Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh kesepian terhadap kecenderungan internet gaming disorder pada pemain battle royale game Abdul Gafur Mursyad; Diah Karmiyati; Diana Savitri Hidayati
Cognicia Vol. 7 No. 2 (2019): Agustus
Publisher : Fakultas Psikologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v7i2.9203

Abstract

Online games in this era can be played with mobile phones. One of the most popular mobile games today is the battle royale game. The frequent play of online games over period of 12 months can cause players to tend to internet gaming disorder. One factor that is though to affect the frequency of playing online games is loneliness. The purpose of this study was to determine the effect of loneliness on tendency of internet gaming disorder. This research is a quantitative non-experimental regression form. The subject of this study amounted to 103 subjects with the characteristics of playing battle royale game at least 4.5 hours per day and aged 18 to 25 years obtained by accidental sampling technique. The scale of this study uses the De Jong Gierveld Loneliness scale developed by researchers to measure the loneliness and scale of Internet Gaming Disorders to measure the tendency of internet gaming disorder. The results of a simple regression analysis results of the coefficient of determination (r2) 0.066 with sig (p) 0.009 (p <0.01) and the correlation coefficient yield (r) 0.258 which shows a positive influence between the choice tendency of internet gaming disorder in players with battle royale 6.6%.
Hubungan pengungkapan diri dan stres remaja penyintas gempa bumi Kota Palu Fadlunnida Fadlunnida; Diah Karmiyati; Diana Savitri Hidayati
Cognicia Vol. 7 No. 4 (2019): Desember
Publisher : Fakultas Psikologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v7i4.9204

Abstract

The earthquake that took place in Palu certainly caused psychological injuries to the survivors, especially teenager. They were required to accepted the situation in an instant. However, if the demands cannot be fulfilled, they will be in a stressful situation. Self disclosure can be used to deal with stress. Feelings of relief  and emotional support will help teens to overcome the problems. This study aimed to investigate the correlation between self disclosure and stress among teenager who survived the earthquake in Palu. The instrument that researcher used were a scale compiled by Khoyroh (2016) and Bunda (201) that had been modified. The subjects were 129 respondents. This study used correlational design with purposive sampling. Subjects were teenagers between the age of 12-21 who survived from the earthquake happened in Palu. The instrument used were Data were analysed using the Pearson Product Moment. Correlation results showed that there was negative correlation between self disclosure and stress among teenagers. Coefficient value of the correlation (r) was -0,246 with p = 0,005 (< 0,0)1. It can be conclude,  the higher the teenagers disclose themselves, the lower risk of stress they will perceived.  The contribution of the self disclosure to the stress was 6,1%.
Kecemasan masa depan dan sikap mahasiswa terhadap jurusan akademik Firanda Putri Maharani; Diah Karmiyati; Dian Caesaria Widyasari
Cognicia Vol. 9 No. 1 (2021): Maret
Publisher : Fakultas Psikologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v9i1.15292

Abstract

It is often found that students feel they are in the wrong major which leads to feeling confused about choosing their future career. As a result, students think they cannot choose a career that suits their major and end up feeling anxious about their future. This study aims to determine the relationship between future anxiety and student attitudes towards academic majors. This correlational quantitative research involved 150 samples based on purposive sampling with characteristics as active students in university located in East Java, female or male aged 18-25 years. The instruments used were Future Anxiety Scale for future anxiety variables and Attitude toward Specialization Scale for attitude toward academic majors. Based on the Pearson correlation product moment test showed that there was a positive relationship between future anxiety and student attitudes towards academic majors (r = 0,326, p < 0.001) with contribution of 10.6%. The higher the level of future anxiety of students, the more positive student’s attitude towards their academic majors. Implications that refer to the results of this research for students who are feeling anxious about the future so they can respond to their academic majors positively.
Penerapan Adjuvant Psychological Therapy (Apt) terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Penderita Kanker Serviks Lily Elwina; Siti Suminarti Fasikhah; Diah Karmiyati
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 4 No. 2 (2012)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol4.iss2.art5

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah penerapan Adjuvant Psychological Therapy (APT) dapat menurunkan tingkat depresi pada penderita kanker serviks. Desain penelitian yang digunakan single-case experimental designs dan rancangan dalam penelitian ini merupakan desain A-B-A’ yang mempunyai tiga fase, yaitu A (baseline), B (intervensi) dan fase A’ (follow-up). Metode pengumpulan data menggunakan instrumen BDI II yang berisi skor tingkat depresi subjek dan Self Monitoring dengan Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) yang berisi tingkat ketidaknyamanan subjek yang diisi subjek setiap hari selama proses terapi. Selain itu peneliti juga menggunakan observasi dan wawancara semi terstruktur. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rangkaian sesi terapi APT yang diberikan dapat menurunkan tingkat depresi pada penderita kanker serviks. Berdasarkan hasil pengukuran dengan Beck Depression Inventory II (BDI II) tingkat depresi subjek mengalami penurunan sebanyak tiga tingkat pada tahap pra terapi 37 (kategori depresi berat), tahap pasca terapi menjadi 17 (kategori depresi ringan) dan tahap follow-up menjadi 15 (gangguan mood ringan). Metode pengukuran dengan self monitoring (SUDs) secara bertahap mengalami penurunan sebanyak empat poin (dari delapan menjadi empat). Selain itu, APT dapat membantu pengobatan medis yang dijalani penderita kanker serviks menjadi lebih maksimal dan menurunkan intensitas nyeri kronis yang dialaminya.
Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Baiq Ratna Ayunsari; Siti Suminarti Fasikhah; Diah Karmiyati
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 4 No. 2 (2012)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol4.iss2.art8

Abstract

Penelitian ini bermaksud mengetahui efektivitas terapi relaksasi kesadaran indera dalam menurunkan tingkat kecemasan terhadap penyakit kronis yang dialami oleh klien. Penelitian ini merupakan penelitian kasus tunggal. Desain dalam penelitian ini menggunakan desain ABA. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang didiagnosis menderita penyakit diabetes mellitus dan mengalami kecemasan. Pemilihan subjek yang mengalami kecemasan dilihat dengan menggunakan Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) dan Beck Anxiety Inventory (BAI). Penelitian dilakukan mulai dari pra terapi, terapi, pasca terapi, dan follow-up selama tujuh sesi dan satu minggu untuk memantau kondisi subjek setelah terapi dihentikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi kesadaran indera mampu menurunkan kecemasan yang dirasakan oleh pasien penderita penyakit diabetes mellitus.
Terapi Kognitif Perilaku untuk Mereduksi Tingkat Kecemasan pada Pasien Pasca Stroke Susanti Prasetyaningrum; Siti Suminarti Fasikhah; Diah Karmiyati
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 4 No. 1 (2012)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol4.iss1.art7

Abstract

Kecemasan pasien pasca stroke dapat diketahui dari ciri-ciri yang ditunjukkan, yaitu ciri kognitif, fisik, emosi, dan perilaku. Kecemasan pada dasarnya tidak dapat hilang sama sekali, tetapi kecemasan dapat direduksi dengan beberapa terapi. Salah satu yang dapat digunakan adalah terapi kognitif perilaku dengan teknik relaksasi via letting go, restrukturisasi kognitif, dan exposure with response prevention. Tujuan dari terapi ini adalah mereduksi tingkat kecemasan dengan ditandai oleh menurunnya tingkat kecemasan dan frekuensi munculnya pemikiran negatif, perubahan pemikiran negatif menjadi postif, rasional, dan sehat, dan perubahan perilaku yang lebih adaptif. Penelitian ini merupakan penelitian kasus tunggal. Desain dalam penelitian ini menggunakan desain ABA. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang pernah sakit stroke dan mengalami kecemasan. Pemilihan subjek yang mengalami kecemasan dilihat dengan skala Subjective Units of Discomfort (SUDs), Beck Anxiety Inventory (BAI), dan ciri-ciri kecemasan pada pasien pasca stroke. Penelitian dilakukan mulai dari pra terapi, terapi, pasca terapi, dan tindak lanjut selama tujuh sesi dan tiga minggu setelah terapi untuk memantau kondisi subjek. Pada subjek pertama teknik relaksasi Via letting go diberikan dalam dua sesi, restrukturisasi kognitif duasesi, dan exposure tiga sesi. Untuk subjek kedua relaksasi cia letting go sebanyak tiga sesi, restrukturisasi kognitif dua sesi, dan exposure dua sesi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah SUDs, BAI, dan self monitoring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi kognitif perilaku mampu mereduksi tingkat kecemasan pada pasien pasca stroke.
Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Komunikasi INterpersonal pada Mahasiswa Baru Nur Fitriyana; Diah Karmiyati; Muhammad Salis Yuniardi; Didik Widiantoro
Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.982 KB) | DOI: 10.21107/personifikasi.v11i1.7294

Abstract

SOCIAL SUPPORT PERCEPTION AND SUCCESSFUL AGING AMONG JAVANESE PEOPLE Diah Karmiyati
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 1 No. 1 (2017): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v1i1.4600

Abstract

The objective of this research was to obtain a correlation between social support perception and successful aging among elderly Javanese people. This research was conducted by using quantitative correlational design. The method was intended to determine the contribution social support on successful aging. Subject of this research was the elderly whose the member of some elderly organization in Solo and Malang. The sampling technique used was purposive sampling based on the prescribed criteria of research subjects. Then, the collected data were then analyzed by using Pearson Correlation Method. The findings of this research showed that there was a significance positive correlation between social support perception and successful aging among Javanese people.
Play therapy untuk meningkatkan atensi pada anak adhd (attention deficit hiperactivity disorder) Roselina Dwi Hormansyah; Diah Karmiyati
Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 (2020): Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/procedia.v8i2.13425

Abstract

Subjek bernama DK, (7 tahun/Lk) anak kedua dari 2 bersaudara. Saat ini Subjek bersekolah kelas satu SD di Karangploso. Subjek tinggal bersama ayah, ibu dan kakaknya yang berusia 22 tahun. Subjek seringkali berlari-lari di dalam kelas serta membuang dan melempar alat tulis yang ia miliki. Subjek sulit untuk fokus saat di berikan pelajaran di dalam kelas terutama pada mata pelajaran menulis dan membaca, namun pada saat pelajaran matematika Subjek cukup mampu dalam mengerjakan.    Subjek tidak menyukai bermain bersama teman-temannya, ia lebih suka bermain sendiri, karena ia tidak ingin berbagi mainan yang ia miliki. Subjek seringkali merengek, menangis, mengguling-gulingkan badannya saat keinginannya tidak dipenuhi. Berdasarkan asesmen yang telah dilakukan, Subjek mengalami gangguan ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder). Intervensi yang dilakukan adalah play therapy menggunakan metode menyusun menara dengan hasil mampu meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD. 
Loneliness dan Internalizing Problems Remaja Khofifah Nur Sabrina; Nandy Agustin Syakarofath; Diah Karmiyati; Dian Caesaria Widyasari
Psychopolytan : Jurnal Psikologi Vol 5 No 2 (2022): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/psi.v5i2.2337

Abstract

Loneliness yaitu keadaan seseorang yang menginginkan kehadiran orang lain tetapi tidak terpenuhi. Remaja yang memiliki perasaan kesepian yang berkepanjangan dan tidak diatasi maka akan semakin besar remaja melakukan gejala Internalizing problems. Internalizing problems adalah sebuah penghayatan seseorang dalam menghadapi masalah ke dalam diri secara berlebihan. Sehingga terjadi gejala depresi, kecemasan, penarikan sosial terhadap seseorang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan loneliness dan internalizing problems pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan teknik simple random sampling dan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 616 orang. Kriteria penelitian ini adalah remaja berusia 15-18 tahun dan berdomisili di Jawa Timur. Skala yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale Version 3 dan Strength & Difficulties Questionnaire (SDQ). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara Loneliness dan Internalizing Problems ditandai dengan nilai r = 0,618, p = 0,000, yang berarti semakin tinggi tingkat Loneliness pada seseorang maka semakin tinggi pula tingkat Internalizing Problems yang dimilikinya.