Claim Missing Document
Check
Articles

Kemampuan Masiswa Camper dalam Merekonstruksi Irisan Prisma M Imamuddin; Isnaniah Isnaniah
Jurnal Educative: Journal of Educational Studies Vol 3, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1862.724 KB) | DOI: 10.30983/educative.v3i2.557

Abstract

The each individual has different characteristics, which distinguish between individuals with one another. The each individual experiences a different process of self-development, even though at a glance or generally has certain similarities that are not small. Similarly, the development of intelligence overcomes problems or fighting forces (adversity quotient) in solving mathematical problems, especially geometry.  Adversity Quotient (AQ) is an intelligence of someone to cope with the problem.   It is the ability to face difficulties in life. This Adversity Quotient (AQ) is needed to acquire knowledge. This research aimed at exploring camper students in reconstructing prims slices. It belongs to a qualitative research. Subject of the research is a camper student chosen randomly. To collect the data, the researcher used students’ task sheet and interview. The results in this study indicate that the ability of the camper students in reconstructing prism slices is less accurate, especially in placing points P, Q and drawing not through point P and drawing    and    being made unbroken. In general or overall the ability of camper students in reconstructing prism slices is in accordance with the stages in drawing prism slices, even though there are certain parts that are not perfect. This can be overcome by increasing training in drawing and under the guidance of lecturers and friends who are more capable. The suggestion of researchers based on the results of this study is that this research can be used as a foothold when lecturers teach prism sliced material in class. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda, yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing individu mengalami proses perkembangan diri yang berbeda, meskipun secara sepintas atau secara umum memiliki kesamaan-kesamaan tertentu yang tidak sedikit. Demikian pula, perkembangan kecerdasan mengatasi masalah atau daya juang (adversity quotient) dalam menyelesaikan masalah matematika khususnya geometri. Adversity Quotient (AQ) adalah kecerdasan mengatasi masalah (daya juang), yaitu kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan yang menghadangnya. Kecerdasan mengatasi masalah (daya juang) ini merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam pemerolehan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian berjumlah satu orang mahasiswa camper yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Lembar Tugas Mahasiswa (LTM) dan wawancara. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma kurang akurat khususnya dalam meletakkan titik P, Q dan menggambar  tidak melalui titik P serta menggambar  dan  dibuat tidak putus-putus. Secara umum atau secara keseluruhan kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma sudah sesuai dengan tahapan dalam mengambar irisan prisma, walaupun ada bagian-bagian tertentu yang belum sempurna. Hal ini bisa diatasi dengan memperbanyak latihan dalam menggambar dan dibawah bimbingan dari dosen dan teman-temannya yang lebih bisa. Saran peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah penelitian ini dapat dijadikan pijakan ketika dosen mengajarkan materi irisan prisma di kelas
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pelaporan Penilaian Autentik oleh Guru Matematika Madrasah M. Imamuddin; Isnaniah Isnaniah
KARIWARI SMART : Journal of Education Based on Local Wisdom Vol. 2 No. 1 (2022): January 2022
Publisher : Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.523 KB) | DOI: 10.53491/kariwarismart.v2i1.154

Abstract

Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilaksanakan di sekolah/madrasah oleh guru dalam upaya memperoleh informasi yang akurat terkait perkembangan siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penilaian autentik serta mengungkap kendala serta penyebabnya terkait pelaksanaan penilaian autentik oleh guru matematika MTs PP Mua’limin Sawah Dangka. Penelitian ini termasuk pada penelitian studi kasus (case study). Subjek dalam penelitian ini 1 Orang guru matematika MTs PP Mu’alimin Sawah Dangka Agam. Untuk mengungkap permasalahan, peneliti menggunakan instrument angket dan wawancara. Angket digunakan untuk mengumpulkan data terkait kesulitan/kendala yang dialami guru dan wawancara untuk mengungkap penyebabnya. Temuan pada penelitian ini adalah: 1) Aspek perencanaan, guru mengalami kesulitan dalam menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, 2) Aspek pelaksanaan, guru kesulitan dalam mengadakan kegiatan pengayaan, dan 3) Aspek pelaporan, guru kesulitan dalam menuliskan deskripsi naratif mengenai skor yang didapat siswa dalam ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan), kesulitan memadukan hasil analisis dari berbagai data/informasi yang didapat, serta kesulitan melakukan dokumentasi hasil penilaian secara sistematis, teliti dan rapi. Penyebabnya: Data belum menggunakan system komputerisasi, ketersediaan alokasi waktu yang belum sesuai dengan ketentuan Permendikbud no 35 tahu 2018, dan guru belum terbiasa untuk menuliskan dalam raport dikarenakan masih baru menjadi guru, selain itu data yang dikumpulkan belum terstruktur dengan baik, serta factor kesibukan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Secara keseluruhan pelaksanaan penilaian autentik terkait perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penialaian autentik oleh guru matematika MTs PP Sawah Dangka termasuk kedalam kriteria baik dengan persentase 69.3%.
PENGEMBANGAN SOAL LITERASI MATEMATIKA TERINTEGRASI ISLAM UNTUK SISWA MADRASAH M. Imamuddin; Hari Antoni Musril; Isnaniah Isnaniah
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.271 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v11i2.4830

Abstract

Pembelajaran matematika di madrasah dituntut untuk dilaksanakan secara Islami dan mampu melatih kemampuan literasi matematika siswa. Untuk itu diperlukan soal literasi matematika yang syarat dengan nilai-nilai Islam sebagai materi latihan dalam pembelajaran. Penelitan ini bertujuan mengembangkan dan menghasilkan soal literasi matematika terintegrasi Islam untuk materi bilangan bulat yang valid, praktis dan efektif. Metode penelitian ini, menggunakan metode penelitian pengembangan dengan tahapan: analisis, desain, dan evaluasi. Ujicoba produk dilaksanakan di kelas VII MTsN 2 Bukittinggi dan MTsN 7 Agam. Instrumen yang digunakan berupa: pedoman wawancara dengan guru/siswa, lembar analisis silabus, lembar validasi ahli, dan lembar angket guru/siswa. Analisis data kualitatif: tabulasi, redukasi (pengkodean dan pengelompokan), menyajikan dan menarik kesimpulan. Data kuantitatif dianalisis menggunakan persentase, kategori dan kriteria. Penelitian ini menghasilkan soal literasi matematika terintegrasi Islam untuk materi bilangan bulat. Soal yang dihasilkan berkriteria sangat valid dengan persentase 87.3% yang diperoleh dari penilaian ahli (pendidikan matematika, pendidikan Islam dan bahasa), sangat praktis dengan persentase 92% dan 94% yang diperoleh melalui ujicoba kelompok kecil dan besar, dan efektif berdasarkan efek potensial yaitu soal dapat memotivasi siswa, memiliki manfaat yang sangat baik dan mampu membedakan kemampuan literasi matematika siswa. Berdasarkan penelitian ini, direkomendasikan untuk menggunakan soal literasi matematika terintegrasi Islam dalam pembelajaran matematika.It is required to conduct mathematics learning in Madrasas by integrating Islamic values with the aims to foster students’ mathematical literacy skills. Therefore, tests on mathematical literacy skills should include Islamic values as their material. This research aims to develop and produce Islamic-integrated mathematical literacy tests for valid, practical and effective integer testing material. This research method uses development research methods with stages: analysis, design, and evaluation. The product trial was carried out on seventh grade students of MTsN 2 Bukittinggi and MTsN 7 Agam. The instruments used were interview guidelines with teachers/students, syllabus analysis sheets, expert validation sheets, and questionnaire for teachers/students. Qualitative data were analyzed through tabulation, reduction (coding and grouping), presenting, and drawing conclusions. Quantitative data were analyzed by using percentage, categories and criteria. This research produces an Islamic-integrated mathematical literacy tests for integer learning material. The developed tests are categorized valid with a percentage of 87.3% obtained from expert assessments (mathematics education, Islamic education, and language), practical with a percentage of 92% and 94% obtained from small and large group trials, and effective based on potential effects related to their possibility to motivate students, the benefits they bring to students  and their ability to distinguish students' mathematical literacy skills. Based on the research, it is recommended for teachers to use Islamic-integrated mathematical literacy tests in mathematics learning.
Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Matematika yang Dilaksanakan secara Daring pada Masa Pandemi Covid -19 di SMK Farij Imron; Isnaniah Isnaniah; M. Imamuddin
JURING (Journal for Research in Mathematics Learning) Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.117 KB) | DOI: 10.24014/juring.v5i2.16635

Abstract

Pembelajaran daring sudah biasa dilaksanakan di sekolah-sekolah pada masa pandemi covid -19. Mulai dari PAUD, TK, Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi harus melaksanakan pembelajaran secara daring. Pembelajaran daring dilaksanakan dengan harapan dapat memutus matarantai penyebaran Covid -19. Hal yang sama juga dilakukan di SMKN Pakong, dimana pembelajaran dilaksanakan secara daring. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplor persepsi siswa SMKN Pakong terhadap pembelajaran matematika yang dilaksanakan secara daring di masa pendemi covid -19. Penelitian ini adalah penelitian survei yang termasuk pada penelitian kuantitatif. Penelitian ini melibatkan 30 orang siswa SMKN Pakong yang dipilih secara acak dan selanjutnya dijadikan sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah angket dan data dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis data persepsi siswa SMKN Pakong dalam penelitian ini anatara lain: 1) Pembelajaran daring yang dilakasanakan di SMKN Pakong  umumnya menggunakan aplikasi WhatsApp, 2) Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran pada pembelajaran daring kurang baik, siswa yang melakukan persiapan untuk belajar daring hanya 37% siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran daring yang dilaksanakan merasa ribet dengan persentase mencapai 49%, 3) Keuntungan belajar daring: tidak perlu persiapan pergi kesekolah, memperoleh pengalaman baru, dan materi pelajaran yang diberikan guru terdokumentasi secara otomatis dan dapat dipelajari kembali. Sedangkan kelemahan belajar daring: jaringan internet tidak stabil, konsentrasi menurun, tugas dari guru yang berlebihan, dan guru kurang interaktif dan komunikatif dalam pembelajaran, dan 4) Pelaksanaan pembelajaran matematika yang diharapkan siswa SMKN Pakong adalah pembelajaran luring.
Kemampuan Literasi Matematika Siswa Berdasarkan Gender Isnaniah Isnaniah; M. Imamuddin; Charles Charles; Syahrul Syahrul; Zulmuqim Zulmuqim
Lattice Journal : Journal of Mathematics Education and Applied Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Rumah Jurnal IAIN Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.636 KB) | DOI: 10.30983/lattice.v1i2.5088

Abstract

Literacy is an ability that must be possessed by every individual (student). Literacy plays an important role for students. One of the literacy that must be mastered by students is mathematical literacy. Regarding mathematical literacy, many previous researchers have conducted research and even recent research related to this literacy ability is associated with gender. This study aims to map and describe students' literacy skills and differentiate students' literacy skills based on gender. This research is a literature study research by referring to eight article documents. The article documents used as sources were taken randomly from the internet. The results of the analysis of this article document are as follows: 1. Research related to literacy and gender is mostly carried out at the high school level than at the junior high school level, 2. The indicators used in assessing students' literacy abilities are indicators modified from indicators used by the Quasar General Rubric , indicators used by PISA and indicators referring to problem solving steps, and 3. male students' mathematical literacy skills are better than female students' mathematical literacy skills. Literasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu (siswa). Literasi memegang peranan penting bagi siswa. Salah satu literasi yang harus dikuasai oleh siswa adalah literasi matematika. Terkait literasi matematika, sudah banyak peneliti terdahulu melakukan penelitian bahkan penelitian terkini terkait kemampuan literasi ini dikaitkan dengan gender. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan mendeskripsikan kemampuan literasi siswa dan membedakan kemampuan literasi siswa berdasarkan gender. Penelitian ini adalah penelitian studi literatur dengan merujuk kepada delapan dokumen artikel. Dokumen-dokumen artikel yang digunakan sebagai sumber diambil secara acak dari internet. Hasil dari analisis terhadap dokumen artikel ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian terkait literasi dan gender lebih banyak dilakukan di tingkat SMA daripada tingkat SMP, 2. Indikator yang digunakan dalam menilai kemampuan literasi siswa yaitu indikator yang dimodifikasi dari indikator yang digunakan oleh Quasar General Rubric, indikator yang digunakan PISA dan indikator yang mengacu pada langkah-langkah penyelesaian masalah, dan 3. kemampuan literasi matematika siswa laki-laki lebih baik daripada kemampuan litetarasi matematika siswa perempuan.
Kemampuan Masiswa Camper dalam Merekonstruksi Irisan Prisma M Imamuddin; Isnaniah Isnaniah
Jurnal Educative: Journal of Educational Studies Vol 3, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1862.868 KB) | DOI: 10.30983/educative.v3i2.557

Abstract

The each individual has different characteristics, which distinguish between individuals with one another. The each individual experiences a different process of self-development, even though at a glance or generally has certain similarities that are not small. Similarly, the development of intelligence overcomes problems or fighting forces (adversity quotient) in solving mathematical problems, especially geometry.  Adversity Quotient (AQ) is an intelligence of someone to cope with the problem.   It is the ability to face difficulties in life. This Adversity Quotient (AQ) is needed to acquire knowledge. This research aimed at exploring camper students in reconstructing prims slices. It belongs to a qualitative research. Subject of the research is a camper student chosen randomly. To collect the data, the researcher used students’ task sheet and interview. The results in this study indicate that the ability of the camper students in reconstructing prism slices is less accurate, especially in placing points P, Q and drawing not through point P and drawing    and    being made unbroken. In general or overall the ability of camper students in reconstructing prism slices is in accordance with the stages in drawing prism slices, even though there are certain parts that are not perfect. This can be overcome by increasing training in drawing and under the guidance of lecturers and friends who are more capable. The suggestion of researchers based on the results of this study is that this research can be used as a foothold when lecturers teach prism sliced material in class. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda, yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing individu mengalami proses perkembangan diri yang berbeda, meskipun secara sepintas atau secara umum memiliki kesamaan-kesamaan tertentu yang tidak sedikit. Demikian pula, perkembangan kecerdasan mengatasi masalah atau daya juang (adversity quotient) dalam menyelesaikan masalah matematika khususnya geometri. Adversity Quotient (AQ) adalah kecerdasan mengatasi masalah (daya juang), yaitu kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan yang menghadangnya. Kecerdasan mengatasi masalah (daya juang) ini merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam pemerolehan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian berjumlah satu orang mahasiswa camper yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Lembar Tugas Mahasiswa (LTM) dan wawancara. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma kurang akurat khususnya dalam meletakkan titik P, Q dan menggambar  tidak melalui titik P serta menggambar  dan  dibuat tidak putus-putus. Secara umum atau secara keseluruhan kemampuan mahasiswa camper dalam merekonstruksi irisan prisma sudah sesuai dengan tahapan dalam mengambar irisan prisma, walaupun ada bagian-bagian tertentu yang belum sempurna. Hal ini bisa diatasi dengan memperbanyak latihan dalam menggambar dan dibawah bimbingan dari dosen dan teman-temannya yang lebih bisa. Saran peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah penelitian ini dapat dijadikan pijakan ketika dosen mengajarkan materi irisan prisma di kelas
KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN GENDER Isna Isnaniah
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 1, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.272 KB) | DOI: 10.30983/jh.v1i2.254

Abstract

Abstrak Kemampuan komunikasi merupakan salah satu standar kompetensi lulusan bagi siswa sekolah dasar sampai menengah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Olehkarenanya, komunikasi harus menjadi salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian. Komunikasi merupakan suatu aktivitas yang tidak mungkin lepas dari kehidupan manusia. Dengan komunikasi seseorang dapat mengekspresikan ide dan pemikirannya, saling bersosialisasi, serta menerima dan melakukan pembelajaran. Komunikasi matematis merupakan komunikasi berupa pengungkapan pikiran, gagasan dalam bentuk merefleksikan, membuat model situasi, menelaah, menginterpretasikan ide, simbol, istilah serta informasi matematika.Sebagai salah satu pelajaran yang diberikan di dunia pendidikan formal, matematika haruslah diajarkan dengan model pembelajaran yang tepat. Bukan saja tepat berdasarkan materi ajar, tetapi juga harus tepat dalam melihat perkembangan otak anak. Perkembangan stuktur otak anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan, perbedaan ini merupakan perbedaan gender. Salah satu perbedaan gender dalam pembelajaran adalah komunikasi matematis.Berdasarkan perbedaan struktur otak tersebut maka penerapan model pembelajaran yang tepat akan memaksimalkan hasil belajar yang diperoleh masing-masing termasuk kemampuan komunikasi matematis. Keywords:komunikasi, matematis, pembelajaran, gender The ability of communication includes to the standards competency of graduates for every level education as stated in the Regulation of the Minister of National Education Year 2006. Therefore, communication pays more attention. This is an activity that can not be separated from human life. By communicating, we are able to express the ideas and thoughts, socialize, and the others. Moreover, mathematical communication means a form of thoughts expression, reflection of ideas, modeling situations, reviewing, interpreting ideas, symbols, term and mathematical information. Mathematics, as one of the subject given in formal education, must be taught with the right model in learning. It is not only appropriate based on teaching materials, but also in seeing the structure development of the student's brain. There are a difference about the development of brain structures between male and female student which is familiar with gender. Consequently, one aspect of gender differences in learning can be seen from mathematical communication. Based on this reason, the usage of precise learning model will maximize the learning outcomes as well as the ability of mathematical communication. Keywords: communication, mathematical, learning, gender
GENDER BASED PERCEPTION ON UNDERSTANDING MATHEMATICS CONCEPT BY USING PBL Muhammad Imamuddin; Isnaniah Isnaniah; Rusdi Rusdi; Peri Pedinal
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 3, No 1 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.496 KB) | DOI: 10.30983/humanisme.v3i1.1061

Abstract

Bagi siswa, untuk memahmi suatu konsep dalam pembelajaran matematika bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individual dan tidak tebang pilih antara laki-laki dan perempuan (gender). Oleh karena tu, pembelajaran di kelas-kelas matematika harus dikelola dengan baik oleh guru. Pengelolan pembelajaran yang baik di kelas-kelas matematika, akan memantapkan siswa laki-laki ataupun siswa perempuan dalam memahami konsep-konsep matematika. Dengan demikian penerapkan pembelajaran yang tepat oleh guru, dapat memaksimalkan pemahaman konsep matematika siswa dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pemahaman konsep matematika siswa ditinjau berdasarkan gender setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: pemahaman konsep matematika empat orang siswa laki-laki berkriteria sangat baik, empat orang siswa berkriteria baik dan dua orang siswa berkriteria pemahaman konsep matematika cukup baik. Sedangkan pemahaman konsep matematika siswa perempuan adalah dua siswa mendapatkan kriteria sangat baik, lima orang siswaberkriteria baik dan lima orang berkriteria cukup baik. Dengan menggunakan uji – t  pada selang kepercayaan 95% diperoleh thitung = 1.770  dan ttabel = 1.72. Dengan demikian dapat disimpulkan konsep matematika siswa laki-laki lebih baik daripada siswa perempuan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas VIII SMP.Kata kunci: Pemahaman Konsep, Problem Based Learning, Gender
Kemampuan Literasi Matematika Siswa Berdasarkan Gender Isnaniah Isnaniah; M. Imamuddin; Charles Charles; Syahrul Syahrul; Zulmuqim Zulmuqim
Lattice Journal : Journal of Mathematics Education and Applied Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/lattice.v1i2.5088

Abstract

Literacy is an ability that must be possessed by every individual (student). Literacy plays an important role for students. One of the literacy that must be mastered by students is mathematical literacy. Regarding mathematical literacy, many previous researchers have conducted research and even recent research related to this literacy ability is associated with gender. This study aims to map and describe students' literacy skills and differentiate students' literacy skills based on gender. This research is a literature study research by referring to eight article documents. The article documents used as sources were taken randomly from the internet. The results of the analysis of this article document are as follows: 1. Research related to literacy and gender is mostly carried out at the high school level than at the junior high school level, 2. The indicators used in assessing students' literacy abilities are indicators modified from indicators used by the Quasar General Rubric , indicators used by PISA and indicators referring to problem solving steps, and 3. male students' mathematical literacy skills are better than female students' mathematical literacy skills. Literasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu (siswa). Literasi memegang peranan penting bagi siswa. Salah satu literasi yang harus dikuasai oleh siswa adalah literasi matematika. Terkait literasi matematika, sudah banyak peneliti terdahulu melakukan penelitian bahkan penelitian terkini terkait kemampuan literasi ini dikaitkan dengan gender. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan mendeskripsikan kemampuan literasi siswa dan membedakan kemampuan literasi siswa berdasarkan gender. Penelitian ini adalah penelitian studi literatur dengan merujuk kepada delapan dokumen artikel. Dokumen-dokumen artikel yang digunakan sebagai sumber diambil secara acak dari internet. Hasil dari analisis terhadap dokumen artikel ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian terkait literasi dan gender lebih banyak dilakukan di tingkat SMA daripada tingkat SMP, 2. Indikator yang digunakan dalam menilai kemampuan literasi siswa yaitu indikator yang dimodifikasi dari indikator yang digunakan oleh Quasar General Rubric, indikator yang digunakan PISA dan indikator yang mengacu pada langkah-langkah penyelesaian masalah, dan 3. kemampuan literasi matematika siswa laki-laki lebih baik daripada kemampuan litetarasi matematika siswa perempuan.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Mahasiswa Calon Guru Matematika pada Matakuliah Microteaching Isnaniah Isnaniah; M. Imamuddin
JURING (Journal for Research in Mathematics Learning) Vol 5, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.516 KB) | DOI: 10.24014/juring.v5i3.16870

Abstract

Microteaching merupakan salah satu matakuliah yang melatih mahasiswa calon guru untuk memiliki kemampuan keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar sangat penting dimiliki oleh mahasiswa calon guru dikarenakan keterampilan ini sangat menentukan keberhasilan dalam mengajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran mahasiswa calon guru matematika pada matakuliah microteaching. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kelas microteaching yang diampu oleh peneliti yang berjumlah 16 orang mahasiswa calon guru matematika FTIK UIN Bukittinggi. Instrumen yang digunakan adalah rubrik penilaian keterampilan dasar mengajar yang difokuskan kepada penilaian keterampilan membuka dan menutup. Data keterampilan membuka dan menutup dari tiap-tiap mahasiswa calon guru diisi langsung oleh peneliti. Hasil penelitian meliputi: pembelajaran diawali atau dibuka dengan pembacaan doa dan atau membaca surah pendek, menarik perhatian siswa, memotivasi siswa, memberi acuan pelajaran atau menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan terakhir pada kegiatan pendahuluan/membuka pelajaran adalah memberikan apersepsi atau mengaitkan materi prasarat dengan materi yang akan disampaikan. Kegiatan ini terhimpun dalam kegiatan keterampilan membuka pelajaran, nilai yang diperoleh adalah 85,6 dengan kategori sangat baik. Sedangkan kegiatan menutup pelajaran, dengan kegiatan merefleksi dan menyimpulkan pelajaran, memberikan evaluasi terkait materi yang dipelajari memperoleh, meminta siswa untuk mengerjakan latihan dirumah dan mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya, serta mengakhiri pertemuan pelajaran dengan berdoa. Kegiatan yang terhimpun dalam keterampilan menutup ini memperoleh penilaian rata-rata 85,5 dengan kriteria sangat baik. Sementara itu, pembelajaran Islami merupakan pembelajaran yang menjadi ciri khas sekolah-sekolah yang berada di lingkungan masyrakat mayoritas Islam di Indonesia.