Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Analisis Defect Rajungan (Portunus pelagicus) Kaleng Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Di PT. XYZ Hasibuan, Nirmala Efri; Basri, Basri; Ratrinia, Putri Wening; Suryono, Muh; Azka, Aulia; Saputra, Eko Novi; Meutia, Meta
Jambura Fish Processing Journal Vol 6, No 1 (2024): VOLUME 6 NOMOR 1, JANUARY 2024
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jfpj.v6i1.23800

Abstract

PT XYZ  is an industry that operates in the fisheries sector with superior products, pasteurized crab meat in cans. Increasing market demand, including demand for canned crab exports, requires companies to produce products quickly and correctly. However, in the production of canned crab, defective products are often found or do not meet quality standards. The aim of this research is to identify defect problems in canned crab products and provide suggestions for improvements to overcome the problem in order to minimize the occurrence of defects that are detrimental to the company. Research data collection methods are through observation, interviews and questionary. The Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method is used to identify and analyze defects that occur. FMEA is used to determine the severity level, occurrence level and detection level, so that a Risk Priority Number (RPN) value can be obtained which can determine the priority of defects that must be prioritized for repair. The identification results at PT XYZ found 7 types of defects. The highest RPN defect value that occurs is a rust defect with an RPN value of 324. The defects that occur in this problem are caused by 4 factors, namely humans, methods, materials and the environment. Proposed improvements to reduce the chance of defects occurring in cans include material inspection, human/operator error evaluation, maintaining process environmental conditions, and optimizing the implementation of standard operating procedures (SOP)
Pengaruh substitusi tepung buah mangrove (Sonneratia alba) terhadap karakteristik fisikokimiawi dan sensori roti tawar : Effect of mangrove (Sonneratia alba) fruit flour substitution on the physicochemical and sensory characteristics of white bread Sumartini, Sumartini; Hasibuan, Nirmala Efri; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Suryono, Muhamad
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 8 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(8)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i8.52210

Abstract

Roti tawar adalah produk makanan berbahan baku tepung terigu yang memiliki kandungan gluten tinggi. Gluten dapat berdampak negatif bagi kesehatan terutama pada individu dengan kondisi kesehatan tertentu, yaitu penyakit seliak, intoleransi gluten yang bersifat nonseliak, dan penyakit usus lainnya. Tepung alternatif diperlukan untuk mengurangi kandungan gluten pada roti tawar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi terbaik substitusi tepung buah mangrove terhadap roti tawar berdasarkan karakteristik sensori dan daya kembang. Perlakuan pembuatan roti tawar melalui substitusi tepung terigu dengan tepung buah mangrove, yaitu 0, 10, 20, 30, dan 40%. Parameter yang dianalisis meliputi proksimat, kadar serat kasar, daya kembang, hardness, cohesiveness, dan hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi kimia roti tawar, yaitu kadar air 13,21-17,86%, lemak 9,53-14,51%, protein 5,28-8,5%, abu 1,64-1,84%, karbohidrat 60,57-67,13%, serat kasar 2,91-8,26%, daya kembang 100,35-137,70%, nilai hardness 20,92-68,45 N, dan cohesiveness 0,58-0,82. Makin tinggi konsentrasi tepung buah mangrove pada roti tawar, maka makin menurunkan tingkat kesukaan panelis. Roti tawar substitusi tepung buah mangrove 10% memiliki tingkat kesukaan panelis tertinggi dengan rasa yang gurih, aroma harum, tekstur lembut, warna crust cokelat kekuningan dan crumb putih krim dan memiliki daya kembang yang baik.
Pengaruh pencampuran minyak ikan nila, stearin sawit, dan minyak biji karet terhadap karakteristik fisikokimia biskuit: The effect of blending tilapia fish oil, palm stearin, and rubber seed oil on the physicochemical characteristics of biscuits Sumartini, Sumartini; Hasibuan, Nirmala Efri; Pamaharyani, Luchiandini Ika; Saputra, Eko Novi; Suryono, Muhamad; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Basri, Basri
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 9 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(9)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i9.52211

Abstract

Biskuit dibuat dari campuran bahan dan lemak padat (shortening). Kualitas biskuit dipengaruhi oleh perbedaan jenis lemak yang digunakan. Limbah biji karet, tulang, kepala, sisik, kulit, dan isi perut ikan merupakan limbah perkebunan dan perikanan yang dapat dimanfaatkan menjadi lemak sebagai bahan baku shortening. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasio terbaik dari lemak padat stearin sawit, minyak ikan dan minyak biji karet yang di netralisasi serta dihilangkan baunya dengan rasio padatan terhadap sifat fisik dan tekstur adonan. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dengan 5 perlakuan (palm stearin/ minyak biji karet/ minyak ikan), yaitu rasio 1 (50:30:20), rasio 2 (60:35:5), rasio 3 (70:15 :15), rasio 4 (80:10:10), dan rasio 5 (90:5:5). Parameter uji meliputi diameter, hardness, ketebalan, tekstur, warna, kadar air, protein, lemak, kalori dan sensori. Analisis data menggunakan SPSS Versi 25 dengan ANOVA 95%. Hasil yang diperoleh lightness biskuit 74,57-78,55; ketebalan 0,54-0,94 mm; diameter 90,38-110,16 mm; hardness 2769,36-3648,53g; kadar lemak 18,61-20,64%; protein 10,38-10,88% dan nilai kalori 623,680-625,367 kcal. Hasil pengujian sensori tertinggi pada rasio 4 (80: 10: 10). Proporsi rasio shortening yang tepat memengaruhi karakteristik fisik dan kimia biskuit yang dihasilkan dengan rasio terbaik 80:10:10.
Pengaruh penambahan bahan pengikat yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan sensori tablet effervescent Sonneratia caseolaris: Effect of different binding agents on the physical and sensory characteristics of effervescent tablets of Sonneratia caseolaris Ratrinia, Putri Wening; Sumartini, Sumartini; Azka, Aulia; Hasibuan, Nirmala Efri; Nusaibah, Nusaibah; Triyastuti, Meilya Suzan
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 10 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(10)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i10.52204

Abstract

Sonneratia caseolaris dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional dalam bentuk tablet effervescent. Tablet effervescent merupakan minuman dalam sediaan tablet yang larut dalam air menghasilkan gelembung dan berkarbonasi serta memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Bahan pengikat diperlukan untuk meningkatkan kualitas serta menjaga kestabilan sediaan tablet effervescent. Bahan pengikat berfungsi untuk menyatukan bahan-bahan menjadi satu kesatuan tablet yang kohesif sehingga bahan aktif yang terkandung di dalam effervescent terdistribusi secara merata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bahan pengikat terbaik berdasarkan karakteristik fisik dan sensori tablet effervescent yang dihasilkan. Pembuatan tablet effervescent diawali dengan pencampuran filtrat S. caseolaris dengan bahan pengikat yang berbeda masing-masing konsentrasi 2,5%, yaitu polyvinyl pyrolidone (PVP), gelatin, pulvis gummi arabicum (PGA), dan maltodekstrin. Hasil campuran dikeringkan menggunakan spray dryer. Padatan hasil pencampuran diformulasikan sesuai bahan pembuatan tablet effervescent. Parameter yang dianalisis meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, warna, kelarutan, waktu larut, kadar air, dan sensori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengikat yang berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap keseragaman bobot, kekerasan tablet, warna, kelarutan, waktu larut, dan kadar air. Penambahan gelatin 2,5% merupakan perlakuan terbaik dengan karakteristik kekerasan 4,86 kg/cm2, kelarutan 98,32%, waktu larut <70 detik dan kadar air 2,15% telah memenuhi standar dari Farmakope Indonesia. Hasil penilaian sensori berdasarkan ketampakan, aroma, warna, rasa, dan keseluruhan menunjukkan bahwa semua perlakuan tablet effervescent sangat disukai oleh panelis.
Pelatihan desain kemasan dan marketing berbasis digital melalui program “Techno Fish-Park” pada sirup buah mangrove dan teh herbal mangrove Sumartini, Sumartini; Arkham, Muhammad Nur; Azka, Aulia; Hasibuan, Nirmala Efri; Ratrinia, Putri Wening; Saputra, Eko Novi; Suryono, Muh; Basri, Basri
KACANEGARA Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 6, No 4 (2023): November
Publisher : Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28989/kacanegara.v6i4.1671

Abstract

Technofisheriespark adalah suatu kawasan terpadu (dirancang/direncanakan, dikembangkan  &  dikelola secara  khusus)  yang  terdiri  dari  satu  atau  lebih  pusat  kegiatan IPTEKIN. Kegiatan Pengenalan  dan  Sosialiasi dilaksanakan dalam upaya  yang dilakukan dengan cara mengembangkan masyarakat pesisir dan nelayan di kawasan Sungai Geniot, Sungai Sembilan berencana memberikan program penyuluhan dan pelatihan tentang potensi mangrove sebagai bahan baku pembuatan sirup mangrove dan teh herbal. Kegiatan ini dilakukan melalui metode perencanaan dan sosialisasi, pendampingan operasional dan implementasi teknologi. Pada awal pengamatan terlihat para pengusaha tertarik dengan program pendidikan ini. Para pengusaha tampak antusias hingga akhir kegiatan pelatihan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan wirausaha masyarakat Sungai Geniot, meningkatkan kreativitas dalam pengemasan dan pelabelan serta pemasaran  digital produk, serta keterampilan wirausaha warga Desa Sungai Geniot Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. 
Nanochitosan from Manufacture Shells of Mud Crab (Scylla sp.) and Its Application as Acne Patch Luthfiyana, Novi; Ratrinia, Putri Wening; Nusaibah, Nusaibah; Nisa, Mutia Khoirun
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 19, No 2 (2024): August 2024
Publisher : :Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resources, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.928

Abstract

Chitosan is a potential raw material for marine cosmetics with antibacterial,anti-inflammatory properties and can stimulate collagen synthesis in theskin. This research aimed to obtain nano-sized chitosan (nanochitosan) frommud crab (Scylla sp.) shells and apply it as a cosmetic acne patch. Theparameters used to characterize nanochitosan are particle size, polydispersityindex, zeta potential and morphology. Meanwhile, the parameters of the Acnepatch produced are characterized by physical appearance and ance bacterialactivity. The results revealed that nanochitosan had an average size of 35.20±1.66 nm, the highest intensity of 11.70±1.25, polydispersity of 0.274±0.10,and zeta potential of 42.9±1.41 mV. The morphology of nanochitosan is in theform of broken rods, not hollow and irregular but uniform. Its elements includecarbon, oxygen, magnesium, aluminum, phosphorus, and calcium. The acnepatches resulting from the addition of 0 mg (K0), 50 mg (K1), 100 mg (K2),and 150 mg (K3) were opaque white, slightly transparent, smooth, elastic,and odorless. The thickness varies, namely, 0.014 ± 0.002 mm (K0), 0.017 ±0.002 mm (K1), 0.022 ± 0.004 mm (K2), and 0.031 ± 0.005 mm (K3). Theweight variations were 0.019 ± 0.001 mg (K0), 0.026 ± 0.005 mg (K1), 0.033± 0.002 mg (K2), and 0.047 ± 0.013 mg (K3). The moisture loss varied,namely, 7.525 ± 0.054% (K0), 3.201 ± 0.487% (K1), 2.741 ± 0.279% (K2), and2.017 ± 0.290% (K3). Acne patches K1, K2, and K3 were proven to be able toinhibit the activity of acne bacteria Propionibacterium acnes (9.5 ± 0.25 mm,10.67 ± 0.76 mm, and 9.17 ± 0.76 mm), Staphylococcus epidermidis (9.33 ±1.15 mm, 13.67 ± 2.02 mm, and 8.67 ± 1.89 mm), and S. aureus (10.33 ±0.25 mm, 11.83 ± 0.76 mm, and 8.66 ± 0.76 mm). This research succeededin obtaining chitosan from crab shells (Scylla sp) in nano size and acnepatches with the addition of nanochitosan effectively inhibited the growth ofacne bacteria.
Karakteristik fisikokimia mi basah substitusi jenis ikan berbeda dengan penambahan egg white powder: Physicochemical characteristics of wet noodles substitution of different types of fish with the addition of egg white powder (EWP) Amalia, Ayu Rizki; Sumartini, Sumartini; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Suryono, Muh; Saputra, Eko Novi; Hasibuan, Nirmala Efri
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 11 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(11)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i11.52207

Abstract

Mi merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh semua kalangan dan digunakan sebagai alternatif variasi makanan pengganti nasi. Kandungan gizi protein pada produk mi sangat rendah sehingga perlu ditambahkan protein dari berbagai jenis ikan. Kelemahan mi berbahan dasar ikan adalah karakteristik fisiknya yang mudah putus dan tidak kenyal sehingga kurang disukai konsumen. Oleh sebab itu, perlu adanya bahan pengenyal egg white powder (EWP). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tepung jenis ikan terbaik pada mi basah berdasarkan karakteristik fisikokimia dan kesukaan konsumen. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan jenis ikan yang berbeda, yaitu tanpa ikan, ikan patin, lomek, kembung, dan tongkol. Parameter yang diuji adalah sensori, proksimat dan karakteristik fisik. Mi dengan jenis ikan berbeda mengandung kadar air 51,50-76,65%; protein 4,40-17,21; lemak 0,20-6,53%; abu 1,00-2,82%; cooking loss 3,50-8,25%; daya rehidrasi 35,00-65,24%; cooking time 75,75-115,28 detik; elastisitas 11,38-29,79%; dan nilai hardness 881,40-4.155,01 gf. Tepung jenis ikan yang paling disukai sebagai bahan baku mi basah berdasarkan tingkat penerimaan panelis adalah ikan tongkol. Penggunaan ikan sebagai bahan baku dapat meningkatkan nutrisi mi basah.
Aktivitas antioksidan dan hedonik teh hijau berbahan baku daun mangrove Avicennia sp. dan Sonneratia sp.: Antioxidant activity and hedonic of green tea made from mangrove leaves Avicennia sp. and Sonneratia sp. Hasibuan, Nirmala Efri; Azka, Aulia; Ratrinia, Putri Wening; Sumartini, Sumartini; Pamaharyani, Luchiandini Ika; Suryono, Muh; Basri, Basri
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 28 No. 2 (2025): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 28(2)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v28i2.60944

Abstract

Teh hijau telah lama dikenal sebagai minuman yang memiliki berbagai manfaat kesehatan, terutama karena kandungan antioksidannya yang tinggi. Daun mangrove berpotensi sebagai bahan baku teh hijau karena memiliki senyawa metabolit sekunder yang bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan spesies mangrove terbaik yang berpotensi sebagai teh hijau melalui parameter kimia, antioksidan, dan penilaian hedonik. Teh hijau diproduksi dari daun muda bagian pucuk mangrove Avicennia sp. dan Sonneratia sp. yang diperoleh dari kawasan ekosistem Bandar Bakau, Kota Dumai dan teh komersial (Camellia sinensis) sebagai pembanding. Parameter yang dianalisis meliputi karakteristik kimia (kadar air, abu, abu tak larut asam, sari larut air, dan serat), fitokimia, persentase inhibisi antioksidan metode DPPH, serta penilaian hedonik (rasa, aroma, warna, dan overall). Hasil penelitian menunjukkan ketiga jenis teh memiliki kadar air 7,84-25,45%, abu 6,69-16,12%, abu tak larut asam 0,65-1,23%, sari larut air 2,82-4,27%, dan serat 5,80-7,11%. Senyawa fitokimia lebih banyak terdeteksi pada teh komersial dibandingkan teh daun mangrove. Perbedaan jenis bahan baku teh hijau berpengaruh nyata terhadap persentase inhibisi antioksidan dan penilaian hedonik panelis. Perlakuan terbaik teh hijau dengan daun mangrove Sonneratia sp. dengan persentase inhibisi antioksidan tertinggi (87,59%) dan penilaian hedonik keseluruhan (overall) sangat disukai panelis. Teh ini memenuhi standar teh hijau sesuai SNI 3945:2016 pada kadar abu, abu larut asam, dan serat kasar, namun belum pada kadar air dan sari larut air. Hasil penelitian mengindikasikan daun mangrove berpotensi sebagai bahan baku teh hijau.