Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

The Prospect of Immunoglobulin Y for Therapy of Canine parvovirus Infection in Dogs Suartini, I Gusti Ayu Agung; Sendow, I
WARTAZOA. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences Vol 25, No 2 (2015): JUNE 2015
Publisher : Indonesian Animal Sciences Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.009 KB) | DOI: 10.14334/wartazoa.v25i2.1142

Abstract

Canine parvovirus (CPV) is a highly infectious virus. The virus causes death in dogs worldwide. The mortality rate due to infection of CPV in dog reaches 91%. Prevention of CPV infection in puppies has been done by vaccination which is effectively proven. Protective mechanisms of maternal antibodies contribute to the failure of vaccination. Highly stable characteristics of parvovirus enable the virus still exist in the environment. Various therapies are performed only to suppress the clinical symptoms but can not reduce puppy mortalities. This review discusses CPV alternative therapy and the advantages using immunoglobulin Y (IgY) specific antibodies isolated from chicken egg yolk. Immunoglobulin Y will neutralize the virus, so it can not infect host cells. Intravenous IgY therapy has shown to suppress the spread of CPV infection and prevent death. Key words: Parvovirus, canine, immunotherapy, immunoglobulin Y
Profil Kadar Aspartate Aminotransferase dan Alanine Aminotransferase Anjing Kintamani Amrulloh, Muhammad Faqih; Suartini, I Gusti Ayu Agung; Suardana, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (5) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.086 KB)

Abstract

Anjing kintamani adalah anjing lokal yang hidup di pegunungan Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Anjing kintamani merupakan salah satu plasma nutfah Indonesia yang sangat berpotensi dikembangkan untuk tujuan komersial, karena mempunyai penampilan menarik, sebagai anjing ras pertama milik Indonesia yang perlu di jaga kelestariannya. Penelitian ini penting untuk dilakukan, karena data fisiologis kadarAspartate Aminotransferase (AST) dan Alanine Aminotransferase (ALT)pada anjing kintamani berguna untuk menentukan diagnosa status kesehatan anjing kintamani secara akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profilkadarAspartate Aminotransferase (AST) dan Alanine Aminotransferase (ALT) anjing kintamani berdasarkan jenis kelamin dan umur (<6 bulan dan >12 bulan). Analisis serum menggunakan mesin semi automatic biochemistry analyzer by photometer 501 Germany. Rata-rata kadar Aspartate Aminotransferase (AST) anjing kintamani jantan <6 bulan dan >12 bulan yaitu 208,2(±58,4) U/L dan 128,0(±58,4) U/L sedangkan anjing rata-rata kadar Aspartate Aminotransferase (AST) kintamani betina umur <6 bulan dan >12 bulan berturut-turut yaitu 82,8(±58,4) U/L dan 93,8(±58,4) U/L.Rata-rata kadar Alanine Aminotransferase(ALT) anjing kintamani jantan umur <6 bulan yaitu 66,2(±28,5) U/L dan umur >12 bulan yaitu 111,0(±28,5) U/L. Sedangkan rata-rata kadar Alanine Aminotransferase(ALT) anjing kintamani betina umur <6 dan >12 bulan berturut-turut 97,4(±28,5) U/L dan 62,4(±28,5) U/L. Rata-rata kadar Aspartate Aminotransferase (AST) anjing kintamani jantan umur <6 bulan, lebih tinggi dibanding dengan anjing kintamani betina dan diatas 12 bulan lebih tinggi dibandingkan anjing kintamani betina. Rata-rata kadarAlanine Aminotransferase (ALT) anjing kintamani jantan umur <6 bulan lebih rendah dibandingan anjing kintamani betina. Sedangkan anjing kintamani jantan umur >12 bulan lebih tinggi dibandingkan anjing kintamani betina.
Seroprevalensi Penyakit Tetelo (Newcastle Disease) pada Ayam Buras di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali Kencana, Gusti Ayu Yuniati; Nirhayu, Nirhayu; Suartini, I Gusti Ayu Agung
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (4) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.852 KB)

Abstract

Penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND) merupakan salah satu penyakit virus yang penting dalam dunia perunggasan dan merupakan penyakit endemik di Indonesia. Inang yang diserang semua unggas meliputi ayam ras maupun ayam bukan ras (buras). Penyakit ND menginfeksi saluran pernapasan, saluran pencernaan maupun pada sistem saraf. Gejala klinis ND dapat bersifat akut maupun kronis, mudah menular dan menginfeksi unggas disekitarnya. Newcastle Disease disebabkan oleh Avian Paramyxovirus type-1 (APMV-1), genus Paramyxovirus famili Paramyxoviridae. Avian Paramyxovirus type-1 termasuk kelompok virus RNA dengan genom serat tunggal (single stranded/ss) dan berpolaritas negatif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi ND pada ayam buras di Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Bali. Sampel penelitian menggunakan serum dari ayam buras yang tidak divaksinasi ND, tidak dikandangkan, dan yang berumur lebih dari tiga bulan. Sampel darah diambil dari delapan desa di Kecamatan Kerambitan. Setiap desa diambil sampel darah ayam dari tiga banjar, masing-masing banjar diambil delapan sampel dari penduduk yang memiliki ayam 3-10 ekor. Total sampel yang diambil sebanyak 192 serum ayam buras. Serum diuji dengan uji hambatan hemaglutinasi (HI) di Laboratorium Virologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23 serum (11,9%) positif memiliki titer antibodi ND. Hal tersebut menunjukkan bahwa ayam buras di Kecamatan Kerambitan pernah terpapar oleh virus ND.
Tingkat Deteksi Parvovirus Anjing di Organ Jantung dan Usus Halus pada Infeksi Lapangan Dewi, Putu Bulan Sasmita; Mahardika, I Gusti Ngurah Kade; Suartini, I Gusti Ayu Agung
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (4) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.752 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat deteksi parvovirus anjing pada infeksi lapangan dari organ jantung dan usus halus yang dinilai berdasarkan pita hasil polymerase chain reaction (PCR). Obyek penelitian yang digunakan adalah spesimen jantung dan usus halus dari lima ekor anjing yang terinfeksi parvovirus alami. Isolasi DNA dilakukan dengan DNA isolation kit (Invitrogen) dan diamplifikasi menggunakan teknik PCR. Hasil PCR kemudian diskoring dan dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil PCR menunjukkan frekuensi infeksi pada usus halus (4/5) lebih tinggi dibandingkan jantung (3/5), akan tetapi, rerata skor pita PCR dari organ usus dan jantung masing-masing adalah (3,2 ± 0,97) dan (1,4 ± 0,75) yang secara statistik tidak berbeda nyata (p>0,05).
Perbedaan Morfometri Anjing Kintamani Bali yang Dipelihara di Kabupaten Bangli dan Kota Denpasar Amalia, Ainun Rizki; Suatha, I Ketut; Suartini, I Gusti Ayu Agung
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (1) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.544 KB) | DOI: 10.19087/imv.2019.8.1.119

Abstract

Anjing kintamani bali merupakan anjing asli Indonesia dengan ciri khas uniknya yaitu gumba, badong, dan ekor yang seperti sabit serta tubuh yang tegap dan seimbang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan morfometri anjing kintamani bali jantan dan betina umur 6 - 18 bulan yang dipelihara di Kabupaten Bangli dan Kota Denpasar. Anjing kintamani bali yang digunakan sebanyak 32 ekor dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina), tempat asal (Kabupaten Bangli dan Kota Denpasar), dan umur (6 - 12 bulan dan 12 - 18 bulan). Variasi morfometri dari panjang tubuh, tinggi kaki belakang, tinggi kaki depan, panjang kepala, panjang nasale, jarak panggul, jarak sudut mata, dan lingkar dada diukur menggunakan pita ukur. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA dengan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfometri anjing kintamani bali yang dipelihara di Kabupaten Bangli dan Kota Denpasar tidak berbeda nyata (P>0,05) dan anjing kintamani bali antara jantan dan betina berbeda nyata (P<0,05) pada panjang kepala dan panjang tubuh tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) pada variabel yang lain.
Cytomorphometry pada Peripheral Blood Mononuclear Cell (PBMC) Anjing Kintamani Bali yang Mengalami Demodekosis Dewi, Kadek Dyah Utami; Suartini, I Gusti Ayu Agung; Setyawati, Iriana
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (3) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.785 KB)

Abstract

Anjing kintamani bali adalah anjing yang berani serta lincah, pintar, mudah dilatih, waspada serta curiga, dan loyal kepada pemiliknya. Leukosit merupakan unit yang lebih banyak berperan pada saat kondisi yang kurang sehat. Peripheral Blood Mononuclear Cell (PBMC) merupakan sel darah putih, terdiri atas sel limfosit dan monosit. Pemeriksaan cytomorphometry merupakan aspek penting dari hematologi yang dapat mengungkapkan kondisi fisiologis organisme. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan menggunakan 20 ekor anjing kintamani bali yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis kelamin dan umur. Hasil analisis menunjukkan bahwa monosit anjing umur dewasa memiliki kisaran nilai berbeda nyata antara jantan dengan betina, sedangkan anjing umur muda tidak berbeda nyata, kecuali pada circumference sitoplasma tidak berbeda nyata pada semua umur dan jenis kelamin. Pada limfosit anjing umur dewasa memiliki kisaran nilai berbeda nyata antara jantan dengan betina, sedangkan pada anjing umur muda tidak berbeda nyata, kecuali pada cytomorphometry nukelus dan circumference sitoplasma tidak berbeda nyata pada semua umur dan jenis kelamin.
Cytomorphometry Peripheral Blood Mononuclear Cell Anjing Kintamani Bali Areningrat, Putu Ayutia; Suartini, I Gusti Ayu Agung; Setyawati, Iriani
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (6) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.097 KB)

Abstract

Anjing kintamani bali (AKB) adalah kelompok anjing lokal jenis pegunungan yang hidup di sekitar Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Anjing kintamani bali merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang sangat perlu dijaga kelestarian dan kemurniannya. Peripheral blood mononuclear cell (PBMC) sebagai komponen penting sistem kekebalan tubuh yang terlibat dalam imunitas humoral dan seluler, dapat digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit atau respon terhadap pengobatan serta menemukan biomarker yang valid dalam kompartemen sel darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran sel limfosit dan sel monosit pada AKB sehat yang dievaluasi berdasarkan pemeriksaan cytomorphometry. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial AxB. Data dianalisis dengan analisis ragam dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar. Berdasarkan hasil penelitian, AKB memiliki nilai cytomorphometry yaitu diameter sel limfosit (7,312-8,761µm), diameter nukleus limfosit (5,786-7,138 µm), diameter sel monosit (7,785-8,883 µm), diameter nukleus monosit (6,099-7,457 µm), circumference sel limfosit (23,131-27,737 µm), circumference nukleus limfosit (18,160-22,402 µm), circumference sel monosit (24,514-27,966 µm), circumference nukleus monosit (19,093-23,442 µm), surface area sel limfosit (42,318-60,140 µm2), surface area nukleus limfosit (27,331-40,308 µm2), surface area sel monosit (48,313-62,334 µm2), surface area nukleus monosit(28,979-43,736 µm2), luas sitoplasma sel limfosit (8,863-27,509 µm2), dan luas sitoplasma sel monosit (12,230-25,953 µm2).
Profil Biokimia Darah pada Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) yang dipelihara Secara Ex-Situ Hidayah, Dinda Nur; Wandia, I Nengah; Suartini, I Gusti Ayu Agung
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (2) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.443 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.2.239

Abstract

Lutung jawa (Trachyipithecus auratus) merupakan primata endemik Indonesia yang populasinya semakin menurun akibat perburuan dan perdagangan ilegal. Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) sebagai lembaga konservasi ex-situ berperan dalam rehabilitasi lutung jawa sitaan sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya. Pemeriksaan kesehatan satwa wajib dilakukan selama masa rehabilitasi. Profil biokimia darah merupakan metode yang sering digunakan untuk menilai kesehatan hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji profil biokimia darah lutung jawa yang dipelihara secara ex-situ. Sebanyak lima ekor lutung jawa yang dipelihara di PPS Tabanan Bali dilakukan pemeriksaan profil biokimia darah. Hasil uji biokimia darah yang dilakukan pada 5 sampel adalah aspartat aminotransaminase (AST): 84,25 IU/L ± 47,07; alanin aminotransferase (ALT): 137,25 IU/L ± 83,44; alkalin fosfatase (ALP): 437,67 IU/L ± 189,21; ureum: 96,6 mg/dL ± 50,70; kreatinin: 1,76 mg/dL ± 0,21. Nilai yang bervariasi dari masing-masing parameter disebabkan oleh variasi jenis kelamin dan umur.
Pengaruh Hiperglikemia dan Vitamin E pada Kadar Malonaldehida dan Enzim Antioksidan Intrasel Jaringan Pankreas Tikus Suarsana, I Nyoman; Utama, Iwan H.; Agung, I Gusti; Suartini, Ayu
Majalah Kedokteran Bandung Vol 43, No 2
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencegahan kerusakan jaringan pankreas akibat radikal bebas pada kondisi hiperglikemia kronik sangat penting dan vitamin E dapat bertindak sebagai pemusnah radikal bebas dalam mencegah perkembangan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini untuk mengamati pengaruh vitamin E pada kondisi hiperglikemia pada aktivititas enzim superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GPx), dan kadar malondialdehyde (MDA) pada jaringan pankreas tikus. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, tahun 2010. Sebanyak 15 ekor tikus putih jantan strain Spraque Dawley umur 3 bulan digunakan dalam penelitian ini. Tikus percobaan dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Kelompok kontrol negatif (K0), kelompok tikus hiperglikemia (K1), serta kelompok tikus hiperglikemia dan diberi vitamin E dosis 7 mg/200 g bb/hari (K2). Kelompok hiperglikemia diberi larutan 50% glukosa, dosis 1,5 cc/ekor per oral dua kali sehari. Perlakuan diberikan selama 1 bulan. Kadar glukosa darah diperiksa menggunakan metode biosensor glukosa oksidase. Enzim SOD, GPx, dan MDA dianalisis menggunakan metode spektrofotometri. Kadar glukosa darah perlakuan K2 sebesar 153,5±8,2 mg/dL tidak berbeda (p>0,05) bila dibandingkan dengan perlakuan K1 sebesar 154,1±5,7 mg/dL. Aktivitas SOD perlakuan K2 sebesar 43,21±3,32 U/g lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan K1 sebesar 31,99±3,55 U/g (p<0,05). Aktivitas GPx perlakuan K2 sebesar 10,44±0,54 U/g tidak berbeda bermakna (p>0,05) bila dibandingkan dengan perlakuan K1 sebesar 9,39±0,59 U/g. Kadar MDA perlakuan K2 sebesar 20,27±0,87 pmol/g lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan K1 sebesar 25,24±0,82 pmol/g (p<0,05). Simpulan, kadar SOD dan GPx rendah, sedangkan kadar MDA tinggi pada pankreas tikus dalam kondisi hiperglikemia. Pada tikus hiperglikemia yang diberi vitamin E, aktivitas SOD dan GPx tinggi, sedangkan kadar MDA rendah. [MKB. 2011;43(2):72–6].Kata kunci: Enzim antioksidan, hiperglikemia, pankreas tikus, vitamin EHiperglycemic and Vitamin E Effect on Malondialdehyde and Antioxidant Intracellular Enzyme in Rat Pancreatic TissuePrevention of pancreatic tissue damage by free radicals under conditions of hyperglycemia chronic would be important and vitamin E can act as scavengers of these oxygen radicals in preventing the development of diabetes mellitus. This study aims was to evaluate the effect of vitamin E on the hyperglycemia conditions on the blood glucose, enzyme superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GPx), and malondialdehyde (MDA) levels in rat pancreatic tissue. Research conducted at the Laboratory of Biochemistry Faculty of Veterinary Medicine Udayana University, in 2010. A total of 15 male rats white of strains Spraque Dawley old 3 months used in this study. All of rats were divided into three groups. Negative control group (K0), group of rats hyperglycemia (K1), and group of hyperglycemia and given vitamin E dose of 7 mg/200 g bw/day (K2). Hyperglycemia group was given 50% glucose solution doses of 1.5 cc/head orally twice daily. Treatment was conducted for 1 month. Blood glucose level was measured by using glucose oxidase biosensor method. Pancreatic SOD, GPx activities, and MDA levels were measured by using spectrophotometric methods. Blood glucose levels in the K2 treatment of 153.5±8.2 mg/dL was not significantly different (p>0.05) when compared with the K1 treatment of 154.1±5.7 mg/dL. Activities of SOD enzymes in the K2 treatment of 43.21±3.32 U/g higher than the K1 treatment of 31.99±3.55 U/g (p<0.05). Activities of GPx enzymes in the K2 treatment of 10.44±0.54 U/g was not significantly different (p>0.05) when compared with K1 treatment of 9.39±0.59 U/g. MDA level in the K2 treatment of 20.27±0.87 pmol/g lower than the K1 treatment of 25.24±0.82 pmol/g (p <0.05). In conclusion, SOD and GPx enzymes levels are low whereas MDA level is high in the rat pancreatic under conditions of hyperglycemia. The hyperglycemic rat by treatment with vitamin E shows high SOD and GPx levels and low MDA levels. [MKB. 2011;43(2):72–6].Key words: Enzyme antioxidant, hyperglycemia, pancreatic rat, vitamin E DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v43n2.46
The Prospect of Immunoglobulin Y for Therapy of Canine parvovirus Infection in Dogs I Gusti Ayu Agung Suartini; I Sendow
WARTAZOA, Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences Vol 25, No 2 (2015): JUNE 2015
Publisher : Indonesian Center for Animal Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.009 KB) | DOI: 10.14334/wartazoa.v25i2.1142

Abstract

Canine parvovirus (CPV) is a highly infectious virus. The virus causes death in dogs worldwide. The mortality rate due to infection of CPV in dog reaches 91%. Prevention of CPV infection in puppies has been done by vaccination which is effectively proven. Protective mechanisms of maternal antibodies contribute to the failure of vaccination. Highly stable characteristics of parvovirus enable the virus still exist in the environment. Various therapies are performed only to suppress the clinical symptoms but can not reduce puppy mortalities. This review discusses CPV alternative therapy and the advantages using immunoglobulin Y (IgY) specific antibodies isolated from chicken egg yolk. Immunoglobulin Y will neutralize the virus, so it can not infect host cells. Intravenous IgY therapy has shown to suppress the spread of CPV infection and prevent death. Key words: Parvovirus, canine, immunotherapy, immunoglobulin Y