Claim Missing Document
Check
Articles

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat, N-Heksan dan Air Daun Bidara Arab (Ziziphus spina-christi L.) Dengan Metode DPPH (1,1 Difenil-2-pikrihidrazil) Nabila Felisha; Thyazen Alhakimi; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.9048

Abstract

Abstract. Arabian Jujube (Ziziphus spina-christi L.) is a plant with potential antioxidant activity due to the presence of secondary metabolites, namely phenols and flavonoids. This study aims to test the antioxidant activity of the ethyl acetate, n-hexane, and water fractions of Arabian jujube leaves using the DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl) method. The leaves of Arabian jujube were extracted using 96% ethanol as a solvent and then fractionated using ethyl acetate, n-hexane, and water solvents. The antioxidant activity of the three fractions was tested using the DPPH method. Extracts and fractions showing significant antioxidant activity were further subjected to quantitative analysis.The results showed that the ethyl acetate fraction of Arabian jujube leaves exhibited the highest antioxidant activity with an IC50 value of 30.238 ppm, followed by the n-hexane fraction with 303.24 ppm, and the water fraction with 404.145 ppm. Quantitative analysis revealed that the total phenol content in the ethyl acetate fraction was 71.261 mg GAE/g, in the n-hexane fraction was 13.380 mg GAE/g, and in the water fraction was 1.163 mg GAE/g. Furthermore, the total flavonoid content in the ethyl acetate fraction was 11.192 mg GAE/g, in the n-hexane fraction was 2.192 mg GAE/g, and in the water fraction was 5.150 mg GAE/g. Based on the findings of this study, it can be concluded that the ethyl acetate, n-hexane, and water fractions of Arabian jujube leaves have the potential as a source of antioxidants. The ethyl acetate fraction showed the strongest antioxidant activity. These results demonstrate the potential use of Arabian jujube leaves as a natural ingredient for the development of antioxidant products. Keywords: Arabian jujube leaves, antioxidant, DPPH, ethyl acetate fraction, n-hexane fraction, water fraction, total phenols, total flavonoid Abstrak. Bidara Arab (Ziziphus spina-christi L.) adalah tanaman yang memiliki potensi aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu fenol dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dari fraksi etil asetat, n-heksan, dan air daun bidara Arab menggunakan metode DPPH (1,1 Difenil-2-pikrihidrazil). Daun bidara Arab diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% dan kemudian difraksinasi menggunakan pelarut etil asetat, n-heksan, dan air. Aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH. Ekstrak dan fraksi yang menunjukkan aktivitas antioksidan yang signifikan dilanjutkan dengan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun bidara Arab memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 30,238 ppm diikuti oleh fraksi n-heksan sebesar 303,24 ppm dan fraksi air sebesar 404,145 ppm Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa kandungan total fenol dalam fraksi etil asetat adalah 71,261 mg GAE/g, fraksi n-heksan adalah 13,380 mg GAE/g, dan fraksi air adalah 1,163 mg GAE/g, kemudian hasil penelitian ini menunjukan bahwa kandungan total flavonoid dalam fraksi etil asetat adalah 11,192 mg GAE/g, fraksi n-heksan adalah 2,192 mg GAE/g, dan fraksi air adalah 5,150 mg GAE/g. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat, n-heksan, dan air daun bidara Arab memiliki potensi sebagai sumber antioksidan. Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling kuat,Hasil ini menunjukkan potensi penggunaan daun bidara Arab sebagai bahan alami untuk pengembangan produk antioksidan. Kata Kunci: Daun bidara Arab, antioksidan, DPPH, fraksi etil asetat, fraksi n-heksan, fraksi air, fenol total, flavonoid total
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica (L.) Less) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI (Streptococcus mutans) salma rahmawati; Vinda Maharani Patricia; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.9139

Abstract

Abstract. Dental caries is one of the disease that occur in the oral cavity and can lead to an excessive increase in bacteria within the untreated oral cavity. The main bacteria responsible for causing dental caries is Streptococcus mutans. This aims of this study is ti determine the antibacterial activity to ethanol extract from beluntas leaves against Streptococcus mutans bacteria. The antibacterial testing method employed was the agar diffusion method with various concentration variations. The results of the testing revealed that the test extract could inhibit Streptococcus mutans bacteria within the concentration range of 40-100 % (w/v), with the highest inhibitory effect observed at 100% concentration, yielding a diameter of 23,25 mm. Abstrak. Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang terjadi di rongga mulut yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah bakteri yang berlebih di dalam rongga mulut yang tidak terawat. Bakteri yang berperan utama dalam menyebabkan karies gigi yaitu Streptococcus mutans. Penelitian ini dilakukan bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun beluntas terhadap bakteri Streptococcus mutans. Metode pengujian antibakteri yang dilakukan adalah menggunakan metode difusi agar sumuran dengan berbagai variasi konsentrasi. Hasil pengujian didapatkan pada ekstrak uji dapat menghambat bakteri Streptococcus mutans pada rentang konsentrasi 40-100% (b/v) dengan daya hambat paling besar didapatkan oleh konsentrasi 100% dengan diameter 23,25 mm.
KARAKTERISASI DAN PENAPISAN FITOKIMIA SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEJI BELING (Strobilanthes crispa (L.) Blume) Agung Gunawan; Vinda Maharani Patricia; Yani Lukmayani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.9163

Abstract

Abstrak. Salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional dalam pencegahan dan pengobat suatu penyakit yaitu tanaman keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakterisasi simplisia dan apa saja metabolit sekunder yang terkandung pada simplisia maupun ekstrak daun keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume). Metode karakterisasi meliputi penetapan kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar air, susut pengeringan, kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam. Skrining fitokimia pada simplisia maupun ekstrak etanol daun keji beling dilakukan dengan metode kualitatif menngunakan pereaksi spesifik. Hasil penelitian ini diperoleh hasil kadar sari larut air 6,86%, kadar sari larut etanol 17%, kadar abu total 17,75%, kadar abu tidak larut asam 3,35%, kadar air 9,5%, susut pengeringan 9,83% dan bobot jenis ekstrak 1,03 gr/mL. skrining fitokimia simplisia dan ekstrak menunjukkan bahwa daun keji beling mengandung senyawa golongan polifenol, flavonoid, kuinon dan tanin. Kata Kunci: Strobilanthes crispa (L.) Blume, parameter spesifik, skrining fitokimia Abstract. One of the plants that is often used as traditional medicine in the prevention and treatment of a disease is the vile shard plant (Strobilanthes crispa (L.) Blume). The purpose of this study was to determine the characterization of simplicia and what secondary metabolites were contained in both simplicia and keji shard leaf extract (Strobilanthes crispa (L.) Blume). The characterization method includes determination of water soluble extract, ethanol soluble extract, moisture content, drying shrinkage, total ash content and determination of acid insoluble ash content. Phytochemical screening of simplicia and ethanol extract of keji shard leaves was carried out using a qualitative method using specific reagents. The results of this study showed that the water-soluble extract content was 6.86%, the ethanol-soluble extract content was 17%, the total ash content was 17.75%, the acid-insoluble ash content was 3.35%, the water content was 9.5%, the drying shrinkage was 9, 83% and the specific gravity of the extract is 1.03 gr/mL. Phytochemical screening of simplicia and extracts showed that keji shard leaves contain polyphenols, flavonoids, quinones and tannins. Keywords: Strobilanthes crispa (L.) Blume, specific parameters, phytochemical screening
Potensi Kombinasi Ekstrak Spirulina (Spirulina Platensis) Dan Biji Kopi Hijau Robusta (Coffea Canephora Pierre Ex A. Froehner) Yang Diformulasikan Menjadi Masker Peel Off Sebagai Antibakteri Dan Antioksidan Wafiq Nur Azizah; Indra Topik Maulana; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.9495

Abstract

Abstrak. Salah satu penyebab timbulnya jerawat adalah adanya bakteri Propionibacterium acnes sehingga terjadi inflamasi. Selain itu, stress oksidatif dapat memperparah inflamasi. Sehingga dibutuhkan suatu sediaan kosmetika wajah yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi sediaan masker peel off yang mengandung kombinasi ekstrak mikroalga hijau biru (Spirulina platensis) dengan biji kopi hijau robusta (Coffea canephora) sebagai antibakteri dan antioksidan serta memperoleh KHM dan IC50 nya. Penelitian diawali dengan penetapan karakterisasi simplisia dan ekstrak, kemudian dilakukan penapisan fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa yang terkandung di dalam simplisia dan ekstrak, selanjutnya simplisia diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil Pengujian aktivitas antibakteri terhadap P. acnes dengan metode difusi agar sumuran diperoleh nilai konsentrasi hambat minimun (KHM) ekstrak S. platensis yaitu pada konsentrasi 50%= 11,23 mm, pada ekstrak C. canephora yaitu konsentrasi 10%= 10,25 mm, hasil terbaik dari kombinasi ekstrak diperoleh pada perbandingan 1:2 (S. platensis : C. canephora) yaitu 26,20 mm, sedangkan hasil pengujian pada sediaan masker peel off tidak menunjukkan adanya diameter hambat. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, pada ekstrak S. platesis diperoleh nilai IC50 yaitu 155,017 ppm, pada ekstrak C. canephora 78,33 ppm dan pada sediaan masker peel off 263,495 ppm. Sediaan masker peel off memiliki warna coklat pekat, bau yang khas dan kental. Abstract. One of the causes of acne is the presence of Propionibacterium acnes bacteria, which leads to inflammation. In addition, oxidative stress can worsen inflammation. Therefore, a facial cosmetic preparation is needed that acts as an antibacterial and antioxidant. This research was conducted to determine the potential of a peel-off mask preparation containing a combination of green-blue microalgae extract (Spirulina platensis) and green beans robusta coffee (Coffea canephora) as antibacterial and antioxidant agents, as well as to obtain their minimum inhibitory concentration (MIC) and IC50 values. The study began with the characterization of the simplicia and extract, followed by phytochemical screening to identify the compounds contained in the simplicia and extract. Subsequently, the simplicia was extracted using the maceration method with 96% ethanol as the solvent. The results of the antibacterial activity test against P. acnes using the agar well diffusion method obtained the minimum inhibitory concentration (MIC) values of 11.23 mm for S. platensis extract at a concentration of 50% and 10.25 mm for C. canephora extract at a concentration of 10%. The best result from the combination of extracts was obtained at a ratio of 1:2 (S. platensis: C. canephora), which was 26.20 mm. However, the testing of the peel-off mask preparation did not show any inhibitory diameter. The antioxidant activity test using the DPPH method resulted in an IC50 value of 155.017 ppm for S. platensis extract, 78,33 ppm for C. canephora extract, and 263.495 ppm for the peel-off mask preparation. The peel-off mask preparation has a dark brown color, a distinct smell, and a thick consistency.
Karakterisasi Tiga Jenis Simplisia Jahe yang Tumbuh di Jawa Barat Medina Raudhatul Jannah; Vinda Maharani Patricia; Thyazen Abdo Al - Hakimi
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.13899

Abstract

Abstract. Emprit ginger (Zingiber officinale var. Amarum), elephant ginger (Zingiber officinale var. Rosc), and red ginger (Zingiber officinale var. sunti Valeton) are notable biopharmaceutical plants from Indonesia, recognized in the export market and extensively utilized in the production of natural medicines. Consequently, it is essential to ensure the quality of raw materials, including simplicia and extracts, to uphold the standards of natural medicinal products. This study aims to evaluate the characteristics of simplicia and extracts derived from emprit ginger (Zingiber officinale var. Amarum), elephant ginger (Zingiber officinale var. Rosc), and red ginger (Zingiber officinale var. sunti Valeton) sourced from West Java. This research is an experimental design, focusing on quantitatively determining the characteristics of simplicia and extracts.. The results of the study showed consecutive results for emprit ginger (Zingiber officinale var. Amarum) that are water-soluble essence content (17.56%, 20.14%, 17.84%), ethanol-soluble essence content (17.08%, 16.96%, 16.04%), water content (8.90%, 8.40%, 8.90%), total ash (4.10%, 4.01%, 4.74%), acid insoluble ash content (1.46%, 1.95%, 0.60%), loss of drying (7.57%, 7 .76%, 7.89%), yield extract (7.75%, 8.79%, 21.51%), and specific gravity (0.84%, 0.83%, 0.84%). In conclusion, samples of emprit ginger (Zingiber officinale var. Amarum), elephant ginger (Zingiber officinale var. Rosc), and red ginger (Zingiber officinale var. sunti Valeton) have satisfied the quality standards for simplicia and extracts following Farmakope Herbal Indonesia 2017. Abstrak. Jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum), jahe gajah (Zingiber officinale var. Rosc.), dan jahe merah (Zingiber officinale var. sunti Valeton) merupakan tanaman biofarmaka asal Indonesia yang dikenal luas di pasar ekspor dan banyak digunakan dalam pembuatan obat bahan alam. Oleh karena itu, mutu bahan baku termasuk simplisia dan ekstrak harus terjamin untuk menjaga kualitas produk obat bahan alam. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik simplisia dan ekstrak jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum), jahe gajah (Zingiber officinale var. Rosc), dan jahe merah (Zingiber officinale var. sunti Valeton) yang berasal dari Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, di mana karakteristik simplisia dan ekstrak ditentukan secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan hasil berturut-turut untuk jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum), jahe gajah (Zingiber officinale var. Rosc.), dan jahe merah (Zingiber officinale var. sunti Valeton) yaitu kadar sari larut air (17,56%, 20,14%, 17,84%), kadar sari larut etanol (17,08%, 16,96%, 16,04%), kadar air (8,90%, 8,40%, 8,90%), kadar abu total (4,10%, 4,01%, 4,74%), kadar abu tidak larut asam (1,46%, 1,95%, 0,60%), susut pengeringan (7,57%, 7,76%, 7,89%), rendemen ekstrak (7,75%, 8,79%, 21,51%), dan bobot jenis (0,84%, 0,83%, 0,84%). Kesimpulannya sampel jahe (Zingiber officinale var. Amarum), jahe gajah (Zingiber officinale var. Rosc), dan jahe merah (Zingiber officinale var. sunti Valeton) telah memenuhi mutu simplisia dan ekstrak sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia 2017.
Aktivitas Antioksidan pada Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Livi Kharisma Wibawa; Vinda Maharani Patricia; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.13911

Abstract

Abstract. Degenerative diseases are caused by highly reactive free radicals. This free radical activity can be inhibited by antioxidant compounds. Antioxidants are substances necessary for the body to neutralize free radicals, compensating for the lack of electrons in free radicals, inhibiting the chain reaction of free radical formation, and preventing free radicals from damaging normal cells. The noni plant (Morinda citrifolia L.) has the potential to exert antioxidant effects by reducing the concentration of free radicals in the body and contains many flavonoids that may be useful as antioxidants. The research aims to determine the potential antioxidant activity of the noni plant (Morinda citrifolia L.) and its active compounds. The research method used is a systematic literature review (SLR). The results of this study showed that the tested parts of the Noni plant were the fruits, seeds, leaves and bark, which had the potential to have antioxidant activity using the DPPH, FRAP and ABTS antioxidant test methods. Through the DPPH testing method, the parts of the plant that have the strong activity for the best antioxidant can be found in the fruit. Abstrak. Penyakit degeneratif disebabkan oleh radikal bebas yang sangat reaktif. Aktivitas radikal bebas ini dapat dihambat oleh senyawa antioksidan. Antioksidan adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menetralisir radikal bebas dengan mengisi kembali kekurangan elektron pada radikal bebas, menghambat reaksi berantai pembentukan radikal bebas, dan mencegah kerusakan sel normal akibat radikal bebas. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) berpotensi menunjukkan aktivitas antioksidan dengan menurunkan konsentrasi radikal bebas pada tubuh, dan banyak mengandung flavonoid yang dapat bermanfaat sebagai zat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antoksidan pada tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.), serta mengetahui senyawa aktifnya. Metode penelitian yang digunakan adalah Systematic Literature Review (SLR). Hasil penelitian ini diperoleh bagian tanaman mengkudu yang sudah diteliti yaitu buah, biji, daun dan kulit yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pengujian antioksidan DPPH, FRAP dan ABTS. Dari bagian tanaman tersebut, yang paling berpotensi memiliki aktivitas antioksidan paling kuat terdapat pada bagian buah dengan menggunakan metode pengujian DPPH.
Tumbuhan yang Berpotensi terhadap Mortalitas Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis) Desma Nova Diana; Yani Lukmayani; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.13920

Abstract

Abstract. Pediculosis is an ectoparasitic disease of the hair or scalp that occurs due to parasitic infestation in the form of lice, which has become one of the world's health problems. Head lice control relies on the repeated use of chemicals at very low levels (around 1%) because they have a narrow safety margin. The use of these low levels contributes to the emergence of head lice resistance to drugs, but increasing the dose of drugs can cause poisoning in patients. The method used is Systematic Literature Review, which is by searching for research articles in publishers and then analyzing based on inclusion and exclusion criteria. This literature study aims to assess the potential of various plant extracts and essential oils that have pediculocidal activity with test parameters in the form of LC50 values to determine the toxicity category of materials against head lice. The water extract of the Vitex negundo plant has the highest level of toxicity against head lice within 24 hours of testing. The methanol extract of Rhinacanthus nasutus has the highest toxicity in the testing time for 4 hours, and the ethanol extract of Illicium verum has the highest toxicity in the testing time for 1 hour, and the essential oil of Garcinia dulcis combined with Citrus aurantium has the highest toxicity in the testing time for 10 minutes. Abstrak. Pedikulosis merupakan suatu penyakit ektoparasit pada rambut atau kulit kepala yang terjadi akibat adanya infestasi parasit berupa kutu yang menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia. Pengendalian kutu rambut bergantung pada penggunaan berulang bahan kimia dalam kadar yang sangat rendah (sekitar 1%) karena memiliki batas keamanan yang sempit. Penggunaan dalam kadar rendah ini berkontribusi terhadap munculnya resistensi kutu rambut terhadap obat, namun peningkatan dosis obat dapat menyebabkan keracunan pada penderita. Metode yang digunakan berupa Systematic Literature Review (SLR) yaitu dengan melakukan pencarian artikel penelitian pada publisher dan kemudian dianalisis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Studi literatur ini bertujuan untuk mengkaji potensi berbagai ekstrak dan minyak atsiri tumbuhan yang memiliki aktivitas pedikulosida dengan parameter uji berupa nilai LC50 untuk mengetahui kategori toksisitas dari bahan terhadap kutu rambut. Pada ekstrak air tumbuhan Vitex negundo memiliki tingkat toksisitas tertinggi terhadap kutu rambut dalam waktu pengujian selama 24 jam. Pada ekstrak metanol Rhinacanthus nasutus memiliki toksisitas paling tinggi dalam waktu pengujian selama 4 jam, dan pada ekstrak etanol Illicium verum memiliki toksisitas tertinggi dalam waktu pengujian selama 1 jam, dan pada minyak atsiri Garcinia dulcis yang dikombinasi dengan Citrus aurantium memiliki toksisitas paling tinggi dalam waktu pengujian selama 10 menit.
Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Air dari Beras (Oryza sativa L.), Kencur (Kaempferia galanga L.) dan Serai Dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) Tri Ayu Febrianti; Vinda Maharani Patricia; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.14076

Abstract

Abstract. Characterization is the first step or part of the standardization process which includes several important parameters to ensure the quality, safety and benefits of the materials used. The purpose of this study is to determine the characterization of simplisia and water extracts from rice (Oryza sativa L.), kencur (Kaempferia galanga L.) and lemongrass (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf). This research is an experimental study conducted at the Pharmaceutical Research Laboratory of the Islamic University of Bandung. Characterization of the resulting simplisia, namely in organoleptic testing of rice, kencur and lemongrass samples in the form of dry powder; rice is white, kencur and lemongrass are brown; rice is odorless, kencur and lemongrass have a distinctive odor. The average results of the determination of water soluble extract content obtained are 1.9825% rice; 18.8260% kencur and 21.2206% lemongrass. The average results of the determination of ethanol soluble extracts obtained are rice 0.7326%; kencur 20.5859% and lemongrass 23.0706%. The results of determining the moisture content obtained are rice 7.5749%; kencur 5.5868% and lemongrass 5.3930%. The results of the determination of drying shrinkage obtained are rice 10.8105%; kencur 10.8383% and lemongrass 5.5211%. The results of the determination of total ash content obtained are rice 0.7362%; kencur 7.8902% and lemongrass 9.7618%. The results of the determination of acid insoluble ash content obtained were rice 0.5470%; kencur 2.7379% and lemongrass 2.6813%. Organoleptic testing for the extracts produced, namely for EASD, EABK and EABKSD, has a thick form, brown in color and has a distinctive odor. The results of determining the specific gravity obtained are EASD 1.0174; EABK 1.0075 and EABKSD 1.0131. Abstrak. Karakterisasi merupakan tahapan awal atau bagian dari proses standardisasi yang meliputi beberapa parameter penting untuk menjamin suatu mutu, keamanan serta manfaat bahan yang digunakan. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakterisasi simplisia dan ekstrak air dari beras (Oryza sativa L.), kencur (Kaempferia galanga L.) dan serai dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Riset Farmasi Universitas Islam Bandung. Karakterisasi simplisia yang dihasilkan yaitu pada pengujian organoleptik sampel beras, kencur dan serai dapur memiliki bentuk serbuk kering; beras berwarna putih, sedangkan kencur dan serai dapur berwarna coklat; beras tidak berbau sedangkan kencur dan serai dapur memiliki bau khas. Hasil rata-rata penetapan kadar sari larut air yang didapatkan yaitu beras 1,9825%; kencur 18,8260% dan serai dapur 21,2206%. Hasil rata-rata penetapan kadar sari larut etanol yang didapatkan yaitu beras 0,7326%; kencur 20,5859% dan serai dapur 23,0706%. Hasil penetapan kadar air yang didapatkan yaitu beras 7,5749%; kencur 5,5868% dan serai dapur 5,3930%. Hasil penetapan susut pengeringan yang didapatkan yaitu beras 10,8105%; kencur 10,8383% dan serai dapur 5,5211%. Hasil pada penetapan kadar abu total yang didapatkan yaitu beras 0,7362%; kencur 7,8902% dan serai dapur 9,7618%. Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam yang didapatkan yaitu beras 0,5470%; kencur 2,7379% dan serai dapur 2,6813%. Pengujian organoleptik untuk ekstrak yang dihasilkan yaitu untuk EASD, EABK dan EABKSD memiliki bentuk kental, berwarna cokelat dan memiliki bau khas. Hasil penetapan bobot jenis yang didapatkan yaitu EASD 1,0174; EABK 1,0075 dan EABKSD 1,0131.
Karakterisasi Simplisia Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Varietas Vorstenlanden Dhea Khairunnisa Az-zahra; Vinda Maharani Patricia; Farendina Suarantika
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.14911

Abstract

Abstract. Tobacco (Nicotiana tabacum L.) is one of the plants with high commercial value in the industrial sector. This research aims to characterize the Vorstenlanden variety of tobacco leaves to identify the distinctive features of this variety and compare them with the standards outlined in SNI-01-0612-1989 concerning tobacco quality. The methodology used includes organoleptic observations, determination of moisture content, total ash content and acid-insoluble ash, water-soluble and ethanol-soluble extractives, and drying loss. The research results indicate that characterization parameters such as moisture content and ash content do not comply with SNI-01-0612-1989 standards for tobacco quality. The moisture content obtained was 6.00%, while the standard for tobacco leaf moisture content is in the range of 13-20%. The total ash content obtained was 19.52%, whereas the standard for total ash content in tobacco leaves is not more than 16%. Abstrak. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai jual yang tinggi di aspek industri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan proses karakterisasi daun tembakau varietas Vorstenlanden untuk mengetahui ciri khas varietas tersebut, serta membandingkan dengan standar yang tertera pada SNI-01-0612-1989 tentang mutu tembakau. Metodologi yang digunakan meliputi pengamatan organoleptis, penetapan kadar air, kadar abu total dan tidak larut asam, kadar sari larut air dan larut etanol, serta susut pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter karakterisasi seperti kadar air dan kadar abu tidak sesuai dengan SNI-01-0612-1989 tentang mutu tembakau. Nilai kadar air yang didapatkan adalah sebesar 6,00%, sementara itu standar untuk kadar air daun tembakau berada pada rentang 13-20%. Nilai kadar abu total yang di dapatkan adalah sebesar19,52%, sementara itu standar untuk kadar abu total daun tembakau adalah tidak lebih dari 16%.
Potensi Antijerawat Tujuh Jenis Tumbuhan yang Ada di Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Indonesia Mila Apriyani; Esti Rachmawati Sadiyah; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15032

Abstract

Abstract. The Baduy tribe utilizes a variety of local plants for traditional medicine, including seven species used to treat acne, namely Jamaica cherry, bilimbi, gotu kola, purple nutsedge, Red ginger, Bengal ginger, and tamarind. The purpose of this study was to examine the parts of the plant that are used as anti-acne, examine what groups of compounds contained in plants that have anti-acne activity, and examine the mechanism of action as anti-acne. The method used in this research was Systematic Literature Review (SLR) method. Journal articles used in this study were collected from PubMed, Google Scholar, Wiley and Sciencedirect databases. The result showed that the plant parts that are utilized as anti-acne by the Baduy community include roots, fruits, leaves, and rhizomes. The compound groups identified in tamarind, kersen and teki grass were flavonoids, bangle and red galangal was terpenoids, belimbing wuluh was phenolics, and gotu kola was triterpenoids. The mechanism of action was protein denaturation, affect the integrity of peptidoglycan in the cell wall and disrupt plasma membrane permeability. The seven plants showed good potency as antiacne against acne-causing bacteria such as Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis. Abstrak. Suku Baduy memanfaatkan beragam tanaman lokal untuk pengobatan tradisional, termasuk tujuh spesies yang digunakan untuk mengobati jerawat yaitu kersen, belimbing wuluh, pegagan, rumput teki, lengkuas merah, bangle, dan asam jawa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji bagian tanaman yang dijadikan sebagai antijerawat, mengkaji golongan senyawa apa saja yang terdapat pada tanaman yang memiliki aktivitas antijerawat, dan mengkaji mekanisme kerjanya sebagai antijerawat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Systematic Literatur Review (SLR). Artikel jurnal yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari database PubMed, Google Scholar, wiley dan Sciencedirect. Hasil menunjukkan bahwa bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai antijerawat oleh masyarakat Suku Baduy antara lain akar, buah, daun, dan rimpang. Golongan senyawa yang teridentifikasi pada asam jawa, kersen dan rumput teki yaitu flavonoid, bangle dan lengkuas merah yaitu terpenoid, belimbing wuluh yaitu fenolat, dan pegagan yaitu triterpenoid. Mekanisme kerjanya yaitu mendenaturasi protein, mempengaruhi integritas peptidoglikan pada dinding sel dan mengganggu permeabilitas membran plasma. Ketujuh tanaman tersebut menunjukkan potensi sebagai antijerawat yang cukup baik terhadap bakteri penyebab jerawat seperti Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.