Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

REVIEW PENERAPAN REGULASI ICH Q3D DAN PENGARUHNYA BAGI INDUSTRI FARMASI INDONESIA Pamolango, Steven A.; Musfiroh, Ida
Jurnal Farmasi Medica/Pharmacy Medical Journal (PMJ) Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.519 KB) | DOI: 10.35799/pmj.2.1.2019.23608

Abstract

REVIEWPENERAPAN REGULASI ICH Q3D DAN PENGARUHNYA BAGI INDUSTRI FARMASI INDONESIA Steven A. Pamolango1), Ida Musfiroh1)1)Program Studi Profesi ApotekerFakultas Farmasi, Universitas PadjadjaranJalan Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363Email : stevenpamolango@gmail.com  ABSTRACT Regulation issued by the International Council for Harmonization (ICH) in ICH Q3D makes the pharmaceutical industry need to consider the assessment of the impurity factors on the drug products they produce. The elemental impurity assessments have been based only on the heavy metal test, but ICH Q3D assessments requires specific method for each elemental impurity. To quantify the amount of the elemental impurities require a special instrument, The United State Pharmacopeia (USP) suggests the use of Inductively Coupled Plasma (ICP) as instrument in its tests. Indonesia National Agency of Drug and Food Control as the regulatory agency has not issued a special regulation related to the elemental impurities but some pharmaceutical companies in Indonesia who export their products to ICH member countries have conducted the risk assessment of elemental impurities especially the pharmaceutical companies with Foreign Investment. Keywords : ICH Q3D, Elemental Impurities, Analysis Method, Risk Assessment.  ABSTRAK Peraturan yang dikeluarkan The International Council for Harmonisation (ICH) dalam ICH Q3D membuat industri farmasi perlu menerapkan penilaian resiko terhadap unsur pengotor pada produk obat yang mereka produksi. Sebelumnya, penilaian unsur pengotor selama ini hanya berdasarkan pengujian terhadap logam berat namun ICH Q3D mewajibkan pengujian spesifik untuk tiap unsur pengotor. Upaya untuk mengetahui unsur pengotor yang merupakan unsur logam memerlukan instrument khusus, dan pada United State Pharmacopeia (USP) menyarankan penggunaan Inductively coupled plasma (ICP) sebagai instrumen dalam pengujiannya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia sebagai instansi regulatory saat ini belum mengeluarkan regulasi khusus terkait unsur pengotor namun beberapa perusahaan farmasi di Indonesia yang melakukan proses ekspor produknya ke negara anggota ICH telah melakukan kajian resiko unsur pengotor terutama perusahaan farmasi dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Kata Kunci : ICH Q3D, Unsur Pengotor, Metode Analisis. Kajian Resiko.
Aktivitas Antioksidan Daun Iler Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. Moelyono, M W; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Diantini, Ajeng; Musfiroh, Ida; Sumiwi, Sri Adi; Iskandar, Yoppi; Susilawati, Yasmiwar
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.122 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v8i1.416

Abstract

ABSTRACT : Antioxidants are the compounds capable to inhibit free radical reactions in the human body. This research was aimed to identify the antioxidant potency of ethanolic extract of Plectranthus scutellaroides leaves in vitro by using spectrophotometric methods with DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) using vitamin C as reference. Concentrations of samples used were 75, 100, 115, 125 and 135 ppm. The antioxidant activity was measured by visible spectrophotometry at three wavelengths of 498, 518 and 538 nm. The result showed that the n-hexane fraction gave the highest antioxidant activity with IC50 of 52.5 ppm, 15 times lower than that of vitamin C (IC50 of 3.33 ppm). Phytochemical screening of the Plectranthus scutellaroides leaves indicated the presence of flavonoids, polyphenolic, monoterpenoids, sesquiterpenoids, steroids and triterpenoids. Keywords: antioxidant, Plectranthus scutellaroides, leaves, DPPH ABSTRAK Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antioksidan dari daun Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br., secara in vitro dengan metode spektrofotometri menggunakan pereaksi 1,1-difenil 2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan vitamin C sebagai pembanding. Daun diekstrak menggunakan etanol lalu difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat dan air. Variasi konsentrasi sampel uji yang digunakan pada pengujian ini adalah 75, 100, 115, 125 dan 135 ppm. Aktivitas antioksidan diukur secara spektrofotometri pada tiga panjang gelombang yaitu 498, 518 dan 538 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana pada konsentrasi tersebut memberikan aktivitas antioksidan paling kuat dengan nilai IC sebesar 52.5 ppm, 15 kali lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (IC50 = 3.33 ppm). Hasil penapisan fitokimia terhadap daun Plectranthus scutellaroides menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, polifenolat, monoterpenoid, sesquiterpenoid, steroid dan tritertenoid. Kata kunci: antioksidan, Plectranthus scutellaroides, daun, DPPH
Isolasi Dan Karakterisasi Asam Asiatat Dari Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centella Asiatica. (L.) Urban) Musfiroh, Ida; Nursyamsiah, Tresna; Sutisna, Entris; Muhtadi, Ahmad; Kartasasmita, Rahmana E; Ibrahim, Slamet
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 7, No 4 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.476 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v7i4.262

Abstract

Asam asiatat merupakan senyawa golongan triterpenoid pentasiklik yang terdapat dalam tanaman pegagan (Centella Asiatica. (L.) Urban). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa asam asiatat dari ekstrak etanol herba pegagan. Isolasi dilakukan dengan metode maserasi dan teknik kromatografi, dan karakterisasi dilakukan dengan spektrofotometri UV Vis, IR, MS dan LC/MS-MS. Hasil isolasi berupa serbuk berwarna putih, dan memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum (λmax) 206 nm, mempunyai gugus fungsi yang terdiri dari regang â??OH (3433 cm-1), regang C-H alifatik (2929 cm-1), regang C=O (1709,82) dan ulur C-H (1462-1380 cm-1) serta ulur C-O (1242-1147 cm-1). Senyawa mempunyai massa molekul sebesar 489,4982. Isolat adalah asam asiatat yang mempunyai rumus molekul C30H48O5.
Prediction of Asiatic Acid Derivatives Affinity Against SARS-CoV-2 Main Protease Using Molecular Docking Musfiroh, Ida; Resti Azura, Alia; Rahayu, Driyanti
Pharmaceutical Sciences and Research Vol. 7, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

COVID-19 is a pandemic that currently occurs in almost all parts of the world, caused by a new coronavirus species that can infect humans, namely SARS-CoV-2. To date, there is no effective drug to treat COVID-19. There are studies proving that the secondary metabolites of pentacyclic triterpenes have antiviral activity, one of which is asiatic acid. The aims of this study are to obtain the affinity and interactions of asiatic acid derivative structures in inhibiting the main protease of SARS-CoV-2. The research method was molecular docking of asiatic acid and its derivatives against the main protease of SARS-CoV-2 (6LU7) consisting of ligand and receptor preparation, identification of active site, and molecular docking simulation. The results of this study indicate that asiatic acid derivative AA9 has the best affinity in inhibiting the main protease of SARS- CoV-2 with binding free energy value (∆G) of -9.90 kcal/mol, compared with favipiravir which has ∆G value of -4.58 kcal/mol. AA9 also has an interaction with the main protease of SARS- CoV-2 through hydrogen bonds with Gly143. This present study showed that asiatic acid and its derivatives have a higher binding affinities to SARS-CoV-2 main protease compared to favipiravir.
REVIEW : VERIFIKASI METODE ANALISIS OBAT RAMADHAN, SAQILA ALIFA; Musfiroh, Ida
Farmaka Vol 19, No 3 (2021): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i3.32328

Abstract

Obat adalah bahan atau panduan bahan yang digunakan dalam peningkatan kesehatan manusia. Untuk memastikan keberhasilan pengobatan, obat harus terbukti berkhasiat, aman, dan berkualitas. Ketiga hal tersebut dapat tercapai dengan melakukan pengawasan mutu selama proses produksi berlangsung. Proses pengawasan mutu obat dilakukan dengan serangkaian pengujian kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode analisis yang telah terverifikasi. Verifikasi metode analisis adalah sebuah konfirmasi ulang untuk memastikan kesesuaian metode analisa. Pada review artikel ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan parameter pengujian dalam pelaksanaan verifikasi metode analisis obat.
Review Pengelolaan Sediaan Cold Chain Product (CCP) di Pedagang Besar Farmasi Berdasarkan Pedoman Cara Distribusi Obat Yang Baik Tahun 2020 Astiani, Tina; Musfiroh, Ida
Farmaka Vol 20, No 2 (2022): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v20i2.39443

Abstract

Dalam sektor farmasi, cold chain product (CCP) atau produk rantai dingin merupakan obat-obatan yang disimpan dalam kisaran suhu yang telah ditetapkan. Produk-produk ini termasuk vaksin, produk biologis, perawatan onkologi, beberapa jenis insulin dan obat-obatan lainnya. Pedagang Besar Farmasi (PBF) berperan penting menangani hingga mendistribusikan sediaan, termasuk sediaan yang sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitar seperti produk CCP. PBF harus dapat memastikan kualitas serta efikasi produk ketika proses distribusi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Artikel ini membahas bagaimana pengelolaan sediaan CCP di Pedagang Besar Farmasi dari mulai penerimaan, penyimpanan hingga penyaluran sesuai dengan Pedoman CDOB tahun 2020. Hasil yang didapatkan adalah pengelolaan cold chain product di Pedagang Besar Farmasi mulai dari penerimaan hingga pengiriman produk memerlukan perhatian lebih karena produk tersebut sangat rentan terhadap perubahan suhu. Potensi produk tersebut mungkin dapat berkurang atau bahkan hilang bila terkena suhu di luar kisaran yang dipesyaratkan, maka dalam penyimpanannya perlu dijaga antara suhu 2°-8°C dan -15° s/d -25°C. Terjadinya perubahan suhu hingga diluar rentang yang dipersyaratkan dalpat mengubah kualitas produk serta efikasinya. Dalam pengelolaannya, terdapat faktor lain yang memengaruhi seperti seperti bangunan dan peralatan (chiller, freezer, termometer) yang memadai serta personel yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan CDOB.Kata kunci: CCP, CDOB, PBF
Gap Analysis Kualifikasi Kinerja HVAC dan Mesin Sterilisator Berdasarkan CPOB dan EU GMP Terhadap Protokol di Salah Satu Industri Farmasi Farkhani, Meigita Indah; Musfiroh, Ida
Majalah Farmasetika Vol 9, No 4 (2024)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v9i4.56399

Abstract

Dalam memenuhi mutu suatu produk di industri farmassi, perlu dilakukan pengawasan salah satunya pada sistem tata udara dan mesin sterilisator untuk memastikan produk yang dihasilkan memiliki mutu yang konsisten baik dengan proses kualifikasi yang mengacu pada CPOB dan EU GMP sebagai pedoman produk yang dipasarkan di dalam negeri dan wilayah Eropa. Dengan adanya perkembangan pada pedoman yang digunakan, selanjutnya dilakukan analisa gap antara pedoman terbaru dengan protokol kerja yang digunakan. Protokol kualifikasi kinerja HVAC dan mesin sterilisator dibandingkan dengan pedoman, lalu dilakukan analisa gap, selanjutnya hasil dari analisis ini disajikan secara deskriptif. Hasil dari analisis gap ini ditemukan adanya gap antara pedoman dengan protokol, yang mana penyesuaian batas penerimaan recovery test, dilakukan penentuan CCS, pembuatan risk assessment untuk pemetaan titik pemantauan kualitas udara dan lingkungan, melakukan penyusunan protokol kerja kualifikasi tunnel sesuai parameter kritis yang diatur pada pedoman, dan melakukan risk assessment untuk proses kualifikasi autoclave. Maka dari itu, berdasarkan berdasarkan gap yang ditemukan ini, perlu dilakukan perbaikan/perubahan pada protokol kerja sehingga protokol yang digunakan pada proses kualifikasi selanjutnya lebih relevan terhadap pedoman yang digunakan dan dapat memberikan tingkat kepercayaan hasil yang lebih baik.
Edukasi Hidup Sehat Tanpa Diabetes Dengan Pemanfaatan Tanaman Obat Bagi Masyarakat Desa Mekarjaya Banjaran Musfiroh, Ida; Megantara, Sandra; Holik, Holis Abdul; Susilawati, Yasmiwar; Wilar, Gofarana
Journal of Community Development Vol. 3 No. 3 (2023): April
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/comdev.v3i3.113

Abstract

Diabetes mellitus in Indonesia now ranks 5th with the highest number of diabetes mellitus sufferers in the world. At present, the prevalence has increased from 6.2% compared to 2019. Diabetics need to get effective and safe drugs in order to avoid various complications. In addition to using pharmacological therapy, it is also necessary to carry out non-pharmacological therapy. One type of medicinal plant that is known to be effective in reducing sugar is ginger and cinnamon, but there has not been much reported on its processing other than in the form of a decoction or marinade. The purpose of carrying out this PPM activity is to increase the knowledge and understanding of the people of Mekarjaya Banjaran Village regarding the use of medicinal plants as anti-diabetics, and provide knowledge about making ginger-cinnamon instant powder drinks. The activity method is carried out in 3 stages, namely the planning, implementation, evaluation and follow-up stages. The results of this PPM activity show that the community has a better understanding of efforts to be healthy in preventing diabetes through the use of ginger-cinnamon medicinal plants, and how to process them through instant powders. The evaluation is carried out based on the results of the initial test and the final test as a method for measuring the achievements of this PPM activity.
Potensi tanaman herbal Terhadap Jamur Pityrosporum ovale Penyebab Ketombe Laelasari, Eli; Musfiroh, Ida
Indonesian Journal of Biological Pharmacy Vol 2, No 3 (2022): IJBP (Desember)
Publisher : Department of Biological Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijbp.v2i3.39926

Abstract

Ketombe merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi jamur yang banyak diderita terutama di Indonesia yang merupakan negara tropis. Prevalensi ketombe di dunia mencapai 50%  pada usia pubertas dari seluruh populasi penduduk dunia. Pityrosporum ovale diduga merupakan penyebab utama dari penyakit ketombe. Saat ini masyarakat banyak menggunakan tanaman herbal untuk pengatasi ketombe. Tinjaun pustaka ini dibuat dengan tujuan agar dapat mengetahui tanaman herbal mana saja yang memiliki daya antipungal yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur Pityroporum ovale. Metode penelitian ini dilakukan dengan Systematic Literature Review, situs yang digunakan dalam penelusuran literatur yaitu Google Scholar dan NCBI. Kata kunci yang digunakan adalah “tanaman terhadap jamur Pityrosporum Ovale”, “tanaman untuk ketombe”, “Herbs for dandruff”. Literatur yang digunakan pada tinjauan pustaka ini yaitu 15 jurnal. Hasil didapat tanaman yang  berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur pytirosporum ovale penyebab ketombe, dengan kategori zona hambat sangat kuat, kuat, sedang dan lemah. Tanaman dengan katedori tersebut secara berturut-turut daun alamanda (Allamanda cathartica L.) 301,28 mm; daun karuk (Piper sarmentosum Roxb) 19,4 mm. kangkung air (Ipomoea aquatica) 10,0 mm dan  daun belingbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) 3,07 mm.
Lawsonia inermis: Review of Its Anti-inflammatory Properties and Therapeutic Potential Hidayat, Nafisa Nurfatia; Musfiroh, Ida
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 12 (2025): Vol. 12 Suppl. 2 (2025)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v12s2.58785

Abstract

Lawsonia inermis often referred to as henna has been utilized for millennia in many parts of the world in traditional medicine including antibacterial, antifungal, antioxidant, anticancer and immunomodulatory effects and also to treat various inflammatory conditions. This review aims to comprehensively evaluate the anti-inflammatory effects of L. inermis and its potential therapeutic applications. Primary methods included literature searches in scientific databases like PubMed, Scopus, Springer that analyzed the bioactive compounds and their effects on inflammation. L. inermis contains active compounds like lawsone, alkaloids, flavonoids, and tannins, which have been shown to reduce inflammation in various experimental settings by inhibiting the production of pro-inflammatory such as cytokines and enzymes. Studies conducted in vivo and in vitro have shown that effectivity of Lawsonia inermis is effective in lowering edema, healing wounds, and both acute and chronic inflammation which involve regulatory mechanism and mediators of inflammation signalling pathways. Promising outcomes in the treatment of contact dermatitis, wound healing, reduce symptoms and pain management have also been seen in clinical studies. L. inermis shows promise as a natural anti-inflammatory agent. However, further research is needed to fully understand its mechanisms of action and optimize its therapeutic applications, including investigating its potential interactions with other medications and identifying the optimal dosage and administration routes.