Claim Missing Document
Check
Articles

RESIDU JENIS BIOCHAR DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK NITROGEN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L) MUSIM TANAM KEDUA Aceng, Kasianus; Widowati, Widowati; Astutik, Astutik
Fakultas Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In general, degraded land means land degradation under his ability is characteristic of soil is experiencing degraded. The study aims to evaluate the impact of biochar and time of N fertilization on growth and yield of maize in the second cropping season. The research was conducted in the village of Jatikerto, Kromengan subdistrict, Malang. The research was carried in January-May 2016. The study was done in the field using a factorial randomized block design (RAK) Factor 1: rice hull biochar residue (B1), biochar young coconut waste (B2), biochar timber (B3). Factor 2 Award urea at 3,4,5 weeks after planting. There are 9 combinations of each treatment was repeated 3 times. The results showed that no interaction between biochar residue with a time of nitrogen fertilization on all observed variables. Biochar residue effect on leaf area, root dry weight, leaf dry weight, dry weight of cob, weight of 100 grains. Time nitrogen fertilization effect on plant height, leaf area, stem dry weight, leaf dry weight, total dry weight of the plant. Biochar residue type and time of nitrogen fertilization did not affect the results of corn. Secara umum tanah terdegradasi berarti penurunan kualitas tanah dibawah kemampuannya merupakan ciri tanah yang sedang mengalami terdegradasi. Penelitian bertujuan mengevaluasi dampak biochar dan waktu pemupukan N terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada musim tanam kedua. Penelitian dilaksanakan di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari ? Mei 2016. Penelitian dilakuan di lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial (RAK) Faktor 1: residu biochar sekam padi (B1), biochar limbah kelapa muda(B2), biochar kayu (B3). Faktor 2 pemberian pupuk urea pada minggu 3,4,5 setelah tanam. Ada 9 kombinasi perlakuan masing-masing diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara residu biochar dengan waktu pemupukan nitrogen terhadap semua variabel yang diamati. Residu biochar berpengaruh pada luas daun, berat kering akar, berat kering daun, berat kering tongkol, berat 100 butir. Waktu pemupukan nitrogen berpengaruh pada tinggi tanaman, luas daun, berat kering batang, berat kering daun, berat kering total tanaman. Residu jenis Biochar dan waktu pemupukan Nitrogen tidak berpengaruh terhadap hasil jagung pipilan.
EVALUASI RESIDU JENIS BIOCHAR DAN WAKTU PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) MUSIM TANAM KEDUA Sombo, Yusvina; Astutik, Astutik; Widowati, Widowati
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jagung merupakan Komoditas utama yang banyak dibudidayakan petani Indonesia. Masalah tanah degradasi, salah satunya dapat diatasi dengan pemberian biochar. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi efek residu biochar dan waktu pemupukan (NK) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan bulan Maret - Juni 2016, di Desa Bawang, KecamatanTunggulwulung, Kota Malang, Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, faktor 1: Jenis Biochar yaitu: Tanpa (B0), Sekam (BS), Tempurung (BT ), Kayu (BK). Faktor 2 : Waktu Pemupukan NK yaitu: Minggu ke-3 (NK3), Minggu ke-4 (NK4), dan Minggu ke-5 (NK5). Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, berat kering (batang, akar, daun dan berat total tanaman), panjang tongkol, diameter tongkol, berat jagung tanpa klobot, berat tongkol dan berat 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara jenis biochar dan waktu pemupukan NK terhadap luas daun. Jenis biochar berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 5 minggu, berat kering tongkol, 100 biji, dan Jagung pipilan. Sedangkan waktu pemupukan NK berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 3, 5, dan 7 minggu. Residu Jenis biochar dapat meningkatkan hasil tanaman jagung sebesar 94 % dari 102 g/tanaman menjadi 198 g/tanaman. Pemupukan NK pada waktu 3-5 minggu tidak berpengaruh terhadap hasil tanaman jagung.
RESPON TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PUPUK BOKASHI DAN NPK Jumadi, Jumadi; Astutik, Astutik; Sutoyo, Sutoyo
Fakultas Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the fertilization combination effect of Bokashi and NPK on growth and yield of peanut. The research was conducted on land Gading Kulon village,Dau Subdistrict, Malang District in July to September 2014. The study was conducted using a randomized block design (RAK), which consists of two factors: 1) Factor 1 Type Bokashi: B1 = Bokashi chicken manure and B2 = Bokashi husk, 2) factor 2 dose NPK: D0 = Without NPK, D1 = 50 kg / ha of NPK and D2 = 100 kg / ha NPK. There were six combinations of treatments, each treatment was repeated 4 times, so there were 24 experiments. The variables measured were plant height, leaf number, number of branches, biomass plants, pods, pods wet weight, dry weight of pods. Each plot experiment was observed 5 plants. The results showed that there were an interaction between Bokashi type and NPK fertilizer on the plant height age of 21 days, the number of leaves 14 days old, 14 days old branch number and weight of pods wet and dry peas weight. Separately, NPK fertilizer effect on plant height age of 21 days while Bokashi fertilizer effect on plant biomass. The best result of Peanut yield (pod wet, dry pods) is obtained at treatment Bokashi chicken manure with NPK 50 kg / ha (B1D1) and did not differ with Bokashi husk without NPK (B2D0) and Bokashi rice husk with NPK 100 kg / ha (B2D2 ). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pemupukan bokashi dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di lahan Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada bulan Juli sampai bulan September 2014. Penelitian dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor yaitu: 1) Faktor 1 Jenis Bokashi:B1 = Bokashi kotoran ayam dan B2 = Bokashi arang sekam, 2) Faktor 2 Dosis NPK: D0 = Tanpa NPK, D1 = 50 kg/ha NPK dan D2 = 100 kg/ha NPK. Jadi terdapat 6 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 4 kali, sehingga terdapat 24 perlakuaan.Variabel yang diamati, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, biomassa tanaman, jumlah polong, bobot polong basah, bobot polong kering. Setiap petak percobaan diamati 5 tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat interaksi antara jenis bokashi dan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman umur 21 hari, jumlah daun umur 14 hari, jumlah cabang umur 14 hari, berat polong basah dan berat polong kering. Secara terpisah pupuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman umurn 21 hari sedangkan pupuk bokashi berpengaruh terhadap biomassa tanaman.Hasil kacang tanah (polong basah dan polong kering) terbaik diperoleh pada bokashi kotoran ayam dengan NPK 50 kg/ha (B1D1) dan tidak berbeda dengan bokashi arang sekam tanpa NPK (B2D0) maupun dengan NPK 100 kg/ha (B2D2).
APLIKASI INDOLE ACETIC ACID DAN NAPHTALENE ACETIC ACID PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF PHALAENOPSIS HIBRIDA PADA UMUR 4,5 – 7 BULAN Sumardi, Apolonius; Astutik, Astutik; Fikrinda, Wahyu
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Efforts made in increasing the production of orchid plants was to use growth regulators (ZPT). The function of ZPT was for the morphogenesis of growth in cell cultures, tissues, and organs. The objectives of the study were to investigate the effect of IAA (Indole acetic acid) and NAA (Naphtalene acetic acid) hormone application on vegetative Phalaenopsis hybrid growth aged 18 to 28 weeks after acclimatization. This research was a continuation of previous research (on the development of 5 months after acclimation) which was held in June until August 2017 at Green house Jl. Telaga Warna Tlogomas Malang. The research was conducted using Completely Randomized Design (RAL) factorial pattern consisting of: Factor I: Type Auksin (A) consisting of 2 types: A1: IAA and A2: NAA. Factor II: Auxin concentration, consisting of 3 levels: K1: 100 ppm, K2: 200 ppm, K3: 300 ppm. From these two factors, there were 6 treatment combinations and each treatment combination was repeated 4 times. Each replication consisted of 3 experimental plant samples, a total of 72 samples of hybrid Orchid Phalaenopsis plants. There was interaction between auxin type and auxin concentration at parameters of leaf length increase in NAA auksin concentration 200 ppm for 1.54 cm at 24 weeks and increased by 1.95 cm at 28 weeks. On parameter of increase of leaf width at IAA auksin type with concentration of 100 ppm equal to 1.36 cm at 18 weeks to 1.60 cm at age 28 weeks. The best growth of Phalaenopsis hybrids was in the parameter of leaf increase. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan produksi anggrek adalah dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Fungsi ZPT tersebut dapat merangsang pertumbuhan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aplikasi hormon Indole acetic acid dan Naphtalene acetic acid pada pertumbuhan vegetatif Phalaenopsis hibrida umur 18 sampai 28 minggu setelah aklimatisasi. Penelitian ini merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya (pada perkembangan 5 bulan setelah aklimatisasi) yang dilaksanakan pada bulan juni sampai agustus 2017 di green house Jl. Telaga Warna Tlogomas Malang. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari: Faktor I: Jenis Auksin (A) yang terdiri dari 2 jenis yaitu: A1: IAA dan A2: NAA. Faktor II: Konsentrasi auksin, terdiri 3 level yaitu :K1: 100 ppm, K2: 200 ppm, K3: 300 ppm. Dari kedua faktor tersebut diperoleh 6 kombinasi perlakuan dan masing-masing kombinasi perlakuan diulang 4 kali. Masing-masing ulangan terdiri 3 sampel tanaman percobaan, jumlah keseluruhan ada 72 sampel tanaman Anggrek Phalaenopsis hibrida. Terdapat interaksi antar jenis auksin dan konsentrasi auksin pada parameter pertambahan panjang daun pada jenis auksin NAA konsentrasi 200 ppm sebesar 1,54 cm pada umur 24 minggu dan bertambah sebesar 1,95 cm pada umur 28 minggu. Pada parameter pertambahan lebar daun pada jenis auksin IAA dengan konsentrasi 100 ppm sebesar 1,36 cm pada umur 18 minggu menjadi 1,60 cm pada umur 28 minggu. Pertumbuhan terbaik Phalaenopsis hibrida terdapat pada parameter pertambahan penjang daun.
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR URIN KELINCI DAN SAPI PADA PRODUKSI TERUNG UNGU (Solanum melongena L) Santoso, Apri; Sutoyo, Sutoyo; Astutik, Astutik
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terung merupakan tanaman sayuran yang termasuk famili Solanaceae. Penelitian betujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupuk organik cair urin kelinci dan sapi pada produksi terung ungu. Penelitian dilaksanakan di desa Dadaprejo kec Junrejo, kota Batu. pada bulan Mei sampai September 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu Faktor 1 : Jenis pupuk organik cair, yaitu : P1 Pupuk organik cair urine kelinci, P2 Pupuk organik cair urine sapi, Faktor 2 adalah dosis pupuk organik cair, terdiri dari 5 level : D0 = 0 ml/l air, D1 = 75 ml/l air, D2 = 150 ml/l air, D3 = 225 ml/l air, D4 =300 ml/l air. Sehingga diperoleh 10 kombinasi perlakuan, dan diulang 3 kali masing-masing terdiri 3 unit percobaan sehingga keseluruhan percobaan ada 90 polybag. Parameter yang diamati meliputi Tinggi Tanaman(cm), Jumlah daun, Luas Daun (p x l), Jumlah Cabang, Saat Muncul Bunga, Jumlah Bunga, Fruitset, Jumlah Buah, Berat Buah, Panjang Buah, Lingkaran Buah, Berat Buah ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan jenis pupuk cair urin kelinci dan sapi maupun dosis terhadap hasil tanaman terung ungu, namun secara terpisah baik jenis maupun dosis berpengaruh terhadap fruit set, jumlah buah, berat buah, dan berat buah ton/ha. Produksi terung ungu yang terbaik pada poc urin kelinci sebesar 5.53 buah per tanaman, namun dosis 75-300 ml/l air menghasilkan produksi tanaman yang tidak berbeda.
APLIKASI PUPUK CAIR LIMBAH BAGLOG PADA PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN SAWI UNGGUL LIMAN (Brassica juncea L.) Rozi, Fahrur; Astutik, Astutik; Sutoyo, Sutoyo
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pupuk organik cair limbah bag log pada peningkatan produksi tanaman Sawi Liman (Brassica Juncea L). Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan lapangan yang dilakukan di Kampus Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan November 2014 sampai Januari 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Tunggal dengan 6 (enam) Level perlakuan, yaitu C0 = Kontrol, C1 = 5 ml.l-1 air, C2 = 10 ml.l-1 air, C3 = 15 ml.l-1 air, C4 = 20 ml.l-1 air dan C5 = 25 ml.l-1 air dan diulang sebanyak 4 kali (empat), masing-masing perlakuan terdiri dari 5 polybag, sehingga secara keseluruhan jumlah populasi terdapat 120 tanaman. Variabel yang diamati adalah: Tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tanaman dan bobot kering Tanaman, bobot basah akar dan bobot kering akar tanaman yang akan diambil pada saat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan C2 = 10 ml pupuk organik cair limbah bag log yang dicampurkan dengan 1 liter air menghasilkan bobot segar lebih tinggi yaitu (55,99 g) dan yang rendah adalah pada perlakuan C1 = 5 ml dengan hasil rerata (35,16 g).
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABE RAWIT Julcarnain B, Herman; Astutik, Astutik; Hapsari, Ricky Indri
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas limbah bag log adalah dengan cara pembuatan pupuk organik cair. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi cabe rawit. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, Jawa Timur dan dimulai pada bulan Mei sampai Agustus 2015. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari dua faktor perlakuan yakni Faktor 1 (dosis POC) : 50 ml/l air, 100 ml/l air, 150 ml/l air dan 200 ml/l air. Faktor 2 (frekuensi pemberian) : setiap 1 minggu sekali dan 2 minggu sekali. Parameter yang diamati yakni tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), jumlah cabang per tanaman, saat muncul bunga (hari), jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman (g) dan per hektar (ha-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis dan frekuensi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tinggi tanaman (umur 21 dan 28 hari) dan saat mucul bunga. Frekuensi pemberian 2 minggu sekali merupakan periode pemupukan terbaik pada pertumbuhan (jumlah daun dan luas daun) serta jumlah buah terbaik 11,91 buah per tanaman (3 kali panen).
RESPON PEROMPESAN PADA BEBERAPAVARIETAS UBI KAYU PENGHASIL DAUN PAKAN ULAT SUTRA Raga, Yohanes Aryanto; Siswanto, Bambang; Astutik, Astutik
Fakultas Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cassava (Manihot esculenta Crantz) is one of the important foods for food, food and industry. Cassava leaves also contain vitamin A and cyanide acid (HCN). The low productivity of cassava is caused by many factors including pest and disease attacks, competition with weeds, cracks and broken stems due to strong winds and heavy rain, so that the production does not produce optimally. Cassava-based agroindustry business is able to provide benefits even though it is still relatively small. The production of pirates aims to grow productive shoots that lie on the outer branch of the pirate, so that more productive shoots grow on the ends of the branches, besides, the more flowers and fruit growing on the end of productive branches will increase the productivity of the pirates.The study was carried out on experimental land belonging to one of the communities in the village of Beji, Junrejo District, Batu City. The research was conducted for 4 months from March to July 2017. This study used factorial Randomized Block Design (RBD) consisting of 3 replications. The treatment factor in this study consisted of two (2) factors, namely: Factor I was cassava variety (V) consisting of 4 types, namely: V1 = Malang I, V2 = Tambak Udang, V3 = Malang IV and V4 = UJ 5. Factor II is the boiling of cassava leaves (P) consisting of 3 levels, namely: P0 = 0% piracy (control), P1 = piracy 20% and P2 = pirating 40%. The parameters of observation included: stem height, number of leaves, stem diameter, leaf wet weight and leaf dry weight. The results of the study can be summarized as follows: There was no interaction between varieties and pruning of all observed parameters. Varieties affect the number of leaves aged 6 to 8 weeks. Breeding affects the number of leaves aged 3, 6 and 8 weeks. The best results (wet weight) obtained at 20% pruning yielded 20,42 g / plant wet weight of pangkasan leaves and did not differ from 40% ie 19,33 g / plant. The best cassava variety is the Malang IV. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber pangan penting baik sebagai pangan, pakan, maupun untuk industri. Daun ubi kayu juga mengandung vitamin A dan asam sianida (HCN). Produktivitas ubikayu yang rendah disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah serangan hama dan penyakit, persaingan dengan gulma, kerebahan dan patah batang akibat angin kencang dan hujan lebat, sehingga perompesan tidak berproduksi secara maksimal. Usaha agroindustri berbasis ubi kayumampu memberikan keuntungan meskipun masih relatif kecil. Perompesan produksi dengan tujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas produktif yang berda di ranting bagian luar perompesan, sehingga semakin banyak tunas produktif yang tumbuh di ujung ranting, selain itu, semakin banyak bunga dan buah yang tumbuh di ujung ranting produktif akan menambah produktifitas perompesan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan varietas ubi kayu yang dapat menghasilkan produksi daun lebih tinggi serta dampak perompesan untuk pakan ulat sutera.Pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan percobaan milik salah satu masyarakat yang berada di desa Beji Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Pelaksanaan penelitian selama 4 bulan terhitung sejak Bulan Maret sampai Juli 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 3 ulangan. Faktor Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari dua (2) faktor, yaitu : Faktor I adalah Varietas Ubi kayu (V) terdiri dari 4 jenis yaitu : V1 = Malang I, V2 = Tambak udang, V3 = Malang IV dan V4 = UJ 5. Faktor II adalahperompesan daunUbi kayu (P) terdiri dari 3 taraf yaitu : P0 = perompesan 0% (kontrol), P1 = perompesan 20% dan P2 = perompesan 40%. Parameter pengamatan meliputi : tinggi batang, jumlah daun, diameter batang, berat basah daun dan berat kering daun.Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Tidak ada interaksi antara varietas dan pemangkasan terhadap semua parameter yang diamati. Varietas berpengaruh terhadap jumlah daun umur 6 sampai 8 minggu. Pemnangkasan berpengaruh pada jumlah daun umur 3, 6 dan 8 minggu. Hasil terbaik (berat basah) diperoleh pada pemangkasan 20% mengkasilkan berat basah daun pangkasan sebesar 20,42 g/tanaman dan tidak berbeda dengan 40% yaitu 19,33 g/tanaman. Varietas ubi kayu terbaik varietas Malang IV.
APLIKASI POC SUPERMES DIKOMBINASI AB MIX PADA PERTUMBUHAN SAWI PAKCOY (BRASSICA RAPA L.) SECARA HIDROPONIK Dema, Marlince May; Astutik, Astutik; Arifin, Zainol
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pakcoy (Brassica rapa) is one of the plants that has high economic value. One way to improve the productivity of pakcoy mustard is the hydroponic system. This study aims to determine the concentration of supermes liquid organic fertilizer and the right fertilizing frequency to produce the best growth and yield of pakcoy mustard plants in a hydroponic manner. The study was conducted at Green House Jln. Tlagawarna Blok D, starting from December 2018-February 2019. The study used a Factorial Complete Randomized Design (RAL) with two treatment factor. Factor 1. Supermes POC concentration, namely: S0=control, S1=2 ml/liter of water, S2=4 ml/liter of water. Factor 2. Fertilization frequency is: F1=per 1 week, F2=per 2 weeks. The results showed that there was an interaction between the concentration of POC Supermes and the frequency of fertilization on plant height, number of leaves, leaf widths of 3,4 and 5 weeks, leaf lengths of 4 and 5 weeks, leaf area and leaf chlorophyll at 5 weeks. The best pakcoy plant growth was obtained at the nutrient concentration of AB Mix without the addition of supermes with fertilization frequency per 1 week and per 2 weeks and AB Mix + Supermes 2 ml fertilization frequency per 2 weeks with leaf area (8,97-9,90cm). The best pakcoy plant are obtained with AB Mix nutrition without supermes with fertilizing frequency per 2 weeks. Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sawi pakcoy yaitu dengan sistem hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pupuk organik cair supermes dan frekuensi pemupukan yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy yang terbaik secara hidroponik. Penelitian dilaksanakan di Green House Jln. Tlagawarna Blok D, waktu mulai bulan Desember 2018?Februari 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor 1. Konsentrasi POC Supermes yaitu: S0=kontrol, S1=2 ml/ liter air, S2=4 ml/ liter air. Faktor 2. Frekuensi pemupukan yaitu: F1=per 1 minggu, F2= per 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara konsentrasi POC Supermes dan frekuensi pemupukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun umur 3,4 dan 5 minggu, panjang daun umur 4 dan 5 minggu, luas daun dan klorofil daun pada umur 5 minggu. Pertumbuhan tanaman pakcoy terbaik diperoleh pada konsentrasi nutrisi AB Mix tanpa penambahan supermes dengan frekuensi pemupukan per 1minggu dan per 2 minggu dan AB Mix + Supermes 2 ml/l frekuensi pemupukan per 2 minggu dengan luas daun (8,97-9,90 cm²). Hasil tanaman pakcoy terbaik diperoleh nutrisi AB Mix tanpa supermes dengan frekuensi pemupukan per 2 minggu.
PENGARUH KEDUDUKAN TANAMAN PADA VERTIKULTUR DAN DOSIS EM-4 TERHADAP HASIL TANAMAN SAWI MANIS Dato, Yasintus; Astutik, Astutik; Julianto, Reza Prakoso Dwi
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Chinese green cabbage (Brassica juncea L.) is one of the leaf vegetable horticulture commodities that is widely favored by the Indonesian people because it tastes good, is easy to process, and the cultivation process is not difficult. This commodity contains protein, fat, carbohydrates, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B, and vitamin C, and oxalic acid. The research aims to determine the effect of plant position on verticulture and the right EM-4 dose on the growth and yield of mustard greens. The study was conducted in the plot of land on Jalan Tlaga Warna Tlogomas, Malang. The study was conducted for 3 months, from May to August 2018. The study used a factorial RCBD design consisting of 3 replications. The treatment in this study consisted of two factors: the position of plants in verticulture and the EM-4 dose. The first factor consists of 3 levels are K1 = Plant Hole 1, K2 = Plant Hole 3 and K3 = Plant Hole 5. The second factor is the EM-4 dose consisting of 3 levels are E0 = Control, E1 = 7.5 ml / L, and E2 = 15 ml / L. Observation variables included plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (mm2), plant wet weight (g), root wet weight (g), plant dry weight (g), root dry weight (g), and chlorophyll analysis of leaves. The results of the study concluded that there was no interaction between plant position and EM-4 dose on growth parameters and mustard plants yield vertically. Good plant growth on plant position with leaf area of 22.65 mm2, EM-4 dose of 15 ml / L, and wet weight of 102.50 g per plant. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura sayuran daun yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya enak, mudah diolah, serta proses budidayanya yang tidak sulit. Komoditas ini memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C, dan asam oksalat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedudukan tanaman pada vertikultur dan dosis EM-4 yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi manis. Penelitian dilaksanakan di Lahan pekarangan di Jalan Tlaga Warna Tlogomas Kota Malang. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu Bulan Mei sampai Agustus 2018. Penelitian menggunakan rancangan RAK faktorial yang terdiri atas 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari dua faktor, yaitu kedudukan tanaman dalam vertikultur dan dosis EM-4. Faktor pertama terdiri dari 3 taraf yaitu K1= Lubang Tanaman Ke 1, K2= Lubang Tanaman Ke 3 dan K3= Lubang Tanaman Ke 5. Faktor kedua adalah dosis EM-4 yang terdiri dari 3 taraf yaitu E0= Kontrol, E1= 7,5 ml/L, dan E2= 15 ml/L. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (mm2), berat basah tanaman (g), berat basah akar (g), berat kering tanaman (g), berat kering akar (g), dan analisis klorofil daun. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kedudukan tanaman dan dosis EM-4 terhadap parameter pertumbuhan dan hasil tanaman sawi secara vertikultur. Pertumbuhan tanaman yang baik pada kedudukan tanaman dengan luas daun 22,65 mm2 , dosis EM-4 sebanyak 15 ml/L, dan berat basah 102,50 g per tanaman.
Co-Authors A. F., Elisabeth A.A. Ketut Agung Cahyawan W Aceng, Kasianus Ahmad Zubaidi Ama, Karolus Asan Boli Amir Hamzah Andari, An An Andi Warisno Anshori, M Afif Asih Asih, Asih Asri Dewi, Asri Astri Sumiati Aulia Rahmi, Beta Sari Bambang Siswanto Budiyono, Debora Cahyani, Prilian Daryaswanti, Daryaswanti Dato, Yasintus Dema, Marlince May Dewi Gunawati Dhone, Emiliyani Meo Ebu, Liberti Edyson Indawan Elikardo, Elikardo Emma Lilianti, Emma Ester Windhayanti br Butar butar, Ester Windhayanti Fahrur Rozi Febianingsih, Febianingsih Geraldine, Agatha Hadim, Tomas Didimus Hape, Teressa Septian Harsin, Tersianus Hendra Kurniawan Hidayah, Dewi Nurul Hidayati Karamina Hikamah, Siti Roudlotul I Made Indra Agastya Ibrohim Iswandika, Ferra Caca Jamhari Jamhari Jehani, Hironimus Jemamu, Karolina Julcarnain B, Herman Julianto, Reza Prakoso Dwi Jumadi Jumadi Jusmani, Jusmani Kleor, Fransesko Rudianto Komariyah, Eni Malo, Yulita Marini, Koleta Masni, Teresia Maria Mau, Lazarus Jata Maulana, Eko Mei Indrawati, Mei Moh. Hafid, Moh. Muhammad Hendri Nuryadi, Muhammad Hendri Muhammad Iqbal Muryadi Muryadi, Muryadi Naikofi, Maria Grasela T. Natalia Tinoncy Waro Ndua Nusa, Karolus Pemilu Niis, Yosefina Nopiyanti Nopiyanti, Nopiyanti Nurul Hidayah, Dewi Raga, Yohanes Aryanto Retno, Heni Resmita Ricky Indri Hapsari Rosdiana, Yanti Rovicky*, Ach Santoso, Apri Setyawan, Jhon Charles David Siti Nurhayati Sombo, Yusvina Sujatmiati, Eka Sulistyadewi, Sulistyadewi Sumardi, Apolonius Sumiati, Astri Sumiati, Astri Sumiati, Astri Suryanto, Bradhiansyah Tri Susilo Ribut Anggarbeni Susilo Ribut Anggarbeni, Susilo Ribut Sutoyo Sutoyo Sutoyo Sutoyo Sutoyo Taufik Iskandar Titis Adisarwanto, Titis Wahyu Fikrinda Widowati widowati widowati Wilhelmina Medho Kota, Wilhelmina Medho Winarto, Bambang Zainol Arifin Zainol Arifin Zakiyah BZ Zunaidi, Mahbub