Suwendar Suwendar
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia

Published : 42 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Studi Literatur Aktivitas Antimalaria Tanaman Afrika (Vernonia amygdalina Del.) Nursetia Widia Astuti; Sri Peni Fitrianingsih; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.178 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4815

Abstract

Abstract. Malaria is a public health problem in various parts of the world, because malaria causes death in infants, toddlers, pregnant women and adults and can have an impact on social development. The prevalence of malaria in Indonesia in 2019 was 250,644 cases. Most cases almost occurred in Papua, around 86% with a total of 216,380 cases. The second area with the most malaria cases is East Nusa Tenggara with 12,909 cases and West Papua with 7,079 cases. The use of antimalarial drugs with herbal plants has been used by the community empirically, due to the presence of antimalarial drug resistance, especially in malaria endemic areas. So it is necessary to have antimalarial medicinal plants that can be developed into antimalarial herbal medicines. There are many plants that have antimalarial activity, one of which is the African plant (Vernonia amygdalina Del.). There are many plants that have antimalarial activity, one of which is the African plant (Vernonia amygdalina Del.). The purpose of this literature study was to determine the level of antimalarial activity of African plants and to determine the content of secondary metabolites that are efficacious as antimalarials. The research was conducted using the Systematic Literature Review (SLR) method in reputable journals using the keyword Vernonia amygdalina Del antimalarial. The results of the literature study showed that the African plant parts, namely the leaves from the cyclohexane extract with the maceration method, could inhibit the Plasmodium falciparum parasite with an IC50 value of 4.34 g/ml in the very category and the aqueous extract with the maceration method could inhibit the growth of the Plasmodium berghei parasite with % inhibition. by 70.87% with very active category. African plants contain secondary metabolites from the terpenoid group, namely vernodalol and vernolide with IC50 values ​​<10. Abstrak. Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia, karena penyakit malaria menyebabkan kematian pada bayi, balita, ibu hamil dan orang dewasa juga dapat berdampak pada perkembangan sosial. Prevalensi mengenai penyakit malaria yang terjadi di Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 250.644 kasus. Sebagian kasus hampir terjadi di daerah Papua sekitar 86% dengan jumlah 216.380 kasus. Daerah kedua dengan kasus malaria terbanyak yaitu Nusa Tenggara Timur dengan jumlah kasus sebanyak 12.909 kasus dan Papua Barat dengan jumlah kasus 7.079 kasus. Penggunaan obat antimalaria dengan tanaman herbal telah digunakan oleh masyarakat secara empiris, karena adanya resistensi obat antimalaria terutama didaerah endemik malaria. Sehingga diperlukan adanya tumbuhan obat antimalaria yang dapat dikembangkan menjadi obat herbal antimalaria.Terdapat banyak tanaman yang memiliki aktivitas antimalaria salah satunya adalah tanaman afrika (Vernonia amygdalina Del.). Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas antimalarial tanaman afrika dan mengetahui kandungan metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antimalaria. Penelitian dilakukan dengan metode Systematic Literatur Review (SLR) pada jurnal bereputasi menggunakan kata kunci Vernonia amygdalina Del. antimalarial. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa bagian tanaman afrika yakni daun dari mulai ekstrak sikloheksana dengan metode maserasi dapat menghambat parasit Plasmodium falciparum dengan nilai IC50 sebesar 4,34 µg/ml dengan kategori sangat aktif dan ekstrak air dengan metode maserasi dapat menghambat pertumbuhan parasit Plasmodium berghei dengan %hambatannya sebesar 70,87% dengan kategori sangat aktif. Pada tanaman afrika terkandung metabolit sekunder dari golongan terpenoid yaitu vernodalol dan vernolide dengan nilai IC50<10.
Profil Peresepan Terapi Obat Covid-19 pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Santosa Hospital Bandung Kopo Periode Juni-Juli 2021 Muhammad Fakhry Ramadhan; Fetri Lestari; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.038 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4833

Abstract

Abstract. Coronavirus Disease 2019 (COVID19) is a disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has become a health problem around the world. Since it was first announced in Indonesia, from time to time covid-19 cases have increased in number, requiring special attention. Covid-19 management around the world has not been uniform, but each country is trying various treatment modalities to increase the cure rate. Prescribing profiles can be used as a basis in planning or supplying medicines for a disease and can increase insight and proficiency in counseling and pharmaceutical services for drug therapy. This study is to determine the profile of prescribing drug therapy in COVID-19 patients at Santosa Hospital Bandung Kopo from June to July 2021 period with observational descriptive methods and data collection from medical records with consecutive sampling. COVID-19 patients, in the age range of 46-65 years, totaled 49 patients and dominated by the male sex totaling 49 patients. The length of treatment for the most COVID-19 patients, which is more than 5 days, is 63 patients. The most common use of drugs prescribed on pharmacological therapy is Remdesivir followed by Favipiravir (antiviral), azithromycin (antibiotic), vitamin D3 5000 IU, Enoksaparin sodium (anticoagulant). The most widely prescribed use of drugs on symptomatic therapy is Lansoprazole (gastrointestinal tract), N-Acetylcystein (airway), Dexamethasone (corticosteroids), Acetaminophen (PCT) (analgesics), Betahistine (antihistamines). The most widely used use of drugs in patients with comorbidities are Amlodipine (cardiovascular), Metformin (antidiabetic), Midazolam (psychopharmaceutical). Abstrak. COVID-19 merupakan lanjutan dari wabah virus corona sebelumnya yaitu SARS dan MERS, penyakit ini juga bersifat zoonosis yaitu virus dapat menular dari hewan ke manusia, bahkan dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini sebagian besar obat yang digunakan untuk penderita COVID-19 adalah agen antivirus atau antibodi yang digunakan untuk penyakit lain. Berdasarkan Buku Pedoman Tatalaksana COVID-19 pada bulan Desember 2020, hanya ada beberapa terapi farmakologis yang dianjurkan untuk pasien dengan gejala ringan, sedang atau berat seperti vitamin C, vitamin D, antibiotik berupa azitromisin, antivirus berupa oseltamivir, favipiravir, dan remdesivir, pengobatan simtomatis serta fitofarmaka. Penelitian ini untuk mengetahui profil peresepan terapi obat pada pasien COVID-19 di Rumah Sakit Santosa Hospital Bandung Kopo periode Juni-Juli 2021 dengan metode deskriptif observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan mengambil data sekunder berupa data yang didapat dari rekam medik dan dengan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Sejumlah 90 pasien COVID-19 terbanyak yaitu pada usia 46-65 tahun sebanyak 49 pasien dan jenis kelamin sebanyak 49 pasien. Lama perawatan terbanyak yaitu diatas 5 hari sebanyak 63 pasien. penggunaan obat yang paling banyak diresepkan pada terapi farmakologi adalah Remdesivir yang dilanjutkan dengan Favipiravir (antivirus), Azitromisin (antibiotik), vitamin D3 5000 IU, Enoksaparin sodium (antikoagulan). Penggunaan obat yang paling banyak diresepkan pada terapi simtomatis adalah Lansoprazole (saluran cerna), N-Acetylcystein (saluran nafas), Deksametason (kortikosteroid), Acetaminophen (PCT) (analgetik), Betahistine (antihistamin). Penggunaan obat yang paling banyak digunakan pada pasien dengan komorbid adalah Amlodipine (kardiovaskular), Metformin (antidiabetes), Midazolam (psikofarmaka).
Studi Literatur Aktivitas Antelmintik dari Biji Pinang (Areca catechu L.) Nurwahida Yani; Suwendar
Jurnal Riset Farmasi Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v2i2.1271

Abstract

Abstract. Worm infection is a disease that includes Neglected Tropical Disease (NTD). This disease can affect all ages, but in preschoolers, it is more common. Ascariasis are chronic infections but the clinical symptoms caused are not clear and the impact will be seen in the long term. Treatment to prevent worm infection can use herbal plants as an alternative, one of the plants that has the potential as anthelmintics is betel nut (Areca catechu L.). This research is in the form of a systematic literature review by searching for articles through Google scholar and Science direct, then selecting according to the inclusion criteria, the total articles obtained are 16 articles and then data processing is carried out. This study aims to determine the potential anthelmintic activity of the areca nut, to determine the secondary metabolites that play a role in the anthelmintic activity of areca nut, and to determine the presence or absence of adverse side effects such as nausea, vomiting, and diarrhea produced by areca nut. In the results of this literature study, it is known that areca nut has potential as an anthelmintic. In this plant, there are secondary metabolites that are efficacious as anthelmintics in the form of phenols, flavonoids, alkaloids, saponins, tannins, terpenoids, and a typical active compound in the form of arecoline. Areca nut is known to have adverse side effects in the form of nausea, vomiting, and diarrhea. Abstrak. Infeksi cacingan merupakan penyakit yang termasuk Neglected Tropical Disease (NTD). Penyakit ini bisa menyerang semua usia, akan tetapi pada anak usia prasekolah lebih sering terjadi. Cacingan merupakan infeksi yang bersifat kronis akan tetapi gejala klinis yang ditimbulkan tidak jelas dan dampaknya akan terlihat dalam jangka waktu yang panjang. Pengobatan untuk mencegah terjadinya infeksi cacingan dapat menggunakan tanaman herbal sebagai alternatif, salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai antelmintik adalah tumbuhan pinang (Areca catechu L.). Penelitian ini berupa systematic literature review dengan pencarian artikel melalui Google scholar dan Science direct, lalu dilakukan seleksi sesuai dengan kriterian inklusinya, total artikel yang diperoleh adalah 16 artikel kemudian dilakukan pengolahan data. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antelmintik dari biji pinang, mengetahui metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas antelmintik pada biji pinang, dan mengetahui ada atau tidaknya efek samping merugikan berupa mual, muntah, dan diare yang dihasilkan oleh biji pinang. Pada hasil studi literatur ini diketahui bahwa biji pinang memiliki potensi sebagai antelmintik. Pada tanaman ini terdapat metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antelmintik berupa fenol, flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, serta senyawa aktif yang khas berupa arekolin. Pada biji pinang diketahui memiliki efek samping merugikan berupa mual, muntah, dan diare.
ANTIDIARE INFUSA DAUN LEUNCA (SOLANUM AMERICANUM MILLER.) PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Setiadi Ihsan; Doni Anshar Nuari; Suwendar Suwendar; Dede Ratih Hasanul Aliyah
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 14, No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v14i1.2352

Abstract

Diare merupakan penyakit yang umum dijumpai, dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa. Diare ditandai dengan terjadinya peningkatan frekuensi defekasi yang disertai dengan feses yang cair. Penggunaan obat baik sintetis maupun alami telah diketahui dapat menanggulangi diare yang terjadi, salah satu tanaman sebagai obat alami yang digunakan masyarakat secara empiris adalah daun leunca (Solanum americanum Miller) namun belum ada  bukti ilmiah penggunaan empiris tersebut. Penggunaan di masyarakat berupa rebusan daun leunca mendorong peneliti melakukan pengujian aktivitas antidiare infusa daun leunca (Solanum AmericanumMiller.) pada mencit jantan galur Swiss Webster dengan metode proteksi terhadap oleum ricini dan transit intestinal. Infusa daun leunca pada dosis 0,0325, 0,065, dan 0,13 g/Kg BB memiliki aktivitas antidiare dengan menurunkan bobot feses, dan frekuensi defekasi serta  meningkatkan konsistensi feses, disertai kecenderungan dalam penurunan gerak peristaltik usus pada dosis 0,13 g/Kg BB berbeda bermakna terhadap kontrol positif (p≤0,05).
Uji Aktivitas Antidiabetes Kombucha Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus) Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan Difani Armandita Khoerunnisa; Ratu Choesrina; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8102

Abstract

Abstrak. Data empiris menunjukan daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi diabetes melitus. Namun karena rasanya yang pahit sehingga dibuat fermentasi dengan kultur kombucha untuk memperbaiki rasa dan meningkatkan senyawa fenolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa metabolit simplisia kombucha daun gaharu, dapat membuktikan efek dan menentukan dosis efektif kombucha daun gaharu yang memiliki aktivitas menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Penelitian eksperimental dengan menggunakan 5 kelompok yaitu kelompok I kontrol negatif diberikan CMC Na 1%, kelompok II kontrol pembanding diberikan glibenklamid, kelompok III, IV, dan V diberikan kombucha daun gaharu dengan dosis 0,26 ml/20 gBB, 0,52 ml/20 gBB, 1 ml/20 gBB. Sampel darah diambil pada hari ke-7 dan ke-14. Kemudian data dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA dengan tingkat signifikansi p<0,05, dan dilanjutkan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombucha daun gaharu mengandung golongan senyawa metabolit seperti flavonoid, saponin, tannin, polifenolat, triterpenoid, dan steroid. Pemberian kombucha daun gaharu dosis 0,26 ml/20 gBB, 0,52 ml/20 gBB, 1 ml/20 gBB mencit memiliki dampak terhadap penurunan kadar glukosa darah. Dosis yang paling efektif terlihat pada kombucha daun gaharu dosis 1 ml/20 gBB mencit. Kata Kunci: Kombucha, Gaharu, Antidiabetes, Aloksan, Kadar glukosa darah. Abstract. Empirical data shows that agarwood leaves (Aquilaria malaccensis Lam.) are an alternative for overcoming diabetes mellitus. However, because of its bitter taste, it is fermented with kombucha culture to improve the taste and increase phenolic compounds. The purpose of this study was to determine the class of kombucha metabolite compounds of agarwood leaves, can prove the effect, and determine the effective dose of agarwood leaf kombucha which has the activity of lowering blood glucose levels of mice induced by alloxan. Experimental research using 5 groups, namely group I negative control given CMC Na 1%, group II comparison control given glibenclamide, group III, IV, and V have given agarwood leaf kombucha at doses of 0,26 ml / 20 gBB, 0,52 ml / 20 gBB, and 1 ml / 20 gBB. Blood samples were taken on days 7 and 14. Then the data were analyzed using a one-way ANOVA test with a significance level of p<0,05, and continued LSD testing. The results showed that agarwood leaf kombucha contains a class of metabolite compounds such as flavonoids, saponins, tannins, polyphenolics, triterpenoids, and steroids. Giving kombucha agarwood leaves doses of 0,26 ml/20 gBB, 0,52 ml/20 gBB, and 1 ml/20 gBB mice reduces blood glucose levels. The most effective dose is seen in kombucha agarwood leaves dose of 1 ml/20 gBB mice. Keywords: Kombucha, Gaharu, Antidiabetic, Alloxan, Blood glucose level.
Hubungan Kepatuhan Penggunaan Obat dengan Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia Hebefrenik Rawat Jalan di Poliklinik Jiwa RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi Nadya Nurjanah; Suwendar; Ratu Choesrina
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8675

Abstract

Abstract. Schizophrenia is a mental illness with symptoms of psychosis and cognitive dysfunction. The prevalence of schizophrenia in Indonesia is 400,000 people. Non-adherence to antipsychotic medication has an impact on leading to disease complication, low effectiveness of drug treatment, and decreased quality of life. This study aims to determine the characteristics of patients, identify the level of medication adherence and the level of quality of life and determine relationship of medication adherence and quality of life. The research instrument used the MMAS-8 to asses medication adherence and WHOQOL-BREF to assess the quality of life and statistical correlation analyzed using the chi-square test. The results showed that relationship of medication adherence and quality of life in patients with hebephrenic schizophrenia at the psychiatric polyclinic RSUD R. Syamsudin, S.H. Sukabumi City had a low level of adherence and quality of life, a correlation analysis showed that there was a significant correlation between medication adherence and quality of life (p value=0.00, P<0.05). Abstrak. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kesehatan mental dengan gejala psikosis serta disfungsi kognitif. Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia yaitu sebanyak 400.000 orang. Ketidakpatuhan penggunaan obat antipsikotik dapat menimbulkan komplikasi, tujuan terapi tidak tercapai dan menurunkan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, mengidentifikasi tingkat kepatuhan penggunaan obat dan tingkat kualitas hidup serta mengetahui hubungan antara kepatuhan penggunaan obat dengan kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan kuesioner MMAS-8 untuk menilai kepatuhan penggunaan obat dan WHOQOL-BREF untuk menilai kualitas hidup serta analisis korelasi secara statistik dengan metode chi-square. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan kualitas hidup pasien skizofrenia hebefrenik rawat jalan di poliklinik jiwa RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi menunjukkan tingkat kepatuhan dan tingkat kualitas hidup rendah, serta pada hasil analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kepatuhan penggunaan obat dan kualitas hidup (p value=0.00, P<0.05).
Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Tunggal Dan Kombinasi Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Dan Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Terhadap Mencit Swiss Webster Jantan Ratna Khoerunisa; Sri Peni Fitrianingsih; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon jaringan terhadap cedera dan faktor eksternal lainnya. Prevalensi penyakit inflamasi cukup tinggi dan adanya permasalahan akibat obat sehingga dibutuhkan alternatif antiinflamasi. Flavonoid yang terdapat didalam daun kelor dan daun asam jawa diduga memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak daun kelor dan daun asam jawa dalam aktivitas antiinflamasi dan menentukan dosis efektif kombinasi ekstrak daun kelor dan daun asam jawa yang menunjukan aktivitas antiinflamasi. Telah dilakukkan penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari ekstrak tunggal dan kombiansi daun kelor dan daun asam jawa pada mencit jantan galur swiss webster yang diinduksi karagenan secara intraplantar. Subjek penelitian terdiri dari 7 kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Pada kelompok kontrol positif, kelompok pembanding dan kelompok uji diberikan induksi karagenan 1% kecuali pada kelompok kontrol negatif yang diinduksi dengan Nacl 0,9%. Pada pembanding diberikan sediaan natrium diklofenak dengan dosis 25mg/kgbb dan pada kelompok uji diberikan dosis tunggal dan kombinasi dengan dosis berfairasi secara yang diberikan secara oral 1 jam sebelum diinduksi karagenan. Pengukuran dilakukan dengan interval waktu 1 jam selama 6 jam dengan parameter ketebalan udem pada kaki mencit menggunakan jangka sorong. Kemudian dilakukan analisis data menggunakan ANOVA dengan uji lanjutan LSD. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi ekstrak daun kelor dan daun asam jawa memiliki aktifitas antiinflamasi. Kata kunci : antiinflamasi, daun kelor, daun asam jawa. Abstract. Inflammation is the body's defense mechanism as a tissue response to injury and other external factors. The prevalence of inflammatory diseases is quite high and there are problems due to drugs so that anti-inflammatory alternatives are needed. Flavonoids contained in moringa leaves and tamarind leaves are thought to have anti-inflammatory effects. This study was conducted to determine the effect of a combination of moringa and tamarind leaf extracts in anti-inflammatory activity and determine the effective dose of a combination of moringa and tamarind leaf extracts that show anti-inflammatory activity. Research has been conducted on the anti-inflammatory activity of single extracts and combinations of moringa leaves and tamarind leaves in male Swiss Webster mice induced by carrageenan intraplantar. The research subjects consisted of 7 groups that were given different treatments. The positive control group, comparison group and test group were given 1% carrageenan induction except for the negative control group which was induced with 0.9% Nacl. The comparison group was given diclofenac sodium preparation at a dose of 25mg / kgbb and the test group was given a single dose and a combination with a dose that was orally administered 1 hour before carrageenan induction. Measurements were made at 1 hour intervals for 6 hours with the parameter of udem thickness in the legs of mice using a caliper. Then data analysis was conducted using ANOVA with further test. Keywords: anti-inflammatory, moringa leaves, tamarind leaves.
Studi Literatur Aktivitas Antelmintik dari Biji Pinang (Areca catechu L.) Nurwahida Yani; Suwendar
Jurnal Riset Farmasi Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v2i2.1271

Abstract

Abstract. Worm infection is a disease that includes Neglected Tropical Disease (NTD). This disease can affect all ages, but in preschoolers, it is more common. Ascariasis are chronic infections but the clinical symptoms caused are not clear and the impact will be seen in the long term. Treatment to prevent worm infection can use herbal plants as an alternative, one of the plants that has the potential as anthelmintics is betel nut (Areca catechu L.). This research is in the form of a systematic literature review by searching for articles through Google scholar and Science direct, then selecting according to the inclusion criteria, the total articles obtained are 16 articles and then data processing is carried out. This study aims to determine the potential anthelmintic activity of the areca nut, to determine the secondary metabolites that play a role in the anthelmintic activity of areca nut, and to determine the presence or absence of adverse side effects such as nausea, vomiting, and diarrhea produced by areca nut. In the results of this literature study, it is known that areca nut has potential as an anthelmintic. In this plant, there are secondary metabolites that are efficacious as anthelmintics in the form of phenols, flavonoids, alkaloids, saponins, tannins, terpenoids, and a typical active compound in the form of arecoline. Areca nut is known to have adverse side effects in the form of nausea, vomiting, and diarrhea. Abstrak. Infeksi cacingan merupakan penyakit yang termasuk Neglected Tropical Disease (NTD). Penyakit ini bisa menyerang semua usia, akan tetapi pada anak usia prasekolah lebih sering terjadi. Cacingan merupakan infeksi yang bersifat kronis akan tetapi gejala klinis yang ditimbulkan tidak jelas dan dampaknya akan terlihat dalam jangka waktu yang panjang. Pengobatan untuk mencegah terjadinya infeksi cacingan dapat menggunakan tanaman herbal sebagai alternatif, salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai antelmintik adalah tumbuhan pinang (Areca catechu L.). Penelitian ini berupa systematic literature review dengan pencarian artikel melalui Google scholar dan Science direct, lalu dilakukan seleksi sesuai dengan kriterian inklusinya, total artikel yang diperoleh adalah 16 artikel kemudian dilakukan pengolahan data. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antelmintik dari biji pinang, mengetahui metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas antelmintik pada biji pinang, dan mengetahui ada atau tidaknya efek samping merugikan berupa mual, muntah, dan diare yang dihasilkan oleh biji pinang. Pada hasil studi literatur ini diketahui bahwa biji pinang memiliki potensi sebagai antelmintik. Pada tanaman ini terdapat metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antelmintik berupa fenol, flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, serta senyawa aktif yang khas berupa arekolin. Pada biji pinang diketahui memiliki efek samping merugikan berupa mual, muntah, dan diare.
HYPNOTIC-SEDATIVE ACTIVITY TEST OF 70% ETHANOL EXTRACT OF LETTUCE (Lactuca sativa L.) IN MALE WHITE MICE SWISS WEBSTER STRAIN Sadino, Asman; Renggana, Hesti; Suwendar, Suwendar; Apriani, Riza; Nurhandayani, Yuni
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 15, No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Faculty of Mathematic and Natural Science, Garut University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jifb.v15i2.3090

Abstract

Humans who use medicines for insomnia may experience a variety of adverse effects, including dependence. Traditional medicine frequently uses lettuce (Lactuca sativa L.) to treat various conditions, including sleep difficulties. Terpenoids, which are secondary metabolites found in lettuce plants, are to blame for this. This study aimed to see if an ethanolic extract of lettuce leaf had any sedative-hypnotic activity in Swiss Webster strain male white mice induced by phenobarbital at a dose of 90 mg/KgBB intraperitoneally. In this study, the post-test-only control strategy was employed. The animals were divided into six groups (n = 4): negative (aqua dest), positive (Na-CMC 0.5%), comparison (diazepam 1.3 mg/KgBB), and ethanolic extract of lettuce leaf at doses of 300 mg/KgBB, 400 mg/KgBB, and 500 mg/KgBB. The parameters observed in this study were a combination of parameters from previous studies, namely the number of falls, sleep onset, and sleep duration in mice. The data obtained were then processed statistically using the one-way ANOVA (analysis of variance) and post-hoc test follow-up analysis with the LSD (least significant difference) test. The results showed that the ethanolic extract of lettuce leaves at 300, 400, and 500 mg/KgBB had a sedative-hypnotic effect. Doses of 300 mg/KgBB only increased sleep duration. In contrast, 400 and 500 mg/KgBB increased the number of falls, rapid sleep onset, and increased sleep duration, significantly different from positive controls (p<0.05). The effective dose of ethanolic extract of lettuce leaf as a sedative-hypnotic was 400 mg/KgBB.
AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Naphelium lappaceum L.) SEBAGAI ANTIDIABETES PADA MENCIT YANG DI INDUKSI ALOKSAN Elis Susilawati; Suwendar Suwendar; Gina Desianti
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No Edisi Khus (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 Edisi Khusus SemNas Tanaman Obat Indone
Publisher : Universitas Bhakti Kencana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta) di antara usia penderita DM 40-59 tahun. Indonesia merupakan negara urutan ke 7 dengan kejadian diabetes mellitus tertinggi dengan jumlah 8,5 juta penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap mencit yang diinduksi aloksan. Tiga puluh ekor mencit : kontrol negatif, kontrol positif, kelompok pembanding menggunakan Glibenklamid, kelompok uji ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dosis 25,50 dan 100 mg/kg BB. Semua kelompok kecuali kelompok kontrol negatif diinduksi aloksan 55 mg/kg BB secara intravena, 3 hari kemudian mencit yang kadar glukosa darahnya ±200 mg/dL digunakan untuk penelitian. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan bahwa ekstrak etanol daun rambutan mempunyai aktivitas menurunkan kadar glukosa darah terhadap mencit yang diinduksi aloksan. Dosis yang paling efektif menurunkan kadar glukosa darah adalah dosis 25 mg/kg BB.