This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Hedi Pudjo Santosa
Unknown Affiliation

Published : 71 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Pemaknaan Khalayak terhadap Penggambaran Orang Jawa Semarang dalam Rubrik Rame Kondhe di Harian Suara Merdeka Mirtsa Zahara Hadi; Hedi Pudjo Santosa; Taufik Suprihartini; Turnomo Rahardjo
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.178 KB)

Abstract

ABSTRAKNama : Mirtsa Zahara HadiNIM : D2C009069Judul : Pemaknaan Khalayak terhadap Penggambaran Orang Jawa Semarang dalam Rubrik Rame Kondhe di Harian Suara MerdekaRubrik opini di dalam surat kabar merupakan rubrik yang memaparkan opini redaksi tentang suatu pemberitaan. Rame Kondhe merupakan salah satu rubrik opini yang diterbitkan oleh Harian Suara Merdeka yang disajikan dalam format feature dengan menggunakan bahasa Jawa dialek Semarang. Hal unik lain dari rubrik ini adalah penggunaan tokoh-tokoh atau karakter yang berbincang dalam bahasa Jawa dialek Semarang yang jika dibaca sekilas akan timbul pemahaman pembaca bahwa tokoh-tokoh di dalam rubrik tersebut merupakan penggambaran orang Jawa Semarang asli.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan khalayak terhadap penggambaran orang Jawa Semarang dalam rubrik Rame Kondhe. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dan menggunakan pendekatan analisis resepsi. Teori yang digunakan adalah teori interpretif dan teori encoding-decoding Stuart Hall yang menjabarkan tiga posisi pemaknaan audiens. Perbedaan posisi pemaknaan audiens dikarenakan perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, agama, budaya, pendidikan, usia, dan gender. Hasil penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dengan delapan informan yang berbeda secara etnis, usia, gender, dan latar belakang sosial dan ekonomi.Preferred reading dari rubrik Rame Kondhe adalah khalayak akan diarahkan untuk menyetujui penggambaran tokoh-tokoh yang ada di dalam rubrik Rame Kondhe merupakan pencerminan orang Semarang asli. Hasil penelitian dikelompokkan menjadi tiga posisi pemaknaan, dominant-hegemonic position yang menempatkan khalayak membaca teks sesuai dengan makna dominan, negotiated position yang menempatkan khalayak membaca teks sesuai dengan makna dominan, namun menegosiasikan beberapa hal yang tidak sesuai dengan keadaan audiens, dan oppositional position yang menempatkan khalayak membaca teks tidak sesuai dengan makna dominan dan memberikan alternatif jawaban. Kesimpulan hasil penelitian menempatkan sebagian besar informan berada pada posisi hegemoni dominan yang menyetujui bahwa karakteristik tokoh -tokoh yang ada di dalam rubrik Rame Kondhe merupakan pencerminan orang Semarang asli.Kata kunci : bahasa Jawa, dialek, orang Jawa, orang Semarang, analisis resepsi
Pengalaman Komunikasi Orang Tua Terhadap Pendampingan Menggunakan Smartphone dan Internet Sarah Veradinata Purba; Hedi Pudjo Santosa; M Bayu Widagdo; Primada Qurrota Ayun
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.405 KB)

Abstract

Smartphone and the internet is one of the new things that interest youngpeople nowadays especially among school age children. In the environmentalguidelines for schools, Smartphone and the internet have become mandatoryitems brought to be able to get along. This research aims to know thecommunication experience of parents in doing this against the use of Smartphoneand the internet. This study uses qualitative methods with phenomenologicalapproach. Informants in this study are the parents and children of 6 pairs. Theresults of this research were obtained that parents give the Smartphone andinternet facilities to the child because it wants his son to be able to get along andnot outdated. In addition to that of the research results are also obtained that thechild learns the internet the first time is from the experience of children see theirparents with internet and Smartphone, and the average child can already use theinternet since primary school. Mentoring is done by the parents the child'scommunication with disembodied here, where parents give advice – advice to thechild in the use of Smartphone and the internet
PEJUAG HAK AAK DALAM PROGRAM TOKOH DI CAKRA SEMARAG TV Ghela Rakhma Islamey; Tandiyo Pradekso; Hedi Pudjo Santosa; M Bayu Widagdo; I Nyoman Winata
Interaksi Online Vol 2, No 3: Agustus 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.434 KB)

Abstract

Program acara televisi dalam bentuk news features dipilih untuk menceritakan kisah pengajar anak berkebutuhan khusus dan anak jalanan. Bentuk news features pengemasan informasinya ringan dan mudah dicerna oleh masyarakat sehingga seberat apapun materi yang diangkat pemirsa dapat menikmatinya dengan rileks.             News features pada karya bidang ini masuk dalam program Tokoh di Cakra Semarang TV dengan dua episode yakni “Pengajar Manusia Murni” dan “Merajut Asa Anak Jalanan”.  Posisi pekerjaan dibagi berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing, yaitu produser, reporter, juru kamera, dan editor.            Konsep tayangan dalam news features ini, menyesuaikan program Tokoh yang sudah ada sebelumnya di Cakra Semarang TV. Namun, ada tambahan beberapa bagian yang berisi talkshow, liputan dengan voice over, interview, dan juga voxpop. Tema yang diangkat untuk news features ini adalah human interest, yakni menampilkan profil orang yang mengabdikan hidupnya untuk berkecimpung di dunia sosial. Narasumber yang diangkat yaitu Drs. Ciptono, Kepala SLBN Semarang dan Yuli Sulistyanto (BDN), fasilitator anak dari Yayasan Setara Semarang.            Setelah melalui tahapan praproduksi, proses produksi, pascaproduksi, karya ditayangkan melalui Cakra Semarang TV pada hari Senin, tanggal 14 Mei dan 21 Mei 2014, pukul 18.00 WIB. Diharapkan tayangan ini dapat menjadi media untuk mengedukasi masyarakat agar lebih peduli serta lebih mengerti pola asuh dan perlakuan yang baik bagi penyandang disabilitas maupun anak jalanan. Kata kunci: news features, human interest, Tokoh, anak berkebutuhan khusus, anak jalanan
Pengaruh Intensitas Bermain Game Online dan Mediasi Restriktif Orang Tua terhadap Perilaku Antisosial Remaja Apriani Rahmawati; Hedi Pudjo Santosa; Sri Widowati Herieningsih; Agus Naryoso
Interaksi Online Vol 3, No 2: April 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.294 KB)

Abstract

Masa remaja menjadi periode yang rentan terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang diterimanya. Pengaruh ini dapat memunculkan perilaku -perilaku yang kurang disukai atau bahkan sama sekali tidak dikehendaki oleh masyarakat, perilaku ini dikenal dengan perilaku antisosial. Game online merupakan tempat bermain bagi remaja, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam jenis permainan dari game action, strategi, petualangan, musical, sampai olahraga sehingga menimbulkan daya tarik tersendiri bagi yang memainkannya.Penelitian ini menggunakan teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang menjelaskan dalam proses belajar sosial, individu selalu mengumpulkan informasi dan melakukan pengamatan dari lingkungan dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks dan Restrictive Mediation dari Parental Mediation yang menjelaskan mediasi yang dilakukan orang tua pada anak dengan memberikan peraturan-peraturan dalam ha penggunaan media. Populasi dari penelitian ini adalah murid kelas VII dan VIII SMP Eka Sakti Semarang. Usia 12-14 tahun. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana dengan jumlah sampel 70 orang. Analisis data yang digunakan adalah regresi liner sederhana dengan spss 20. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel intensitas bermain game online berpengaruh terhadap perilaku antiosial remaja dan signifikan (sig.=0,000) dengan persamaan linier sederhana Y = 6,869 + 0,156X1. Hasil uji hipotesis kedua membuktikan bahwa mediasi restriktif orang tua berpengaruh terhadap perilaku antisosial remaja dan signifikansi (sig,.=0,000) dengan persamaan linier Y=11,044 – 0,434X2. Saran yang diberikan penelitian ini adalah supaya orang tua perlu memperdalam hubungan komunikasi dengan anaknya. Selain itu orang tua perlu bersikap terbuka dan mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku antisosial dikalangan remaja, sehingga hubungan yang terjalin semakin berkualitas dan kemungkinan remaja untuk berperilaku antisosial semakin kecil atau bahkan tidak ada.
PRODUKSI PROGRAM KULINER PADA PROGRAM ACARA WISATA JALAN KULINER CAKRA SEMARANG TV (Peran dan Pertanggungjawaban Sebagai Juru Kamera dan Penyunting Gambar) Distian Jobi Ridwan; Hedi Pudjo Santosa; I Nyoman Winata; Tandiyo Pradekso; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 2, No 3: Agustus 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.211 KB)

Abstract

Kuliner adalah segala hal yang berhubungan dengan konsumsi makanan sehari-hari. Kuliner adalah bagian dari gaya hidup dan untuk itu menarik untuk diangkat menjadi sebuah tayangan televisi. Wisata Jalan Kuliner adalah salah satu program acara di stasiun TV lokal Cakra Semarang TV yang mengangkat tema ini. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai kuliner yang enak dan menarik baik dari sisi historis maupun cita rasa. Diharapkan acara ini mampu menjadi referensi bagi penonton yang ingin menambah wawasan dan pengalaman dalam menikmati makanan di Semarang. Untuk itu penulis beserta tim membuat news feature ini ke dalam acara tersebut. Dengan tujuan yang kurang lebih sama; untuk mengemas informasi mengenai bagaimana cara menikmati, menampilkan proses pembuatan secara mendalam, serta nilai historis dari berbagai jajanan di Semarang.Jajanan klenyem, timus, lumpia, tahu isi rebung, wingko babat, gandos, wedang rempah, dan wedang kacang tanah merupakan jajanan di semarang yang masih diminati oleh sebagian besar masyarakat. News feature ini dibuat dalam empat episode, yang tayang sekali setiap minggunya selama empat minggu berturut-turut dan dibagi berdasarkan bahan dasar jajanannya. Di tiap episode penulis beserta tim mewawancarai narasumber yang berkaitan dengan jajanan yang dibahas. Narasumber tersebut seperti penjual, pembuat jajanan, konsumen, maupun pendapat masyarakat umum. Kata kunci: Kuliner, News Feature, Televisi, Juru Kamera, Editor
PENGARUH GAYA KOMUNIKASI DAN KUALITAS PELAYANAN CUSTOMER SERVICE TERHADAP KEPUASAN NASABAH (Studi pada Nasabah PT. Bank BNI Syariah Cabang Semarang) Mirnalia Mazaya; Djoko Setiabudi; Hedi Pudjo Santosa
Interaksi Online Vol 1, No 4: Oktober 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.843 KB)

Abstract

PENGARUH GAYA KOMUNIKASI DANKUALITAS PELAYANAN CUSTOMER SERVICETERHADAP KEPUASAN NASABAH(Studi pada Nasabah PT. Bank BNI Syariah Cabang Semarang)ABSTRAKSIPengaruh Gaya Komunikasi dan Kualitas Pelayanan Customer Service Terhadap KepuasanNasabah (Studi Pada Nasabah PT. Bank BNI Syariah Cabang Semarang)Nasabah merupakan jantung kehidupan dari BNI Syariah Cabang Semarang yangharus terus di jaga. Menjamurnya perbankan syariah di Kota Semarang saat ini yang memilikiproduk dan layanan yang nyaris serupa membuat kualitas pelayanan BNI Syariah CabangSemarang yang diharapkan dapat menjadi pembeda. Gaya komunikasi dan kualitas pelayananCustomer Service jika di sinergikan dengan baik maka akan menciptakan kualitas layananprima yang dapat memberikan kepuasan di hati nasabah BNI Syariah Cabang Semarang.Penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatoris dengan menggunakan uji anlisis regresiberganda untuk menguji hipotesis penelitian dimana terdapat pengaruh antara gayakomunikasi dan kualitas pelayanan customer service terhadap kepuasan nasabah. Datadiperoleh dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yaitu nasabahBNI Syariah Cabang Semarang dengan jumlah sampel 96 responden. Gaya komunikasidiukur menggunakan indikator posisi tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, dan intonasi suara.Sedangkan kualitas pelayanan diukur menggunakan indikator penampilan, sikap, kerapihantempat kerja, kecepatan pelayanan, ketepatan pelayanan, prosedur pelayanan, dan pelayananyang informatif.Hasil dari penelitian ini, gaya komunikasi dan kualitas pelayanan menunjukkan angkayang tinggi yakni 42,3% dan 67,9%. Sedangkan kepuasan nasabah signifikan dengan kualitaspelayanan dan gaya komunikasi sebesar 55,7%. Hasil analisis regresi linear sederhana denganUji T menunjukkan nilai T hitung 2,559 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 < 0,05, makahal ini berarti bahwa hipotesis menyatakan bahwa gaya komunikasi memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap kepuasan nasabah. Sedangkan kualitas pelayanan diperoleh nilai T hitung10,275 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka hal ini berarti bahwa hipotesismenyatakan kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasannasabah. Sehingga Ha terbukti yakni terdapat hubungan antara gaya komunikasi dan kualitaspelayanan customer service terhadap kepuasan nasabah BNI Syariah Cabang Semarang.ABSTRACTThe Effect of Communication Style and Quality Service of Customer Service To TheCustomer Satisfaction (Study on Customer PT. Bank BNI Syariah Branch Semarang)The Customer is the heart of the life of BNI Syariah Branch Semarang that shouldcontinue in the case. The mushrooming of Islamic banking in the city of Semarang today whohave products and services that make a nearly identical service quality BNI Syariah BranchSemarang which is expected to be a differentiator. Communication style and quality customerservice if in united properly it will create a high quality of services that can provide customersatisfaction at the heart of Semarang BNI Syariah Branch. This study uses explanatory studyusing multiple regression anlisys test to test the hypothesis that there is influence betweencommunication style and quality customer service to customer satisfaction. Data obtainedusing questionnaires distributed to respondents, customers BNI Syariah Branch Semarangwith a sample of 96 respondents. Communication style was measured using an indicator bodyposition, eye contact, facial expressions, and tone of voice. While service quality is measuredusing indicators of performance, attitude, work neatness, speed of service, accuracy ofservice, service procedures, and informative service.The results of this study, communication style and quality of service showed a highrate 42.3% and 67.9%. While significant customer satisfaction with quality of service andcommunication styles of 55.7%. Results of simple linear regression analysis with T testshowed T value 2.559 with a significance value of 0.012 <0.05, then it means that thehypothesis stating that the communication style has a significant influence on customersatisfaction. While the quality of service obtained T value 10.275 with a significance value of0.000 <0.05, then it means that the hypothesis stated service quality has a significant impacton customer satisfaction. Ha so evident that there is a relationship between communicationstyle and quality customer service to customer satisfaction BNI Syariah Branch Semarang.BAB IPENDAHULUANI. 1. Latar BelakangKomunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam kegiatan perbankan. Setiapbagian dalam perbankan dari frontline sampai back office tidak dapat terhindar dari proseskomunikasi. Bahkan tanpa komunikasi kegiatan perbankan pun tidak akan berjalansebagaimana mestinya. Komunikasi dalam dunia perbankan membantu penyaluran ide dangagasan sehingga segala kepentingan, keinginan dan harapan-harapan perusahaan dannasabah dapat saling diketahui dan dimengerti. Sehingga dapat dilakukan usaha-usaha untukmemenuhi seluruh kebutuhannya tersebut.Dalam persaingan yang semakin ketat saat ini, pelayanan dalam bisnis jasa perbankanyang biasa-biasa saja saat ini sudah tidak dapat lagi diharapkan untuk mampu bersaing dalamkancah persaingan global. Diperlukan sebuah konsep pelayanan prima yang diterapkan olehperusahaan khususnya perusahaan jasa perbankan. BNI Syariah Cabang Semarang adalahsalah satu contoh perusahaan perbankan yang bergerak di bidang jasa keuangan danmenerapkan konsep standar pelayanan prima bagi para nasabahnya. BNI Syariah CabangSemarang memiliki standar layanan baku dan seragam dengan seluruh BNI Syariah cabanglainnya se-Indonesia. Moto pelayanannya adalah GREAT (Greetings, Relationship, Emphaty,Atitude, Trust) yang tercetak pada bros PIN yang ditempel pada baju seragam kantor setiappetugas di Unit Pelayanan Nasabah. BNI Syariah Cabang Semarang sadar betul jika saat initidak dapat lagi menjalankan bisnisnya dengan berorientasi pada profit semata.Dari waktu ke waktu customer service BNI Syariah Cabang Semarang harus mampumemperbaiki dan menjaga kualitas pelayanannya, karena tanpa memberikan kualitaspelayanan yang prima pada nasabah, mustahil rasa puas yang diharapkan nasabah dapattercapai dan hal tersebut akan sangat menghambat BNI Syariah Cabang Semarang untukdapat hidup dan berkembang. Untuk menjaga dan meningkatkan kepuasan nasabahnya, BNISyariah Cabang Semarang perlu menjaga kepercayaan dimata nasabah. Kepercayaan inidapat dibangun melalui kualitas pelayanan yang prima oleh seluruh jajaran karyawannyatermasuk customer service, komunikasi yang dikemas dengan gaya komunikasi yang tepatsesuai sikon, inovasi produk, dan terjaminnya keamanan transaksi perbankan. Tanpakesemuanya itu, pencapaian kepuasan nasabah yang sedang dan akan dibangun tidak akantercapai.I. 2. Perumusan MasalahBNI Syariah Cabang Semarang idealnya tidak memiliki kendala yang berarti di bidangstandar layanan. Yang mana kesemuanya banyak mendapat masukan dari BNI selaku bank induk.Sehingga idealnya nilai minimal bagi petugas customer service adalah 90 atau A.Realita yang terjadi kualitas pelayanan yang dilakukan oleh customer servicekhususnya dari hasil penilaian internal mistery shopper tahun 2012 sangat mengecewakan,disisi layanan customer service BNI Syariah Cabang Semarang memperoleh nilai D denganskor 67.Padahal bank induk BNI telah memberikan konsep standar layanan yang samaterhadap BNI Syariah. Hendaknya petugas customer service BNI Syariah Semarang memilikikemampuan komunikasi yang mumpuni, gaya komunikasi yang luwes disertai denganpemahaman informasi yang luas sehingga mampu menyampaikan informasi secara akuratdan mudah dipahami serta memberikan kualitas pelayanan yang memuaskan terhadap semuanasabahnya. Pemberian pelatihan standar layanan terhadap customer service, kegiatan roleplay(simulasi layanan nasabah yang sesuai standar layanan) setiap dua minggu sekali danaktivitas sharing session seminggu sekali idealnya telah memberikan pemahaman yang lebihdari cukup untuk diterapkan dengan baik oleh seluruh pegawai di Unit Pelayanan Nasabahkhususnya customer service BNI Syariah Cabang Semarang.Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi masalah adalah apakah ada pengaruhantara gaya komunikasi dan kualitas pelayanan customer service terhadap kepuasan nasabahPT. Bank BNI Syariah ?I. 3. Tujuan dan Kegunaan PenelitianI.3.1. Tujuan PenelitianAdapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanyapengaruh antara gaya komunikasi dan kualitas pelayanan customer service terhadap kepuasannasabah PT. Bank BNI Syariah.I.3.2. Kegunaan PenelitianKegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:1. Kegunaan TeoritisPenelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuandi lembaga pendidikan Universitas Diponegoro khususnya di jurusan IlmuKomunikasi FISIP mengenai teori tentang gaya komunikasi (communication style)dan kualitas pelayanan (service quality).2. Kegunaan PraktisPenelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan, sebagai dasarpertimbangan dalam usaha perbaikan BNI Syariah pada umumnya dan diharapkandapat memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, sehinggadiharapkan jumlah nasabah dapat terus meningkat setiap harinya.I. 4. Metode PenelitianI.4.1. Tipe penelitianTipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe explanatory.I.4.2. Populasi dan Teknik Pengambilan SampelI.4.2.1. PopulasiPopulasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa dalam penelitian ini yaitunasabah laki-laki maupun perempuan usia diatas 15 tahun yang telah memiliki tabungan danmenjadi nasabah BNI Syariah Semarang minimal selama 6 bulan.I.4.2.2.SampelUntuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya, penelitimenggunakan penetapan sampel berdasarkan rumus Slovin:n = N1 + Ne2n = 23871 + 2387 (10%) ²n = 23871 + 23,87n = 238724,87n = 95,97 = 96 Responden.I.4.2.3. Teknik Pengambilan SampelPengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probabilitysampling / non random sampling dengan teknik accidental sampling. Yakni teknik penentuansampel berdasarkan siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapatdipergunakan sebagai sampel, jika dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumberdata (Ruslan, 2004:156).Adapun prosedurnya adalah kuesioner yang berjumlah 96 buah di distribusikan ke 3orang petugas customer service BNI Syariah Cabang Semarang, lalu customer servicememberikan kuesioner untuk diisi kepada nasabah yang datang ke meja customer service,yakni nasabah yang sesuai dengan kriteria responden dalam penelitian ini (minimal usia 15tahun,memiliki tabungan dan sudah 6 bulan menjadi nasabah BNI Syariah CabangSemarang).I.4.3. Jenis dan Sumber DataSumber data yang digunakan dalam penelitian digolongkan menjadi 2 sumber:1. Data PrimerData primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari kuesioner yang diisioleh responden di lapangan. Yaitu nasabah laki-laki maupun perempuan usia diatas 15tahun yang telah memiliki tabungan dan menjadi nasabah BNI Syariah Semarangminimal selama 6 bulan.2. Data SekunderData sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari literatur dan referensi lainnyayang relevan dengan penelitian. Seperti buku register harian pembukaan tabungannasabah, buku register harian komplain nasabah, Buku Pedoman Perusahaan (BPP)dan Buku Pedoman Standar Layanan Nasabah BNI Syariah.I.4.4. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner yangdibagikan kepada responden untuk diisi.I.4.5. Instrumen PenelitianAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftarpertanyaan yang disusun secara sistematis dan berisi alternatif jawaban yang terstruktur yangharus diisi oleh responden.I.4.6. Teknik Analisis DataData mengenai pengaruh gaya komunikasi dan kualitas pelayanan customer serviceterhadap kepuasan nasabah PT. Bank BNI Syariah Cabang Semarang, yang telah diperolehdari sejumlah responden, kemudian disusun secara sistematis, faktual, dan akurat berdasarkandata di lapangan.Kemudian untuk menguji hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan analisaregresi linear sederhana dan analisa regresi berganda dengan bantuan program SPSS 16.Teknik ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara nominal dan ordinalnya.I.4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas1.4.7.1.Uji ValiditasUji Validitas dilakukan untuk mengukur sah / validnya suatu kuesioner. Suatukuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkansesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini membandingkan nilaimasing-masing item pertanyaan dengan nilai total. Apabila besarnya nilai total koefisien itempertanyaan masing-masing variabel melebihi nilai signifikansi maka pertanyaan tersebuttidak valid. Nilai signifikasi harus lebih kecil dari 0,05 maka item pertanyaan baru dikatakanvalid atau dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (nilai korelatif/ nilai productmoment) dengan r tabelnya. Apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dan nilai rpositif dan signifikan, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2005:34).I.4.7.2. Uji ReliabilitasUji Reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk mengetahui sebarapajauh alat ukur tersebut dapat dipercaya. Kehandalan berkaitan dengan seberapa jauh suatualat ukur konsisten apabila pengukuran dilakukan secara berulang dengan sampel yangberbeda-beda. Uji Reliabilitas dilakukan dengan menggunakn Cronbach alpha (). Suatukonstruk/variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai (alpha () > 0,60 (Ghozali,2005:35).DAFTAR PUSTAKAAndito. 1998. Belajar Teori Behavioristik. Bandung : Pustaka Hidayah.Barata, Atep Adya. 2004. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT. Elex MediaKomputindo.Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra AdityaBakti.Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT RemajaRosdakarya.Fatmawati, Endang. 2007. Gaya Komunikasi Pustakawan Terhadap Pengguna: PengaruhTerhadap Kualitas Layanan Di Perpustakaan Fakultas Ekonomi UniversitasDiponegoro Unit S1 Reguler. Skripsi. Semarang: Fakultas Sastra UniversitasDiponegoro Semarang.Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS edisi 3.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Griffin , Jill. 2005. Customer Loyalty Menumbuhkan dan Mempertahankan KesetiaanPelanggan. Jakarta: Erlangga.Kasmir. 2006. Etika Customer Service. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Kang, Juhee. 2012. Effective Communication Styles for The Customer-Oriented ServiceEmployee: Introducing dedicational behaviors in luxury restaurant patrons. UnitedStates: International Journal of Hospitality Management.Liliweri, Alo.2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada mediagroup.Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.Nasution. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.Prasetyo, Riza Fajar. 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap KepuasanNasabah pada Bank BRI Unit Sampangan. Q-MAN Vol.2 No.4. Desember.Rahmayanty, Nina. 2010. Manajemen Pelayanan Prima, Mencegah Pembelotan danMembangun Customer Loyalty. Yogyakarta: Graha Ilmu.Rangkuti, Freddy.2002. Measuring Customer Satisfaction: Gaining Customer RelationshipStrategy. Jakarta: Pustaka Utama.Ratminto dan Atik Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.Ruslan, Rosady.2004, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Penerbit Andi.Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hubungan antara Terpaan Iklan Produk Pelangsing di Televisi dan Interaksi Teman Sebaya dengan Persepsi Remaja Tentang Perempuan Ideal Asti Kusumaningtyas; Sri Widowati Herieningsih; Hedi Pudjo Santosa
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.053 KB)

Abstract

PENDAHULUAN Citra ideal kecantikan perempuan telah bergeser yang semula berdiri diatas stigma beauty inside dan inner beauty, namun saat ini pencitraan ini bergeser menjadi beauty outside. Idealnya perempuan hanya dilihat dari aspek ragawi saja, sedangkan aspek-aspek lainnya cenderung diabaikan. Seakan-akan sudah ketetapan masyarakat soal kriteria-kriteria untuk menjadi perempuan yang ideal. Perempuan kini diindentikan untuk terus mempercantik dirinya. Kecantikan seorang wanita dilihat dari tubuh yang ramping menjulang tinggi, kaki mulus, hidung mancung, dan kulit putih bersih. Hal ini semakin menyeret perempuan untuk memaknai kecantikan lebih dari sekedar kecantikan dalam (inner beauty), seakan-akan sudah ketetapan masyarakat soal kriteria-kriteria untuk menjadi perempuan yang ideal. Timbul dari opini masyarakat akan keharusan perempuan untuk tampil cantik dan anggapan bahwa perempuan ideal dentik dengan tubuh langsing, memicu lahirnya kepercayaan baru bahwa jika perempuan tidak cantik dan bertubuh ideal, maka tidak ada bagian dari tubuh yang bisa dibanggakan. Dengan adanya wacana seperti ini, media mencoba menyebarluaskan pemikiran mengenai keindahan tubuh. Kondisi ini kemudian menjadi pasar yang sempurna bagi industri kecantikan, khususnya produk pelangsing tubuh.Produsen produk pelangsing menggunakan motif yang terdapat dalam diri perempuan, khususnya remaja untuk mengiklankan produknya seperti dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita harus menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku orang lain. Oleh karena itu, iklan suatu produk misalnya, iklan produk kecantikan selalu menampilkan model cantik, menarik, dan populer sehingga bisa menambah kepercayaan akan produk, yang pada akhirnya mampu “memaksa” khalayak sasaran untuk membeli produk yang diiklankan tersebut apalagi didukung oleh pemakaian gaya bahasa yang menjanjikan sehingga akan menambah ketertarikan para pemirsa televisi. (Rakhmat, 1999 : 298).Dengan maraknya iklan produk pelangsing di televisi membuat banyak perempuan semakin ingin menjadi ideal dengan memiliki bentuk tubuh yang menarik. Menarik disini diartikan sebagai bentuk tubuh yang langsing seperti yang tergambar dalam iklan. Banyak orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan tubuh langsing. Ketika media televisi menayangkan produk diatas, maka akan memberi efek pada khalayak. Efek yang disebabkan oleh media massa bisa berupa kognitif, afektif, dan behavioral. Gerbner (1978) melaporkan penelitian berkenaan dengan persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan2bahwa penonton televisi kelas berat cenderung memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa berjalan sendirian berbahaya, dan lebih berfikir bahwa orang lebih memikirkan dirinya sendiri. Jelas citra tentang dunia dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya dalam televisi. Bila kita berlangganan koran Pos Kota, besar kemungkinan kita menduga bahwa dunia ini dipenuhi oleh pemerkosaan, penganiayaan, dan pencurian. (Rakhmat, 1999 : 225).Persepsi tidak hanya dibentuk oleh media massa, tetapi ada faktor lain diantaranya adalah interaksi dengan teman sebaya. Seseorang yang terkena terpaan iklan terus menerus tidak serta merta menentukan pilihan pada suatu produk tanpa pengaruh dari orang lain, dalam hal ini teman sebaya. Teman sebaya merupakan faktor yang penting dalam kehidupan remaja. Remaja umumnya lebih dekat dengan teman sebaya daripada dengan orangtuanya. Remaja dalam berinteraksi dengan teman sebaya membentuk kelompok dengan perilaku yang hampir sama. Oleh karena itu remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, dan penampilan, lebih besar daripada pengaruh keluarga.Remaja sebagai individu yang saling mempengaruhi satu sama lain, juga mengobservasi perilaku teman sebaya dan mempraktekkan perilaku tersebut. Ketika remaja berinteraksi dengan teman sebayanya, dalam interaksi tersebut sedikit banyak membicarakan tentang perempuan yang ideal, maka setiap individu akan berinteraksi. Interaksi antar individu dapat mempengaruhi penilaian seseorang akan suatu hal karena adanya standart dan nilai yang mempengaruhi penilaian. Tingkat penafsiran remaja terhadap perempuan ideal seperti yang digambarkan melalui iklan, akan menimbulkan persepsi antara individu yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.Menurut dalil perepsi yang diungkapkan oleh Krech dan Cructhfield, sifat-sifat perceptual dan kognitif dari subkultur pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan kelompok, akan dipengaruhi oleh keanggotaannya dalam kelompok. Begitu pula dengan persepsi individu cenderung menyamakan dengan persepsi kelompok, dengan efek asimilasi atau kontras. (Rakhmat, 1999 : 59). Begitu pula dengan remaja ketika membicarakan tentang perempuan ideal, maka kecenderungan yang ada yang timbul adalah pendapat yang diungkapkan akan sama dengan kelompok teman sebayanya.3Penelitian ini hanya untuk menguji hipotesis dimana diasumsikan sementara bahwa terdapat hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi dan interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal. Pembatasan penelitian kali ini hanya dilakukan terhadap masyarakat yang gemar menyaksikan acara televisi karena penonton televisi dengan tingkat frekuensi yang tinggi, secara tidak langsung mereka terterpa iklan produk pelangsing dan berusia 16-24 tahun. Diharapkan pada pembahasan kita dapat mengetahui hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi dan interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal.BATANG TUBUH Penelitian ini menjabarkan efek media yang terjadi pada individu, dan kohesivitas dalam kelompok dimana apabila konsumen terkena terpaan iklan dan berinteraksi dengan teman sebaya, maka akan tercipta perasaan dan sikap tertentu terhadap pandangan diri yakni pada tingkat persepsi.Dalam budaya kita selama ini, perempuan bertubuh ideal adalah mereka yang bertubuh langsing dimana akan mendapatkan respek daripada perempuan bertubuh gemuk. Perempuan dengan tubuh gemuk akan tersingkir dan itu akan menyebabkan perempuan merasa harus tetap berusaha langsing. Kecantikan inilah yang akhirnya menjadi sangat penting bagi beberapa orang, dimana kecantikan yang dimaksud hanya sebatas kecantikan fisik. Pandangan masyarakat mengenai perempuan cantik (dengan badan langsing atau sintal, dan berkulit mulus) yang sekarang berkembang sebenarnya merupakan mitos atau keyakinan yang beredar luas menyangkut suatu hal yang belum tentu kebenarannya. Keyakinan mengenai wujud perempuan cantik sebenarnya lebih merupakan hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh masyarakat sendiri.Penekanan masyarakat pada penampilan fisik perempuan sebagai salah satu sumber utama kualitas diri sebetulnya didasari oleh control pada perempuan yang terletak pada kemampuan memenuhi tuntutan mitos kecantikan. Jika mereka tidak memenuhi tuntutan tubuh ideal, dan jika mereka tidak berusaha untuk menjadikan dirinya cantik dan langsing, mereka tetap akan dipandang kurang postif karena dianggap “gagal” menyesuaikan peran atau telah menentang peran yang telah ditetapkan bagi mereka. Maka kegemukan dapat berakibat pada konsekuensi negative, seperi penolakan sosial dan self-esteem yang rendah. (Melliana, 2006 : 78).4Anggapan sosial yang positif yang selalu dihubungkan dengan kelangsingan, tidak terlepas dari gambar-gambar yang disodorkan media massa dengan memperkuat bukti bahwa tipe bentuk tubuh langsing sangat mendominasi. Sesungguhnya, media massa merupakan salah satu faktor yang menyebarluaskan dampak dari pemikiran mengenai fitur keindahan tubuh dengan gencar. Begitu gencarnya provokasi sehingga para remaja dan perempuan dewasa bahkan ibu-ibu tengah baya akhirnya mengukur dirinya dengan bentuk ideal seorang perempuan adalah perempuan yang diciptakan oleh majalah, TV, dan iklan-iklan lainnya. Akibatnya para perempuan yang merasakan kesenjangan antara gambaran image tubuh ideal dengan gambaran tubuh senyatanya cenderung mengalami emosi negative.Jalaludin Rakhmat menjelaskan bahwa media massa (dalam hal ini iklan televisi) memperlihatkan realitas nyata secara selektif yang mampu membentuk idealisme suatu citra tertentu menjadi bentuk citra yang baku. Ketidaktepatan bentuk ideal suatu pandangan tertentu mampu menimbulkan stereotipe tertentu. Stereotipe adalah gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang atau tidak benar. Gambaran ini merupakan semua wujud dari gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi dari perempuan, seperti yang tergambar dalam iklan dan ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, atau pengecapan tentang perempuan. (Rakhmat, 2004 : 79)Saat ini terdapat beberapa produk pelangsing yang marak beredar di masyarakat. Produk-produk tersebut ada yang beriklan melalui iklan di televisi, media online, radio, dan lainnya. Persaingan yang terjadi antara satu merek dengan yang lainnya membuat para pesaing menampilkan strategi iklan yang berbeda-beda. Perbedaan strategi iklan tersebut dibuat agar masing-masing produk pelangsing memiliki ciri khas untuk mempermudah khalayak mengingat merek yang berujung pada peningkatan penjualan. Iklan yang baik, menggunakan rumus yang dikenal dengan AIDCA (Kasali, 1995 : 83-85). Iklan produk-produk pelangsing menggunakan strategi periklanan dengan prinsip AIDCA, seperti yang telah dijelaskan diatas. Pada tahap attention (perhatian) dan interest (minat/ketertarikan) dilakukan dengan cara menggunakan perempuan yang dianggap ideal, sehingga mendapat perhatian dan minat khalayak. Tahap selanjutnya desire (keinginan) dan convicntion (rasa percaya), dimana dilakukan dengan cara menambah slogan iklan yang membangun citra produk. Citra produk yang ditampilkan oleh iklan produk pelangsing adalah menjadi perempuan ideal harus menggunakan produk tersebut. Ketika iklan produk pelangsing ditayangkan di televisi secara berulang-ulang, kemudian menerpa khalayak5dimana informasi yang disampaikan dalam iklan tersebut berisi tentang gambaran perempuan ideal, maka citra remaja tentang perempuan ideal akan dipengaruhi oleh iklan produk pelangsing, sehingga akan berlanjut pada pembentukan persepsi. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya sampai pada tahap Convicntion sesuai dengan judul penelitian ini.Makin lama seseorang mempelajari tentang media, makin jelas efek penenggelaman media yang makin kuat. Efek-efek yang timbul, tidak timbul sebagai akibat dari satu rangsang saja, tetapi bersifat kumulatif. Pembahasan-pembahasan tentang pesan media yang dilakukan seseorang, makin memperluas persebaran media, dan tidak lama kemudian tidak ada perbedaan antara pesan yang diterima, dan disampaikannya. Efek-efek media sebagian tidak disadarai, orang tidak dapat memberikan penjelasan apa yang terjadi. Mereka mencampuradukkan persepsi langsung mereka dengan persepsi yang disaring melalui kacamata media menjadi keseluruhan yang utuh, yang tampak berasal dari pemikiran dan persepsi mereka sendiri (Litlejohn, 1996 : 343).Media televisi menayangkan iklan produk pelangsing yang berisi tentang perempuan ideal, media juga secara langsung dan tidak langsung mengirim symbol-simbol terhadap masyarakat. Simbol yang dikirim oleh iklan produk pelangsing adalah symbol tentang perempuan ideal. Meskipun khalayak mempunyai suatu persepsi sendiri tentang perempuan ideal, namun karena media lebih sering memunculkan symbol tentang perempuan ideal dengan cara menayangkan iklan produk pelangsing secara berulang di televisi, maka peran iklan televisi lebih ditentukan dalam membentuk persepsi individu yakni remaja tentang symbol perempuan ideal.Tentu saja tidak semua pecandu berat televisi terkultivasi secara sama. Sebagai contoh, pengaruh ini akan berlangsung bukan saja seberapa banyak seseorang menonton televise, melainkan pendidikan, penghasilan, jenis kelamin penerima, lingkungan dan lainnya. Sebagai contoh pemirsa dengan penghasilan rendah melihat kejahatan sebagai masalah yang serius sedangkan pemirsa dengan berpenghasilan tinggi tidaklah demikian. Begitu pula perempuan dengan pecandu berat melihat kejahatan sebagai masalah yang lebih seirus daripada pria dengan pecandu berat (Winarni, 2004 : 91). Oleh karena itu televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk dan mempengaruhi persepsi khalayak, namun ada faktor lain yang mempengaruhi persepsi khalayak, seperti lingkungan terdekat, dalam hal ini interaksi dengan teman sebaya.Individu tidak dapat hidup tanpa kerjasama dengan orang lain. Manusia akan membentuk kelompok-kelompok dalam hal ini adalah kelompok teman sebaya (peer group).6Seperti diketahui bersama bahwa pada hakikatnya manusia itu disamping sebagai makhluk individu, juga makhluk sosial. Tentu manusia dituntut adanya saling berhubungan dengan manusia dalam kehidupannya. Dalam kelompok teman sebaya (peer group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.Terbentuknya kelompok teman sebaya (peer group) timbul karena adanya latar belakang antara lain perkembangan sosialisasi, kebutuhan untuk menerima penghargaan, perlunya perhatian orang lain, dan ingin menemukan dunianya. Perkembangan proses sosialisasi, dimana pada usia tertentu individu mengalami proses saling interaksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok, akan muncul dengan apa yang disebut dengan konformitas. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap dan tingkah laku orang lain karena adanya tekanan yang nyata ataupun yang dibayangkan oleh mereka. (Santrock, 2003 : 221).Derajat ketertarikan atau yang disebut kohesivitas kelompok, merupakan salah satu factor pembentuk konformitas kelompok. Kohesivitas kelompok adalah semua faktor yang menjadi latar belakang dimana anggota kelompok merasa memiliki ketertarikan dengan kelompok tersebut dan membuatnya tetap berada di dalam kelompok tersebut. Ketika ada kohesivitas di dalam suatu kelompok, anggota kelompok akan menerima lebih banyak pengetahuan, dengan kata lain, anggota kelompok akan memungkinkan untuk saling bertukar informasi tentang segala sesuatu. Adanya kohesivitas dalam kelompok, membuat pandangan-pandangan yang dimiliki oleh kelompok kemudian diyakini sebagai persepsi kelompok. Persepsi sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar tentang adanya informasi yang akan memberikan pedoman baginya untuk membedakan, mengidentifikasi, dan memaknai sehingga dari pemaknaan tersebut akan mendapat referensi baru untuk menilai suatu hal secara komprehensif.Menurut Krech dan Krutchfield yang dikutip dalam buku Jallaludin Rakmat, merumuskan dalil-dalil persepsi sebagai berikut :1. Persepsi bersifat selektif secara fungsional.Obyek-obyek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek yang memenuhi tujuan individu tang melakukan persepsi. Contohnya : pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya.2. Media perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.7Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimul yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasinya yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita terima.3. Sifat-sifat perceptual dan kognitif dari subkultur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan.Menurut dalil ini, jika individu sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi keanggotaan kelompoknya dengan efek asimilasi dan kontras.4. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi bagian dari struktur yang sama.Artinya, seseorang akan mempersepsikan sesuatu dengan membandingkan kedekatan suatu objek dengan objek lain dan mengambil suatu generalisasi. Contoh : orang menitikberatkan pada kekayaan akan membagi masyarakat menjadi kelompok kaya dan miskin. Orang yang menitikberatkan pada pendidikan, membagi masyarakat menjadi dua kelompok terdidik dan tidak terdidik. (Rakhmat, 1999 : 56)Individu melakukan interaksi di dalam kelompok teman sebaya, maka peer group memberikan dampak pada individu itu sendiri, yakni pada tingkat persepsi. Pengaruh kelompok sosial khususnya kelompok teman sebaya terhadap persepsi individu telah diteliti oleh Solomon E. Asch dengan melakukan percobaan. Percobaan dilakukan dengan cara menentukan panjang garis. Hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa mula-mula perbedaan pendapat antara mayoritas dan minoritas tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. Tetapi setelah percobaan di ulang-ulang, nampaklah adanya keraguan pada minoritas terhadap persepsinya sendiri, dan ada kecenderungan individu menyesuaikan dengan jawabannya dengan jawaban mayoritas (Santosa, 1992 : 72)Melihat pada uraian diatas, remaja dalam berintekasi dengan teman sebaya membentuk kelompok dengan perilaku yang hampir sama. Oleh karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan lebih besar daripada keluarga. Demikian pula remaja dalam mempersepsikan perempuan ideal, maka remaja yang lain akan terpengaruh untuk memiliki pandangan yang serupa. Jadi, ketika remaja berinteraksi dengan kelompok teman sebaya (peer group), dimana dalam interaksi tersebut membicarakan mengenai perempuan ideal, maka pendapat remaja ada kecenderungan sesuai dengan kelompok teman sebayanya. Dengan interaksi dengan8kelompok teman sebayanya tersebut yang berlangsung terus-menerus, maka akan mempengaruhi persepsi remaja tentang perempuan ideal.Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-24 tahun yang pernah melihat atau mengamati iklan produk pelangsing di televisi. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah accidental sampling yang berjumlah 50 orang. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis koefisien korelasi rank Kendall dengan menggunakan perhitungan dengan program SPSS.Temuan lapangan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi terhadap persepsi remaja tentang perempuan ideal. Adanya hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal juga dijelaskan oleh Jalaludin Rakhmat bahwa media massa (dalam hal ini iklan televisi) memperlihatkan realitas nyata secara selektif yang mampu membentuk idealisme suatu citra tertentu menjadi bentuk citra yang baku. Ketidaktepatan bentuk ideal suatu pandangan tertentu mampu menimbulkan stereotipe tertentu. Stereotipe adalah gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang atau tidak benar. Gambaran ini merupakan semua wujud dari gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi dari perempuan, seperti yang tergambar dalam iklan dan ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, atau pengecapan tentang perempuan.Sesuai dengan efek yang ditimbulkan media, dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri khalayak sebagai publik yang terpengaruh. Efek media yang ditimbulkan seperti dari iklan televisi adalah efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif yaitu kemampuan seseorang menyerap dan memahami apa yang ditayangkan kemudian melahirkan pengetahuan bagi khalayak. Efek afektif yaitu khalayak dihadapkan pada trend actual yang ditayangkan televisi. Efek konatif adalah proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi dan khususnya iklan produk kecantikan seperti pelangsing, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (terjadi proses peniruan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari).Selain itu, hasil olah data menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori kohesivitas atau derajat ketertarikan kelompok. Adanya kohesivitas dalam kelompok, membuat pandangan-pandangan yang dimiliki oleh kelompok kemudian9diyakini sebagai persepsi kelompok. Persepsi sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar tentang adanya informasi yang akan memberikan pedoman baginya untuk membedakan, mengidentifikasi, dan memaknai sehingga dari pemaknaan tersebut akan mendapat referensi baru untuk menilai suatu hal secara komprehensif.Interaksi sosial yang dialami seseorang akan membentuk sikap sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, serta terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Dalam proporsinya, suatu sikap yang didominasi oleh komponen afektif (emosional) yang kuat dan kompleks akan lebih sukar untuk berubah walaupun dimasukkan informasi baru yang berlawanan mengenai objek sikapnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain : pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional, dan pengaruh faktor emosional. (Azwar, 2011 : 30)Temuan lapangan yang telah dijelaskan sebelumnya juga menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian bahwa hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi (X1) dan interaksi dengan teman sebaya (X2) dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal (Y)” tidak dapat diterima atau ditolak.Persepsi sosial tiap individu akan berbeda karena ada kecenderungan seseorang melihat apa yang ingin dilihat, dan mendengar apa yang ingin didengar. Sehingga setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas sekelilingnya. Hal ini berkaitan dengan atensi seseorang pada suatu rangsangan menjadi faktor utama menentukkan selektivitas seseorang. Sesuai dengan teori selective influence, bahwa bagaimana iklan-iklan produk pelangsing yang ditayangkan televisi secara berulang-ulang, lalu menerpa khalayak khususnya remaja, maka remaja akan memberikan respon yang berbeda karena perbedaan struktur kognitif yang dimiliki. Dengan demikian, terdapat perbedaan penerimaan pesan yang dipersepsi oleh penerima, karena terdapat perbedaan kognisi itu. (Lowery, 1983 : 65-67).PENUTUPKesimpulan1. Terdapat hubungan antara terpaan iklan dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal. Hal ini menunjukkan bahwa terpaan iklan yang tinggi, maka persepsi remaja tentang perempuan menjadi ideal.102. Tidak terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun interaksi teman sebaya sedang, tinggi, atau sangat tinggi, persepsi remaja tentang perempuan hanya sebatas cukup ideal.3. Tidak terdapat hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi dan interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal. Hasil tersebut memiliki arti bahwa variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan, dalam arti ketika terpaan iklan produk pelangsing tinggi, maka persepsi remaja tentang perempuan pun ideal meskipun interaksi dengan teman sebaya rendah atau pun tinggi.Saran1. Meskipun banyak tayangan iklan yang mampu mempersuasi remaja serta tingkat interaksi dengan teman sebaya yang tinggi, remaja diharapkan memiliki keyakinan, serta sikap yang didominasi oleh komponen afektif. Sikap yang didominasi oleh komponen afektif (emosional) yang kuat dan kompleks akan lebih sukar untuk berubah walaupun dimasukkan informasi baru. 2. Remaja memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi seperti tuntutan akses komunikasi/internet yang bebas, dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Oleh karena itu, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan dan pengalaman sehingga mereka dapat melalui fase ini dengan optimal dan mampu memilah hal yang dianggap positif dan penting dengan yang tidak.DAFTAR PUSTAKAAzwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Kasali, Renald. 1995. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafiti Littlejhon, Stephen W. 1996. Theories of Humas Communication. USA : Wadworth Publishing Company. Lowery, Shearon dkk. 1983. Milestone In Mass Communication Research : Media Effects. Newyork : Longman.11Melliana, Annastasia. 2006. Menjelajah Tubuh : Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta : LKiSRakhmat, Jalaludin. 1999. Psikologi Komunikasi Edisi revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset Santosa, Drajad. 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara.Santrock, John W. 2003. Adolescene Perkembangan Remaja / john W. Santrock; alih bahasa, Shinto B. Adelar; Sherly Saragih; editor, Wisnu C. Kritiaji. Jakarta : Erlangga Winarni. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Malang : UMM Press
RESEPSI KHALAYAK PEMBACA BERITA TRAGEDI ANAK (AQJ) PADA MEDIA ONLINE Rika Novitasari; Hedi Pudjo Santosa; Much Yulianto; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.104 KB)

Abstract

This research based on the rampant of news about children tragedy in mass media. Childrenare exploited and reported in news excessively, and the news ignore children’s right to beprotected from publicity. Online media is one of the public choice that reprimanded by presscouncil in reporting AQJ accident, because a lot of media showed the face and wrote hisidentity clearly and didn’t place him as vict im of the systemThis research aims to understand audiences’ reception of the purpose of online mediain AQJ accident news. The type of this research is qualitative research used receptionanalysis to discover the reception of the audiences with different experience and background.This research show three types of audience position on AQJ news. The majority of audiences are in negotiated and interpret AQJ accident news as important news because it harms to others, detailed information often expected but they thought that underage children need to be protected from publicity, related to their identity and another aspect that could bother their psychological. Audience who are in dominant reading, interpret the news as natural news that gives positive benefit and important to note audiences widely, and have to be reported in detail. While another audience who are in oppositional reading interpret that news about children tragedy didn’t need to be published, according to the audience news about children tragedy will violate children’s psychology who are still developing and the news about AQJ accident on online media as unobjective and excessive news.Keywords: News, Tragedy, Children, Reception
KECEMASAN KOMUNIKASI (COMMUNICATION APPREHENSION) FANS DALAM INTERAKSI LANGSUNG DENGAN IDOLA Rika Kurniawati; Hedi Pudjo Santosa; Triono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.482 KB)

Abstract

KECEMASAN KOMUNIKASI (COMMUNICATION APPREHENSION)FANS DALAM INTERAKSI LANGSUNG DENGAN IDOLA(Studi Terhadap Fans Korean Pop di Indonesia)Rika Kurniawati1Abstrak:Kpop berasal dari musik pop Korea yang telah dimodernisasi dengan sedikit gaya Western sepertihiphop atau rock. Permasalahan yang ingin diselidiki dalam penelitian ini adalah mengapa kecemasankomunikasi muncul di dalam interaksi fans dengan idolanya, faktor-faktor apa yang mempengaruhidan tipe-tipe kecemasan yang terjadi sehubungan dengan perubahan media interaksi yangdilakukan.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjelaskan mengenai kecemasankomuniaksi yang terjadi, faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya serta tipe-tipe kecemasankomunikasi yang terjadi sehubungan dengan adanya perubahan media interaksi. Denganmenggunakan metoda fenomenologi, penulis berusaha menjawab permasalahan tersebut denganmenggunakan teori kecemasan komunikasi sebagai salah satu penghambat dalam prosesberkomunikasi dan kajian fans dan fandom. Sementara obyek penelitian adalah lima orang fans yangbersedia menjadi informan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kecemasan yang terjadi sangat bervariasi pada semua informan. Kecemasankomunikasi yang terjadi dalam interaksi fans cenderung disebabkan oleh adanya ketidakpastian yangterjadi terkait dengan komunikasi yang sedang berlangsung atau yang sedang diantisipasi. Perbedaanmedia interaksi yang digunakan, dari computer mediated communication menjadi interaksi langsungtatap muka, bisa memicu timbulnya kecemasan namun tidak berpengaruh terhadap tipe-tipekecemasan komunikasi yang terjadi.Key Words: Kecemasan Komunikasi; fans, fandom, dan kajian fans; pengurangan ketidakpastianAbstract:Kpop is the Korean pop music which has been modernized with a Western style such as hip-hop orrock.. The problems investigated in this study is why communication anxiety appears in theinteraction with the fans of his idol, the factors that affect and the types of anxiety that occurs inconnection with the changes made of media interaction.The objectives of this research is to explainthe communication anxiety happens, the factors that influence in it as well as the types ofcommunication anxiety that occurs in connection with a change of media interaction.By using aphenomenological method, the authors sought to answer these problems by using the theory ofcommunication anxiety as one of the obstacles in the process of communicating and study fans andfandom. While the object of the study is five fans who are willing to become informants with differenteducational backgrounds.The results showed that the anxiety occurs with varies greatly in allinformants. Communication anxiety that occurs in the interaction of fans likely to be caused by theuncertainties that occur related to the ongoing communications or are anticipated. Differences in theinteraction of media used, from computer mediated communication to face-to-face direct interaction,can lead to anxiety, but had no effect on the types of communication that occur anxiety.Key words: Communications apprehension; anxiety; fans, fandom and fans studies; uncertainty.1 Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro angkatan tahun 2008 PendahuluanCommunication Apprehension sendiri seringkali diartikan sebagai perasaan takut,gugup dan cemas ketika hendak berkomunikasi dan atau berinteraksi dengan orang lain.Selama ini fans Kpop yang ada di Indonesia hanya berinteraksi dengan idola mereka melaluimedia online/SNS (social networking system) seperti Twitter, Cyworld, Me2day, Weibo dll.Kesempatan untuk bertemu langsung dengan idola tentu saja tidak sebanyak fans lain yangada di Korea secara langsung.Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,mengapa CA terjadi dan muncul pada fans Kpop dengan idolanya dalam interaksikomunikasi mereka? Kemudian faktor apa saja yang menyebabkan seorang fans mengalamikecemasan berkomunikasi? Lalu dengan adanya perubahan media interaksi dan pola interaksiyang dilakukan, pengaruh apa yang muncul di dalam tipe kecemasan berkomunikasi yangdialami oleh individu?Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena kecemasan komunikasi antarafans terhadap idolanya, mendeskripsikan penyebab munculnya kecemasan berkomunikasiseorang fans serta mendeskripsikan mengenai perbedaan media interaksi yang digunakansebelumnya dan pola interaksi langsung yang terjadi dengan tipe-tipe kecemasanberkomunikasi yang dialami.Dalam berkomunikasi tatap muka, seringkali ditemui adanya kecemasan komunikasiseorang individu terhadap individu lainnya.Ada 4 (empat) jenis kecemasan komunikasi yang dapat diidentifikasi, yaitu:1. Traitlike CA, merupakan kecenderungan kecemasan komunikasi yang relatifstabil dan panjang waktunya ketika seseorang dihadapkan pada berbagai kontekskomunikasi.2. Context-based CA, yaitu kecemasan komunikasi yang muncul ketika individuindividuharus berbicara di depan umum (public speaking), tetapi dia tidakmengalami kecemasan pada tipe-tipe komunikasi yang lain. Atau dalam istilahlain, kecemasan komunikasi yang dialami oleh tipe ini akan berubah konteksnya.3. Audience-based CA, merupakan kecemasan komunikasi yang dialami olehseseorang ketika ia berkomunikasi dengan tipe-tipe orang tertentu tanpamemandang waktu atau konteks.4. Situational CA, merupakan kecemasan komunikasi yang berhubungan dengansituasi ketika seseorang mendapatkan perhatian yang tidak biasa (unusual) dariorang lain.Fans adalah seseorang yang memiliki ketertarikan yang loyal pada suatu hal(Jenkins, 2002). Mat Hills (Fans Cultures, 2002) mendefinisikan fans sebagai seseorang yangterobsesi dengan bintang, selebriti, film, acara TV atau band; seseorang yang bisamenghasilkan penyebaran informasi di dalam fandom mereka, dan mampu menyitir kalimatatau lirik, bab dan sajak favorit. MetodaTipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untukmenjelaskan fenomena melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Subjek penelitian adalah para fansKpop di Indonesia tanpa terkait batasan tempat. Pemilihan informan akan dilakukan denganmemperhatikan kualifikasi bahwa calon informan tersebut sudah menjadi fans Kpop minimalselama satu tahun dan sudah pernah bertemu dengan idolanya secara langsung baik melaluikonser maupun acara-acara lainnya.Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan informan. Sementara proses analisis dan interpretasi datamenggunakan metode yang dikemukakan oleh Von Eckartsberg (1986)(dalam Moustakas,1994) yang melibatkan tahapan sebagai berikut:1. Permasalahan dan Perumusan Pertanyaan Penelitian (The Problem and QuestioningFormulation: The Phenomenon).2. Data yang menghasilkan situasi: Teks Pengalaman Kehidupan (The data generatingSituation:The Protocol Life Text).3. Analisis data: Eksplikasi dan Interpretasi (The Data Analysis: Explication andInterpretating) Hasil PenelitianPemilihan informan berdasarkan 5 orang informan dengan pembagian 2 informanmelalui wawancara langsung sementara 3 informan lainnya dengan wawancara melaluichatting.Informan I dan IV menempatkan idola sebagai sosok teman dan atau saudara yangharus didukung dan sesekali dikritik dengan candaan, namun Informan III dan V masihmenempatkan sosok idola sebagai orang asing yang memiliki jarak dengan mereka meskipunsebagai fans. Informan II mengaku malah kadang dirinya menganggap jika sosok-sosok yangdia lihat di layar kaca atau laptop itu hanyalah tokoh rekaan atau khayalan yang tak mungkinbisa dia temui secara nyata di hidupnya.Bentuk outcomes dari CA yang dialami oleh informan adalah communicativedisruption yang berupa terbata-bata atau stuttering, stuck for words atau hanya bengong danmembeku di tempat sementara fans-fans lain di sekitarnya berusaha menarik perhatian idola,serta talking too much atau bisa dikategorikan dalam kata histeris.Informan I, II, IV dan V mengalami CA berdasarkan pada trait-trait situationalkarena mereka mengantisipasi interaksi dengan orang lain sementara Informan III mengalamiCA berdasarkan trait personal yaitu anxiety muncul dari adanya strong negative expectationterhadap idola yang nantinya hendak berinteraksi langsung dengan dirinya.Informan I dan IV seolah membentuk sebuat self protector dengan mengungkapkanjika mereka tidak berharap muluk-muluk akan idola yang mengenal mereka secara personaldan bahkan menjadi pasangan mereka. Informan II masih merasakan jarak antara dirinya danidola sehingga saat dirinya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan idola dirinya justrumembeku dan cenderung menghindari kontak atau interaksi yang mungkin timbul. InformanIII merasakan hal yang sama dengan Informan II, namun dirinya mampu mengatasi perasaantersebut pada saat Informan III berada di depan idolanya tepat dan melakukan interaksi yanglebih intens seperti percakapan singkat, kontak mata dan high-five serta jabatan tangan.Informan V mengaku dirinya sudah merasa biasa saat menghadiri konser karenasudah terhitung berkali-kali dia mengikuti konser idola Kpop kesukaannya. Informan Vmengatakan jika dirinya merasa deg-degan dan makin histeris justru ketika teriakannyaditanggapi oleh idolanya dan mereka melihat ke arah posisi Informan V dalam arena konsertersebut. PembahasanBerdasarkan temuan hasil penelitian, kecemasan komunikasi terjadi dalam faseperubahan interaksi antara fans terhadap idola yang berawal dari interaksi tak langsung danlangsung melalui media online ke interaksi langsung yang berupa komunikasi tatap mukadengan berbagai variasi.Informan I dan Informan IV menyaring segala informasi dan pengetahuan tentangidola yang diterimanya setiap hari dengan cara yang berbeda. Informan I menempatkanstandar humanis bagi idolanya, dalam artian dia menganggap idolanya sebagai seorangsaudara dan sahabat, bahwa seorang idola juga membutuhkan sosok pendamping hidupnantinya, dan bahwa dia hanya sebagai fans dan bukan kekasih mereka. Dengan pikiranpikirantersebut Informan I berusaha melindungi dirinya sendiri dari rasa kecewa dan jugamenunjukkan batas penerimaan penuh atas idolanya sebagai seorang manusia, bukan hanyaperformer di atas panggung. Leon Festinger (dalam West & Turner, 2009) menamakanperasaan yang tidak seimbang ini sebagai disonansi kognitif atau cognitive dissonance. Halini merupakan perasaan yang dimiliki oleh orang ketika mereka ‘menemukan diri merekasendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, ataumempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang’.Kecemasan komunikasi terjadi dalam interaksi Informan I terhadap idola dengan parameteryang dialami bahwa secara physiological aspect dirinya mengalami perasaan deg-degan,keringat dingin serta tiba-tiba menangis karena luapan emosi, sementara untuk behavioralmanifestation dan cognitive dimension tidak ditemukan. Informan I juga mengalamicommunicative disruption yang berupa stuttering atau berbicara dengan intonasi tidak jelas.Informan IV mengaku dirinya mengalami kecemasan komunikasi pada awalpertemuan pertama dengan idola. Communicative disruption berupa stuck for words sertatiba-tiba menangis dan mengulang kalimat yang sama ‘apakah ini mimpi?’ saat pertemuanpertama. Beberapa parameter kecemasan komunikasi yang mampu ditemukan dalampengalamannya adalah secara physiological aspect dirinya merasa deg-degan, dan histeris,tidak ditemukan adanya cognitive dimension namun dalam behavioral manifestation dirinyamembentuk sebuah self protector yang mendoktrin bahwa dia hanya akan menerima segalainformasi dan pengetahuan yang menurut dia baik dan menolak menerima pengetahuan yangmengancam dan membuatnya merasa tidak nyaman serta kecewa. Hal ini juga sesuai denganteori cognitive dissonance yang terdapat dalam diri Informan I, namun bedanya Informan IVmenggunakan cognitive dissonance justru sebagai penangkal kecemasan komunikasi. Denganadanya self protector Informan IV mengaku dirinya merasa lebih nyaman dalam beraktivitassebagai fans karena dia tahu semua idola itu memiliki sisi baik dan sisi buruk, sehingga yangdia butuhkan hanya menerima sisi baik dan membiarkan sisi buruk mereka tanpa merasatakut akan kecewa.Informan III juga mengalami kecemasan komunikasi dalam interaksi langsungnyadengan idola. Berdasarkan trait personal dari informan, anxiety muncul dari adanya strongnegative expectation yaitu pada saat fanmeet berlangsung dia histeris dan deg-degan karenaakan berhadapan langsung dengan idola dan sentuhan tangan, tapi saat berhadapan langsungjustru deg-degan hilang dan terasa biasa seperti menghadapi teman lama. Informan III tidakmengalami outcomes berupa communicative disruption yang jelas namun dia mengalamibeberapa parameter dari CA seperti physiological aspect berupa deg-degan, keringat dingin,panik dan cognitive dimension yang berupa merasa minder karena bentuk badannya yanglebih kecil dari fans lain, merasa idola tak akan memberi perhatian kepada dirinya. Sementarabehavioral manifestation tidak ada.Informan III merasa minder dengan fans lain yang memiliki penampilan lebih tinggidan dinilai lebih menarik dari dirinya, sehingga dia takut idolanya tidak akan menanggapiatau memberinya perhatian. Pertemuan pertama yang akan Informan III hadapi dengan idolajuga sarat dengan ketidakpastian, Informan III masih menduga-duga seperti apakahtanggapan dari idola yang akan dia terima nanti ketika sesi high-five dan jabat tanganberlangsung. Karena ketidakpastian tersebut kemudian timbul suatu kecemasan komunikasi,apakah nantinya idola yang dia hadapi ramah? Apakah dia bisa menerima perhatian dansegala perasaaan cintanya yang disampaikan melalui bingkisan serta ucapan dalam bahasainggris? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat Informan III gugup dan berkeringatdingin.Namun kecemasan komunikasi tersebut mampu diatasi seiring dengan hilangnyaketidakpastian yang ditakutkan. Tanggapan bagus yang Informan III terima saat berkontakmata membuatnya merasa sedikit tenang sehingga segala kegugupan dan perasaan kacauyang dia alami sesaat sebelum sesi high-five pun sirna.Bentuk outcomes dari CA yang Informan II alami adalah communicative disruptionyang berupa stuck for words atau hanya bengong dan membeku di tempat sementara fansfanslain di sekitarnya berusaha menarik perhatian idola. CA muncul pada Informan II ketikadia berhadapan dengan seseorang yang dia anggap lebih tinggi posisinya dari dirinya, dalamhal ini Informan II selalu berpikir jika idolanya tersebut seolah adalah tokoh dunia khayalanyang hidup di dunia yang berbeda dengan dunia tempat dia hidup. Beberapa parameter CAyang dialami bisa dilihat dari physiological aspect berupa perasaan deg-degan, badanmembeku serta terasa kaku, dan tangan gemetar. Sementara parameter lain yang berupabehavioral manifestation bisa dilihat dari caranya menghindari interaksi dengan idola dengantidak menarik perhatian si idola tersebut (avoiding communication) dan parameter cognitivedimension tidak ditemukan.Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, menurut McCroskey (1977b) (dalamHoneycutt, Choi dan DeBerry, 2009), kecemasan komunikasi dapat didefinisikan sebagaisebuah level ketakutan atau kecemasan individu dengan komunikasi, yang terjadi serta yangsedang diantisipasi, dengan orang lain atau orang banyak. Kunci penting dalam pernyatantersebut adalah ‘komunikasi yang diantisipasi’, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwakecemasan yang disebabkan oleh komunikasi yang akan terjadi bisa sekuat interaksisebenarnya. Kalimat pengandaian, perasaan mengantisipasi, kesan pertama, merupakankualitas-kualitas dari Imagined interaction (IIs). Honeycutt (2003) mendefinisikan ImagineInteraction sebagai proses kognisi sosial di mana seseorang membayangkan dan oleh karenaitu secara tidak langsung telah memiliki pengalaman dalam mengantisipasi ataupun interaksikomunikasi dengan orang lain. Dalam definisi tersebut, dapat dilihat bahwa kecemasankomunikasi dapat memiliki hubungan dengan Imagined Interaction, karena seseorang mamputerpengaruh secara langsung oleh pengalamannya sendiri dalam mengantisipasi sebuahinteraksi melalui imajinasinya atau imajinasi orang lain. Jika Honeycutt mengungkapkanbahwa interaksi yang dibayangkan mampu mengurangi tingkat kecemasan yang terjadisehubungan dengan interaksi nyata yang akan terjadi, maka dalam pengalaman Informan IIsemua itu justru berbanding terbalik. Semua proses-proses Imagined Interactions yangInforman II alami tak mampu mengurangi kecemasannya ketika hendak bertemu denganidolanya. Nyatanya kecemasan komunikasi yang Informan II alami justru terlihat paling kuatsehingga dirinya hanya bisa membeku dan cenderung menghindari kontak mata atauperhatian si idola.Informan V telah berulang kali bertemu dengan idolanya dalam suatu konser.Bahakan Informan V juga mengikuti konser artis lain yang bukan idolanya karena ajakanteman atau promosi harga yang murah. Kecemasan komunikasi terjadi pada saat awalpertemuan pertama dengan parameter kecemasan komunikasi yang dialami Informan V untukphysiological aspect berupa histeris. Untuk behavioral manifestation dan cognitive dimensiontidak ditemukan. Communicative disruption terjadi saat teriakannya ditanggapi oleh idoladengan tatapan mata atau senyuman ke arahnya, biasanya berupa gagap dan menjadi semakinberteriak histeris. Informan V telah berkali-kali mengikuti konser sehingga perasaan degdegankarena cemas berganti dengan perasaan deg-degan karena antusias dan terbawakehebohan suasana konser. Dari sini dapat ditarik kesimpulan jika ternyata kecemasankomunikasi tidak hanya terjadi pada interaksi yang sedang terjadi atau yang diantisipasi,melainkan terjadi variasi kecemasan komunikasi dalam penerimaan feedback.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa beberapa penyebab munculnya kecemasankomunikasi dalam interaksi langsung antara fans terhadap idola adalah sebagai berikut:a) Perubahan media interaksi yang dilakukan dari computer mediated communicationmenjadi interaksi tatap muka menyebabkan adanya perasaan yang awalnya dekatnamun tiba-tiba merasa seolah menjadi sosok anonim yang asing.b) Meskipun Honeycutt (2003) telah mengemukakan hasil riset bahwa imaginedinteraction mampu mengurangi adanya kecemasan komunikasi yang timbul, namunternyata justru imagined interaction yang berlebihan pun juga mampu menjadipenyebab seseorang mengalami kecemasan komunikasi.c) Adanya perasaan ketidakpastian yang timbul terhadap sosok idola yang akan ditemuiatau ketidakpastian akan komunikasi yang sedang diantisipasi oleh fans.d) Adanya kasus istimewa, bahwa sosok idola memberi feedback terhadap umpanumpanyang dilontarkan juga memicu adanya kecemasan komunikasi.Dari semua kecemasan komunikasi yang terjadi, dapat dikelompokkan menjadi duatipe kecemasan komunikasi. Informan I, II, III, dan IV mengalami kecemasan komunikasikarena siapa yang mereka hadapi sementara Informan V mengalami kecemasan komunikasikarena apa yang dia dapatkan dari idola, yaitu adanya perhatian yang tidak biasa dari oranglain. Jadi bisa dikatakan Informan I, II, III, dan IV mengalami audience-based CA, bahwakecemasan komunikasi yang dialami terjadi karena dia berkomunikasi dengan tipe-tipe orangtertentu (idola) tanpa memandang waktu atau konteks. Sementara Informan V mengalamisituational CA, karena kecemasan komunikasi yang dia alami berhubungan dengan situasiketika dirinya mendapatkan perhatian yang tidak biasa (unusual) dari orang lain (idola). Darisemua deskripsi tersebut, mampu dirangkum pernyataan jika ternyata tipe media interaksi danperbedaan pola interaksi langsung yang dilakukan tidak berpengaruh pada adanya tipe-tipekecemasan komunikasi yang terjadi.PenutupPembahasan tentang temuan studi ini menghasilkan beberapa hal yang dapatdisimpulkan, yaitu:1) Communication apprehension atau kecemasan komunikasi, yangdidefinisikan sebagai ketakutan atau kecemasan terkait dengan komunikasilangsung atau komunikasi yang akan dan sedang dilakukan dengan oranglain, pada kenyataannya dialami oleh siapa saja tak terkecuali oleh fans.Perubahan media interaksi yang dilakukan dari computer mediatedcommunication menjadi interaksi tatap muka menyebabkan adanya perasaanyang awalnya dekat namun tiba-tiba merasa seolah menjadi sosok anonimyang asing.2) Kecemasan komunikasi yang terjadi dalam interaksi fans cenderungdisebabkan oleh adanya ketidakpastian yang terjadi terkait dengankomunikasi yang sedang berlangsung atau yang sedang diantisipasi. Ketikaketidakpastian di antara fans dan idola tersebut mampu diatasi makakecemasan komunikasi yang dialami juga mampu teratasi dengan lancar.3) Beberapa poin khusus yang terjadi mampu menggeser titik penyebabkecemasan komunikasi tak lagi karena ketidakpastian, namun justru karenadisonansi kognitif dan imagine interaction yang mereka ciptakan dalambenak individu itu sendiri. Hal menarik lainnya adalah, dalam beberapapenelitian terdahulu, imagine interaction justru dimunculkan sebagai salahsatu cara untuk mengatasi kecemasan komunikasi yang terjadi sementaradalam studi ini ditemukan bahwa imagined interaction merupakan salah satupenyebab munculnya kecemasan yang terjadi. Dalam studi ini jugaditemukan jika disonansi kognitif, selain menjadi salah satu penyebab adanyakecemasan komuniaksi yang terjadi, juga mampu digunakan sebagai solusiuntuk mengurangi kecemasan yang dialami.4) Kecemasan komunikasi tak hanya terjadi pada komunikasi yang diantisipasiatau sedang berlangsung, namun juga pada saat timbul feedback dari umpanumpanyang diberikan oleh fans.5) Perbedaan media interaksi yang digunakan, dari computer mediatedcommunication menjadi interaksi langsung tatap muka, bisa memicutimbulnya kecemasan namun tidak berpengaruh terhadap tipe-tipekecemasan komunikasi yang terjadi.Daftar RujukanBuku dan E-BookGriffin, EM. (2012). A First Look at Communication Theory, Eighth Edition. New York: Mc GrawHill.Hills, Matt. (2002). Fan Cultures. New york: Routledge.Honeycutt, J. M. (2003). Imagined Interactions: Daydreaming About Communication. Cresskill, NewJersey: Hampton.Husserl, Edmund. (1970). Logical Investigations (J.N. Findlay. Trans.) (vol. 1). New York:Humanities press.Jenkins, Henry. (1992). Textual Poachers: Television Fans and Participatory Culture. New York:Routledge, Chapman and Hall.Lewis, Glen and Christina Slade. (1994). Critical Communication. Australia: Prentice Hall Australia.Littlejohn, Stephen W and Karen A. Foss. (2008). Theories of Human Communication: InternationalStudent Edition. USA: Thomson Wadsworth.Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Morreale, Sherwyn P. Brian H. Spitzberg, J. Kevin Barge. Julia T. Wood, Sarah J. Tracy. (2004).Introduction to Human Communication: the Hugh Down School of Human Communication. Arizona,USA: Wadsworth Group.Moustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Method. Beverly Hills, CA: SAGEPublications.Artikel atau Bab dalam BukuHoneycutt, James M, Charles W. Choi, and John R. DeBerry (2009). Communication Apprehensionand Imagined Interactions. Dalam Communication Research Reports vol.26, No. 3 (228-236). NewYork: Routledge.McCroskey, J.C. (1982a). Oral Communication Apprehension: A Reconceptualization. Dalam M.Burgoon (Ed.), Communication Yearbook 6 (136-170). Beverly Hills, CA: Sage Publishers.McCroskey, James C. (1984). The communication apprehension perspective. dalam J. A. Daly, andJ. C. McCroskey (Eds.), Avoiding communication: Shyness, reticence, and communication, (pp. 13-38). Beverly Hills, CA: SAGE Publications.McCroskey, J. C. And Beatty, M. J. (1986). Oral Communication Apprehension. Dalam W. H. Jones,J. M. Cheek, & S. R. Briggs (Eds.), Shyness: Perspectives on Research and Treatment (279-293).New York : Plenum Press.Jurnal dan Artikel Media MassaMcCroskey,J.C. (1977). Oral Communication Apprehension: A summary of Recent Theory andResearch. Human Communication Research, 4,(78-96).McCroskey J.C. (2009). Communication Apprehension: What We Have Learned in the Last FourDecades. Human Communication Research 12(2), (179-187).
KONTROVERSI HEALTHY LIFESTYLE PADA PROGRAM OCD (OBSESSIVE CORBUZIER DIET) DI MEDIA ONLINE TWITTER Sallindri Sanning Putri; Hedi Pudjo Santosa; Taufik Suprihatini; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.052 KB)

Abstract

Ramainya pemberitaan program OCD (Obsessive Corbuzier Diet) sebagai healthy lifestyle yang beredar di media twitter hingga tersebar di berbagai media massa, menjadi perbincangan hangat yang menimbulkan berbagai opini dalam masyarakat. Aturan OCD yang dianggap fleksibel namun juga menyimpang dari anjuran kesehatan, membuat program ini menuai kritik dari berbagai lapisan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna sebagaimana dimaksud oleh media twitter dan mengetahui bagaimana resepsi khalayak terhadap kontroversi OCD sebagai healthy lifestyle. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perspektif perbedaan individual (Ball-Rokeach, S. J.dan DeFleur, M.L. 1976) dan khalayak aktif (Levy dan Windhl 1985:110). Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis resepsi Stuart Hall. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview kepada 7 informan. Indepth interview dilakukan dengan FGD (Forum Group Discussion) dan wawancara individual. Informan dalam penelitian ini yakni, pengguna twitter aktif dan khalayak yang mendapat terpaan tweet program OCD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa khalayak meresepsi OCD tidak sesuai dengan preferred reading yang di komunikasikan media. Preferred reading di dapat dari teks media twitter yang menggambarkan OCD sebagai sebuah healthy lifestyle yang diyakini dapat menurunkan berat badan secara praktis dan instan. Namun dalam melakukan pemaknaan, khalayak membaca posisi OCD secara oppositional reading, dimana OCD tidak dilihat sebagai healthy lifestyle, namun hanya sekedar program diet. Khalayak memahami secara pasti pemahaman healthy lifestyle, namun tidak  menerapkan pengetahuan yang dimilikinya sebagai gaya hidup.  Aturan OCD yang berbeda dari paham kesehatan pada umumnya, seperti makan pagi dan mengkonsumsi kolesterol diresepsi khalayak hanya sebagai sebuah informasi. Khalayak memilih untuk tetap menjalani kebiasaan dan pengetahuan yang ditanamkan sejak dahulu oleh orang tua dan budaya sosialnya, daripada mempercayai dan mengikuti semua statement Deddy Corbuzier. OCD di terima khalayak secara dominant reading sebagai program diet yang mampu menurunkan berat badan, namun tidak dari segi kesehatan. Twitter sebagai media pertama publikasi program ini pun, dilihat khalayak sebagai media yang digunakan untuk memperoleh informasi dan dipercaya dapat menyebarkan suatu trend secara cepat dan luas. Terpaan media dan lingkungan pertemanan berpengaruh dalam mempersuasif dan mengusik rasa ‘penasaran’ khalayak. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam memaknai terpaan media, khalayak memiliki pemahaman yang berbeda sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Kata kunci :  Twitter, Kontroversi OCD, Healthy lifestyle
Co-Authors Adi Nugroho Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Angga Dwipa Annie Renata Siagian Apriani Rahmawati Arlita Dwi Utami Arum Sawitri Wahyuningtias Asti Kusumaningtyas Ayu Permata Sari Ayu Pramudhita Noorkartika Ayunda Sari Rahmahanti Bagas Satria Pamungkas Brillian Barro Vither Cantya Darmawan Purba Dewanta Citra Luckyta Lentera Gulita Danieta Rismawati Debi Astari Dian Kurniati Diandini Nata Pertiwi Dilla Maulida Distian Jobi Ridwan Djoko Setiabudi Djoko Setyabudi Dwinda Harditya Dyah Puspita Saraswati Eleonora Irsya Fahrina Ilhami Febri Ariyadi Fransiska Candraditya Utami Galih Arum Sri Gelar Mukti Ghela Rakhma Islamey Gilang Maher Pradana Gilang Wicaksono Handi Aditia Hapsari Dwiningtyas Hapsari Dwiningtyas Sulistyani I Nyoman Winata Indra Prasetya Jenny Putri Avianti Jimmy Fachrurrozy Jonathan Dio Sadewo Joyo NS Gono Kaisya Ukima Tiara Anugrahani Kartika Ayu Pujamurti Kevin Devanda Sudjarwo Lintang Ratri Rahmiaji Luh Rani Wijayanti M Bayu Widagdo Mirnalia Mazaya Mirtsa Zahara Hadi Much Yulianto Much. Yulianto Muhammad Imaduddin Nailah Fitri Zulfan Nanda Dwitiya Swastha Nofita Fatmawati Noni Meisavitri Nugraheni Yunda Nuraga Nur Dyah Kusumawardhani Putri Nurist Surayya Ulfa Nuriyatul Lailiyah Nurrist Surayya Ulfa Nurul Hasfi Oki Adi Saputra Oki Riski Karlisna Phopy Harjanti Bulandari Primada Qurrota Ayun Puji Purwati Rangga Akbar Pradipta Ria Rahmawati Rika Futri Adelia Rika Kurniawati Rizki Rengganu Suri Perdana Rizky Kusnianto Sallindri Sanning Putri Sarah Veradinata Purba Sefti Diona Sari Sembiring, Rinawati Shabara Wicaksono Sri Widowati Herieningsih Sulastri _ Tandiyo Pradekso Taufik Suprihartini Taufik Suprihatini Theresa Christya A Theresia Dita Anggraini Tri Hastuti Caisari Triono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Vania Ristiyana Wahyu Widiyaningrum Wiwied Noor Rakhmad Yanuar Luqman Yoga Yuniadi Yuanisa Meistha Yudi Agung Kurniawan Yuliantika Hapsari