Kata kunci : Auksin, batang bawah, bud setts, faktor penangkaran, nitrogen. 
POTASSIUM FERTILIZER AND YOUNG SHOOT REMOVAL OF LARGE WHITE GINGER PLANT IMPROVE RHIZOME SEEDS STORABILITY Melati Melati; Satriyas Ilyas; Endah Retno Palupi; Anas D. Susila
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 26, No 2 (2020): December, 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v26n2.2020.92-107

Abstract

The application of the appropriate potassium dosage is expected to produce high quality of rhizome seeds, hence improving its storability.Growing shoots are a strong sink. Thus, shoot removal aims to divert the photosynthate partition of shoots to the rhizome to improve rhizome development. The purpose of the research was to evaluate K dosage and young shoot removal:s effect to improve the production and quality of rhizome seeds of large white ginger. The experiment was arranged in the glasshouse in a split-plot design with four replications. The main plot was shoot removal treatments: 1) un removal, and 2) young shoots removal at six months after planting(MAP). The subplots were five doses of K; 0, 150 kg/ha, 300kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha equivalent to 0, 3.75, 7.5, 11.25 and 15 g/plant respectively. The potassium fertilization was two times at 1 and 3 MAP, half dosage for each application. There was no interaction between young shoot removal and potassium dosage on the rhizome’s yield, physical, and biochemical quality. However, potassium dosage affected seed viability significantly. Potassium dosage presented a quadratic response with 7.5 g K/plant gave the best seed viability, whereas the optimum dosage for plant height was at 6.7 g K/plant. Shoot removal at 6 MAP produced seeds with enhanced storability, up to 9 months. Furthermore, it also improved seed viability as indicated by better seed growth than unremoval shoot treatment.Keywords: optimum dosage, seed quality, yield, Zingiber officinal. AbstrakPEMUPUKAN KALIUM DAN PEMBUANGAN TUNAS MUDA TANAMAN JAHE MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BENIH JAHE PUTIH BESARPemberian pupuk K yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih rimpang yang bermutu tinggi karena dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang. Tunas yang sedang berkembang merupakan sink yang kuat. Pembuangan tunas bertujuan untuk dapat mengalihkan partisi fotosintat dari tunas ke rimpang. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk K dan mengetahui pengaruh pembuangan tunas muda terhadap produksi benih dan mutu rimpang jahe putih besar (JPB) sehingga memiliki daya simpan lama. Percobaan disusun dengan rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Petak utama adalah pembuangan tunas yaitu: 1)tanpa pembuangan tunas, dan 2)tunas muda dibuang pada 6 bulan setelah tanam (BST). Anak petak adalah lima dosis pupuk K yang diberikan pada 30 dan 90 BST yaitu: 1) tanpa K, 2) 150 kg/ha, 300 kg/ha, 450kg/ha, 600 kg/ha. Dosis pupuk tersebut setara dengan penambahan 0; 3,75; 7,5; 11,25 dan 15 g per tanaman masing-masing 1/2 dosis pada setiap pemberian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor tunggal pembuangan tunas muda pada umur 6 bulan setelah tanam (BST) dan pupuk K tidak berpengaruh terhadap produksi dan mutu fisik serta biokimia rimpang. Dosis pupuk K memengaruhi viabilitas benih yang dihasilkan. Viabilitas benih terbaik didapatkan pada penambahan pupuk K dosis 7,5 g/tanaman dengan respon kuadratik dan konsentrasi optimum untuk tinggi tanaman adalah 6,7 g/tanaman. Pembuangan tunas muda tanaman induk pada 6 BST menghasilkan benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu 9 bulan serta viabilitas benih dengan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan tanaman tanpa pembuangan tunas.Kata kunci: dosis optimum, mutu benih, produksi, Zingiber officinal.
KARAKTER FISIK DAN FISIOLOGIS JENIS RIMPANG SERTA KO RELASINYA DENGAN VIABILITAS BENIH JAHE PUTIH BESAR (Zingiber officinale Rosc.) MELATI MELATI; SATRIYAS ILYAS; ENDAH RETNO PALUPI; ANAS D SUSILA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v21n2.2015.89-98

Abstract

ABSTRAKSalah satu kendala dalam produksi jahe putih  besar (Zingiber treatments tested were five types of rhizomes, control (2-3 vegetative officinale Rosc.) adalah tingginya kebutuhan benih yaitu sekitar 2 juta ton buds), mother rhizome, primary rhizome, secondary rhizomes, and tertiary per ha. Efisiensi penggunaan benih tanaman telah dilakukan melalui penelitian yang bertujuan untuk menentukan karakter awal rimpang yang berhubungan/berkorelasi dengan viabilitas benih rimpang dan peluang perbanyakan jahe dengan menggunakan satu jenis rimpang. Percobaan ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium benih Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor pada bulan Mei 2014 sampai Agustus 2014. Benih tanaman berasal dari jahe putih besar yang dipanen pada umur 9 bulan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu lima jenis rimpang  yaitu kontrol (2-3 propagul), rimpang induk, rimpang primer, rimpang sekunder, dan rimpang tersier. Pengamatan karakteristik awal rimpang/mutu fisik (bobot, diamater, panjang dan kekerasan) dilakukan terhadap masing-masing jenis rimpang. Mutu kimia meliputi kadar pati, kadar serat, kadar air, kandungan hormon GA3 dan hormon IAA serta laju respirasi. Peubah yang diamati untuk menduga viabilitas benih yaitu daya tumbuh yang diukur 1 BST (bulan setelah tanam). Viabilitas potensial benih yaitu tinggi tunas,  jumlah  tunas,  jumlah  daun,  bobot  kering  tunas,  bobot  basah rimpang, bobot kering rimpang, panjang akar bobot kering akar diamati pada 1,5  BST.  Data  awal (karakter  fisik  dan  fisiologis  rimpang) dikorelasikan dengan viabilitas benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  kadar  pati  berkorelasi  positif  dengan  viabilitas  benih (daya tumbuh).  Viabilitas  benih  berkorelasi  negatif  dengan  karakter  fisik rimpang (bobot, kekerasan, dan diameter). Rimpang induk mempunyai kadar pati dan kekerasan yang tinggi. Kontrol yang selama ini digunakan sebagai   kriteria   benih   mempunyai   daya   tumbuh   rendah.   Efisiensi penggunaan rimpang dapat dilakukan menggunakan satu jenis rimpang (satu propagul). Rimpang induk, primer, sekunder dan  tersier yang terdiri atas satu propagul dengan bobot rimpang antara 20 dan 40 g dapat digunakan sebagai sumber benih.Kata kunci:  Zingiber  officinale  Rosc,  efisiensi  benih,  jenis  rimpang, korelasi, viabilitas benih Correlation Among Physical, Physiological Characters of Rhizome Type and Viability of Large White Ginger (Zingiber officinale     Rosc.)ABSTRACTOne  of the problems  in the  large white ginger  production  of (Zingiber officinale Rosc.) is high requirement for seed rhizome (± 2 ton per ha). Efficiency of propagation material has been carried out through research that aims to determine the initial character of rhizome related to seed viability of ginger rhizome and opportunity’s of propagation using one type of rhizome. This experiment was conducted in the greenhouse  and laboratory of  Seed Research Institute for Spices and Medicinal Crops,  Bogor from May 2014 to August 2014. The plant material derived from a large white ginger is harvested 9 months after planting. The design used was a randomized complete block design with four replications. The treatments tested were five types of rhizomes, secondary rhizomes, and tertiary rhizomes. Observations  baseline  characteristics  of  rhizomes  /physical characters (weight, diameter, length and hardness) carried out on each type of rhizome. Physiological characters (starch content, fiber content, water content, GA3, IAA and respiration rate). Viability (growth ability) was observed at 1 MAP (month after planting). Potential viability (sprout height,  number  of  shoots,  number  of  leaves,  dry  weight  of  shoots, rhizomes wet weight, dry weight of rhizomes, root length root dry weight) were observed at 1.5 MAP. The physical, physiological characters and viability observations were subjected to correlation. The  results  showed  that starch  content  positive  significant correlation with viability (growth   ability).   Viability was   negative significant  correlation  with physical character  of rhizome (weight, hardness, and diameter). Mother rhizome has high starch content and high hardness.  Efficiency of seeds can be done by using single rhizome (one propagule) as propagation material, with rhizome weight ± 20 - 40g.Keywords:  Zingiber  officinale  Rosc,  seed  efisiensi,    rhizome  type, correlation, viability
Co-Authors , Krisantini , Misnen , Yudiwanti ,, Saipulloh ABDUL MUNIF Abdul Munif Abdul Qadir Agus Purwito Ajisyahputra, Nikko Rizky ANAS D SUSILA Anas D. Susila Andry Indrawan Aris Hairmansis Bambang Sapta Purwoko Branco, Luis Manuel Christian Simanjuntak Christian Simanjuntak Daniel Happy Putra Dian Fahrianty Dian Hapsari Ekaputri Dida Syamsuwida Dudin Supti Wahyudin Edi Santosa Edy Suprianto Ekowati Nursiam Harliani Endang Murniati ENDANG MURNIATI Eny Widajati Eprilian, Husna Fatima Esty Puri UTAMI Fatiani Manik Fauzan, Rafi Gani Jawak Harahap, Ade Tika Sari Imroatus Sa’adah Iskandar Lubis ISKANDAR ZULKARNAEN SIREGAR Joko Mulyono Kartika Kartika Kartika Kartika Karyadi Wanafiah Kusumastuti, Hamiddah Intan Leli Kurniasari Leli Kurniasari MATANA, YULIANUS R. Mathius, dan Nurita Toruan Mega Rahayu MELATI MELATI Memen Surachman Mia Kosmiatin Mira Landep Widiastuti Mohamad Arif Mohamad Arif Mohamad Rahmad Suhartanto Muhamad Syukur Muhammad Afif MURNIATI, ENDANG Nelly Fridayanti Ni Made Armini Wiendi Nurfiana, Yuni Nurita TORUAN-MATHIUS Nutrita Toruan Mathius Purwono Purwono Putri, Erianna Ayu Emkha Qadir, Abdul Qudus Sabha Adhinugraha Rini Rosliani Rini Rosliani Rini Rosliani Rini Rosliani Riski Meliya Ningsih Roedhy Poerwanto Rotua Melisa Sidabutar Rotua Melisa Sidabutar Sarjani, Alvita Sekar SATRIYAS ILYAS Satriyas Ilyas Septianingrum, Chintya Dwi Siti Fadhilah, Siti Sri Suhesti Sri Wilarso Budi Suhartanto, Muhammad Rahmad Suwarno, dan Faiza Chairani Syamsuddin Syamsuddin Winarso D. Widodo Yopy Dedywiryanto YULIANUS R. MATANA Yusdar Hilman Yusdar Hilman Yusdar Hilman Zelda, Fauzulin Kumala