Science learning in Early Childhood Education (ECE) plays a significant role in developing critical thinking and problem-solving skills from an early age. However, the level of professional competence among ECE teachers in delivering science lessons varies, particularly in remote areas such as the Merauke District. This study aims to evaluate the professional competence of ECE teachers in science education and identify the factors influencing its implementation. This research employs a descriptive method with a survey approach. The study subjects consist of ECE teachers in the Merauke District, selected using purposive sampling techniques. Data were collected through questionnaires, interviews, and direct observations, which were then analyzed both quantitatively and qualitatively. The findings reveal that most teachers have a basic understanding of scientific concepts but still face challenges in implementation. Several key factors influencing teachers' competence include educational background, the lack of continuous training, and limited learning resources such as teaching aids and supporting technology. These results indicate that improving teachers' capacity should be supported through more practical training and the provision of adequate learning facilities. This study concludes that strengthening the professionalism of ECE teachers in science education should be a primary focus of education policy, particularly in remote areas. The recommendations include enhancing practice-based training programs, providing better learning facilities, and fostering innovation in science teaching methods. Further research is suggested to explore more contextual teaching strategies suited to the social and cultural environment of the Merauke District.ABSTRAKPembelajaran sains dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran yang signifikan dalam membentuk keterampilan berpikir kritis serta kemampuan memecahkan masalah sejak dini. Namun, tingkat kompetensi profesional guru PAUD dalam menyampaikan materi sains masih beragam, terutama di daerah terpencil seperti Distrik Merauke. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kompetensi profesional guru PAUD dalam pembelajaran sains serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi penerapannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek penelitian mencakup guru PAUD di Distrik Merauke yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, serta observasi langsung, yang kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar guru telah memiliki pemahaman dasar mengenai konsep sains, tetapi masih menghadapi kendala dalam implementasinya. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi latar belakang pendidikan, kurangnya pelatihan yang berkesinambungan, serta keterbatasan fasilitas pembelajaran seperti alat peraga dan teknologi pendukung. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas guru perlu didukung dengan pelatihan yang lebih aplikatif serta penyediaan sarana pembelajaran yang memadai. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penguatan profesionalisme guru PAUD dalam pembelajaran sains perlu menjadi fokus utama dalam kebijakan pendidikan, khususnya di wilayah terpencil. Rekomendasi yang diberikan mencakup peningkatan program pelatihan berbasis praktik, penyediaan fasilitas pembelajaran yang lebih optimal, serta inovasi dalam metode pengajaran sains. Penelitian lanjutan disarankan untuk mengkaji strategi pembelajaran yang lebih kontekstual dan sesuai dengan lingkungan sosial serta budaya di Distrik Merauke.