Anhar Solichin
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Departemen Sumberdaya Akuatik Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro

Published : 77 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI DAN PRODUKSI HIU PAHITAN (Alopias superciliosus) DI PERAIRAN SELATAN JAWA TENGAH Anjayanti, Lulu; Ghofar, Abdul; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 2 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.381 KB)

Abstract

ABSTRAK Hiu pahitan (Alopias superciliosus) merupakan salah satu spesies hiu yang terdapat di perairan selatan Jawa Tengah. Di Indonesia umumnya hewan ini sering tertangkap dengan alat tangkap rawai (longline). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur ukuran, Lc50%, hubungan panjang berat, faktor kondisi, nisbah kelamin dan perkembangan produksi A. superciliosus di perairan selatan Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pengambilan sampel menggunakan metode simple sensus sampling yaitu pengambilan sample secara keseluruhan. Data yang digunakan adalah data panjang cagak, berat dan panjang klasper A. superciliosus. Dari hasil penelitian, diperoleh sampel A. superciliosus sebanyak 431 individu, terdiri dari 154 jantan dan 277 betina. Ukuran A. superciliosus yang didapatkan berkisar dari 92 – 211 cm. Meskipun hampir semua ukuran kelas diwakili pada kedua jenis kelamin (jantan dan betina), selang ukuran panjang 150 – 159 cm adalah kelas dengan jumlah tangkapan tertinggi, dan hasil tangkapan terendah pada ukuran kelas terkecil dan ukuran kelas terbesar. Ukuran rata-rata tertangkap (L50%) A. superciliosus jantan adalah 154 cm dan betina adalah 147 cm. Hubungan panjang berat A. superciliosus diperoleh persamaan W = 0,000004FL3,239. Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat pertumbuhan dari A. superciliosus adalah allometrik positif yang berarti pertumbuhan berat lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya. Nilai faktor kondisi A. superciliosus diperoleh  sebesar 1,066 yang berarti A. superciliosus memiliki badan yang kurang pipih. Nisbah kelamin antara jantan dan betina tidak seimbang yaitu 1 : 1,8. Perkembangan produksi A. superciliosus berdasarkan data sekunder selama enam tahun terakhir berfluktuatif. Puncak hasil tangkapan mengalami pergeseran, ada kecenderungan puncak hasil tangkapan terjadi pada bulan April – September. Kata kunci : Hiu pahitan; aspek biologi; produksi; Jawa Tengah                                                                                                  ABSTRACT Bigeye Thresher Shark (Alopias superciliosus) are one of the species of shark found in the southern sea of Central Java. In Indonesia many of these animals are often caught by longline fishing gear. This study aims to determine the size of the structure, Lc50%, weight-length relationship, condition factor, sex ratio and development of production A. superciliosus in southern sea of Central Java. This study used a descriptive method and sampling using simple methods census sampling is the taking of the sample as a whole. The data used is data forked length, weight and clasper length of A. superciliosus. From the research results, obtained samples of A. superciliosus as many as 431 people, consisting of 154 males and 277 females. The size of A. superciliosus obtained ranged from 92 – 211 cm. Although virtually all size classes represented in both sexes (males and females), in the range of sizes 150 – 159 cm is the class with the highest number of catches,  with very few specimens in the smallest and largest size classes. The average size caught (Lc50%) A. superciliosus male is 154 cm and female is 147 cm. A. superciliosus length relationship weight equation W = 0,000004FL3,239. It shows that the growth properties of A. superciliosus is a significant positive allometric weight growth faster than the growth in length. A. superciliosus condition factor value obtained for 1,066 which means A. superciliosus have a less flat body. Sex ratio between males and females are not balanced at 1 : 1.8. Developments A. superciliosus based secondary data for the last six years had been fluctuating. The highlight of the catch-shifted, there is a tendency to peak catches occurred in April – September. Keywords : Bigeye Thresher Shark; biological aspect; production; Central Java
ANALISIS LABA RUGI USAHA PENANGKAPAN KAPAL MINI PURSE SEINE DI PPP TASIKAGUNG REMBANG Analysis Income Statement of the Mini Purse Seine Fishing Business at Tasikagung Fishing Port Rembang Farida, Latiful; Abdul Ghofar, Abdul; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 3 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.471 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i3.24255

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laba rugi usaha penangkapan kapal mini purse seine, sekaligus mengetahui faktor biaya yang berpengaruh terhadap laba rugi usaha. Penelitian dilaksanakan pada Januari – Maret 2019 di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung Rembang. Metode penelitian adalah deskriptif, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data yaitu analisis usaha perikanan tangkap yang menghitung biaya pengeluaran (biaya operasional, biaya tetap, biaya penyusutan, biaya perawatan), pendapatan dan keuntungan. Ukuran GT kapal yang dijumpai pada waktu penelitian yaitu 13 – 30 GT. Hasil analisis biaya diperoleh rata-rata biaya tetap per tahun Rp. 194.847.967. Rata-rata biaya operasional per tahun sebelum penangkapan Rp. 511.099.200 sedangkan pasca penangkapan Rp. 1.142.796.515. Biaya operasional pasca penangkapan meliputi biaya retribusi (3% dari hasil lelang) dan upah ABK (bagi hasil 50% : 50% dari pendapatan bersih dengan juragan). Rata-rata biaya total per tahun Rp. 1.848.743.682. Rata-rata jumlah pendapatan hasil lelang per tahun Rp. 2.692.716.000. Rata-rata keuntungan yang diperoleh per tahun sebesar Rp. 843.972.318. Disimpulkan bahwa usaha penangkapan kapal mini purse seine di PPP Tasikagung Rembang, merupakan usaha yang menguntungkan bagi nelayan. ABSTRACTThe research aims to identify income statement of the mini purse seine fishing business, and to knowing the business cost factors which affects to the business profit/loss. The research was conducted on January - March 2019 at Tasikagung Fishing Port Rembang. The research method was descriptive, used simple random sampling. The data analysis uses analysis of fishing fisheries business, which calculates expense (operational, fixed, maintenance and depreciation costs), total income and profit. The size of the ship encountered with size 13 – 30 Gross Tonage. The results of the cost analysis obtained, average of fixed costs per year 194.847.967 IDR, average of operational costs per year before catch 511.099.200 IDR while post-catch 1.142.796.515 IDR. Post-catch operational costs include retribution fees (3% of auction) and salary of the crew (profit sharing 50% : 50% from net income with the owner). The average of total costs per year 1.848.743.682 IDR. The average of income from auction per year 2.692.716.000 IDR. The average profit per year is 843.972.318 IDR. It was concluded that the fishing business with mini purse seine at Tasikagung Fishing Port Rembang was a profitable business for fishermen.
ANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN KUNIRAN (Upeneus spp) BERDASARKAN JARAK OPERASI PENANGKAPAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI PERAIRAN KABUPATEN PEMALANG Iswara, Kartika Widya; Saputra, Suradi Wijaya; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.301 KB)

Abstract

Ikan Kuniran termasuk ikan demersal dari famili Mullidae yang umumnya ditemukan di laut tropis dan subtropis dan biasanya di daerah sekitar terumbu karang dan sering tertangkap dengan cantrang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi ikan Kuniran; produksi ikan Kuniran berdasarkan jarak operasi penangkapan serta upaya pengelolaan sumberdaya ikan Kuniran di Perairan Pemalang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2014. Metode dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan sampel menggunakan metode penarikan contoh acak sederhana. Dalam penelitian ini diperlukan data primer dan sekunder. Data primer merupakan 10% dari total hasil tangkapan per tabur yang digunakan untuk mengetahui aspek biologi ikan Kuniran sedangkan data sekunder meliputi data produksi ikan Kuniran selama 6 tahun terakhir (2008-2013). Hasil penelitian pada ikan Kuniran untuk seluruh zona struktur ukuran tangkapan berada pada ukuran   77 mm - 172 mm, ukuran rata-rata tertangkap (Lc50%) 117mm. Sifat pertumbuhan zona I yaitu allometrik positif sedangkan  zona II dan III bersifat allometrik negatif dengan nilai Kn pada semua zona berkisar 1,004 - 1,11. Tingkat kematangan gonad ikan Kuniran jantan pada setiap zona didominasi oleh TKG I dan II, nilai korelasi TKG dengan IKG sebesar 0,75 dan TKG ikan Kuniran betina setiap zona didominasi oleh TKG III dan IV, nilai korelasi TKG dengan IKG sebesar 0,90. Ikan Kuniran pertama kali matang gonad (Lm50%) berukuran 124,65 mm dan fekunditas berkisar antara 19.850-92.713 butir. Nilai CPUE  terbesar pada zona II 0,630 kg/tabur. Upaya pengelolaan Ikan Kuniran di Perairan Kabupaten Pemalang dilakukan dengan cara memperbesar mesh size, mengatur daerah penangkapan dan musim penangkapan. Goatfish is one of demersal fish of the family Mullidae are commonly found in tropical and subtropical marine and usually in the area around coral reefs and that is often caught using danish seine. The research was intended to recognize the biological aspects of the goatfish, the production of goatfish based on the fishing interval and the management of the goatfish resource in Pemalang Waters. The research was done in March-April 2014 using survey method. Sample was taken using simple random sampling method. The data used in the research were both primary and secondary data. The primary data was 10% of the total fish caught in every period of fishing to recognize the biological aspect of the goatfish while the secondary data was the production data of goatfish in recent 6 years (2008-2013). The result of the research can be seen as follows: The size of goatfish in the fishing zone ranges from 77 mm - 172 mm, and the average of caught fish is (Lc50%) 117mm. Zone I has positive allometric development while zone II and III has negative allometric value with Kn value of all zones range from 1,004 -1,11. The gonad maturity level for male goatfish was dominated by TKG I and II, the correlation calue between TKG and IKG was 0,75 while the gonad maturity level for female goatfish was dominated by TKG III and IV, the correlation value between TKG and IKG was 0,90. The goatfish experienced first gonad maturity (Lm50%) had the size of 124,65 mm and fecundity ranges between 19.850-92.713 items. The biggest CPUE was in zone II with the value 0,630/spreading. The management of goatfish in Pemalang waters has been done by increasing the mesh size, arragement of fishing ground and management of fishing season. 
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DALAM KAITANNYA UNTUK PENGELOLAAN PERIKANAN DI PPP SADENG KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA Anggraeni, Rosa; Solichin, Anhar; Saputra, Suradi Wijaya
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.887 KB)

Abstract

Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan ikan ekonomis penting di WPP 571, 572 dan 573. Produksi ikan Cakalang lebih besar dibanding dengan Tuna. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember sampai Januari 2015 di PPP Sadeng untuk mengetahui beberapa aspek biologinya sehingga dapat digunakan dalam upaya pengelolaan perikanan. Sampel ikan Cakalang didapatkan dari perahu motor tempel (PMT), kapal motor (KM) 5 – 23 GT dan KM 30 – 50 GT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan Cakalang bersifat allometrik positif dengan nilai faktor kondisi sebesar 1,20. Ikan yang paling sering tertangkap yaitu pada kisaran 30 – 34 cm. Ukuran pertama kali ikan matang gonad untuk jantan 41,5 cm dan betina 40,1 cm. Ukuran ikan yang tertangkap sebagian besar belum layak untuk ditangkap karena 1/2 L∞ > L50% < Lm. Nilai IKG jantan berkisar 0,08 – 3,58 dan betina 0,13 – 4,35. KM 30 – 50 GT memiliki nilai CPUE tertinggi yaitu sebesar 2.702,17 kg/trip. Usaha penangkapan PMT lebih menguntungkan karena pendapatan harian nelayan PMT lebih besar dibandingkan dengan nelayan KM. Rencana Pengelolaan yang disarankan yaitu pengaturan ukuran ikan layak tangkap, pengaturan  mata jaring mini purse seine (> 6 cm),  gill net (>10 cm) dan ukuran mata pancing (<5), pengendalian dan pemantauan jumlah armada penangkapan dan alat tangkap yang beroperasi, serta pengaturan musim dan daerah penangkapan. Commodities of Tunas, Tonggol and Skipjack Tuna (TTC) is an economically important fish in WPP 571, 572 and 573. Production Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is larger than the Tuna and Tonggol. This study was conducted from December 2014 to January 2015 in PPP Sadeng to know some biological aspects so that it can be used in fisheries management efforts. Samples of skipjack tuna obtained from the outboard, motor boat 5-23 GT and motor boat 30-50 GT. The results showed that skipjack tuna is positive allometric, condition factor value of 1,20. The most frequently caught fish that is in the range of 30-34 cm. The size of the first fish mature male gonads to 41,5 cm and 40,1 cm in females. The size of the fish caught mostly not worthy to be arrested because 1/2 L∞> L50% <Lm. IKG value males ranged from 0,08 to 3,58 and female 0,13 to 4,35. Motor boat 30-50 GT has the highest CPUE value that is equal to 2702,17 kg/trip. Outboard fishing effort is more profitable for fishermen because  outboard daily income is greater than fishermen motor boat. The recommended management plan is setting a decent size fish catch, setting mesh size mini purse seine (> 2 inches) and hook size (<5), control and monitoring the amount of fishing fleet and fishing gear that are in operation, along with regulating the fishing  season and fishing area
HUBUNGAN KELIMPAHAN LARVA IKAN DENGAN KERAPATAN MANGROVE YANG BERBEDA DI KAWASAN DELTA WULAN, KABUPATEN DEMAK Ramadhian, Dimas Rahmat; Widyorini, Niniek; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 4, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.34 KB)

Abstract

ABSTRAK              Larva adalah biota perairan yang bersifat planktonik dan termasuk ke dalam jenis meroplankton.      Stadia larva merupakan fase awal daur kehidupan bagi ikan. Perairan delta merupakan perairan yang subur karena di kawasan tersebut terjadi penumpukan nutrien maupun bahan organik yang berasal baik dari daratan maupun lautan yang terjebak atau terendapkan. Delta-delta yang ada di daerah tropis hampir seluruhnya ditumbuhi oleh mangrove. Hal tersebut seperti yang terlihat di beberapa delta besar di daerah tropis yang salah satunya terdapat di Delta Wulan, Demak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove merupakan perairan yang subur dan berfungsi sebagai daerah asuhan dari berbagai jenis larva ikan.           Kondisi kerapatan mangrove yang berbeda dapat pula mempengaruhi kelimpahan dan komposisi larva ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan komposisi larva ikan pada kerapatan mangrove yang berbeda dan mengetahui hubungan antara kelimpahan larva ikan dengan kerapatan mangrove yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Hasil yang diperoleh adalah pada stasiun I tingkat kerapatan mangrove padat (3200 Pohon/Ha) nilai kelimpahan larva ikan sebesar 290 individu/250 m3 terdiri dari 16 famili. Stasiun II tingkat kerapatan mangrove sedang  (1500 Pohon/Ha) nilai kelimpahan larva ikan sebesar 133 individu/250 m3 terdiri dari 11 famili, dan stasiun III tingkat kerapatan mangrove jarang (600 Pohon/Ha) nilai kelimpahan larva ikan sebesar 79 individu/250 m3 terdiri dari 11 famili. Nilai koefisien korelasi antara kelimpahan larva ikan dengan kerapatan mangrove yaitu sebesar r = 0,980. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kelimpahan larva ikan dengan kerapatan mangrove. Kata kunci: kelimpahan; larva ikan; kerapatan mangrove; Delta Wulan  ABSTRACT              Larvae is one of aquatic organism with behavior as same as the plankton and belongs to the type            of meroplankton. The first life form of fish is known as larvae. Delta as one of aquatic environment is a rich area with high productivity due to the accumulation both of nutrient and organic matter derived from                       the headwaters and sea. Most of the deltas in tropical area that occupied with     the tree of mangroves. Such as in several large delta in the tropics that one of them include Delta Wulan, Demak. Several study has shown     the result that the ecosystem of mangrove is a high flourish area. Many species of larval fish depends                on mangroves as the nursery area. The different condition of mangrove density can affect the abundance and composition of larval fish. The purposes of this research are to determine the abundance and composition         of larval fish in the different condition on mangrove density and to determine relation between the abundance   of larval fish with different condition of mangrove density. This research were used the case study method.     The results of this research on three different station are: high density with total of 3200 trees/Ha and total         of  the abundance of larval fish are 290 Individual/250 m3consist of 16 families. On station 2, medium density with total of 1500 trees/Ha and total of the abundance of  larval fish are 133 Individual/250 m3 consist              of 11 families, while on station 3, rare density with total of 600 trees/Ha and total of the abundance of larval fish are 79 Individual/250 m3 consist of 11 families. The correlation value of statistic between the abundance           of larval fish with the different condition of mangrove density is shown with total r value of 0,980.       Conclusion of this research shows there is a correlation between the abundance   of larval fish with the density of mangrove. Keywords : abundance; larval fish; mangrove density; Delta Wulan
HUBUNGAN TUTUPAN BENTUK KARANG DENGAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU CILIK TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Gustilah, Lillah; Solichin, Anhar; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 3 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/marj.v7i3.22548

Abstract

Pulau Cilik merupakan salah satu dari 27 Pulau yang membentuk kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Kondisi terumbu karang yang masih baik menjadikan Pulau Cilik sebagai salah satu objek wisata. Adanya kegiatan pariwisata dikhawatirkan dapat mengganggu kondisi ekosistem terumbu karang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis dan perbedaan kelimpahan ikan antar kedalaman dan hubungan kerapatan bentuk karang dan kelimpahan ikan karang di berbagai tingkat kedalaman yang berbeda di Pulau Cilik Taman Nasional Karimunjawa, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 di perairan Pulau Cilik Taman Nasional Karimunjawa, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian bersifat deskriptif. Pengamatan dilakukan pada 4 stasiun yaitu barat, selatan, utara dan timur Pulau Cilik terdapat 2 titik kedalaman titik 1 3 m dan 10 m, masing-masing dilakukan pengulangan pengamatan 2 kali. Pada setiap titik dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia air, pengamatan kondisi bentuk karang dan kelimpahan ikan. Analisis data meliputi indeks keanekaragaman, keseragaman dan perhitungan persentase tutupan karang hidup, karang mati, pasir dan pecahan karang. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa statistik dengan uji t, yaitu membandingkan kelimpahan ikan karang antara kedalaman 3 m dan 10 m serta membandingkan perbedaan hubungan antara bentuk karang dan ikan karang. Hasil Bentuk karang yang terdapat di Pulau Cilik yaitu bentuk karang keras dan kelimpahan ikan karang yang mendominasi adalah jenis ikan Pomacentridae. Hubungan kerapatan terumbu karang dengan kelimpahan ikan karang terdapat hubungan positif dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,6861 pada kedalaman 3 m dan 10 m, Persentase tutupan terumbu karang hidup termasuk kategori baik (>50%). Cilik Island is one of 27 island that form the Karimunjawa islands, Central Java. The condition of coral reefs are still outstanding to make Cilik Island as one of tourist destinations. The existence of tourism activities is worried to disrupt the condition of coral reef ecosystems. The aim of this research is to recognise the types and differences of fish abundance between depth and the relation of coral cover density and abundance of reef fish at different level of depth in Cilik Island Karimunjawa National Park, Central Java. This research was conducted in September 2016 in the waters of Pulau Cilik Karimunjawa National Park, Central Java. The research method used in the research is descriptive method. The observations were conducted on 4 stations, they are west, south, north and east of Cilik Island has 2 points depth point of 3m and 10m,each of observation was reapeted twice. At each point, It was conducted the measurement on physical and chemical parameters of water, observation of coral cover condition and fish abundance. Analysis data included index of diversity, uniformity and calculation of percentage of live coral cover, dead corals, sand and coral fragments. The obtained data were then analyzed statistically with t-test, by comparing the abundance of reef fish between 3 m and 10 m of depth and comparing the differences between coral cover and reef fish. The results of coral shape found in Pulau Cilik is the form of hard corals and the abundance of reef fish that dominate is Pomacentridae fish species. The correlation of coral reef density with abundance of reef fish has positive correlation with correlation coefficient value (R) 0,6861 at depth of 3 m and 10 m. The percentage of live coral cover is good category (> 50%). 
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) YANG DITANGKAP DENGAN BUBU DI PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG Kurniawan, Wahyu; Saputra, Suradi Wijaya; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.339 KB)

Abstract

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu udang air tawar yang saat ini produksinya atau ketersediaan stok di alam semakin menurun karena tingkat penangkapan yang meningkat sehingga perlu dijaga kelestariannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa aspek biologi dan strategi pengelolaan sumberdaya Lobster air tawar di Perairan Rawa Pening Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan metode sensus sampling. Data primer meliputi panjang berat lobster, tingkat kematangan gonad, dan fekunditas untuk mengetahui aspek biologi lobster air tawar. Hasil penelitian didapatkan jumlah sampel panjang berat sebanyak 20 ekor dengan kisaran panjang 65 mm - 180 mm dan modus 113 mm - 128 mm sebanyak 19 ekor dan berat 10 gram – 90,3 gram, ukuran pertama kali lobster tertangkap (L 50%) adalah 94,2 mm dan ukuran pertama kali lobster matang gonad (Lm 50%) adalah 93,7 mm. Nilai Lm 50% < Lc 50% dan Lc 50% <1/2 L∞. Sifat pertumbuhannya adalah allometrik negatif dengan nilai Kn adalah 1,125. Jumlah sampel TKG betina sebanyak 10 didominasi oleh TKG II dan TKG IV. Nilai indeks kematangan gonad terendah pada lobster betina adalah 0,91 % dan nilai IKG tertinggi adalah 4,21 %. Pengelolaan lobster air tawar di Perairan Rawa Pening Kabupaten Semarang adalah dilakukan dengan cara jika terdapat lobster yang belum layak tangkap terperangkap, maka sebaiknya dilepaskan kembali ke perairan. Freshwater Crayfish (Cherax quadricarinatus) is one of the freshwater crayfish which needs to be preserved because of increasing capture efforts. The objective of the study was to observe the biological aspects and strategies to manage freshwater crayfish resources in Rawa Pening waters Semarang Regency. The study was conducted in November 2014 use descriptive methods. The samples were obtained use sensus sampling method. Primary data includes length and weight of the fish, gonad maturity level, and fecundity to identify the freshwater crayfish biological aspects. The study has shown that the total sample length and  weight of the freshwater crayfish ranges from 65 mm to 180 mm and weight 10g-90,3g, and the size of the first captured fish (L50%) was 94,2 mm. The growth observed was negative allometric showing the value of Kn 1,125. The gonad maturity level for female freshwater crayfish was dominated by TKG II and TKG IV. The lowest gonad maturity index for female freshwater crayfish was 0,91 % and the highest was 4,21. The first mature gonad for female freshwater fish was obtained was 93,7 mm. The fecundity ranged from 104  to 134 items. The effort to manage freshwater crayfish in Rawa Pening waters Semarang Regency was done by if there are lobsters  that are caught are not worth catching, then its good to be released back into the waters.
DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN LARVA IKAN DI KAWASAN PERAIRAN DESA MANGUNHARJO KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG Viyoga, Handika Wahyu; Solichin, Anhar; Latifah, Nurul
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.928 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22528

Abstract

Distribusi dan kelimpahan larva ikan sangat bergantung dengan kondisi perairan di dalamnya. Kawasan perairan Desa Mangunharjo merupakan daerah yang unik karena memiliki tiga ekosistem yang berbeda yaitu ekosistem pantai, ekosistem muara, dan ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola distribusi dan kelimpahan larva ikan pada tiga ekosistem yang berbeda di kawasan perairan Desa Mangunharjo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan penentuan titik sampling secara systematic random. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah larva ikan yang tertangkap sebanyak 1.089 individu terdiri dari 7 famili yakni: Ambassidae (260 ind/100m3), Nemipteridae (94 ind/100m3), Engraulidae (424 ind/100m3), Apogonidae (20 ind/100m3), Mugilidae (156 ind/100m3), Gobidae (37 ind/100m3), dan Chanidae (98 ind/100m3). Larva ikan famili Engraulidae tertangkap paling banyak selama dilakukan penelitian. Berdasarkan analisis indeks Morisita, pola distribusi larva ikan adalah acak. Kesimpulan yang dapat diperoleh ialah nilai kelimpahan larva ikan tertinggi terdapat pada ekosistem pantai sebesar 673 ind/100m3 dan terendah terdapat pada ekosistem muara sebesar 188 ind/100m3. Nilai keanekaragaman pada ekosistem pantai, muara, dan mangrove tergolong sedang. Nilai keseragaman di semua ekosistem pengambilan sampel termasuk tinggi. Nilai indeks dominasi pada setiap ekosistem termasuk dalam kriteria nilai yang mendekati 0, yang dapat diartikan tidak ada individu yang mendominasi. Hasil uji Kruskal Wallis untuk nilai kelimpahan larva ikan menunjukkan terdapat perbedaan kelimpahan larva ikan yang nyata di setiap ekosistem. Keterkaitan parameter lingkungan dengan kelimpahan larva ikan yang di uji menggunakan regresi linier berganda menunjukkan nilai korelasi (R) yang termasuk ke dalam kriteria hubungan sedang, untuk nilai determinasi (R2) sebesar 0,131 yang menunjukkan 13,1% kelimpahan ikan dipengaruhi oleh parameter lingkungan. The distribution and abundance of fish larvae depends on the condition of the waters. The waters of Mangunharjo Village are unique because they have three different ecosystems, the first coastal ecosystem, the two estuarine ecosystems, and the last of the mangrove ecosystem. This study aims to determine the distribution patterns and abundance of fish larvae in three different ecosystems in the waters of Mangunharjo Village. The research was conducted on July-August 2017. The research method used the survey, with sistematic random sampling point. The results showed amount of fish larvae caught were 1,089 individuals consisting of 7 families, that is Ambassidae (260 ind/100m3), Nemipteridae (94 ind/100m3), Engraulidae (424 ind/100m3), Apogonidae (20 ind/100m3), Mugilidae (156 ind/100m3), Gobidae (37 ind/100m3), and Chanidae (98 ind/100m3). The most larvae caught on the study is Engraulidae family. Based on the Morisita index analysis, the pattern of fish larvae distribution is random. The conclusion that can be obtained is the highest value of fish larvae abundance found in the coastal ecosystem of 673 ind / 100m3 and the lowest is in the estuary ecosystem of 188 ind / 100m3. The value of diversity in coastal, estuarine and mangrove ecosystems is moderate. The value of uniformity in all sampling ecosystems is high. The value of the dominance index in all ecosystem is included in the criterion of value close to 0, which can be interpreted as no individual dominates. The Kruskal Wallis test results for the fish larvae abundance values indicate that there are differences in fish larva abundance which is evident in each ecosystem. The correlation of environmental parameters with abundance of fish larvae tested using multiple linear regression showed correlation value (R) belonging to intermediate correlation criterion, for determination value (R2) equal to 0,131 showing 13,1% fish abundance influenced by environmental parameter.
KELIMPAHAN TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) BERDASARKAN KERAPATAN LAMUN DI PANTAI PRAWEAN DESA BANDENGAN, JEPARA Sea Cucumber(Holothuroidea) Abundance Based on Seagrass Density in Prawean Beach Bandengan Village, Jepara Laksana, Mahalani Jati; Sulardiono, Bambang; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 4 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.95 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i4.26553

Abstract

Teripang (Holothuroidea) hidup sebagai hewan bentik pada ekosistem terumbu karang dan asosiasinya, di antaranya adalah ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan nutrient bagi pertumbuhan mikro yang berfungsi sebagai makanannya, sehingga ekosistem padang lamun menyediakan habitat yang baik bagi teripang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2019 di Pantai Prawean Desa Bandengan, Jepara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan teripang dengan tingkat kerapatan lamun yang berbeda, mengetahui jenis sedimen beserta bahan organik yang terkandung pada sedimen, dan mengetahui hubungan kelimpahan teripang dengan kerapatan lamun. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel teripang dan perhitungan kerapatan lamun yaitu purposive sampling dengan teknik garis dan transek. Pengambilan sedimen menggunakan sediment core. Hasil dari penelitian menunjukan pada Stasiun 1 (kerapatan padat) yaitu 33 individu meliputi 25 individu H. atra dan 8 individu H. scabra. Stasiun 2 (kerapatan sedang) yaitu 13 individu meliputi 10 individu H. atra dan 3 individu H. scabra. Stasiun 3 (kerapatan jarang) yaitu 5 individu meliputi 4 individu H. atra dan 1 individu H. scabra. Kandungan bahan organik pada lokasi penelitian berkisar 7,25-13,15% dengan fraksi sedimen berupa pasir halus. Hasil analisis regresi linear sederhana dari hubungan kelimpahan teripang dengan kerapatan lamun didapatkan persamaan y = 0,0091x – 2,2275. Nilai korelasi (r) yang didapatkan yaitu 0,80 menunjukan hubungan yang kuat dan nilai determinasi (R2) yaitu 0,641 yang berarti bahwa 64,1% kelimpahan teripang dipengaruhi oleh kerapatan lamun. Sea cucumbers (Holothuroidea) live as benthic animals in coral reef ecosystems and their associations, among them are seagrass ecosystems. Seagrass beds provide nutrients for micro-growth that function as food, so seagrass ecosystems provide good habitat for sea cucumbers. This research was conducted in May 2019 at Prawean Beach Bandengan Village, Jepara. The purpose of this study was to determine the abundance of sea cucumbers with different seagrass density levels, determine the type of sediment and organic material contained in the sediment, and determine the relationship of sea cucumber abundance with seagrass density. The method used in cucumber sea taking and seagrass density calculation is purposive sampling with line and transect techniques. Intake of sediment using sediment core. The results of the study showed at Station 1 (solid density) that is 33 individuals including 25 individuals of H. atra and 8 individuals of H. scabra. Station 2 (medium density) is 13 individuals including 10 individuals of H. atra and 3 individuals of H. scabra. Station 3 (rare density) is 5 individuals including 4 H. atra individuals and 1 H. scabra individual. The content of organic matter in the study area ranged from 7.25 to 13.15% with a sedimentary fraction in the form of fine sand. The results of simple linear regression analysis of the relationship of sea cucumber abundance with seagrass density obtained the equation y = 0.0091x - 2.2275. Correlation value (r) obtained is 0.80 showing  a strong relationship and the value of determination (R2) is 0.641 which mean that 64,1% sea cucumber abundance is influenced by seagrass density.  
STRUKTUR KOMUNITAS LARVA IKAN PADA EKOSISTEM MANGROVE DENGAN UMUR VEGETASI YANG BERBEDA DI DESA TIMBULSLOKO, DEMAK Riswandha, Novrizal Soni; Solichin, Anhar; Afiati, Norma
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.799 KB)

Abstract

Mangrove di kawasan Desa Timbulsloko, Demak yang semula rusak dengan perlahan mulai direhabilitasi melalui kegiatan Mangrove Replant (MR). Hasil dari kegiatan tersebut membentuk suatu zonasi mangrove berdasarkan umur vegetasi mangrove yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap struktur komunitas larva ikan yang berada di dalamnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 – Januari 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, sedangkan pengambilan sampel dilakukan menggunakan scoope net di tiga lokasi sampling yang memiliki umur vegetasi berbeda. Penelitian dilakukan selama 4 kali dalam 1 bulan dengan interval 1 minggu. Hasil penelitian didapatkan larva ikan di Stasiun I (8 bulan) sebanyak 109 indvidu, di Stasiun II (2 tahun) diperoleh larva ikan sebanyak 173 individu dan di Stasiun III (5 tahun) diperoleh sebanyak 429 individu. Keseluruhan larva ikan yang tertangkap terdiri dari 5 famili. Indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori rendah dengan nilai berkisar antara 0,89-1,05, dengan nlai tertinggi di Stasiun III yaitu mangrove umur 5 tahun. Indeks keseragaman berkisar antara 0,56-0,65, nilai tertinggi juga pada Stasiun III dengan umur mangrove 5 tahun. Nilai indeks Dominasi berkisar antara 0,47-0,54, dengan nilai tertinggi pada Stasiun II. Dengan demikian dapat dilihat bahwa semakin tua umur mangrove semakin baik fungsinya sebagai penyedia habitat dan lindungan bagi ikan. Dapat dilihat juga bahwa komposisi larva ikan di ketiga stasiun penelitian relatif sama, namun kelimpahan yang paling banyak ditemukan di Stasiun III yang memiliki umur vegetasi lebih tua dibandingkan Stasiun I dan Stasiun II. Mangrove in Timbulsloko Village area, Demak, which was originally broken is slowly rehabilitated through Mangrove Replant program (MR). These activities was influential in the formation of zoning by mangrove vegetation. Age of mangrove plant is expected to have an influence on the community structure of fish larvae that are in it. This study was conducted in December 2014 - January 2015. This study applying descriptive method, sampling was conducted using a scoope net in three sampling sites which have  different age vegetation. Sampling was conducted  4 times in one month at weekly interval. The results of the study obtained 109 individual fish larvae at the Station I (8 months old trees) 109, at the Station II (2 years old mangrove trees) obtained fish larvae as many as 173 individuals and at the Station III ( 5 years old mangrove trees) obtained as many as 429 individual. As a whole, fish larvae caught consist of 5 families. Diversity index considered low with score range between 0,89-1,05, for which the highest value owned by Station III ( 5 years old mangrove). Uniformity index ranged from 0,56-0,65, with the highest value in Station III (5 years old mangrove).  Domination index ranged from 0,47-0,54 , with the highest in Station II. Thus it can be seen that the older the mangrove age,  the better service they provide for the community . Beside that, even thought composition of fish larvae in three stations research are the same, the abundant most was in Station III, having the oldest vegetation compared to Station I and Station II .
Co-Authors A'in, Churun Abdul Ghofar Abdul Ghofar Abdul Ghofar, Abdul Adi, Faiz Prasetya Afifatul Isroliyah Afina Nursa Dewi, Afina Nursa Agustiari, Arinta Maulidina Agustin, Arninda Dwi aliffyana, firanika Amalia Nur Istigfarin, Amalia Nur Andani, Yustutik Angga Yan Prayudha Aninditia Sabdaningsih Anjayanti, Lulu Anthonius Hot Arios Arif Rahman Asrika Yupina Sembiring Astari, Findiani Dwi Ayu Okta Widjayana, Ayu Okta A’in, Churun Bambang Argo Wibowo Bambang Sulardiono Boedi Hendrarto Churun Ain Delahoya, Christian DIAH AYUNINGRUM Dian Wijayanto Dimas Rahmat Ramadhian, Dimas Rahmat Dimas Surya Mahendra Wijayanto Djoko Suprapto Ethan Yapanani Farida, Latiful Febyansyah Nur Abdullah, Febyansyah Nur Gustilah, Lillah Haeruddin Haeruddin Hanggoro, Adnan Lintang Hanifah, Diah Helfiana Tiuriska Perangin-angin Huda, Anisa Arifatul Iin Ika Wahyuni Kartika Widya Iswara Katon, Muhammad Rajes Kharisma Ayu Zeina Halisah Kurnia, Rahanti Kusumaningtyas, Nurul Fadhilah Laksana, Mahalani Jati Leni Barokah, Leni Marbun, April Yani Marwulandari, Riyani Maulana Dhimas Kuncoro Max Rudolf Muskananfola Merantika Puspaningdiah Monica, Soraya Chandra Niniek Widyorini Nisak, Yuyun Khoirun Norma Afiati Novrizal Soni Riswandha, Novrizal Soni Nugraha, Muhammad Rizky nurul latifah Nurul Mukhlish Bakhtiar Oktavianto Eko Jati Pramesti Budi Widyaningrum Pratik Primas Akbar Pujiono Wahyu Purnomo Putri Nur Arifah, Putri Nur Qonitah, Afifah Ririn Vianita Ristina, Mafi Rosa Anggraeni, Rosa Sakina, Kurnia Sakti, Akbar Parasukma Sarah Az Zahra Sari, Katrina Dwika Sari, Verina Setiani, Heny Siti Rudiyanti Siti Yuliani Rochmatin Sofiana Sofiana, Sofiana Sri Lestari Subiyanto - Sulistiawan, Rudi Suradi Wijaya Saputra Suradi Wijaya Saputra Sutrisno Anggoro Syiva Nur Anggraeni, Syiva Nur Taufani, Wiwiet Teguh Tyas, Diani Estining Viyoga, Handika Wahyu Wahyu Kurniawan Wahyu Rizkiyana Wicaksono, Anangga Rifqi Wiwiet Teguh Taufani Yasintia Aryanov Soekiswo Yuliani, Tina Anggun Yulianti, Aida Tri Ziana, Silvia Mei Zuleca, Maulidina Ziva