Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Capacity of Peripheral Health Units (PHU) to Manage Ebola and Other Infectious Diseases in District of Kambia, Sierra Leone, March-April 2015 Pane, Masdalina
Proceeding - Sari Mutiara Indonesia International Conference on Health Vol 1 No 1 (2018): Sari Mutiara Indonesia International Conference on Health
Publisher : Sari Mutiara Indonesia University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.662 KB)

Abstract

Abstract Introduction: Sierra Leone was one of the three West African countries to be affected by the Ebola outbreak in 2014. As of 6 May 2015, there were 8595 confirmed cases, 3558 suspected cases and 287 probable cases reported in Sierra Leone. Of the 8595 cases, 303 were health workers. Poor infrastructure, limited trained healthcare workers, acute shortages of equipment and medications are factors which mitigates the control of Ebola virus disease (EVD) and other infectious disease outbreaks. The Ministry of Health and Sanitation (MOHS) were concerned that EVD transmission may occur in the PHUs without resources or knowledge to perform IPC for EVD screening and patient management. Methods: Baseline data were collected on the healthcare workers, logistical management and case detection. Of the 68 PHUs in the area, 67 were visited on 26 March – 7 April 2015. The basic infrastructure of the PHUs as well as their practice rooms, wards, laboratories, cold chain and warehouse were surveyed. The basic infrastructure refers to the cell-phone coverage, waste management, functioning water source and source of water, electricity supply and source of electricity and its cold chain support. Results: A total of 2,300 patient visits were recorded in 22 PHUs, out of the 68. Of these visits, 962 (42%) were Ebola-related. Hand washing facilities/hand rub solution insufficient (infrastructure is already poor), Half till 75% of PHU did not have Basic infrastructure, Supplies to non ebola medication not equipped, it needed to screen the suspect of ebola cases, but PHU has the capacity to be prepared to screen the suspect ebola as an existing system at the same time CCC, Holding centre and ETU closed. Conclusion: Hand washing facilities/hand rub solution must be given in sufficient quantities, Basic Infrastructure in PHU should be cultivated built (Electricity, water source, waste management and communication) – long term issue, Medication and Laboratory Supplies need to be equipped, and donor and international organization must be involved to help DHMT improve the facilities to strengthen PHU.
Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Kelas XI Jurusan TKR SMK Sinar Husni Medan Tahun 2020 Uci Lestari; Masdalina Pane; Mido Ester J Sitorus; Donal Nababan; Henny Arwina
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1572

Abstract

ABSTRAKMasalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah sangat kompleks dan bervariasi, salah satunya adalah perilaku merokok. Global Youth Tobbaco Survey (GYTS) menyatakan Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia dimana sebagian besar laki-laki pertama kali merokok pada umur 12-13 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perlaku merokok pada siswa kelas XI jurusan SMK Sinar Husni Medan Tahun 2020. Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Penentuan informan menggunkan metode purposive sampling dan diperoleh sebanyak 6 orang. Pengumpulan data berupa Fgd dan Wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan mengetahui informasi tentang zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dan pengaruh rokok terhadap kesehatan. Sikap informan menunjukkan hal yang berbeda dari pengetahuan yang dimiliki kerena informan setuju terhadap iklan rokok, teman sebaya yang merokok. Teman sebaya menjadi faktor utama yang mempengaruhi informan merokok. Selain itu keluarga turut pula mempengaruhi perilaku merokok informan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada siswa agar pengetahuan siswa tentang bahaya rokok terhadap kesehatan sejalan dengan sikap mereka untuk mulai menghentikan kebiasaan merokok mereka dengan melakukan kegiatan edukasi tentang bahaya rokok terhadap kesehatan kepada sesama teman lainnya.Kata Kunci : Perilaku Merokok, Remaja.
Penanggulangan Krisis Kesehatan di Indonesia Tahun 2016 Masdalina Pane; Ina Agustina Isturini; Mugi Wahidin
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 28 No 3 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v28i3.115

Abstract

AbstractHealth crisis is an event/series of events that threaten the health of individuals or communities caused by disasters and / or potentially disasters. Researchs on health crisis as scientific source in disaster policy making in Indonesia is still very limited. The description of health crises events of including victims, displacement and damage to health facilities and support for health crisis response in the form of emergency response along with the initial recovery by the Ministry of Health in 2016 were the aims of this study. This study is a qualitative study, using literature review method, reference / electronic information tracking such as through Health Crisis Management Information System, National Disaster Management Agency (BNPB) website, Regional Disaster Management Agency (BPBD), Social Service, Regional Government Police and other related agencies. Secondary data from related units/agencies and the main Ministry of Health units are obtained through focus group discussions (FGDs). The frequency of health crisis events due to the disaster in 2016 was 661 incidents dominated by natural disasters as many as 400 events (60%), while the frequency of non-natural disasters was 237 events (36%) and social disasters 24 events (4%). Most of the health crisis incidents due to the 2016 disaster (97%) were the remaining hydrometeorological disasters, 3% of the most non-natural disasters were outbreaks of food poisoning, transportation accidents, fire, technology failure, industrial accidents and outbreaks of disease. The ratio of refugees due to natural disaster is 693 per event, while social disasters are 225 per incident The ratio of deaths from non-natural disasters is 1.5 times higher than natural disaster. Poisoning has the highest victim ratio of 20 per incident of poisoning. Health facility damage caused by disaster 174 units. The greatest health impacts arising from the health crisis in 2016 was. dominated by natural disasters in the forms of floods, landslides and earthquake disasters. Effective emergency response efforts must involve as many sub-clusters as possible that have special expertise to overcome the impact on disasters. AbstrakKrisis kesehatan merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Penelitian tentang krisis kesehatan sebagai sumber ilmiah dalam pengambilan kebijakan kebencanaan di Indonesia masih sangat terbatas. Deskripsi kejadian krisis kesehatan meliputi korban, pengungsian dan kerusakan fasilitas kesehatan serta penanggulangan krisis kesehatan dalam bentuk tanggap darurat beserta pemulihan awal yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 menjadi tujuan dari kajian ini. Kajian ini merupakan kajian kualitatif, menggunakan metode literature review, penelusuran referensi/informasi elektronik seperti melalui Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan, website Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggungalan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial, Kepolisian Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya. Data primer dari unit/instansi terkait dan unit utama kementerian kesehatan didapatkan melalui focus group discussion (FGD). Frekuensi kejadian krisis kesehatan akibat bencana pada tahun 2016 sejumlah 661 kejadian, juga didominasi oleh bencana alam sebanyak 400 kejadian (60%), sementara frekuensi bencana non alam 237 kejadian (36%) dan bencana sosial 24 kejadian (4%). Sebagian besar kejadian krisis kesehatan akibat bencana tahun 2016 (97%) merupakan kejadian bencana hidrometeorologi sisanya 3% bencana non alam terbanyak adalah KLB Keracunan makanan, kecelakaan transportasi, kebakaran, gagal teknologi, kecelakaan industri dan KLB Penyakit. Rasio pengungsi akibat bencana alam sebesar 693 per kejadian, sedangkan bencana sosial 225 per kejadian. Rasio kematian akibat bencana non alam 1.5 kali lebih tinggi daripada bencana alam. Keracunan mempunya rasio korban tertinggi sebesar 20 per kejadian keracunan. Kerusakan fasilitas kesehatan akibat bencana 174 unit. Dampak kesehatan terbesar yang timbul akibat kejadian krisis kesehatan di tahun 2016, didominasi oleh bencana alam berupa bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor serta bencana gempa bumi.
Factors influencing HIV group counseling participation at a referral hospital in Jakarta, Indonesia Masdalina Pane; Siti Maemun; Philip Bautista
Health Science Journal of Indonesia Vol 9 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsji.v9i1.479

Abstract

Abstrak Latar Belakang: Beberapa penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa dukungan sosial termasuk Konseling HIV dan dukungan kelompok memiliki efek langsung terhadap kepatuhan pada pengobatan HIV. Faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi pada konseling kelompok pasien HIV di Indonesia belum diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui partisipasi pasien HIV pada konseling kelompok di Rumah Sakit Penyakit Infeksi-Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Faktor demografi dan klinis pada pasien HIV diduga berhubungan dengan partisipasi dalam konseling kelompok. Metode: Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2013 menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Pasien HIV yang menggunakan anti retroviral sebanyak 1440 orang diminta kesediannya untuk berpartisipasi pada penelitian ini. Analisis dilakukan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil: 709 dari 880 pasien yang mengikuti konseling kelompok telah melengkapi kuesioner dan bersedia menjadi sampel penelitian. Sebagian besar responden adalah laki-laki (71.1%), lulus SMP (84.3%), dan bekerja penuh waktu (51.5%). Stadium klinis mayoritas responden (87.3%) stadium 3 dan 4. Sebagian kecil responden (9.7%) memiliki ko-infeksi hepatitis B atau C, dan 12.7 % memiliki anggota keluarga HIV positif. Sebanyak 272 (38,4%) responden mengikuti konseling kelompok. Umur, waktu kerja, kepuasan terhadap penghasilan, memiliki anggota keluarga dengan HIV positif dan responden yang pernah menggunakan narkoba suntik (IDU) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi responden pada konseling kelompok. Kesimpulan: Konseling kelompok harus dikenalkan pada penderita HIV yang sulit dijangkau, termasuk pasien yang lebih tua dan pasien dengan riwayat IDU. Selain itu, penyedia layanan kesehatan harus mempertimbangkan jadwal alternatif untuk pasien yang bekerja penuh waktu dan tidak dapat menghadiri konseling kelompok selama jam kerja. Keywords: HIV, konseling, partisipasi, dukungan, sosial Abstract: Background: Previous studies indicate that social support, including HIV counseling and support groups, have a direct effect on adherence to HIV therapy. Currently, factors of non-participation in HIV counseling in the Indonesian population are unknown. Based on this condition, we performed this study to explore HIV patient in group counseling participation at Prof. Sulianto Saroso Infectious Disease Hospital (RSPI-SS), a national referral hospital in Northern Jakarta in Indonesia. We assessed demographic and clinical factors that are associated with participation in HIV group counseling. Methods: A cross-sectional study was conducted between July and October 2013. 1,440 HIV patients in Jakarta obtaining ART from RSPI-SS were approached to participate in a quantitative survey. Factors associated with group counseling participation were assessed using logistic regression analyses. Results: A total of 709 (80.6%) out of 880 patients in group counseling completed the survey. The most of respondents were male (71.1%), had completed at least secondary school (84.3%), and worked full-time (51.5%). The majority (87.3%) of respondents had advanced disease (clinical stage 3 and 4). A small proportion (9.7%) of patients had hepatitis B or C co-infection, and 12.7 % reported having a family member (partner or child) who was also HIV positive. Only 272 (38,4%) of surveyed patients reported attending HIV group counseling. Five variables were found to be independently associated as factors influencing with participation in HIV group counseling including age, hours worked, income satisfaction, Family member with HIV, and history of Injection Drug User’s (IDU’s). Conclusion: Based on findings, outreach activities promoting HIV group counseling should target patients who are unable or less likely to attend group counseling, including older patients and patients with history of IDU’s. Additionally, health care providers should consider alternative schedules for patients who work full-time and are unable to attend group counseling during work hours. Keywords: HIV, counseling, participation, social, support
Upper Gastrointestinal Symptoms and Climate Exchange in Indonesian Hajj Pilgrims: Community Based Study Islamic Year 1427 Masdalina Pane; Chairul R Nasution; Murdani Abdullah
The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy VOLUME 8 ISSUE 2 August 2007
Publisher : The Indonesian Society for Digestive Endoscopy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24871/82200744-47

Abstract

Background: Upper gastrointestinal symptoms rank among the three most common diseases for Indonesian hajj pilgrims in last 4 years. The prevalence was 22-34% per hajj season. Most of the cases were dyspepsia syndrome and Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD). The internal risk factor of Upper gastrointestinal symptoms is largely known, but not for external factor such as environment and climate. Aim: To examine the association between climate exchange and upper gastrointestinal symptoms Methods: Dynamic population of 204,941 Indonesian Hajj Pilgrims in Islamic year 1427 were included for this study. Multiphase screening in Indonesia found the prevalence of upper gastrointestinal symptoms was 3.32%. Prospective follow up for upper gastrointestinal symptom-based on community health services (flight group/kloter and maktab policlinic/polimaktab) and hospital base (Sub Balai Pengobatan Haji Indonesia, Balai Pengobatan Haji Indonesia [BPHI] and Saudi Arabia hospital) was conducted in Saudi Arabia. Results: The incidence rate of the upper gastrointestinal symptoms was 2.4 per mile (95% CI = 1.8 -3.1). There was no significant difference among male and female p = 0.279 (95% CI = 0.18- 5.3) and there was significant difference among work area (Daker) p = 0.001 (95% CI = 50.4-182.5). There was no significant correlation between upper gastrointestinal symptoms and temperature or humidity in 3 work area (p = 0.155) Mecca, Medina and Jeddah. Conclusion: There was no significant correlation between climate exchanges to the upper gastrointestinal symptoms. Keywords: upper gastrointestinal symptoms, Indonesian Hajj Pilgrims, dyspepsia, GERD
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI POLIKLINIK GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II MEDAN TAHUN 2021 Corry Aquino, Cut; Pane, Masdalina; Harianja, Ester; Nababan, Donal; Bancin, Dewi
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1637

Abstract

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sangat berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien dalam menentukan keberhasilan suatu Rumah Sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian observational dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung ke Poliklinik gigi dan mulut Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan dari Januari sampai Juli 2021. Teknik pengambilan sampel secara total sampling yaitu sebanyak 53 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehandalan (p = 0,0000, r = 0,635), jaminan (p = 0,0100, r = 0,335), bukti langsung (p = 0,0000, r = 0,562), empati (p = 0,0000, r= 0,648), daya tanggap (p = 0,0010, r = 0,448) memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan pasien. Analisa multivariat didapatkan empati merupakan variabel yang paling dominan terhadap tingkat kepuasan pasien dengan model Z= 0,946 + 0,597 Empati. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit untuk membuat kotak saran pelayanan kesehatan dan Komite Medik untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan profesionalisme kerja serta mengadakan pelatihan soft skills caring kepada petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan Kata Kunci : Kepuasan, Kualitas Pelayanan
Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Penyakit Diabetes Melitus Pada Lansia Di Jemaat GBKP Polonia Medan Ketaren, Otniel; Tarigan, Frida Lina Br; Pane, Masdalina
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 3 No. 2 (2022): JURNAL ABDIMAS MUTIARA (IN PRESS)
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) OLEH IBU HAMIL YANG MEMPUNYAI BALITA DI PUSKESMAS SAITNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2021 Elparida Ambarita; Masdalina Pane; Kesaktian Manurung; Donal Nababan; Evawani Martalena Silitonga
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1767

Abstract

Faktor pencapaian indikator di tingkat nasional salah satunya adalah peningkatan pengetahuan, peran, dan dukungan keluarga dan masyarakat melalui kegiatan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan Distribusi buku KIA, sebagai sarana pencatatan pelayanan kesehatan dan media KIE kesehatan ibu dan anak untuk ibu dan keluarga sampai ke masyarakat. Survey di Puskesmas Saitnihuta pengelola program KIA,  pemanfaatan Buku KIA masih rendah, dimana cakupan KN3 68,6% dan K4 adalah 61,8%. Diduga faktor pengetahuan, sikap, dukungan petugas Kesehatan, dukungan keluarga dekat dan dukungan teman sebaya memengaruhi pemanfaatan buku KIA. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan study deskriptif analitik melalui pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Saitnihuta. Populasi penelitian 80 orang dan sampel sebanyak 80 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan uji chi- square dan uji regresi linier berganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu sikap (p=0,008), dukungan petugas kesehatan (p=0,000) dan dukungan keluarga (p=0,038). Variabel yang tidak berpengaruh yaitu pengetahuan (p=0,268), dan dukungan teman sebaya (p=0,173). Hasil analisis multivariat, Dukungan petugas kesehatan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan buku KIA nilai sig 0,000 < 0.05 dan nilai OR = 1.331. Ibu yang memeroleh dukungan yang baik dari petugas kesehatan akan memanfaatkan buku KIA lebih baik dibandingkan ibu dengan dukungan petugas Kesehatan yang rendah. Disarankan pada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang buku KIA kepada ibu hamil hingga usia anak balita sehingga lebih banyak atau semua ibu memanfaatkan buku KIA dengan baik pula. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Dukungan Petugas Kesehatan, Keluarga dan     Pemanfaatan buku KIA
DETERMINAN STRES PERAWAT RSUD DOLOK SANGGUL TAHUN 2023 Simanjuntak, Netty Iriani; Nababan, Donal; Sitorus, Mido Ester J; Tarigan, Frida Lina; Warouw, Sony Priajaya; Pane, Masdalina
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.36249

Abstract

Kesehatan  adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO memprediksi stres kerja akan menjadi ancaman utama kesehatan manusia menjelang tahun 2020. Stres yang dialami perawat merupakan stres yang didapat atau dialami ditempat kerja yang termasuk kedalam stres kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Determinan stres pada perawat rawat inap di RSUD Doloksanggul. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dolok Sanggul tahun 2022.  Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Desember tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di RSUD Doloksanggul tahun 2022 yang berjumlah 98 orang.  Teknik dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Teknik Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan yang dibuat oleh si peneliti. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan beban kerja dengan tingkat stres pada perawat. Ada hubungan kelelahan kerja dengan tingkat stres pada perawat. Ada hubungan Shift  kerja dengan tingkat stres pada perawat. Ada hubungan usia dengan tingkat stres pada perawat. Ada hubungan keamanan kerja dengan tingkat stres pada perawat. Faktor  yang paling dominan mempengaruhi  tingkat stres pada perawat adalah keamanan kerja.
RISK FACTORS FOR STUNTING IN CHILDREN AGED 24-59 MONTHS IN TUKKA DOLOK VILLAGE, PAKKAT DISTRICT, HUMBANG HASUNDUTAN REGENCY INDONESIA Sitorus, Grace Tina Sari; Pane, Masdalina; Asima Sirait; Donal Nababan; Netty Sembiring
Indonesia Epidemiological Journal Vol 2 No 1 (2023): Epidemiological Journal of Indonesia
Publisher : Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Background: Stunting is a form of growth failure (growth faltering) due to the accumulation of insufficient nutrition that lasts for a long time starting from pregnancy until the age of 24 months. The purpose of this research to analyze the risk factors for stunting in children aged 24-59 months in Tukka Dolok Village, Pakkat District, Humbang Hasundutan Regency year 2022. Methods: This type of research observational using a case control study design. The population in this study were all households with children aged 24-59 months, the sample size in this study was calculate dusing random sampling namely as many as 63 children, 21 children as case samples and 42 children as control samples. Data were analyzed using univariate, bivariate and multivariate analysis using chi-square test and logistic regression analysis. Results: The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between mother's knowledge about food intake (p=0.001 <α=0.05), parenting patterns (p=0.007 <α=0.05), environmental health (p=0.001 <α=0.05 ), with the incidence of stunting. The results of multivariate analysis showed that the most dominantly related variable was environmental health (p=0.017; OR=5.075 95% CI 1.344-19.160). Conclusion: the influence of mother's knowledge about food intake and environmental health is very large on the incidence of stunting. So it is recommended to improve sanitation facilities in the household as well as increase the mother's knowledge about food intake until she is able to apply it.