Suwendar Suwendar
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia

Published : 42 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

GAMBARAN KLINIS PENDERITA KANKER SERVIKS SETELAH KEMOTERAPI BERDASARKAN STADIUM Suwendar Suwendar
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v1i2.3254

Abstract

Pengamatan gambaran klinik pada pada penderita kanker serviks merupakan hal yang sangat penting karena dapat mengevaluasi efektivitas kemoterapi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinik pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium setelah mendapatkan kemoterapi selama tiga siklus. Dengan demikian dapat dievaluasi lebih lanjut mengenai efektivitas kemoterapi untuk setiap stadium. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif dengan melakukan observasi lapangan untuk memperoleh data gambaran klinik. Evaluasi gambaran klinik dilakukan dengan mengamati gejala klinik dan kondisi pasca kemoterapi setelah pasien mendapatkan kemoterapi siklus pertama sampai ketiga.  Hasil menunjukkan bahwa setelah kemoterapi selama tiga siklus, pada gejala klinik, persen hilang gejala pada pasien stadium  I, II, III dan IV untuk keputihan masing-masing adalah 100%, 96%, 93,3% dan 25%; pada gejala pendarahan, masing-masing adalah 100%, 68%, 53,3% dan 0%; sedangkan rata-rata skor nyeri masing-masing adalah 0,9±0,9; 1,0±1,5; 1,4±,4 dan 3,5±1,9.   Pada kondisi pasca kemoterapi, persentase pasien yang dinyatakan mengalami perbaikan pada pasien stadium I, II, III dan IV masing-masing adalah 100%, 96%, 93,9% dan 75%. Hasil di atas  menunjukkan bahwa kemoterapi menunjukkan kecenderungan makin efektif pada pasien kanker serviks  dengan stadium yang makin rendah.Kata kunci : kanker serviks, stadium, kemoterapi, gambaran klinikPengamatan gambaran klinik pada pada penderita kanker serviks merupakan hal yang sangat penting karena dapat mengevaluasi efektivitas kemoterapi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinik pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium setelah mendapatkan kemoterapi selama tiga siklus. Dengan demikian dapat dievaluasi lebih lanjut mengenai efektivitas kemoterapi untuk setiap stadium. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif dengan melakukan observasi lapangan untuk memperoleh data gambaran klinik. Evaluasi gambaran klinik dilakukan dengan mengamati gejala klinik dan kondisi pasca kemoterapi setelah pasien mendapatkan kemoterapi siklus pertama sampai ketiga.  Hasil menunjukkan bahwa setelah kemoterapi selama tiga siklus, pada gejala klinik, persen hilang gejala pada pasien stadium  I, II, III dan IV untuk keputihan masing-masing adalah 100%, 96%, 93,3% dan 25%; pada gejala pendarahan, masing-masing adalah 100%, 68%, 53,3% dan 0%; sedangkan rata-rata skor nyeri masing-masing adalah 0,9±0,9; 1,0±1,5; 1,4±,4 dan 3,5±1,9.   Pada kondisi pasca kemoterapi, persentase pasien yang dinyatakan mengalami perbaikan pada pasien stadium I, II, III dan IV masing-masing adalah 100%, 96%, 93,9% dan 75%. Hasil di atas  menunjukkan bahwa kemoterapi menunjukkan kecenderungan makin efektif pada pasien kanker serviks  dengan stadium yang makin rendah.Kata kunci : kanker serviks, stadium, kemoterapi, gambaran klinik
POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI AIR DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Lanny Mulqie; Suwendar Suwendar; Ratu Choesrina; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v4i1.6818

Abstract

Penyakit infeksi memiliki peranan yang cukup besar untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penerimaan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional untuk menangani penyakit mencapai 58%. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional yaitu daun jambu air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri daun jambu air terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli melalui penetapan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan tipe kerja fraksi air daun jambu air. Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan air. Penetapan KHM dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan teknik sumur. Penentuan tipe kerja dilakukan dengan metode turbidimetri. Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi air daun jambu air memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai KHM 0,78%. Tipe kerja fraksi air daun jambu air adalah bakterisid primer.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] DENGAN MIKRODILUSI AGAR Lanny Mulqie; Suwendar Suwendar; Muhammad Fakhrur Rajih; Dieni Mardliyani; Imas Yumniati; Widiasari Widiasari; Zakiyyah Nurrosyidah
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v5i1.7849

Abstract

Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia cukup berlimpah. Tanaman merupakan sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah jambu air. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu air terhadap S. aureus, dan E.coli dan penetapan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM), serta pengujian konsentrasi bunuh minimum (KBM). Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan etanol 96%. Penetapan KHM dilakukan dengan metode mikrodilusi agar. Pengujian KBM dilakukan dengan menggoreskan sejumlah 5 µL alikuot dari sumur pelat mikro yang menunjukkan kejernihan diatas media MHA. Nilai KHM dan KBM ekstrak etanol daun jambu air terhadap S. aureus, dan E.coli yaitu 20.000 μg/mL dan 40.000 μg/mL.
KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER SERVIKS BERDASARKAN JUMLAH KOMORBID, KOMPLIKASI PENYAKIT DAN EFEK SAMPING KEMOTERAPI Suwendar Suwendar
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v2i2.4538

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker dengan tingkat prevalensi yang tinggi.  Kualitas hidup pasien kanker serviks akan menurun disebabkan penyakitnya maupun terapi yang diberikan. Adanya komorbid, komplikasi penyakit dan efek samping dari kemoterapi yang menyertai akan mempengaruhi kualitas hidup pasien.  Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah komorbid, komplikasi dan efek samping kemoterapi terhadap kualitas hidup pasien kanker serviks. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional prospektif.  Subyek penelitian adalah pasien kanker serviks rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi.  Data yang diambil adalah kualitas hidup pasien kanker berdasarkan jumlah komorbid, komplikasi dan efek samping kemoterapi yang diderita. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner EQ-5D-3L.  Data dianalisis dengan uji statistik ANOVA dengan uji lanjut LSD (p < 0,05).  Hasil : Pada pasien tanpa komorbid, dengan satu komorbid dan dua komorbid : rata-rata nilai utility masing-masing adalah 0,67±0,13, 0,55±0,15 dan 0,46 ±0,16; rata-rata nilai EQ-5D VAS masing-masing adalah 57,50±24,75;  45,45±9,34 dan 40,00±8,16. Komplikasi yang paling sering dijumpai adalah anemia.  Anemia berat cenderung lebih menurunkan kualitas hidup dibandingkan anemia ringan meskipun tidak signifikan. Untuk pasien dengan anemia ringan dan berat, nilai utility masing-masing adalah : 0,64±0,14 dan 0,48±0,15, sedangkan nilai EQ-5D VAS masing-masing adalah : 46,67±14,15 dan 42,50±15,12.  Efek samping kemoterapi yang paling sering dialami adalah emesis dan trombositopenia.  Kualitas hidup penderita dengan trombositopenia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang hanya mengalami emesis, meskipun tidak signifikan.  Pada pasien yang mengalami emesis, rata-rata nilai utility adalah 0,65±4,28 dan nilai EQ-5D VAS adalah 49,54±15,43.  Pada pasien dengan trombositopenia, rata-rata nilai utility adalah 0,43±0,38 dan nilai EQ-5D VAS adalah 35,00±13,23. Kesimpulan : Jika jumlah komorbid yang diderita pasien kanker serviks semakin banyak serta  komplikasi penyakit dan efek samping kemoterapi makin berat maka kualitas hidup pasien akan semakin menurun. Kata kunci : kanker serviks, kualitas hidup, EQ-5D-3L ABSTRACT Background: Cervical cancer is one type of cancer with a high prevalence. The quality of life of patients with cervical cancer will decrease due to the disease or the therapy given. The presence of comorbidities, complications of disease and side effects of chemotherapy that accompany will affect the quality of life of patients. Aims: This study aimed to determine the effect of comorbid amount, complications and side effects of chemotherapy on the quality of life of patients with cervical cancer. Methods: The study was conducted in a prospective cross-sectional design. The subjects of the study were hospitalized cervical cancer patients who met  the inclusion criteria. The data taken were the quality of life of cancer patients based on the number of comorbidities, complications and side effects of chemotherapy suffered. Data collection was carried out using the EQ-5D-3L questionnaire. Data were analyzed by ANOVA statistical test with LSD (p <0.05). Results: In patients without comorbidities, with one comorbid and two comorbid: the average utility value was 0.67 ± 0.13, 0.55 ± 0.15 and 0.46 ± 0.16; the average EQ-5D VAS values were 57.50 ± 24.75; 45.45 ± 9.34 and 40.00 ± 8.16 respectively. The most common complication was anemia. Severe anemia tended to further reduce quality of life compared to mild anemia, although not significant. For patients with mild and severe anemia, the utility values were: 0.64 ± 0.14 and 0.48 ± 0.15, while the EQ-5D VAS values were: 46.67 ± 14.15 and 42.50 ± 15.12 respectively. The most common side effects of chemotherapy were emesis and thrombocytopenia. The quality of life of patients with thrombocytopenia tended to be lower compared to patients who only experience emesis, although not significantly. In patients who experience emesis, the average utility value was 0.65 ± 4.28 and the EQ-5D VAS value was 49.54 ± 15.43. In patients with thrombocytopenia, the average utility value was 0.43 ± 0.38 and the EQ-5D VAS value was 35.00 ± 13.23. Conclusion: If the number of comorbidities suffered by patients with cervical cancer is increasing, the complications of the disease and the side effects of chemotherapy are getting heavier than the patient's quality of life will decrease.Keyword: cervical cancer, quality of life, EQ-5D-3L
POTENSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burn F.) Alston] TERHADAP STHAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI Ratu Choesrina; Suwendar Suwendar; Lanny Mulqie; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v2i1.4230

Abstract

Staphylococcus aureus (S. Aureus) is a constituent of the Gram positive type of normal flora. But if the amount is excessive it will become a pathogen in humans. Likewise with Escherichia coli (E. coli) which is a gram negative bacterium.Antibacterials that are available generally have a broad spectrum, so that side effects can damage normal flora if used long-term, according to the results of a study by Hariyati et al. The ethanol extract has great potential as an antimicrobial source. flavonoids, phenolic compounds and tannins have antibacterial properties. This antibacterial activity test uses agar diffusion method with wells to determine MIC, work spectrum, and work type against test bacteria (with turbidimetry method), the series of ethyl acetate fraction concentrations used is 50%; 25%; 12.5%; 6.25%; 3.13%; 1.56%; 0.78%; 0.31%. Then compared with the comparative antibiotic tetracycline using regression analysis. Ethyl acetate fraction of guava leaves has anti-bacterial activity against S. aureus and E. coli with KHM values of 12.50%. The working type of ethyl acetate fraction tends to be bactericidal in both S. aureus and E. coli. Equality of activity against S. aureus from 1 g of ethyl acetate fraction to tetracycline was 0.0295 g whereas for E. coli it was 0.0186 g.Keywords: antibacterial, Staphylococcus aureus, Escherichia coli
Potensi Aktivitas Antiketombe dari Daun Jambu Air [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] Suwendar Suwendar; Sri Peni Fitrianingsih; Fetri Lestari; Dieni Mardliyani; Nisa Fitriani
Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 6, No 3 (2019): J Sains Farm Klin 6(3), Desember 2019
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.643 KB) | DOI: 10.25077/jsfk.6.3.250-253.2019

Abstract

Daun jambu air telah banyak dikenal di masyarakat Indonesia sebagai pembungkus makanan sehingga makanan dapat disimpan lebih lama.  Hal ini menunjukkan  daun jambu air memiliki aktivitas antimikroba.  Jambu air telah diketahui  mengandung flavonoid and tanin yang memiliki khasiat anti jamur.  Penyakit infeksi karena jamur, merupakan penyakit dengan tingkat penderita yang tinggi di Indonesia, salah satu diantaranya adalah ketombe.  Ketombe disebabkan oleh Pityropsorum ovale.  Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan  secara ilmiah mengenai potensi aktivitas daun jambu air pada jamur penyebab ketombe. Evaluasi  dilakukan secara in vitro dengan metode  difusi agar menggunakan teknik sumur pada jamur penyebab ketombe yaitu Pityrosporum ovale dengan indikator capaian adalah terbentuknya zona hambatan pertumbuhan.  Hasil menunjukkan bahwa bahan uji berupa ekstrak etanol dan  fraksi ekstrak yaitu  fraksi n-heksan, etil asetat maupun air memiliki khasiat menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale masing-masing pada konsentrasi hambat minimum (KHM) : 1, 1, 0,5 dan 4% b/v. Aktivitas pada Pityrosporum ovale yang tertinggi ditunjukkan oleh fraksi etil asetat karena memiliki nilai KHM terendah. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa daun jambu air berpotensi untuk dikembangkan menjadi sediaan yang berkhasiat anti ketombe.  
Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks yang Mendapat Regimen Kemoterapi Cisplatin-Vinkristin-Bleomisin dan Carboplatin-Paklitaksel Suwendar Suwendar; Achmad Fudholi; Tri Murti Andayani; Herri S. Sastramihardja
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 10, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.44475

Abstract

Cervical cancer is one type of cancer with a high prevalence in women. Quality of life of someone with cervical cancer will decrease. Quality of life can also decrease because of chemotherapy regimens. The purpose of this study was to evaluate the impact of cisplatin-vincristine-bleomycin and carboplatin-paclitaxel regimens on the quality of life of patients. Through this research how the difference in quality of life of patients with cervical cancer before and after chemotherapy could be known. Additionally, the  differences impact on the quality of life of the two regimens also were observed.  The study was conducted by using cross sectional design in hospitalization patients. Data were taken prospectively by conducting field observations. Measuring the quality of life was done using the EORTC QLQ-C30 questionnaire. Differences of domain values before and after chemotherapy in each regimen were analyzed by paired t-test (p <0.05). Quality of life difference between two regimens were analyzed by unpaired t test (p<0.05). The results showed that there was an increasing trend of the value of the functional domain, impairment of symptoms domain and an increase in the value of global health status domain after three cycles of chemotherapy of two regimens, except the symptoms of nausea and vomiting and loss of appetite that showed an increasing trend. Patients who received cisplatin-vincristine-bleomycin regimen showed a significant increasing (p = 0.009) in decreased of appetite symptom’s scores. No significant differences in the quality of life of patients who delivered chemotherapy regimen of cisplatin-vincristine-bleomycin compared to carboplatin-paclitaxel regimen.
Uji Efektivitas Ekstrak Etil Asetat Daun Ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum L.) sebagai Biolarvasida terhadap Larva Culex Sp. Dimas Ridwan Firdaus; Sri Peni Fitrianingsih; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.971 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3904

Abstract

Abstract. Based on Permenkes RI No. 374/MENKES/PER/III/2010 vector-borne diseases are still endemic diseases that can cause outbreaks or extraordinary events and can cause public health problems, in this case mosquito vectors, larvicides are types of insecticides used to control mosquito larvae which will later turn into vectors, the use of biolarvicides is being studied nowadays because it has environmental pollution effects and is safer than chemical larvicides. Some of the plants that can be used as biolarvicides are ruku-ruku, the content of saponins and terpenoids contained in the leaves of ruku-ruku has a toxic effect on the larvae of Culex sp. so that, the idea was made to make biolarvicides from the ruku-ruku plant, in this study the larvaciding technique method was used which was intended to determine the presence of larvicidal activity in the ethyl acetate extract of ruku-ruku leaves against Culex sp. larvae. Ruku-ruku leaf acetate has a larvicidal toxicity value in the effective category because it has an LC50 value of 0,0481 %. Abstrak. Bersumber pada Permenkes RI Nomor. 374/ MENKES/ PER/ III/ 2010 penyakit yang ditularkan lewat vektor masih menjadi sebuah penyakit endemis yang bisa memunculkan wabah ataupun peristiwa luar biasa dan bisa memunculkan kendala kesehatan bagi penduduk, dalam perihal ini merupakan vektor nyamuk, larvasida merupakan tipe insektisida yang digunakan untuk mengatur larva nyamuk yang nantinya hendak berubah menjadi vektor, pemakaian biolarvasida tengah banyak diteliti dewasa ini sebab memiliki dampak pencemaran area serta bahaya yang lebih aman dibandingkan dengan larvasida kimia. Sebagian antara lain tumbuhan yang bisa digunakan selaku biolarvasida merupakan tumbuhan ruku-ruku, kandungan saponin serta terpenoid yang terdapat di dalam daun ruku- ruku memiliki dampak toksik untuk larva nyamuk Culex sp. sebab perihal tersebut maka dibuatlah ide untuk membuat biolarvasida dari tanaman ruku- ruku, pada riset ini digunakan tata cara larvaciding technique yang mana diperuntukan untuk mengenali terdapatnya aktivitas larvasida pada ekstrak etil asetat daun ruku-ruku terhadap larva Culex sp., setelah itu didapatkan hasil bahwa ekstrak etil asetat daun ruku-ruku memiliki nilai toksisitas larvasida di kategori efektif sebab memiliki nilai LC50 di 0, 0481%.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Annisa Ajeung Wulandari; Suwendar; Lanny Mulqie
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.466 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3927

Abstract

Abstract. Infectious diseases are one of the biggest health problems causing death in the world, especially lower respiratory tract infections and diarrheal diseases. Infectious diseases can be caused by microorganisms that can weaken human health such as bacteria. One of the plants that can be used as an antibacterial is White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus). This study aims to determine the antibacterial activity of the ethanol extract of white oyster mushroom, determination of the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and the working spectrum of the ethanol extract of white oyster mushroom. The results of this study showed that the ethanolic extract of white oyster mushroom did not produce the diameter of the inhibition zone on the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli using the agar diffusion method at concentrations of 80%, 60%, 40%, 20% and 10%. MIC and working spectrum could not be determined because it did not inhibit the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli using solid dilution method at concentrations of 80%, 40%, 20% and 10%. Abstrak. Penyakit infeksi adalah salah satu masalah kesehatan penyebab kematian terbesar di dunia terutama infeksi saluran pernapasan bawah dan penyakit diare. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat melemahkan kesehatan manusia seperti bakteri. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai antibakteri yaitu Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol jamur tiram putih, penetapan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan spektrum kerja dari ekstrak etanol jamur tiram putih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol jamur tiram putih tidak menghasilkan diameter zona hambat pada pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menggunakan metode difusi agar pada konsentrasi 80%, 60%, 40%, 20% dan 10%. KHM dan spektrum kerja tidak dapat ditentukan karena tidak menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menggunakan metode dilusi padat pada konsentrasi 80%, 40%, 20% dan 10%.
Uji Aktivitas Antelmintik Ekstrak Etanol Kulit Buah Delima (Punica granatum L.) terhadap Cacing Gelang Babi Dewasa (Ascaris suum Goeze.) dan Telurnya Secara In Vitro Dini Apriliani; Suwendar; Sri Peni Fitrianingsih
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.573 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3966

Abstract

Abstract. Worm infection is one of the problems that can cause health problems in developing countries, one of which is in Indonesia. Indonesia has a very high biodiversity. One of the plants thought to be used as anthelmintics is the pomegranate plant (Punica granatum L.). This study aims to scientifically prove the presence of anthelmintic activity against worms and their eggs from pomegranate peel and determine the concentration that has potential as anthelmintic. Anthelmintic activity tests were carried out on pork roundworms (Ascaris suum Goeze.) and their eggs. The tests were divided into 3 groups, namely the test group (test extract with a concentration of 5%, 10% and 20%), comparison group (piperazine citrate and pyrantel pamoate for testing against helminths and albendazole for testing against helminth eggs) and control groups (NaCl 0.9% and CMC Na 1% for testing against worms, Hank saline and CMC Na 1% for testing on eggs worm). The parameters were the type of paralysis, speed and percentage of paralysis and mortality in worms, while in worm eggs the percentage of inhibition on the development of fertile eggs. The results showed that all concentrations of extract used in the test had anthelmintic activity by causing spastic paralysis to death in worms and had ovicidal activity against worm eggs with the strongest concentration of 20%. Abstrak. Infeksi cacing merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Indonesia mempunyai keragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satu tanaman yang diduga dapat digunakan sebagai antelmintik adalah tanaman delima (Punica granatum L.). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah adanya aktivitas antelmintik terhadap cacing dan telurnya dari kulit buah delima serta menentukan konsentrasi yang berpotensi sebagai antelmintik. Pengujian aktivitas antelmintik dilakukan terhadap cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze.) dan telurnya. Pengujian dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok uji (ekstrak uji dengan konsentrasi 5%, 10% dan 20%), kelompok pembanding (piperazin sitrat dan pirantel pamoat untuk pengujian terhadap cacing dan albendazole untuk pengujian terhadap telur cacing) dan kelompok kontrol (NaCl 0,9% dan CMC Na 1% untuk pengujian terhadap cacing, hank salin dan CMC Na 1% untuk pengujian pada telur cacing). Parameter yang diamati berupa tipe paralisis, kecepatan serta persentase paralisis dan kematian pada cacing, sedangkan pada telur cacing yaitu persentase inhibisi terhadap perkembangan telur fertil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua konsentrasi ekstrak uji yang digunakan dalam pengujian memiliki aktivitas antelmintik dengan menyebabkan terjadinya paralisis spastik hingga kematian pada cacing dan memiliki aktivitas ovisida terhadap telur cacing dengan konsentrasi yang paling kuat yaitu 20%.