Claim Missing Document
Check
Articles

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH LOKAL BIMA TERHADAP PENYAKIT Sclerotium rolfsii Sacc. Wahyu Astiko1; Irwan Muthahanas 1; Yuni Fitrianti2
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 2 No 1 (2009): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas kacang tanah lokal Bima terhadap penyakit Sclerotium rolfsii. Percobaan dirancang menurut Rancangan Acak Kelompok, yang terdiri dari lima perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Perlakuan tersebut adalah Varietas Rasanae, Varietas Belo, Varietas Sape, Varietas Wawo, dan Varietas Wera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima varietas kacang tanah lokal Bima tersebut semuanya memiliki tingkat ketahanan yang rendah. Masa inkubasi varietas Wera paling cepat (7,66 h) dengan intensitas paling tinggi (96 %) dan varietas Sape paling lama (8,60 h) dengan intensitas penyakit terendah (74 %). Laju infeksi tertinggi diperoleh dari varietas Sape (1,589 unit/hari) dan terendah varietas Wera (0,165 unit/hari). ABSTRACT The aim of the research was to determine the resistance of some Bima’s local varieties of peanut against Sclerotium rolfsii disease. Experiment was designed according to Completely Block Design consisted of five treatments and each treatment was replicated four times. The treatments were Rasanae varieties, Belo varieties, Sape varieties, Wawo varieties, and Wera varieties. Result of the experiment indicated that five peanut Bima local varieties mentioned all have of resistance level which low. Incubation period of Wera varieties is the fastest (7,66 d) with the highest intensity (96 %) and Sape varieties are the slowest (8,60 d) with the lowest intensity (74 %). The highest rate intensity was found on Sape varieties (1,589 unit/day) and the lowest one is Wera varieties (0,165 unit/day)
EFEKTIVITAS FILTRAT KULTUR DAN IDENTIFIKASI EMBRIO SOMATIK DAN KECAMBAH KACANG TANAH KULTIVAR LOKAL BIMA PADA FILTRAT KULTUR CENDAWAN Fusarium sp Wahyu Astiko; A. Farid Hemon
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 3 No 2 (2010): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas filtrat kultur dan mengidentifikasi ketahanan embrio somatik (ES) dan kecambah kacang tanah Lokal Bima pada media yang mengandung filtrat kultur fusarium. Percobaan diawali dengan menginduksi ES variasi somaklonal pada medium MS yang mengandung Pikloram. Media MS ditambah dengan berbagai konsentrasi filtrat kultur (0, 10, 20, 30, dan 40%). Media MS juga dipersiapkan dengan menambah berbagai konsentrasi filtrat kultur pada media MS yang mengandung Pikloram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) filtrat kultur fusarium efektif menghambat pertumbuhan ES dan kecambah kacang tanah dan 2) ES varian somaklonal yang resisten terhadap filtrat kultur fusarium telah berhasil diregenerasikan menjadi planlet. Planlet-planlet ini selanjutnya diaklimatisasi pada kondisi rumah kaca untuk memproduksi biji generasi R1 dan R2. Biji-biji tersebut ditanam kembali untuk mengevaluasi ketahanannya terfadap infeksi fusarium ABSTRACT This research was to know the effectiveness of culture filtrate and identification somatic embryo (SE) of Local Bima peanut to medium containing culture filtrate of fusarium. The experiment was inisiated with induction of SE and somaclonal variation in MS medium containing Picloram. MS medium was added with different consentration of culture filtrate (0, 10, 20, 30, 40%). Other medium was also prepared with adding MS medium containing picloram with different consentration of culture filtrate. Results of the experiment showed that 1) culture filtrate of fusarium could be effective to inhibit SE growth and peanut seedling growth and 2) somatic embryos somaclonal variant that resistance to culture filtrate of fusarium have been obtained and regenerated become plantlets. These plantlets will be acclimated under green house condition to produce R1 and R2 seeds for peanut resistance evaluation to fusarium infection.
3. UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS LOKAL BAWANG PUTIH ASAL LOMBOK TERHADAP PENYAKIT BECAK UNGU (Alternaria porri Ell. Cif) Wahyu Astiko
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 13 No 3 (2003): Jurnal Agroteksos 3 Oktober 2003
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.86 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas lokal bawang putih asal Lombok terhadap penyakit becak ungu (Alternaria porri Ell. Cif.). Percobaan dirancang menurut Rancangan Acak Kelompok, yang terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan tersebut adalah Varietas Sangge, Varietas Siem, Varietas Sembalun dan Varietas Santong. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Varietas Sangge dan Varietas Siem tergolong Agak Peka, Varietas Sembalun dan Varietas Santong tergolong Peka. Produksi brangkasan basah per tanaman dan per petak tertinggi diperoleh pada perlakuan Varietas Sangge dan Varietas Siem dan berbeda nyata dengan Varietas Sembalun dan varietas Santong. ABSTRACT The aim of the research were to determine the resistance of some local varieties of garlic in Lombok to purple blotch disease (Alternaria porri Ell. Cif). Experiment was designed according to Randomized Block Design consisted of four treatment and each treatment was replicated three times. The experiment used Sangga, Siem, Sembalun and Santong Varieties as treatment. Rresult of the experiment indicated that Sangge and Siem Varieties were classified as Moderately Susceptible to purple blotch disease, while Sembalun and Santong varieties were classified as Susceptible. The highest yield of fresh garlic per hole and per plot were obtained by Sangge and Siem Varieties, which were significantly higher than those of Sembalun and Santong Varieties.
PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT BUSUK BATANG SCLEROTIUM PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril) DENGAN MENGGUNAKAN MIKORIZA INDIGENUS Wahyu Astiko; I Nyoman Soemeinaboedhy; Novi Ekayanti
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 25 No 1 (2015): Jurnal Agroteksos 2 Agustus 2015
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (844.136 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh isolat mikoriza indigenus dalam mengendalikan penyakit busuk batang sclerotium pada tanaman kedelai dan untuk mengetahui efektivitas pengendalian penyakit Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai dengan menggunakan mikoriza indigenus. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan Rancangan Acak Kelompok, dengan 8 perlakuan inokulasi isolat mikoriza dari beberapa rizosfer tanaman dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza dari beberapa rizosfer tanaman dapat menekan intensitas serangan dari S. rolfsii pada tanaman kedelai, dan perlakuan yang lebih efektif menurunkan intensitas penyakit busuk batang sclerotium tersebut ialah perlakuan i1 (inokulasi mikoriza dari rizosfer tanaman ubi kayu). ABSTRACT The study aims of this study is to determine the effect of mycorrhizal isolates indigenus controlling sclerotium stem rot disease on soybean plants and to determine the effectiveness of disease to control Sclerotium rolfsii on soybean plants using mycorrhizal indigenus. The Randomized Completely Block Design was used in this research with 8 treatments of isolates mycorrhizal inoculation of some plant rhizosphere and every trearment repeated 3 times. The results showed that mycorrhizal inoculation rhizosphere of several plants can reduce the intensity of the attack of S. rolfsii on soybean plants, and the treatment is more effective in lowering the intensity of the Sclerotium stem rotten disease found at i1 (mycorrhizal inoculation of cassava plant rhizosphere).
APLIKASI PUPUK HAYATI MIKORIZA UNTUK PENINGKATAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH Wahyu Astiko; I Made Sudaantha; Mulat lsnaini; Ni Made Laksmi Ernawati
Jurnal Abdi Insani Vol 5 No 1 (2018): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi budidaya bawang merah konvensional yang hanya rnengandalkan external input (pupuk buatan dan pestsida buatan) ternvara mengganggu keseimbangan lingkungan, baik terhadap produktivitas lahan maupun kelestarian sumberdava alam lainnya. Di sisi lain, teknologi yang berwawasan lingkungan (ekoteknologi) yang lebih mengutamakan penggunaan Internal lnput (pupuk organik, pupuk havati, musuh alami atau penggunaan pestisida alami) masih perlu leblh di masyarakatkan lagi. Salah satu bentuk sosialisasinya adalah dengan melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan hasil tanaman bawang merah dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Desa Senteluk Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat. Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan ini adalah metode pelatihan yang dilanjutkan dengan kerja praktek di lapangan dengan melakukan demonstrasi dan kaji tindak partisipatif aktif (active partisipatory action research). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa budidava bawang merah dengan memanfaatkan pupuk havati mikoriza telah berhasil meningkatkan pemahaman petani tentang pentingnya cara budidaya bawang merah yang ramah lingkungan dan berhasil diintroduksi oleh Kelompok Tani senteluk II di Desa Senteluk. Teknik budidaya bawang merah dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza telah berhasil meningkatkan hasil petani menjadi 10 ton per ha, yang maria sebelumnya hanva berkisar antara 5-6 ton saja per ha. Respon petani terhadap kegiatan penyuluhan dan demplot tanarnan bawang merah sangat antusias dan tingkat partisipasi dari kelompok tani sangat tinggi. Dihasilkan produk pupuk hayati mikoriza dengan memanfaatkan limbah pupuk kandang sapi.
APLIKASI BUDIDAYA ORGANIK PADA EMPAT VARIETAS SAWI DI KAWASAN TAMAN UDAYANA Wahyu Astiko; M Taufik Fauzi; Irwan Mutahanas
Jurnal Pepadu Vol 3 No 3 (2022): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.816 KB)

Abstract

Petani sawi di kawasan taman Udayana sudah biasa menanam sawi, namun masih terbatas hanya satu jenis varietas saja dan produksinya pun belum begitu baik. Oleh karena itu untuk melihat perbandingan hasil yang lebih baik, pada kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) ini dicoba menanam empat jenis varietas sawi dengan aplikasi budidaya organik. Tujuan PPM adalah untuk mengetahui hasil empat varietas sawi pada aplikasi pupuk hayati mikoriza, pupuk kandang sapi dan nutrisi anorganik serta untuk meningkatkan pemahaman petani tentang budidaya sawi organik di kawasan taman Udayana. Metode kegiatan yang digunakan dalam pelaksanaan PPM ini adalah melalui pelatihan dan praktek menggunakan Metode Andragogi atau Metode Pendidikan Orang Dewasa. Pelatihan berupa materi budidaya sawi organik dengan penambahan nutrisi tanaman dengan porsi 20% teori (penyuluhan, ceramah dan diskusi). Praktek lapangan dengan demonstrasi dan kaji tindak partisipatif aktif tentang budidaya sawi organik dengan porsi 80% praktek (pembuatan pupuk hayati mikoriza dan budidaya sawi organik). Metode demplot dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok menggunakan empat varietas sawi yaitu: V1: Dakota, V2: Kumala, V3: Shinta dan V4: Tosakan dengan tiga ulangan, sehingga diperoleh 12 petak demplot. Hasil demplot aplikasi budidaya sawi organik menghasilkan tinggi tanaman (12,01 cm, 26,53 cm), jumlah daun (5,57 daun, 8,06 daun) pada umur 14 dan 28 hari, bobot basah (148,30 g/tanaman) dan bobot kering (22,12 g/tanaman) tertinggi dihasilkan oleh sawi varietas Shinta. Untuk mendapat hasil terbaik pada aplikasi budidaya sawi organik di Kawasan Taman Udayana sebaiknya menggunakan sawi varietas Shinta. Dengan kegiatan penyuluhan pertanian dan diskusi, pemahaman petani tentang budidaya sawi organik meningkat 70%.
PEMANFAATAN P-ORGANIK TEPUNG CANGKANG TELUR DAN Mikoriza arbuskular (MA) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DI LAHAN KERING Mariani M; I Made Sudantha; Wahyu Astiko
Ekosains Vol 8, No 02 (2016)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.44 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil kedelai yang diperlakukan dengan berbagai dosis MA dan tepung cangkang telur. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat mulai bulan Juni sampai Agustus 2015. Penelitian ini dirancang menggunakan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu dosis MA dan tepung cangkang telur. Faktor dosis MA (F) terdiri dari tiga aras yaitu f1 (dengan MA 150 kg/ ha) dan f2 (dengan MA 200 kg/ ha) dan (dengan MA 250 kg/ ha). Faktor dosis tepung cangkang telur (T), yang terdiri dari lima aras yaitu: t0 (tanpa tepung cangkang telur), t1 (dengan tepung cangkang telur 50 kg/ ha), t2 (dengan tepung cangkang telur 100 kg/ ha), t3 (dengan tepung cangkang telur 150 kg/ ha) dan t4 (dengan tepung cangkang telur 200 kg/ ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dosis tepung cangkang telur 200 kg/ ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai; (2) Dosis MA tidak dapat meningkatkan pertumbuhan, namun dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai. (3) Derajat kolonisasi akar berhubungan kuat dengan dosis tepung cangkang telur dibandingkan dengan dosis MA dan (4) ketersediaan hara N dan P juga berhubungan kuat dengan derajat kolonisasi akar.
Pengaruh Beberapa Dosis Bioamelioran Plus Mikoriza Indigenus Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Ketan (Zea mays var. ceratina) Sinta Nuryah; Wahyu Astiko; Irwan Muthahanas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jima.v2i1.2124

Abstract

Jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi di Indonesia. Jagung secara spesifik merupakan tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman jagung pada dosis bioamelioran tertentu yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil, serta kesuburan tanah dan populasi mikoriza. Percobaan ini dilakukan di Desa Midang Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram, dari persiapan, penanaman, panen, analisis tanah/jaringan. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan empat ulangan dan enam perlakuan dosis bioamelioran bioamelioran yaitu : D0: Kontrol (tanpa bioamelioran), D1: dosis bioamelioran 5 ton ha-1, D2: dosis bioamelioran 10 ton ha-1, D3: dosis bioamelioran 15 ton ha-1, D4: dosis bioamelioran 20 ton ha-1, D5: dosis bioamelioran 25 ton ha-1. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata 5 %. Perlakuan dosis bioamelioran 25 t ha-1 memberikan pertumbuhan dan hasil yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan dosis bioamelioran lainnya. Perlakuan dosis bioamelioran 25 t ha-1 memberikan hasil konsentrasi hara dan serapan hara N dan P yang tertinggi dibandingkan dengan dosis bioamelioran lainnya (parameter terukur konsentrasi N total dan P tersedia 1,9727 g.kg-1 dan 75,382 mg.kg-1 pada umur 70 hst dan serapan N dan P sebesar 38,385 g.kg-1 dan 3,837 g.kg-1 pada umur 42 hst).Perlakuan dosis bioamelioran 25 t ha-1 memberikan perkembengan mikoriza yang terbaik dibandingkan dengan dosis bioamelioran lainnya.
Pengaruh Dosis Biofungisida Legundi (Vitex trifolia) Fermentasi Trichoderma Terhadap Insiden Penyakit Layu Fusarium Pada Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Toni Indrawan; I Made Sudantha; Wahyu Astiko
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jima.v2i1.2132

Abstract

Fusarium oxysporum f.sp. cepae (FoC), jamur patogen penyebab penyakit layu Fusarium merupakan jamur patogen destruktif yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil tanaman cukup tinggi. Pengendalian penyakit ini dilakukan secara biologis menggunakan biofungisida ekstrak legundi yang difermentasi dengan jamur Trichoderma harzianum. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis biofungisida legundi fermentasi Trichoderma (T. harzianum) terhadap insiden layu Fusarium pada dua varietas bawang merah lokal NTB. Percobaan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial) dengan uji di rumah kaca. Faktor dosis biofungisida legundi fermentasi Trichoderma terdiri dari 5 aras, yaitu 0 ml/tanaman, 2,5 ml/tanaman, 5 ml/tanaman, 7,5 ml/tanaman dan 10 ml/tanaman. Faktor varietas bawang merah terdiri dari varietas Keta Monca dan Bali Karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biofungisida legundi Trichoderma mulai dari dosis 2,5 ml/tanaman mampu mereduksi intensitas kejadian penyakit layu Fusarium pada kedua varietas bawang merah, dengan persentase penekanan berturut-turut yaitu 12,17-42,73% (Keta Monca) dan 19,56-66,57% (Bali Karet), dan mengurangi laju infeksi serta meredam luas bawah kurva perkembangan penyakit (AUDPC). Dosis 10 ml/tanaman memberikan penekanan penyakit tertinggi dan luas bawah kurva perkembangan penyakit paling rendah. Varietas Bali Karet lebih tahan dari penyakit layu Fusarium daripada Keta Monca dengan kejadian penyakit lebih rendah (35,40%) dibandingkan Keta Monca (68,74%), dan luas perkembangan penyakit/AUDPC lebih rendah (222,7 dsu) daripada Keta Monca (1192,912 dsu).
Pengaruh Beberapa Dosis Bioamelioran Terhadap Konsentrasi Hara Dan Hasil Jagung Ketan (Zea mays var. ceratina) Malayani; Wahyu Astiko; Bambang Budi Santoso
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jima.v2i1.2285

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman jagung ketan pada berbagai dosis bioamelioran terhadap konsentrasi hara yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan dan enam perlakuan dosis bioamelioran bioamelioran yaitu (Gomez et al, 1984): d0: Kontrol (tanpa bioamelioran), d1: dosis bioamelioran 5 t ha-1, d2: dosis bioamelioran 10 t ha-1, d3: dosis bioamelioran 15 t ha-1, d4: dosis bioamelioran 20 t ha-1, d5: dosis bioamelioran 25 t ha-1. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis Bioamelioran pada tanaman jagung berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot biomassa tajuk dan akar, bobot biomassa basah per petak, bobot biomassa kering per petak, jumlah spora dan persentase kolonisasi akar oleh mikoriza. Pada perlakuan dosis bioamelioran 25 t ha-1 memberikan hasil yang paling baik terhadap komponen hasil yaitu bobot tongkol segar sebesar 182,33 g dan bobot tongkol kering sebesar 82,15 g, berat tongkol segar per petak sebesar 10,50 kg, diameter tongkol 4,4 cm, panjang tongkol 16,32, bobot pipil segar 111,606 g dan bobot pipil kering sebesar 58,70 g. N yang diserap pada umur 42 HST sebesar 0,183, sedangkan P yang diserap pada umur 42 HST sebesar 3,127 (%). Hasil penelitian menunjukan pemberian bioamelioran dengan dosis 25 t ha-1 mampu meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman yang terbaik.