Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Sipil

PENGUKURAN TINGKAT PENERAPAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (NSPK K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI Ari Syaiful Rahman Arifin; Akhmad Suraji; Bambang Istijono
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.543 KB) | DOI: 10.25077/jrs.10.2.31-40.2014

Abstract

Hasil analisis statistik beberapa negara menyimpulkan bahwa bahwa risiko kecelakaan kerja di industri konstruksi adalah jauh lebih tinggi dibanding rata-rata untuk semua sektor (Suraji, 2000). Masalah keselamatan dan kesehatan kerja secara umum di Indonesia belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak (Wirahadikusumah, 2007). Permasalahan yang terkait dengan keselamatan kerja di Indonesia adalah bukan hanya mengenai kualitas dari kebijakan (policy) yang mengatur keselamatan kerja di industri konstruksi, tetapi juga sejauh mana kebijakan tersebut telah diimplementasikan dalam pekerjaan konstruksi di lapangan. Survai penerapan regulasi dan kebijakan K3 pada 30 proyek gedung oleh Suraji & Rosmariani (2012) menemukan bahwa dari 30 proyek gedung yang terdiri dari 17 proyek oleh perusahaan konstruksi BUMN hanya memiliki rata-rata penerapan elemen Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NSPK K3) sebesar 60% dari 65 elemen NSPK. Demikian juga untuk 11 proyek oleh perusahaan swasta nasional penerapan elemen NSPK hanya sebesar 48%. Sedangkan untuk 2 proyek yang dikerjakan oleh perusahaan kontraktor swasta asing sudah sangat baik menerapkan hampir semua elemen NSPK (99%). Penelitian ini dilakukan pada proyek konstruksi pekerjaan gedung di Universitas Negeri Padang tahun 2011-2012, ditambah dengan satu proyek pemerintah dan satu proyek swasta tahun 2013 sebagai pembanding. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja perusahaan kontraktor dalam menerapkan NSPK K3 pada proyek konstruksi untuk pekerjaan gedung. Sehingga dapat mengetahui seberapa tingkat kepatuhan (akuntabilitas) perusahaan kontraktor dalam menerapkan NSPK K3. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa persetanse kepatuhan masing-masing perusahaan kontraktor terhadap penerapan peraturan berbeda-beda. Untuk perusahaan dengan proyek konstruksi beresiko rendah, hasil perhitungannya adalah pada kisaran 56,10% - 58,06%. Untuk proyek konstruksi dengan tingkat resiko sedang, hasil perhitungannya adalah pada kisaran 61,86% - 65,04%. Untuk perusahaan dengan proyek konstruksi berisiko tinggi, hasil perhitungannya adalah pada kisaran 79,96% - 84,28%. Berdasarkan hasil penelitian pada proyek konstruksi untuk tingkat risiko rendah tingkat penerapan NSPK K3 pada penilaian tingkat penerapan Kurang, sedangkan untuk proyek konstruksi dengan risiko sedang dan tinggi menerapkan NSPK K3 pada penilaian tingkat penerapan Baik. Keywords: NSPK K3, tingkat penerapan, risiko, kontraktor, proyek konstruksi.
Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Infrastruktur Sumberdaya Air di Kabupaten Solok Firdaus Firdaus; Benny Hidayat; Bambang Istijono
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 16, No 2 (2020)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrs.16.2.132-142.2020

Abstract

Kabupaten Solok adalah daerah pertanian dan lumbung penghasil beras di Provinsi Sumatera Barat. Untuk menjaga produksi beras dan pertanian pemerintah kabupaten melaksanakan berbagai proyek sumberdaya air untuk menunjang produksi pertanian tersebut. Pelaksanaan proyek tersebut memperlihatkan adanya keterlambatan proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber penyebab keterlambatan proyek infrastruktur sumberdaya air di Kabupaten Solok. Penelitian ini menggunakan metoda survey kuesioner dan total ada 75 responden ang teriri dari kontraktor, konsultan perencana, konsultan pengawas, PPTK, dan PPK. Hasil kuesioner memperliahtkan dari 17 buah faktor yang ditinjau didapatkan 5 faktor utama yang berpengaruh terhadap keterlambatan, yaitu pembebasan tanah (nilai rata-rata 4,53),  pengaruh cuaca (rata-rata 4,53),  tidak ada sosialisasi dengan instansi terkait (rata-rata 4,37),  lokasi proyek sulit dijangkau (rata-rata 4,28), dan manajemen pengawasan proyek yang buruk (rata-rata 4,20).
IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS Farah Sahara; Bambang Istijono; Sunaryo Sunaryo
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1248.659 KB) | DOI: 10.25077/jrs.9.2.72-81.2013

Abstract

Banjir bandang yang telah melanda kota Padang pada hari Selasa tanggal 24 Juli 2012 dan hari Rabu tanggal 12 September 2012 telah menimbulkan kerusakan di sekitar aliran sungai, seperti: rumah, jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Salah satu sungai yang mengalami kerusakan akibat banjir bandang tersebut adalah Sub DAS Limau Manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan alur dan dasar Sub Das Limau Manis akibat terjadinya banjir bandang pada hari Selasa Tanggal 24 Juli 2012. Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Limau Manis. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan pengambilan dokumentasi foto kerusakan akibat banjir bandang 24 Juli 2012, peta hasil survey hulu Sub DAS Limau Manis. Survei dilakukan saat banjir bandang telah terjadi. Pengukuran Identifikasi kerusakan alur dan dasar Sub DAS Limau Manis dilakukan dengan cara mengidentifikasi apa-apa saja kerusakan yang terjadi akibat banjir badang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 3 koordinat titik longsoran di Sub DAS Limau Manis yaitu pada koordinat S 00052’44,4’’ E 100028’58,2’’; koordinat S 00051’ 47,9’’ E 100030’13,9’’ dan koordinat S 00051’32,2’’ E 100029’27,7’’. Salah satu Solusi untuk pengendalian/ penanganan banjir bandang diusulkan menggunakan bangunan pengendali sedimen. Keywords: Banjir Bandang, Identifikasi Kerusakan, Koordinat Longsoran.
KINERJA PERKUATAN TEBING SALURAN DENGAN BRONJONG DI BELOKAN 120O AKIBAT BANJIR BANDANG (UJI EKSPERIMENTAL DI LABORATORIUM) Darwizal Daoed; Sunaryo Sunaryo; Bambang Istijono; Wahyu Putra Utama
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1460.972 KB) | DOI: 10.25077/jrs.11.1.11-22.2015

Abstract

Kawasan perbukitan yang mana kemiringan lerengnya sangat tajam dan tajam, yakni lebih dari 30o sangat sering terjadi keruntuhan tebing. Akibat keruntuhan tebing ini akan menyebabkan lembah tertimbun oleh material tanah, batuan dan pohon. Ketika curah hujan besar dan intensitas tinggi lembah akan terisi air, sedangkan debit air yang mengalir relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya tumpukan material runtuhan yang berada di lembah yang secara tidak langsung berfungsi sebagai bendung alamiah. Suatu ketika bendung ini akan jebol dan terjadilah banjir bandang (flashflood). Banjir bandang dapat merubah geometri saluran, terutama pada daerah belokan. Trase belokan akan berubah menjadi lurus akibat hantaman banjir. Disamping merubah alur aliran dapat juga memperlebar dasar saluran. Untuk mempertahankan agar saluran tidak berubah secara geometrik, maka dilakukan pembuatan dinding bronjong sebagai perkuatan. Tetapi dari sekian banyak dinding bronjong yang dibuat ada beberapa yang tidak berfungsi dengan baik. Dimana kelihatan dalam jangka waktu kurang dari dua tahun dinding dari bronjong sudah runtuh. Ketidakstabilan bronjong disebabkan oleh daya rusak air yang membentur tebing saluran. Benturan air ke sisi luar dan kembali ke sisi dalam membentuk gerakan spiral menuju ke hilir tikungan. Pada penelitian terdahulu sisi luar tikungan pada bagian hilir dominan tergerus dan pada sisi dalam terjadi penumpukan sedimen (Daoed, Februarman,2008). Untuk itu perlu dilakukan perkuatan pada sisi luar belokan dan dilakukan pengujian terhadap kinerja bronjong pada ujung hilir tikungan dan awal tikungan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, keruntuhan bronjong tejadi pada awal dan akhir tikungan, dan setelah diperkuat dengan perkuatan gabungan arah horizontal dan vertikal (menjadikan elemen struktur lebih kompak), dan kemiringan dasar saluran ekstrim yakni hingga 7%, terlihat hanya bagian hilir tikungan saja yang mengalami keruntuhan. Sebaliknya untuk kemiringan lebih terjal, maka keruntuhan semakin cepat. Ini menunjukan, bahwa bagian hilir tikungan perlu didesain dengan perkutan yang lebih stabil.
ANALISIS STRUKTUR RANTAI PASOK KONTRUKSI PADA PEKERJAAN JEMBATAN Febiana Maulani; Akhmad Suraji; Bambang Istijono
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.816 KB) | DOI: 10.25077/jrs.10.2.1-8.2014

Abstract

Rantai Pasok adalah suatu item kegiatan atau jaringan kerjasama pengadaan barang atau jasa yang berkerja sama dan saling terkait satu sama lain untuk membuat dan menyalurkan barang atau jasa. Sedangkan, struktur rantai pasok adalah susunan suatu item kegiatan atau jaringan kerjasama pengadaan barang atau jasa yang berkerja sama dan saling terkait satu sama lain untuk membuat dan menyalurkan barang atau jasa. maka, pada suatu proyek kontruksi suatu sistem rantai pasok sangat mempengaruhi kelancaran suatu proyek. Baiknya suatu sistem rantai pasok kontruksi akan meningkatkan kinerja dari suatu kontraktor pada suatu proyek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja suatu kontraktor pada suatu proyek kontruksi jembatan dengan mengkaji melalui struktur rantai pasok yang digunakan. Hasil dari penelitian yang dilakukan pada kontraktor, subkontraktor dan supplier pada konstruksi jembatan dengan beberapa aspek penentu seperti hubungan dengan subkontraktor dan supplier seperti, jenis pengadaan, jenis kontrak, system pembayaran, dan interaksi antara dua perusahaan menunjjukn adanya keterkaitan antara hubungan kerja sama yang baik terhadap keefektifan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Keywords: rantai pasok, supplier, subkontraktor, Tier, konstruksi jembatan.
LAHAN MENJADI FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM Bambang Istijono
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.281 KB) | DOI: 10.25077/jrs.10.2.52-59.2014

Abstract

Terdapat beberapa resiko yang berpotensi menjadi penghambat pekerjaan konstruksi, selain masalah kinerja kontraktor, kinerja konsultan, koordinasi dengan pihak terkait. Salah satunya adalah masalah pengadaan lahan/pembebasan tanah. Masalah pembebasan tanah tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga terjadi di daerah, terutama yang masih mengenal tanah ulayat/adat. Permasalahan lahan menjadi faktor penting untuk diselesaikan sebelum dimulainya suatu pekerjaan konstruksi, tanah yang belum bebas akan dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan, bahkan menyebabkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai jadwal kontrak. Tulisan ini menguraikan tentang teori pengadaan tanah, peraturan tentang pengadaan tanah dalam pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dan beberapa kasus terjadi di pekerjaan jembatan, jalan dan pekerjaan irigasi, dengan mengidentifikasi faktor yang menjadi penghambat pembebasan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan pembebasan lahan terjadi karena terdapat perbedaan patokan nilai harga ganti rugi antara pemilik tanah dan Pemerintah. Disarankan bahwa harga patokan tanah tidak hanya berpedoman pada harga saat ini, tetapi juga memperhitungkan harga jual tanah pada saat proyek selesai dilaksanakan. Keywords: pengadaan lahan, pembangunan, kepentingan umum
TINJAUAN LINGKUNGAN DAN PENANGGULANGAN ABRASI PANTAI PADANG - SUMATERA BARAT Bambang Istijono
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.075 KB) | DOI: 10.25077/jrs.9.2.42-49.2013

Abstract

Kawasan pesisir Padang merupakan daerah permukiman yang padat, salah satu kawasan andalan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Amukan gelombang Samudera Hindia di pesisir Padang (17,90 km) dengan arah selalu berubah mengikuti musim merupakan permasalahan. Sepanjang 13,50 km telah terabrasi dalam berbagai intensitas dengan pengikisan rata-rata 2,20 m setiap tahun sejak 1918. Abrasi merupakan erosi pantai yang diikuti dengan longsoran pada material masif tebing pantai. Bentuk pantai Padang relatif lurus, sebagian besar pantainya disusun oleh pasir, dibelakang pantai berupa dataran alluvial yang luas. Konsep dasar penanggulangan abrasi pantai Padang adalah meredam pengaruh energi gelombang laut dengan pemasangan batu diameter 0,50-1,50 m dan pasir pantai yang terancam stabilitasnya. Groin dengan material batu yang dipasang menjorok ke laut 15-25 m dengan interval 50 m dan tanggul pantai adalah bentuk proteksi pantai yang cukup berhasil. Tetapi teknik ini terkadang merusak estetika keindahan panorama alami pantai. Keywords: gelombang, abrasi, penanggulangan, groin, tanggul pantai
KAJIAN DAS BATANG BAYANG DAN TAMBAHAN DEBIT ALIRAN DARI BATANG SIKABAU UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DAERAH IRIGASI BATANG BAYANG Darwizal Daoed; Bujang Rusman; Bambang Istijono; Rudy Ferial
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 11, No 2 (2015)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.07 KB) | DOI: 10.25077/jrs.11.2.71-80.2015

Abstract

Bukit Barisan dengan hutan yang masih asli dan curah hujan yang cukup tinggi menjadikan provinsi Sumatera Barat umumnya dan Pasaman Barat khususnya mempunyai banyak daerah aliran sungai (DAS) yang dapat mengalirkan air melalui sungai/batang hingga bermuara di lautan Indonesia. Akan tetapi perubahan fungsi hutan dan iklim menyebabkan debit air yang diprediksi mampu mengairi areal pertanian seluas 10.000 ha di daerah irigasi Batang Bayang pada kenyataannya tidak dapat terpenuhi. Pada makalah ini akan dikaji kemampuan DAS Batang Bayang dan Batang Sikabau masing-masingnya. Kemudian kedua DASini diintegrasikan, sehingga debit andalan yang terjadiakan lebih besar. Untuk menggabungkan debit air dari dua DAS dilakukan dengan metode suplesi, yakni membuat saluran yang menghubungkan Batang Sikabau ke saluran induk di DI Batang Bayang. Hasil kajian menunjukan bahwa areal irigasi Batang Bayang dapat diairi lebih dari 5.140,20ha untuk tanaman padi dan lebih dari 41.956,36 hauntuk palawija. Diharapkan dampak secara tidak langsung dari saluran suplesi akan mengurangi debit banjir di Batang Sikabau bagian hilir.Kata kunci : Integrasi, Batang, Bayang, Sikabau, Suplesi.
Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Infrastruktur Sumberdaya Air di Kabupaten Solok Firdaus, Firdaus; Hidayat, Benny; Istijono, Bambang
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol. 16 No. 2 (2020)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrs.16.2.132-142.2020

Abstract

Kabupaten Solok adalah daerah pertanian dan lumbung penghasil beras di Provinsi Sumatera Barat. Untuk menjaga produksi beras dan pertanian pemerintah kabupaten melaksanakan berbagai proyek sumberdaya air untuk menunjang produksi pertanian tersebut. Pelaksanaan proyek tersebut memperlihatkan adanya keterlambatan proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber penyebab keterlambatan proyek infrastruktur sumberdaya air di Kabupaten Solok. Penelitian ini menggunakan metoda survey kuesioner dan total ada 75 responden ang teriri dari kontraktor, konsultan perencana, konsultan pengawas, PPTK, dan PPK. Hasil kuesioner memperliahtkan dari 17 buah faktor yang ditinjau didapatkan 5 faktor utama yang berpengaruh terhadap keterlambatan, yaitu pembebasan tanah (nilai rata-rata 4,53),  pengaruh cuaca (rata-rata 4,53),  tidak ada sosialisasi dengan instansi terkait (rata-rata 4,37),  lokasi proyek sulit dijangkau (rata-rata 4,28), dan manajemen pengawasan proyek yang buruk (rata-rata 4,20).