Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Development of functional food product based on cassava (manihot esculenta) in supporting food resistence Herlina, Eka; Nuraeni, Farida
Jurnal Sains Dasar Vol 3, No 2 (2014): October 2014
Publisher : Faculty of Mathematics and Natural Science, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.87 KB) | DOI: 10.21831/jsd.v3i2.4112

Abstract

Diversifikasi pangan merupakan salah satu cara memperkokoh ketahanan pangan. Ubi kayu dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku sereal pengganti beras. Ubi kayu dapat digunakan sebagai bahan baku pangan fungsional, yaitu berupa flakes dengan kandungan antioksidan karena memiliki skopoletin, salah satu komponen bioaktif yang dapat mempunyai fungsi fisiologis bagi kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan mensubstitusi tepung ubi kayu pada pembuatan flakes ubi kayu menggunakan tepung kacang merah dengan berbagai perbandingan yaitu tepung ubi kayu: tepung kacang merah 5:0, 4:1, 3:2, 2:3, dan 1:4. Dalam penelitian ini juga dilakukan tahap perbaikan proses pembuatan tepung dengan melakukan heat shock sebelum penyawutan dan tahap selanjutnya analisis nilai gizi dari produk flakes yang dihasilkan antara lain protein, air, lemak, karbohidrat, serat kasar, vitamin A, vitamin E, dan vitamin C dan dilakukan uji DPPH untuk mengetahui aktivitas antioksidan serta dilakukan uji organoleptik yaitu uji hedonik untuk mengetahui kadar kesukaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Dari analisis kimia produk flakes yang dihasilkan, ternyata substitusi tepung kacang merah dengan berbagai perbandingan seperti di atas meningkatkan kandungan vitamin C yaitu 0,337% (ubi kayu:kacang merah = 5:0); 0,421% (ubi kayu:kacang merah = 4:1); 0,511% (ubi kayu:kacang merah = 3:2); 0,594% (ubi kayu:tepung kacang merah = 2:3) dan 0,938% (tepung ubi kayu:tepung kacang merah = 1:4). Demikian juga kandungan protein meningkat dari 2,0560%; 3,0585%; 5,1568%; 6,9293%, dan 8,9874% sedangkan kenaikan kandungan lemak meningkat dari  7,7710%; 7,4141%; 9,9561%; 11,3675% dan 12,1673% untuk kandungan karbohidrat tertinggi pada perbandingan tepung ubi kayu:tepung kacang merah = 3:2 yaitu mencapai 51,1749%. Kandungan vitamin A mengalami penurunan dengan adanya substitusi kacang merah, kemudian naik lagi pada perbandingan tepung ubi kayu:tepung kacang merah = 3:2 yaitu mencapai 166 IU. Dari hasil uji hedonik didapat perbandingan tepung ubi kayu:tepung kacang merah = 3:2 menghasilkan produk flakes yang paling disukai baik dari segi aroma, warna, tekstur maupun rasanya.   Kata kunci: flakes
IBM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NON PRODUKTIF MELALUI KETERAMPILAN PEMBUATAN KONGFLAKES (SINGKONG FLAKES) Widiastuti, Diana; Herlina, Eka; Mulyati, Ade Heri
QARDHUL HASAN: MEDIA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 4, No 2 (2018): OCTOBER
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.589 KB) | DOI: 10.30997/qh.v4i2.819

Abstract

Program Studi Kimia Universitas Pakuan pada Tahun 2015 melalui dana dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (BP3Iptek) Provinsi Jawa Barat telah berhasil mengembangkan produk pangan fungsional dibuat dari tepung singkong sehingga diberi nama “Kongflakes” (Singkong Flakes). Program Studi Kimia Fakultas MIPA memberikan alternatif suatu program untuk peningkatan keterampilan membuat Kongflakes kepada masyarakat. Kongflakes yang dihasilkan adalah berupa produk yang bernilai jual tinggi,  sehingga dapat mengatasi kesejahteraan pada masyarakat kelurahan Karadenan terutama petani singkong dan penduduk yang berpenghasilan tidak menentu menjadi pengusaha Kongflakes.  Kongflakes diproduksi oleh 2 kelompok PKK di Kelurahan Karadenan Kabupaten Bogor, kongflakes merupakan produk pangan siap santap yang dapat dijadikan sebagai salah satu pengganti sarapan yang praktis dan bergizi tinggi, kongflakes dapat diproduksi dalam skala besar sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga serta meningkatkan nilai jual singkong di daerah tersebut.
FORMULASI FLAKES UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) SEBAGAI PENGGANTI SARAPAN YANG BERPOTENSI ANTIOKSIDAN Herlina, Eka; Nuraeni, Farida
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5, No 1 (2015): FITOFARMAKA
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.267 KB)

Abstract

Diversifikasi produk pangan merupakan salah satu cara untuk menunjang ketahanan pangan. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras yang diolah menjadi flakes. Salah satu komponen bioaktif pada ubi kayu yaitu skopoletin suatu senyawa fenolik yang mempunyai aktivitas antioksidan.  Penelitian ini dilakukan dengan cara mensubstitusi tepung ubi kayu pada pembuatan flakes ubi kayu menggunakan tepung kacang merah dengan berbagai perbandingan tepung ubi kayu : tepung kacang merah yaitu 5:0, 4:1, 3:2, 2:3 dan 1:4. Produk olahan dianalisis kandungan vitamin C, A, E, tingkat penerimaan dengan uji organoleptik dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Analisis kadar vitamin C menggunakan metode spektrofotometri, sedangkan vitamin A dan E dengan metode HPLC.Hasil penelitian menunjukkan flakes ubi kayu dengan penambahan tepung kacang merah pada formula flakes 3:2 merupakan formulasi yang lebih disukai oleh panelis, dengan kandungan vitamin C 5,23 ppm, vitamin A 166,05 IU/100 gram, nilai IC 50 397,06 ppm, dan tidak mengandung vitamin E. 
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK ESSENCE MASKER SHEET DARI EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA (Punica granatum L.) Rini Ambarwati; Wulan Anggraeni; Eka Herlina
Pharmacoscript Vol. 5 No. 1 (2022): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v5i1.846

Abstract

Essence merupakan cairan berbahan dasar air yang mengandung ekstrak tumbuh-tumbuhan, biasanya diaplikasikan dengan selembar kertas khusus. Kulit buah delima merupakan tumbuhan yang mengandung antioksidan yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai produk perawatan kulit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan formulasi dan uji stabilitas fisik essence dengan metode pengeringan freeze drying dan diuji stabilitasnya menggunakan metode cycling test dan suhu kamar terlindung sinar matahari maupun terpapar sinar matahari. Sediaan dibuat sebanyak 3 formula, ekstrak kulit buah delima yang digunakan yaitu 0,75% dan HPMC yang digunakan adalah 0,5% (F1), 0,75% (F2) dan 1% (F3). Evaluasi yang dilakukan meliputi uji organoleptik (warna, aroma dan tekstur), uji homogenitas, uji derajat keasaman (pH) dan uji viskositas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula 1 merupakan formula terbaik dengan nilai pH 4,77, tampilan sediaan yang homogen, nilai viskositas 445 cps, dan paling stabil disimpan dalam penyimpanan suhu kamar yang terlindung sinar matahari.
IbM Pemberdayaan Masyarakat Non Produktif Melalui Keterampilan Pembuatan Kongflakes (Singkong Flakes) Diana Widiastuti; Eka Herlina; Ade Heri Mulyati; Siti Warmasih; Sutanto _
Charity : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 1 (2018): Charity - Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : PPM Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/charity.v1i01.1583

Abstract

Kelurahan Karadenan mempunyai 30% masyarakat masuk dalam kategori berpenghasilan yang tidak menentu yang selanjutnya digolongkan dalam masyarakat non-produktif karena latar belakang pendidikan dan keterampilan yang sangat terbatas, padahal daerahnya cukup potensial sebagai daerah penghasil Singkong yang dijadikan sebagai bahan baku dalam industri tapioka. Produksi singkong di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor sangat tinggi (5 ton / hari), akan tetapi hasilnya hanya dijual dalam bentuk tepung tapioka yang harganya sangat rendah. Perlu dicarikan alternatif selain penjualan dalam bentuk tepung tapioka yang dapat mengembangan kearifan lokal pada tepung singkong untuk ketahanan pangan dan nilai tambah ekonomi masyarakat setempat. Kongflakes (Singkong Flakes) memberikan alternatif suatu program untuk peningkatan keterampilan kepada masysarakat akan memberikan nilai tambah yang bernilai jual tinggi sehingga dapat mengatasi kesejahteraan pada masyarakat kelurahan Karadenan terutama petani singkong dan penduduk yang berpenghasilan tidak menentu menjadi pengusaha Kongflakes.
Pendobrakan Marjinalisasi Perempuan pada Drama Korea Because This is My First Life (Perspektif Binar Patriarki Helene Cixous) Eka Herlina; Diah Tyahaya Iman; Maizufri Maizufri
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 8, No 1 (2022): Anthropos Juli
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v8i1.32627

Abstract

Penelitian ini mengenai perempuan dalam kuasa patriarki yang direpresentasikan dalam drama Korea Because This Is My First Life (2017). Dalam dua dekade, drama Korea (selanjutnya disebut K-drama) menjadi populer di dunia global dan merupakan pilar utama merebaknya hallyu atau budaya populer Korea. Tujuan dari penelitian ini tak lain memberi gambaran perempuan dalam kuasa patriarki dan upaya perlawanan menghadapi diskriminasi serta membebaskan diri dari oposisi biner patriarki. Teori yang digunakan melalui pendekatan Helene Cixous. Berdasarkan metode penelitian kualitatif dan analisis data berupa tayangan K-drama, diketahui bahwa K-drama ini berhasil merepresentasikan realitas masalah umum yang dihadapi oleh perempuan Korea abad 21 dalam menghadapi praktik patriarki. Adanya nilai pos feminisme yang terdapat di dalam K-drama dapat disimpulkan bahwa perempuan tidak selamanya menjadi objek dari kuasa laki-laki, namun juga mampu menjadi subjek yang bebas dalam memaknai diri mereka sebagai individu bukan dilihat dari gender mereka yaitu perempuan. Peneliti berargumentasi dalam proses mempresentasikan pada K-drama ini adanya perubahan nilai patriarki tradisional di Korea yang mana nilai patriarki biner tidak sepenuhnya cocok berdasarkan oposisi biner patriarki Helene Cixous.  This research about women in patriarchal authority represented in the Korean drama Since This Is My First Life. Within two decades, Korean dramas (afterward referred to as K-drama) became popular in the global world and were the main pillars of the spread of Korean popular culture. The purpose of this research is to provide an overview of women in the challenges of patriarchy and the struggle to face discrimination as well as the challenges themselves from the binary opposition of patriarchy. The theory used through the approach of Helene Cixous. Based on qualitative research methods and data analysis, it is known that this K-drama has succeeded in representing the reality of common problems faced by 21st century Korean women in dealing with patriarchal practices. The term post feminism contained in K-drama can get the value that women will not be objects of male power, but can also be free subjects in interpreting themselves as individuals not seen from them, by way of explanation is women. The researcher argues that in the process of presenting this K-drama there is a change in traditional patriarchal values in Korea where binary patriarchal values do not fully match based on Helene Cixous's patriarchal binary thought.
IBM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NON PRODUKTIF MELALUI KETERAMPILAN PEMBUATAN KONGFLAKES (SINGKONG FLAKES) Widiastuti, Diana; Herlina, Eka; Mulyati, Ade Heri
Qardhul Hasan: Media Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2018): OCTOBER
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.589 KB) | DOI: 10.30997/qh.v4i2.819

Abstract

Program Studi Kimia Universitas Pakuan pada Tahun 2015 melalui dana dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (BP3Iptek) Provinsi Jawa Barat telah berhasil mengembangkan produk pangan fungsional dibuat dari tepung singkong sehingga diberi nama “Kongflakes” (Singkong Flakes). Program Studi Kimia Fakultas MIPA memberikan alternatif suatu program untuk peningkatan keterampilan membuat Kongflakes kepada masyarakat. Kongflakes yang dihasilkan adalah berupa produk yang bernilai jual tinggi,  sehingga dapat mengatasi kesejahteraan pada masyarakat kelurahan Karadenan terutama petani singkong dan penduduk yang berpenghasilan tidak menentu menjadi pengusaha Kongflakes.  Kongflakes diproduksi oleh 2 kelompok PKK di Kelurahan Karadenan Kabupaten Bogor, kongflakes merupakan produk pangan siap santap yang dapat dijadikan sebagai salah satu pengganti sarapan yang praktis dan bergizi tinggi, kongflakes dapat diproduksi dalam skala besar sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga serta meningkatkan nilai jual singkong di daerah tersebut.
Determination of Anti-Browning Agents in The Manufacture of Flour from Kepok Banana Skin Waste Nuraeni, Farida; Widiastuti, Diana; Herlina, Eka; Benedicta, Glisten Madeleine
Helium: Journal of Science and Applied Chemistry Vol 4, No 1 (2024): Helium: Journal of Science and Applied Chemistry
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/helium.v4i1.10350

Abstract

Kepok banana is one of the bananas which is a horticultural commodity, easy to cultivate and has high production value in Indonesia. The high production of bananas cannot be separated from the banana peel waste produced. The effort made is to process Kepok banana peels into flour. One of the problems that occurs is that bananas experience a browning reaction. This research aims to reduce the effects of browning reactions by determining anti-browning substances and optimum concentrations in the process of making kepok banana peel flour, so that it can be used as a food ingredient. Making kepok banana peel flour begins with preparing a sample of kepok banana peel and an anti-browning solution. The samples were immersed in each solution, namely Na2S2O5, C₆H₈O₆, and C₆H₈O₇ with a concentration of 0.1 – 0.2%. Control samples were prepared without soaking. Then it is dried, mashed and sifted until it becomes flour. Organoleptic tests and white degree tests were carried out on 6 samples and 1 control. Selected samples are then subjected to chemical tests in the form of proximate and minerals. The results of the organoleptic test and white degree test showed that sample T4, namely soaking using 0.2% Ascorbic Acid anti-browning solution, was the sample selected by the panelists and had the highest white degree, namely 53,26. The results of the proximate and mineral tests for T4 flour samples compared to T1 flour (control) showed that the T4 flour samples had proximate and mineral content values that largely met the standards for wheat flour according to SNI 3751:2009. Only the ash content exceeds the SNI standard, this can be caused by the high iron mineral content.
Determination of Biodegradation Rate of Bioplastic with Controlled Environment Dwiyana, Amelia; Sutanto, Sutanto; Fathurrahman, Muhammad; Herlina, Eka
Helium: Journal of Science and Applied Chemistry Vol 3, No 2 (2023): Helium: Journal of Science and Applied Chemistry
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/helium.v3i2.9521

Abstract

The use of synthetic plastics in everyday life has a negative impact but can be reduced in effect, if replaced with biodegradable plastics. Polymer biodegradation can occur because of microbiological infestation of the material. Microorganisms could produce various kinds of enzymes that can react with polymers. This study aims to study the effect of adding organic matter spearhead bacteria on the biodegradation rate in test samples with the help of Bacillus sp bacteria and the bacterium Pseudomonas sp. In this case, bioplastic samples were characterized using Fourier Transform Infrared (FTIR) spectroscopy and continued with quantitative analysis using gravimetric methods to determine biodegradation rates based on CO2 weight. The results of the characterization test study showed that the test sample containing cellulose is characterized by the presence of glycosidic -OH, -CH, and C-O functional groups. The determination of the rate of biodegradation gave the value of the rate constant microcrystalline cellulose as a positive control of 0.0489 day-1, Bioplastic A without inoculum addition of 0.0451 day-1 while Bioplastic A with the addition of inoculum by 0.0423 day-1 . Meanwhile, Bioplastic B without inoculum addition is 0.0254 day-1, and bioplastic B with inoculum addition is 0.0391 day-1.
PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK KAMBING SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DI DESA KALONG LIUD Sabania, Ikrimah Nur; Indriyani, Silvia; Gymnasti, Alista Dwis; Sutanto, Sutanto; Herlina, Eka; Warnasih, Siti
Jurnal Abdi Inovatif : Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Abdi Inovatif : Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31938/jai.v3i2.752

Abstract

The decrease in crop yields was caused by dry soil quality due to prolonged drought and excessive inorganic fertilizers in Kalong Liud village that were not adapted to plant needs, which could lead to a decrease in soil productivity. On the other hand, livestock waste (goat manure) that has not been managed optimally, often faced by livestock breeders and farmers, has good potential to help increase soil fertility on agricultural land at a reasonably low cost. The proposed solution to this problem is to switch to environmentally friendly organic fertilizer because it reduces the use of chemical substances. One of them is the use of goat manure, which contains high levels of nutrients such as phosphorus (P), nitrogen (N), and potassium (K). This community service activity aims to increase farmers' understanding that the use of organic fertilizer is a solution to overcome the problem of poor soil quality due to drought and excessive use of chemical fertilizers, as well as providing skills to farmers and breeders in Kalong Liud village in making liquid organic fertilizer from goat droppings. The method used includes the first stage of determining targets and implementing activities. The second stage of community outreach, Focus Group Discussion (FGD) and evaluation uses the test method, namely, comparing the pre-test and post-test results. The first stage of activities is determining targets, including surveys, outreach with breeders and farmers, observation, licensing, and activity planning, and then manufacturing liquid organic fertilizer. The second stage of activities carried out outreach with two topics: outreach to the community, discussions with the formed farmer groups, and evaluation through filling out questionnaires. After conducting community outreach and farmer group discussions, the results of this activity were that they understood how to make liquid organic fertilizer from goat manure and the dangers of using excess inorganic fertilizer on plants. After joint practice, the farmer group's understanding of liquid organic fertilizer obtained a post-test score of 98% of people who understood this program.