Claim Missing Document
Check
Articles

Analisa Kadar Protein Albumin Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Air Tawar Segar dan Dikukus di Maduran Lamomgan Haq, Fafa Maulal; Santoso, Hari; Syauqi, Ahmad
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1130

Abstract

Anguilla bicolor is the fish that have high level economic and that was export commodity. One of potential that have in protein content of albumin more high than another fish, this matter can be used as substitute alternative Human Serum Albumin (HSA) which market so expensive. The aim of this research is to know quality of Anguilla bicolor albumin, to compare between albumins of fresh Anguilla bicolor and have steamed. The used method this study is experiment with sampling purposive and technic Duplo test analysis. This research use four times test and each sample take two quotation top (around the head) and bottom (around tail). Process sterilization and deposition albumin doing in two sections the first, using NaOH 10% to promote pH to 11.5 and discharge pH use H2SO410 % to 5,5. For test albumin quantity itself use spectrophotometer with 420nm spectrum. Based on outcome research indicate quality of Anguilla bicolor albumin steamed more high than fresh Anguilla bicolor however difference obtained is not significant.ABTRAKIkan sidat (Anguilla bicolor) merupakan ikan yang memiliki potensi dalam bidang ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditas ekspor yang menjanjikan. Salah satu potensi yang dimiliki adalah kandugan protein albumin ikan sidat yang tinggi jika dibandingkan dengan ikan lainnya, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti HSA (Human Serum Albumin) yang dipasaran harganya relatif mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar albumin ikan sidat, juga membandingkan antara albumin ikan sidat segar dan dikukus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimen dengan purposive sampling serta teknik analisa uji rerata duplo. Penelitian ini menggunakan empat kali ulangan dan masing-masing sampel diambil dua cuplikan bagian atas (sekitar kepala) dan bagian bawah (sekitar ekor). Proses penyeterilan dan pegendapan albumin dilakukan dengan 2 tahap yakni menggunakan NaOH 10% untuk menaikkan pH hingga 11,5 dan penurunan pH menggunakan H2SO410 % hingga 5,5. Untuk uji kuantitas albumin sendiri menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang  450 A. Berdasalkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar albumin ikan sidat yang dikukus lebih tinggi daripada ikan sidat yang segar namun perbedaan yang didapatkan tidak signifikan.Kata Kunci : Ikan Sidat (Anguilla bicolor), Albumin, Segar, Kukus
Uji Aktivitas Salep Luka dari Albumin Ikan Sidat (Anguilla bicolor) pada Mencit (Mus musculus) Fuadi, Muhammad Chaniful; Santoso, Hari; Syauqi, Ahmad
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1329

Abstract

Sidat fish (Anguilla bicolor) is one of fish that contain albumin. Benefit of albumin for new body cell formation and increasing speed of cell curing. The aim of this research to know effect of ointment from Sidat fish (Anguilla bicolor) against speed of wound curing. Method of this research used experimental Randomized Block Design and. Material of this research use ointment with concentration 5,10 and 20%, and positive control that do on 24 white Wister strains male mice. Every mices sliced two Cm on its back and smeared ointment twice per day with time interval from day 1 to day 15. Data analysis use One Way ANOVA test that helped with SPSS 17.1 computer program. Analysis result of this research there is no real differences because   P<0.05 P bigger than 0,005 (0,716). This proved from wound healing from 5% during seven days, 10% during six days, and 20% during five days and positive control during four days. ABSTRAKIkan sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu ikan yang mengandung albumin.Manfaat dari albumin dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru serta dapat mempercepat penyembuhan jaringan. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh salep dari albumin ikan sidat (Anguilla bicolor) terhadap percepatan kesembuhan luka sayat. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen rancangan acak kelompok. Bahan sediaan menggunakan sediaan salep dengan konsentrasi zat 5,10,dan 20%, dan kontrol positif, yang dilakukan  pada  24  ekor  mencit  putih  jantan  galur  wistar.  Mencit  disayat  sepanjang  2cm  pada  bagian punggung dengan pemberian salep sehari 2x dengan jangka waktu dari hari ke-1 selama 15 hari. Analisis data menggunakan uji One Way ANOVA yang dibantu dengan program SPSS 17.1. Hasil analisa tidak didapatkan perbedaan nyata karena P<0,05 P lebih besar dari 0,05 (0,716). Hal ini dibuktikan dari penyembuhan luka sayat pada 5% selama tujuh hari, 10% selama enam hari, 20% selama lima hari dan kontrol positif selama empat hari.Kata kunci: ikan sidat (Anguilla bicolor),albumin,salep,luka sayat 
Perbandingan Kuantitas Glukosa pada Media Fermentasi Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan Limbah Buah Pepaya (Carica papaya L.) Rachmawati, Rachmawati Suprayoto; Syauqi, Ahmad; Santoso, Hari
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1377

Abstract

The rambutan rind and the papaya fruit waste can be hydrolyzed to produce glucose through fermentation process. The research has a purpose to find out the differences in the various comparisons of glucose that resulted by fermentation of rambutan rind and papaya fruit waste. This research uses experimental methods of Randomized Block Design with 5 kind of the treatment; the RP1, RP2, RP3, RP4, RP5 with 4 replications and that were 20 unit experiment. This research used a consortium of the fungus of Trichoderma viride, Aspergillus niger, Hansenula sp., and Candida sp. The addition of HCl 10 % until pH 5. Fermentation process for 4,671 day ( 112,104 hours ). The glucose levels by method sulphuric acid – phenol with UV- vis spectrophotometer technique. Analysed data with ANOVA α = 0.95% and test BNT. Comparison of raw materials fermentation the rind of rambutan and waste fruit of the papaya was RP5 treatment with glucose levels 2,533 %.ABSTRAKKulit buah rambutan dan limbah buah pepaya dapat dihidrolisis menjadi glukosa melalui proses fermentasi. Penelitian mempunyai tujuan untuk mengetahui perbedaan berbagai  perbandingan glukosa hasil fermentasi kulit buah rambutan dan limbah buah pepaya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 macam perlakuan yaitu RP1, RP2, RP3, RP4, RP5 dengan 4 ulangan sehingga berjumlah 20 unit percobaan. Penelitian ini digunakan konsorsium jamur Trichoderma viride, Aspergillus niger, Hansenula sp, dan Candida sp. Dilakukan penambahan HCl 10% hingga pH 5. Serta proses fermentasi selama 4,671 hari (112,104 jam). Penentuan kadar glukosa menggunakan metode asam sulfat – fenol dengan teknik spektrofotometer UV – sinar tampak. Analisis data menggunakan ANOVA, α = 0,95% serta uji lanjutan dengan menggunakan uji BNT. Perbandingan kuantitas glukosa pada media fermentasi dari kulit buah rambutan dan limbah buah pepaya berbeda nyata kadar glukosa tertinggi didapatkan pada perlakuan RP5 (9 gram kulit buah rambutan : 3 gram limbah buah pepaya) dengan kadar glukosa 2,53 %.
Analisa Organoleptik Proporsi Pati Bengkuang (Pachyrizuz erosus) Dan Bubuk Daun Katuk (Sauropus androgynus) Sebagai Lulur Kulit Pada Wanita Wijaya, Kusuma Lestari; Santoso, Hari; Syauqi, Ahmad
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1386

Abstract

Masker is a traditional material natural cosmetic such as fruit and herbs that are useful as smooth skin and beauty. Masker has the benefit of skin tightening and body odors. Therefore, this study aimed to determine the proportion of jicama starch and powdered leaves katuk the results of mask of the skin in women. The research method was used survey to the panelists and descriptive statistical methods. The independent variable in this study was the number of jicama starch and powdered leaves of katuk used by comparison 7.5 g: 7.5 g, 9 g: 6 g, and 12 g: 3 g. The dependent variable in this study was the result of masks that include color, texture, aroma, adhesiveness, and after the use of data analysis used is descriptive analysis using correlation and continued with the test sign test. The results of descriptive analysis and correlation are the best proportion of which 12 g jicama starch: 3 g of powdered katuk leaves. While the analysis results Sign Test for Two Sample Paired Data for 9 g jicama starch: 6 g of powdered katuk leaves show there is a change after application. Both, there are changes that occur in the skin after application.ABSTRAKLulur merupakan kosmetik tradisional berbahan dasar alami seperti buah-buhan dan rempah-rempah yang berguna sebagai kehalusan kulit dan kecantikan. Lulur memiliki manfaat mengencangkan kulit dan mengatasi bau badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pati bengkuang dan bubuk daun katuk terhadap hasil jadi lulur kulit pada wanita. Metode penelitian yang di gunakan adalah survei pada panelis dengan desain statistik deskriptif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah pati bengkuang dan bubuk daun katuk yang digunakan  dengan perbandingan 7,5 g : 7,5 g, 9 g : 6 g, dan 12 g : 3 g. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil jadi masker yang meliputi warna, tekstur, aroma, daya lekat, dan setelah penggunaan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif menggunakan uji korelasi dan dilanjutkan dengan dengan uji sign test atau disebut uji tanda. Hasil analisis deskriptif dengan uji korelasi  proporsi terbaik yaitu 12 g pati bengkuang : 3 g bubuk daun katuk. Sedangkan hasil analisa Sign Test For Two Sampel Paired Data untuk 9 g pati bengkuang : 6 g bubuk daun katuk menunjukkan  terdapat perubahan setelah pemakaian. Keduanya terdapat perubahan yang terjadi pada kulit setelah pemakaian.                                                                                           Kata kunci: Lulur kulit, pati bengkuang, bubuk daun katuk.
Rebusan Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var Rubrum) – Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) sebagai Jamu Peluruh Urin Sholehuddin, Mohammad; Santoso, Hari; Syauqi, Ahmad
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1421

Abstract

 A diuretic is a compound that can stimulate urine releasing. The content of gingerol, curcumin and flavonoids in red ginger - white turmeric is thought to be efficacious as urine laxative. This study aims to determine efficacy of red ginger stew - white turmeric as urine laxative and to determine the level of differences in NaCl before and after drinking red ginger stew - white turmeric. The test was carried out by giving one1 cup (250 ml) of red ginger - white turmeric stew every day for 5 days. Using a quasi-experimental method with posttest pretest design was done. Data analysis uses percentage calculation. The results showed that administration of red ginger stew - white turmeric efficacious as a urine laxative which is characterized by increased intensity of urinary discharge, pH and NaCl of urine levels, as well as urine color that is getting transparent and clearer. Keywords: red ginger stew - white turmeric, urine laxative ABSTRAKDiuretikum adalah suatu senyawa yang dapat merangsang pengeluaran urin. kandungan senyawa gingerol, kurkumin dan flavonoid pada  jahe merah – kunyit putih diduga berkhasiat sebagai peluruh urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat rebusan jahe merah - kunyit putih sebagai peluruh urin dan untuk mengetahui kadar perbedaan NaCl sebelum dan sesudah minum rebusan jahe merah – kunyit putih. Pengujian dilakukan dengan pemberian rebusan jahe merah – kunyit putih sebanyak 1 gelas (250 ml) perhari selama 5 hari. Menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan pre-tes post-test. Analisis data menggunakan perhitungan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian rebusan jahe merah – kunyit putih berkhasiat sebagi peluruh urin, yang ditandai dengan meningkatnya intensitas pengeluaran urin, pH urin dan Kadar NaCl urin, serta warna urin yang semakin muda dan jernih.Kata kunci: rebusan jahe merah – kunyit putih, peluruh urin
analisis kadar protein dan vitamin c pada sambal-ikan sebelum dan sesudah diolah Aisyi, Dinda Rohadatul; Santoso, Hari; Lisminingsih, Ratna Djuniwati
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i1.2957

Abstract

Fish-Chili- sauce processed by a mixture of cayenne pepper (Capsicum frutescens), tomatoes (Lycopersicum esculentum) and Deles fly fish (Decapterus macrosoma) as fast-food sources of protein that is favored by the public. The purpose of this study are to determine the protein and vitamin C levels of fish-chili-sauce before and after processing. The research method are used completely randomized design with two treatments, namely treatment 1 measured levels of protein and vitamin C before processing; treatment 2 measures the levels of protein and vitamin C after processing. The protein test was performed using the Kjeldahl method with a Spectrophotometer Technique. Vitamin C testing uses the Iodimetry method. The results showed that protein levels of fish before processing = 19.31% and = 20.24 mg/100g of vitamin C. After processing the fish protein content  = 15.63% and = 16.28 mg/100g of vitamin C levels. Decreased fish protein levels and vitamin C levels were thought to be due to the length of processing time. The results of the analysis of the T-Test Pairs showed that there are no significant difference in the protein content of fish-chili-sauce before and after processing, but it tended to decrease. The results of the analysis of the Pairs T-Test showed that there are significant differences in the levels of vitamin C of fish-chili-sauce before and after processing.ABSTRAKSambal-ikan hasil olahan campuran cabai rawit (Capsicum frutescens), tomat (Lycopersicum esculentum) dan ikan layang Deles (Decapterus macrosoma) sebagai sumber protein cepat saji yang digemari oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar protein dan vitamin C sambal-ikan sebelum dan sesudah diolah. Metode penelitian di gunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan 1 mengukur kadar protein dan vitamin C sebelum diolah; perlakuan 2 kadar protein dan vitamin C sesudah diolah. Uji protein dilakukan menggunakan metode Kjeldahl dengan Teknik Spektrofotometer. Uji vitamin C menggunakan metode Iodimetri. Hasil penelitian menunjukkan kadar protein 19,31% dan kadar vitamin C 20,24 mg/100g. 15,63%. dan kadar vitamin C16,28 mg/100g. Penurunan kadar protein ikan dan kadar vitamin C diduga karena lamanya waktu proses pengolahan. Hasil analisi uji T-Test Pairs menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar protein sambal-ikan sebelum dan sesudah diolah, namun cenderung mengalami penurunan. Hasil analisis uji T-Test Pairs menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kadar vitamin C sambal-ikan sebelum dan sesudah diolah.
Uji Rendemen Nira dan Gula Semut Aren (Arenga pinnata Merr.) Hasil Penyadapan Pagi dan Sore Hari dengan Instrumen Refraktometer Maghfirah, Inayatul; Santoso, Hari; Syauqi, Ahmad
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i1.2959

Abstract

Enau (sugar palm) trees are multi-use plants and almost all parts of the plant can be used for human needs. The nira of sugar palm (legen or saguer) can be processed into palm sugar. The purpose of this study was to measure rendemen nira and palm sugar from the results of tapping in the morning and evening. The research method uses survey by measuring the pH and volume of nira that obtained in the morning and evening and directly processing it into palm sugar. The results of the study showed the morning tapping,  temperature =  , the rendemen of palm sugar = 11.50% and the water content of palm sugar = 4.05%. In the evening tapping,   temperature = , pH nira of palm sugar = 6,3, the rendemen of palm sugar = 11.48% and the water content of palm sugar = 3.57%. The results of the t-test pairs analysis were obtained P temperature = 0.041 ˃ 0.025, P pH  nira of sugar palm = 0.134 ˃ 0.025, P brix nira of sugar palm = 0.557 ˃ 0.025, P rendemen of palm sugar = 0.975 ˃ 0.025 and P water content of palm sugar = 0.975 0.025. There were no significant difference from nira of palm sugar produced by tapping morning and evening. ABSTRAKPohon Enau (Aren) tanaman multi guna dan hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Nira aren (legen atau saguer) dapat diolah menjadi gula semut. Tujuan penelitian ini untuk mengukur rendemen nira dan rendemen gula semut dari hasil penyadapan pagi dan sore hari. Metoda penelitian menggunakan survey dengan mengukur pH dan volume nira yang didapat pagi hari dan sore hari serta langsung mengolahnya menjadi gula semut. Hasil penelitian menunjukkan pada penyadapan pagi hari ,   ,  rendemen gula semut = 11,50 % dan kadar air gula semut = 4,05%. Pada penyadapan sore hari ,   ,  rendemen gula semut = 11,48 % dan kadar air gula semut = 3,57%. Hasil analisis uji t-Test Pairs diperoleh P suhu = 0,041 ˃ 0,025, P pH nira aren = 0,134 ˃ 0,025, P brix nira aren= 0,557 ˃ 0,025, P rendemen gula semut = 0,975 ˃ 0,025 dan P kadar air gula semut = 0,975 ˃ 0,025. Tidak ada perbedaan yang nyata dari nira aren hasil penyadapan pagi dan sore hari.Kata kunci: Rendemen, Nira, Aren, Gula semut
Efek Daun Picung (Pangium edule Rewind.) sebagai Pengawet Alami terhadap Kadar Protein Total Ikan Nila (Oreochromis sp) Segar Utami, Ade Ratna; Santoso, Hari; Syauqi, Ahmad
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i1.3325

Abstract

Tilapia (Oreochromis sp) is one group of fish that has high economic value. Tilapia contains protein that is easy to lysis, quickly undergoes a process of decay (perishable food). Alternatively the preventing process of preserving fish with natural ingredients is Picung leaves. The aim of study was to compare the levels of protein of fresh Tilapia before preserving with Tilapia preserved with Picung leaves (Pangium edule Rewins.) at concentrations of 5 %. This research method uses experiment with the purposive sampling with complete randomized analysis, using temperature and preservation factors with each treatment, namely 6 replications. Temperature factor that is using room temperature 28o C and temperature 18o C ( in refrigerator) and the preservation time factor is 0 hours, 12 hours, 24 hours, 36 hours, and 48 hours. Protein determination used spectrophotometric Kjedhal modification methods. The results of the average protein content of fresh Tilapia before being preserved are 19.93 %, the average protein of Tilapia is preserved at 28oC which is 13.59% and the average protein of Tilapia is preserved at 18oC which is 15.07%. The average protein of Tilapia was preserved for 12 hours, 24 hours, 36 hours and 48 hours, namely 13.22%, 13.88%, 12.78% and 11,83%. The research data was analysed by ANOVA test with result Fs Faktor A> F0.05 (1,50), meaning that there is a real effect caused by factor A (temperature factor). Fs Faktor B > F0.05 (4,50),meaning that there is real effect caused factor B (preservation time).Keywords: Tilapia, Protein, Picung Leaves and Natural PreservativeABSTRAKIkan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu kelompok ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan Nila mengandung protein yang mudah lisis cepat mengalami proses pembusukan (perishable food). Alternatif mencegah proses tersebut dilakukan pengawetan ikan dengan bahan alami seperti daun picung. Tujuan penelitian  yaitu membandingkan kadar protein ikan Nila segar sebelum diawetkan dan setelah diawetkan dengan daun picung (Pangium edule Rewins.) pada konsentrasi 5%. Metoda penelitian ini menggunakan percobaan dengan purposive sampling. Rancangan acak lengkap, mengunakan faktor suhu dan waktu pengawetan dengan masing-masing perlakuan yaitu 6 ulangan . Faktor suhu yaitu menggunakan suhu ruang 28o C dan suhu 18o C (dalam kulkas) dan faktor waktu pengawetan yaitu 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Penentuan protein mengunakan metode modifikasi kjedhal spektofotometri.  Hasil rerata kadar protein ikan Nila segar sebelum diawetkan yaitu 19.93%, rerata ikan Nila yang diawetkan  pada suhu 28o C yaitu 13.59 % dan rerata kadar protein ikan Nila yang diawetkan pada suhu 18o C yaitu 15.07%. Rerata protein ikan Nila yang diawetkan selama 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 berurutan yaitu 13.22%, 13.88%, 12.78% dan 11.83%. Data penelitian ini dianalisa dengan uji Anova dengan hasil  Fs Faktor A > F0.05 (1,50), artinya terdapat efek yang nyata ditimbulkan oleh faktor A (faktor suhu). Nilai Fs Faktor B  > F0.05 (4,50) , artinya terdapat efek yang nyata ditimbulkan oleh faktor B( waktu pengawetan).Kata Kunci: Ikan Nila, Protein, Daun Picung, Pengawet Alami
Efek Daun Picung (Pangium edule Reinw) sebagai Pengawet Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Fauzilah, Isma; Santoso, Hari; Zayadi, Hasan
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i1.3326

Abstract

Red tilapia fish are one of the types of fish in fresh water cultivation by having good enough prospects to be developed. In the effort of processing and preserving fish in order to improve the quality of power as well as durable a product of fisheries post-harvest done at various events. It is generally performed by the society amongst others with low temperature, high temperature, fermentation or formalin. This research aims to know the influence of leaf picung on temperature and long preservation against organ changes eyes, gills, the texture and the smell of red tilapia fish. In the method this research uses experimental on the 4 treatment and 5 of repetition by observing organ eyes, gills, texture and smell. Data analysis techniques using friedman test followed by multiple comparison test. Based on the results of the research, leaves stew picung effect on temperature and long preservation in reduction organoleptic red tilapia fish. Organoleptic reduction on red tilapia fish known from the is eyeballs are sunken with a cloudy cornea and his pupils are grayish, the gills are gray accompanied by clotted brown mucus, the texture is rather soft with a little less elastic, it smells very foul. Long preservation of the slowest on the red tilapia fish soaked with the decoction of leaves picung with temperatures of 18 oC goes up to 56 hours.Keywords: Red tilapia fish, Leaf picung, Preserving, OrganolepticABSTRAKIkan nila merah adalah salah satu dari jenis ikan pada budidaya air tawar dengan memiliki prospek yang cukup baik untuk dapat dikembangkan. Dalam usaha pengolahan dan pengawetan ikan guna meningkatkan kualitas serta daya awet suatu produk perikanan pada pasca panen dilakukan berbagai acara. Umumnya yang dilakukan oleh masyarakat antara lain dengan suhu rendah, suhu tinggi, fermentasi atau formalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daun picung pada suhu dan lama pengawetan terhadap perubahan organ mata, insang, tekstur dan bau ikan nila merah. Metode pada penelitian ini menggunakan eksperimen pada 4 perlakuan dan 5 ulangan dengan mengamati organ mata, insang, tekstur dan bau. Teknik analisis data menggunakan uji friedman dilanjut dengan uji perbandingan ganda. Berdasarkan hasil penelitian rebusan daun picung berpengaruh terhadap suhu dan lama pengawetan pada penurunan mutu organoleptik ikan nila merah. Penurunan mutu organoleptik pada ikan nila merah dapat diketahui dari bola matanya cekung dengan kornea keruh dan pupilnya keabu-abuan, insangnya berwarna abu-abu disertai lendir coklat yang bergumpal, teksturnya agak lunak dengan sedikit kurang elastis, baunya sangat busuk. Lama pengawetan yang paling lambat pada ikan nila merah direndam dengan rebusan daun picung dengan suhu 18 oC bertahan hingga 56 jam. Kata kunci: Ikan nila merah, Daun picung, Pengawetan, Organoleptik
Pengaruh Biji Picung Muda (Pangium edule Reinw) sebagai Pengawet Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Mariyana, Mariyana; Santoso, Hari; Zayadi, Hasan
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i1.3328

Abstract

The most popular fish farmers in Indonesia are tilapia. A decreasing in physical quality of fish after approximately 2 hours of death. The fish can be guaranteed the quality of freshness with preservation. Some people still use preservation by cooling, drying, fumigating, salting and even the formalin substances. This research use natural preservation that use young seed of Picung (Pangium edule Reinw). The aim of research was to determine the effect of the covered pasta duration as a natural preservative against the ratio freshness of red tilapia (Oreochromis niloticus) meat in each treatment. This study used an experimental method consist four treatment; first, without covered pasta at 26 and 18 oC. The second,  the 3 mm of covered pasta of fish at 26 and 18 oC. The assessment of physical appearance performed by organoleptic scoring of fresh fish and Friedman test. The results of this study indicate that red tilapia which is covered with 3mm thickness of Picung young seeds with a refrigerator temperature of 18˚C has score value of the average; eye 6.93, gills 7.68, smell 7.77 and texture 8.5 with at long time fresh of 168 hours.Keywords: organoleptic, covered pasta, long time fresh ABSTRAKBudidaya ikan di Indonesia paling banyak diminati adalah ikan nila. Ikan mengalami penurunan kualitas secara fisik setelah kurang lebih 2 jam setelah kematiannya. Ikan dapat terjamin kualitas kesegarannya usaha yang dilakukan adalah pengawetan. Beberapa masyarakat masih menggunakan pengawetan dengan metode pendinginan, pengeringan, pengasapan, penggaraman dan bahkan formalin. Penelitian ini menggunakan pengawetan secara alami, yaitu pemberian lumuran pasta biji picung mudah (Pangium edule Reinw). Tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu pelumuran pasta sebagai pengawet alami terhadap rasio kesegaran daging ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada setiap perlakuan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, ada empat perlakuan pertama yaitu ikan nila merah tanpa diberi pelumuran pada suhu 26˚C dan 18˚C. Kedua ikan nila merah dilumuri biji picung halus setebal 3 mm pada suhu 26˚C dan 18˚C. Penilaian kenampakan secara fisik dilakukan dengan scoring organoleptik ikan segar dan uji Friedman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ikan nila merah yang dilumuri oleh biji picung muda ketebalan 3mm dengan suhu pendingin 18˚C memiliki skor nilai rata-rata mata 6,93, insang 7,68, bau 7,77 dan tekstur 8,5 dengan lama waktu simpan selama 168 jam.Kata kunci: organoleptik, lumuran pasta, lama waktu segar