Claim Missing Document
Check
Articles

Perancangan Performance Appraisal Menggunakan Metode Behaviorally Anchored Rating Scales (bars) Pada Divisi Produksi Di Pt Tunggal Inti Kahuripan Niyama Rachel Awani; Fida Nirmala Nugraha; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 5, No 3 (2018): Desember 2018
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - PT Tunggal Inti Kahuripan memiliki karyawan yang sudah bekerja cukup lama dan memiliki keterikatan karyawan yang tinggi terhadap perusahaan, namun hal tersebut mengakibatkan banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan yang mengakibatkan penurunan kinerja yang di cakup dalam beberapa faktor. Berdasarkan hasil observasi, perusahaan memiliki penilaian kinerja yang tidak tepat dalam menilai kinerja karyawannya. Oleh karena itu diperlukannya penilaian kinerja yang efektif dan bisa mengambil penilaian dari perspektif karyawan maupun dari perspektif stakeholder. Perancangan performance appraisal menggunakan Metode BARS dengan diawali membuat CSF untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja, selanjutnya bila faktor-faktor tersebut telah teridentifikasi dan di analisis maka masuk ke metode BARS dengan tahap awal yaitu CIT, diikut oleh Performance Dimension, Retrasnlation, Scaling Incident, dan yang terakhir Final Instrument. Penilitian performance appraisal dengan menggunakan metode BARS menghasilkan ketetapan 4 faktor dengan total suara sebesar 76,9% yang menyatakan valid, dan dilakukan perhitungan ranking menggunakan standar deviasi dengan hasil akhir 0,559. Hasil ranking dari keempat faktor menyatakan bahwa faktor waktu yang paling berpengaruh dengan ranking 1,2, dan 3, diikuti dengan faktor kedisiplinan dengan ranking 4 dan 5, dan yang kurang berpengaruh adalah faktor kualitas dan jumlah dengan ranking 6 dan 7. Kata kunci : BARS, Critical Success Factors, Critical Incident Technique, Divisi Produksi, Performance Appraisal Abstract - PT Tunggal Inti Kahuripan has employees who have worked long enough and have high employee engagement to the company, and caused numbers of violations committed by employees resulting in performance degradation covered by several factors. Based on the observations, the company has an inappropriate performance appraisal in assessing the performance of its employees. Therefore, the need for effective performance appraisal and can take the assessment from the perspective of employees and from the perspective of stakeholders. BARS method begins by creating a CSF, then when those factors have been identified and analyzed into the BARS method with the initial stage namely CIT, Performance Dimension, Retranslation, Scaling Incident, and Final Instrument. The study of performance appraisal using BARS method resulted in selection of 4 factors with total vote of 76.9% which states 4 factors are valid, and calculated the ranking using standard deviation with the final result of 0,559. The ranking of the four factors states that the most influential time factor with rankings of 1.2, and 3, followed by a discipline factor with rank 4 and 5, and the less influential is quality and number factors with ranks 6 and 7. Keywords: BARS, Critical Success Factors, Critical Incident Technique, Production Division, Performance Appraisal
Analisis Positioning Radio Zora Berdasarkan Perceptual Mapping Dengan Metode Multidimensional Scaling Sindhani Rahmalia Sudono; Yati Rohayati; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 4, No 2 (2017): Agustus, 2017
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Radio Zora telah berdiri sejak tahun 2005 dan baru menjadi radio bersegmen anak muda pada akhir tahun 2014. Sejak perubahan positioning tersebut, jumlah pendapatan yang didapatkan Radio Zora belum dapat memenuhi terget dan jumlah pendengarnya masih lebih rendah dibanding pesaingnya. Tujuan penelitian ini adalah menggali persepsi pendengar terhadap pemilihan radio, berdasarkan perceptual mapping dengan metode multidimensional scaling berbasis atribut. Multidimensional scaling (MDS) merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mengetahui kondisi persaingan, serta mengetahui posisi setiap radio berbasis atribut. Atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah program acara, kegiatan offair, kualitas penyiar, pilihan musik, brand image, update berita, kejernihan suara, jangkauan siaran, streaming, dan konten siaran. Data penelitian didapatkan dari penyebaran kuesioner kepada 100 responden yang merupakan anak muda berusia 15-29 tahun, kemudian dijadikan input dalam pengolahan MDS. Setelah diolah dengan MDS, didapatkan perceptual mapping dengan posisi Radio Zora memiliki pesaing utama Radio Hits. Namun jika dilihat dari jumlah pendengarnya, Radio Zora dan Radio Hits merupakan dua radio dengan pendengar paling rendah dibanding pesaingnya, sehingga dalam penelitian ini Radio OZ dijadikan acuan dalam penyusunan perbaikan, karena merupakan radio yang paling unggul di wilayah persaingannya. Adapun atribut-atribut yang menjadi kelemahan Radio Zora adalah kegiatan offair, jangkauan siaran, streaming, update berita, kejernihan suara, pilihan musik, konten siaran, dan brand image. Kata kunci : Positioning, Repositioning, Perceptial Mapping, dan Multidimensional Scaling
Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Pt Tunggal Inti Kahuripan Dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard Muhammad Rifqi Dwi Aristya; Fida Nirmala Nugraha; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 5, No 3 (2018): Desember 2018
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak PT. Tunggal Inti Kahuripan hanya melakukan pengukuran kinerja karyawan dengan finansial perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur perusahaan pengukuran kinerja hanya dilihat berdasarkan target perhari perusahaan. Selain hal tersebut hasil pengukuran kinerja ini sangat jarang dilakukan oleh pihak PT Tunggal Inti Kahuripan dan tidak adanya tindak lanjut evaluasi bagi karyawan dalam menentukan target di masa yang akan datang. Metode yang digunakan adalah balance scorecard, metode ini dipilih dikarenakan tujuan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari sisi finansial saja, melainkan penjabaran lebih lanjut dalam pengukuran pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal dan bagaimana perusahaan dalam melakukan pertumbuhan dan pengembangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perancangan pengukuran kinerja dengan metode balance scorecard menghasilkan 15 KPI. Dari hasil olah data menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP) diperoleh bahwa perspektif proses bisnis internal memiliki hasil pembobotan tertinggi dengan nilai 0,28 sedangkan perspektif pelanggan memiliki hasil pembobotan tertinggi kedua dengan nilai 0,26. Perspektif keuangan dengan hasil pembobotan 0,24 dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan hasil pembobotan 0,22. Kata kunci : Pengukuran Kinerja Perusahan, Balanced Scorecard, key performance indicator, Analitycal HierarchyProcess Abstract PT Tunggal Inti Kahuripan only performs employee performance measurement with company finance. Based on the results of interviews with the Director of performance measurement company is only viewed based on the target per day company. In addition to these performance measurement results are very rarely done by the PT Tunggal Inti Kahuripan and no follow-up evaluation for employees in determining targets in the future. The method used is the balance scorecard, this method is chosen because the goal of a company not only viewed from the financial side, but rather further elaboration in the measurement on customer perspective, internal business processes and how the company in doing growth and development. The results showed that the design of performance measurement with balance scorecard method yielded 15 KPI. From the results of the data using Analitycal Hierarchy Process (AHP) obtained that the internal business process perspective has the highest weighting results with a value of 0.28 while the customer perspective has the second highest weighting results with a value of 0.26. A financial perspective with a weighted result of 0.24 and a growth and learning perspective with a weighted result of 0.22. Keywords: Company Performance Measurement, Balanced Scorecard, key performance indicator, Analitycal Hierarchy Process
Perancangan Program Komunikasi Pemasaran Untuk Produk Keripik Pisang Ukm Keripik Ilil Dengan Menggunakan Pendekatan Benchmarking Sindy Sinthia Dewi; Sari Wulandari; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 5, No 3 (2018): Desember 2018
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK: Keripik Ilil adalah UKM yang bergerak di bidang makanan yang berada di kota Bandung sejak tahun 2013, Keripik Pisang Ilil terbuat dari bahan dasar pisang nangka dan pisang kapas. UKM Keripik Ilil ingin memperluas area pemasarannya dan meningkatkan penjualan, namun masih memiliki keterbatasan dalam biaya, SDM, dan pengetahuan dalam komunikasi pemasaran. Sehingga, penelitian ini dilakukan untuk merancang program komunikasi pemasaran yang sesuai dan dapat diaplikasikan oleh UKM Keripik Ilil. Penelitian ini dimulai dengan menggunakan metode benchmarking dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) terhadap UKM yang memiliki produk yang sama yang telah sukses di pasaran melalui bauran komunikasi pemasaran. Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara mendalam, memanfaatkan buku-buku literature. Berdasarkan hasil dari perbaikan komunikasi pemasaran UKM Keripik Ilil, maka rekomendasi komunikasi pemasaran yang perlu diperbaiki adalah acara & pengalaman, promosi penjualan, pemasaran langsung & berbasis data, pemasaran daring & sosial media, pemasaran mobile, dan hubungan masyarakat & publisitas. Kata kunci : UKM Keripik Ilil, Bauran Komunikasi Pemasaran, Benchmarking, Analytical Hierarchy Process. ABSTRCT: Keripik Ilil is a SME engaged in the field of food located in the city of Bandung since 2013, Keripik Pisang Ilil made from basic ingredients of Pisang Nangka and Pisang Kapas. SMEs Keripik Ilil want to expand their marketing area and increase sales, but still have limitations in cost, human resources, and knowledge in marketing communications. Thus, this research is conducted to design the appropriate marketing communication program and can be applied by SME Keripik Ilil. This research begins by using benchmarking method with Analytical Hierarchy Process (AHP) approach to SMEs that have the same product that has been successful in the market through marketing communication mix. This method is done to collect data in this research is a questionnaire, in-depth interviews, utilizing literature books. Based on the results of the improvement of marketing communications of SMEs Keripik Ilil, the marketing communication recommendations that need to be improved are events & experiences, sales promotion, direct marketing & data-based, online marketing & social media, mobile marketing, and public relations & publicity. Keywords: SMEs Keripik Ilil, Marketing Communication Mix, Benchmarking, Analytical Hierarchy Process.
Perancangan Job Description Pada Proyek Instalasi Feeder Fiber Optic Menggunakan Metode Raci Matrix Di Pt.abc Rizka Alifiani Soenredi; Devi Pratami; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 6, No 1 (2019): April 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Keberadaan teknologi kabel tembaga dalam jaringan akses telekomunikasi saat ini sudah tidak mampu melayani kebutuhan arus data yang tinggi sehingga menyebabkan inovasi di bidang teknologi yang melahirkan teknologi fiber optik yang mampu melayani kebutuhan bandwith yang tinggi termasuk data, suara dan video dalam skenario jaringan akses fiber to the home. PT. ABC merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Proyek yang sedang dijalani oleh PT. ABC adalah proyek pemasangan feeder fiber optic. Feeder fiber optic merupakan kabel penghantar layanan jaringan, yang merupakan bagian dari FTTH (Fiber To The Home). Pada kasus yang dialami oleh PT. ABC adalah keterlambatan (delay) dalam penyelesaian proyek instalasi feeder fiber optic sehingga mengakibatkan kendala salah satunya yaitu dari aspek stakeholder. Stakeholder menjadi hal yang penting dalam sebuah perusahaan atau organisasi terutama proyek karena pada dasarnya sumber daya manusia yang bergerak untuk mengelola sebuah perusahaan atau proyek. RACI merupakan salah satu metode teknik dan alat untuk mendukung perencanaan matriks penugasan pada proyek. Metode RACI yang terdiri dari Responsibility, Assignment, Consult, dan Informed memiliki manfaat yaitu dapat dicapai sepenuhnya jika tim manajemen proyek memahami dan menggunakannya sesuai dengan konteks organisasi. Hasil dari bisnis proses aktivitas proyek disesuaikan pada proyek yang sedang berlangsung. Aktivitas proyek dipetakan dengan RACI Matrix untuk menentukan peran dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan. Output dari RACI Matrix berupa job description untuk stakeholder yang terdapat pada proyek yang sedang berjalan. Kata Kunci : RACI Matrix, Stakeholder Management, Proses Bisnis, Job Description. Abstract The existence of copper technology in telecommunication access networks is currently not able to serve the needs of high data flows, causing innovation in the field of technology that gave birth to fiber optic technology capable of serving high bandwidth requirements including data, voice and video in fiber to the home access network scenarios . PT. ABC is one of the largest telecommunications companies and providers of telecommunications and network services in Indonesia. The project that is being undertaken by PT. ABC is a fiber optic feeder installation project. A fiber optic feeder is a network service delivery cable, which is part of FTTH (Fiber To The Home). In the case experienced by PT. ABC is a delay (delay) in the completion of a fiber optic feeder installation project so that one of the obstacles is the stakeholder aspect. Stakeholders are an important thing in a company or organization, especially a project because basically human resources are engaged in managing a company or project. RACI is one of the technical methods and tools to support the planning of assignment matrices on the project. The RACI method consisting of Responsibility, Assignment, Consult, and Informed has benefits that can be achieved fully if the project management team understands and uses it in accordance with the organizational context. The results of the business process project activities are adjusted to the ongoing project. Project activities are mapped with the RACI Matrix to determine roles and responsibilities in each position. The output of the RACI Matrix is a job description for stakeholders found on the ongoing project. Keywords: RACI Matrix, Stakeholder Management, Business Processes, Job Description.
Perancangan Perencanaan Manajemen Proyek Berdasarkan Aspek Pemangku Kepentingan Dan Komunikasi Pada Proyek Ftth Pt Telkom Andhy Pramadana Prawansa; Devi Pratami; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 6, No 1 (2019): April 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Salah satu proyek yang dikembangkan oleh PT Telkom Indonesia adalah proyek Fiber to the Home (FTTH). Untuk mendukung pengembangan dan bentuk antisipasi terjadinya kegagalan dalam proyek tersebut, diperlukan sebuah perancangan perencanaan manajemen proyek. Data terkait pemangku kepentingan diolah menggunakan beberapa metode yang terdiri atas Power Interest Grid, Salience Model, dan Engagement Assessment Matrix. Dan data terkait perencanaan komunikasi diolah dengan menggunakan model perancangan dan metode komunikasi yang diterapkan. Disimpulkan bahwa pada proyek FTTH PT Telkom terdapat 57 pemangku kepentingan yang terdiri dari 46 pemangku kepentingan internal dan 11 pemangku kepentingan eksternal. Berdasarkan Power Interest Grid, pemangku kepentingan digolongkan menjadi tiga kuadran yang terdiri atas Manage Closely, Keep Satisfied, Monitor. Berdasarkan Salience Model, pemangku kepentingan digolongkan menjadi 5 kategori yang terdiri atas Definitive, Dominant Dependent Demanding, dan Dangerous. Berdasarkan Engagement Assessment Matrix diketahui bahwa terdapat pemangku kepentingan berada pada kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan sehingga dibutuhkan penanganan. Terkait komunikasi, disimpulkan bahwa perancangan komunikasi sangat membantu dalam pengelolaan pemangku kepentingan, yang mana perancangan ini harus diberikan kepada setiap pihak yang memiliki kepentingan dengan baik sehingga alur komunikasi menjadi lebih efektif. Kata Kunci : Manajemen proyek, Pemangku kepentingan, Komunikasi Abstract One of the projects developed by PT Telkom Indonesia is the Fiber to the Home (FTTH) project. To support the development and anticipation of failure in the project, project design planning is needed. Data related the stakeholders was processed using several methods consisting of; the Power Interest Grid, Salience Model, and Engagement Assessment Matrix. And data related communication planning was processed using the design model and the method of applied communication. It was concluded that at the FTTH project PT Telkom has 57 stakeholders, consisting of 46 internal stakeholders and 11 external stakeholders. Based on the Power Interest Grid, stakeholders are classified into three quadrants, consisting of Manage Closely, Keep Satisfied, Monitor. Based on the Salience Model the stakeholder is classified into 5 categories consisting of Definitive, Dominant Dependent Demanding, and Dangerous. Based on the Engagement Assessment Matrix it is known that there are stakeholders who are in a condition that is not in accordance with the expected conditions so that handling is needed. Related to communication, it is concluded that communication design is very helpful in managing stakeholders, which this design must be given to each party that has a good interest so the communication flow becomes more effective. Keywords: Project Management, Stakeholders, Communication
Perancangan Positioning Pt Insan Agritama Teknologi Berdasarkan Perceptual Mapping Dengan Metode Multidimensional Scaling Angga Darmawan; Agus Achmad Suhendra; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 6, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT Insan Agritama Teknologi atau biasa disebut Inagri dibentuk pada tahun 2016 yang bertempat di Jl. Kecapi No 24, Bandung yang merepresentatifkan sebuah layanan pemasok sayuran kepada restoran, hotel, dan katering. Inagri memiliki positioning berupa startup yang memberikan pelanggan kemudahan pemesanan, memiliki beragam komoditas, dan harga yang terjangkau. Namun pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang ditawarkan. Hal tersebut diketahui terjadinya penurunan pelanggan setiap bulannya, karena pelanggan tidak meneruskan pemesanan kepada Inagri. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan atribut pemilihan supplier oleh pelanggan, berdasarkan perceptual mapping dengan menggunakan metode mutldimensional scaling (MDS). Atribut yang terpilih pada penelitian ini adalah pengiriman, harga, kualitas, jaminan dan kebijakan, fleksibilitas, riwayat kinerja supplier, beragam bahan komoditas, kemudahan pemesanan, sistem komunikasi, dan ketersediaan bahan. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 80 responden yang memiliki usaha dibidang kuliner. Hasil rekapitulasi kuesioner akan menjadi data masukan pada posisi untuk penggambaran perceptual mapping yang diperoleh dengan metode MDS. Setelah melakukan pengolahan data dengan MDS, hasil pada perceptual mapping menunjukan bahwa posisi dari Inagri berdekatan dengan Tani Hub yang menunjukan bahwa adanya persaingan secara langsung. Kata Kunci: Inagri, Positioning, Perceptual Mapping, Multidimensional Scaling.
Perancangan Alokasi Resource Proyek Dengan Menggunakan Metode Resource Leveling Untuk Menghindari Fluktuasi Resource Pada Proyek Ducting Fo Cluster Beryl Summarecon Pt.Dcm Baiq Risma Sulistiana; Imam Haryono; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 6, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak PT DCM merupakan perusahaan yang sedang menjalankan proyek ducting, salah satunya yaitu proyek ducting FO cluster Ruby yang berlokasi di Summarecon Bandung. Namun, pada pelaksanaan proyek pada ducting FO cluster Ruby terdapat kekurangan dalam perencanaan resource proyek yang dalam pelaksanaannya terjadi fluktuasi sumber daya dan penambahan pekerja yang mengakibatkan pengeluaran biaya diluar perencanaan awal proyek. Berdasarkan data yang didapatkan dari proyek ducting FO cluster Ruby, maka akan dilakukan perancangan resource pada proyek yang belum dijalankan yaitu pada proyek ducting FO cluster Beryl. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah resource leveling yaitu untuk melakukan perataan tenaga kerja agar tidak terjadinya fluktuasi dan penambahan tenaga kerja saat proyek sedang berjalan. Sebelum melakukan proses leveling akan dilakukan perhitungan menggunakan Critical Path Method (CPM) yang digunakan untuk menentukan jalur kritis pada proyek tersebut. Hasil progres pelaksanaan aktual dari proyek ducting FO cluster Ruby diketahui bahwa terjadinya fluktuasi tenaga kerja dan penambahan tenaga kerja sebanyak 10 orang yang semula hanya 13 pekerja menjadi 23 pekerja. Jumlah tenaga kerja yang digunakan setelah leveling yaitu 12 orang yang menunjukkan bahwa terjadinya penurunan tenaga kerja setelah leveling. Resource leveling juga menghasilkan perataan jumlah hari kerja setiap tenaga kerja dan meminimalisir jumlah pekerja yang menganggur setiap harinya. Kata Kunci: Ducting, Resource, Fluktuasi, Critical Path Method, Resource Leveling Abstrack PT DCM is a company that is running a ducting project, one of the projects is the ducting FO cluster Ruby located in Summarecon Bandung. However, in the project implementation on the Ruby FO ducting, there are shortcomings in project resource planning. Fluctuations in resources and additional workers occur in the implementation, resulting in expenses beyond project planning. Based on data obtained from the FO cluster Ruby ducting project, resource design will be carried out on projects that have not been implemented yet, namely the FO Beryl cluster ducting project. The method that will be used in this research is resource leveling to do the leveling of labor so there is no fluctuation and addition of labor when the project is running. Before carrying out the leveling process, a calculation using the Critical Path Method (CPM) is used to determine the critical path in the project. The results of the progress of the actual implementation of the Ruby ducting project are known that the occurrence of labor fluctuations, namely the addition of 10 workers, originally only 13 workers became 23 workers. The amount of labor used after leveling is 12 people who showed a decrease in labor after leveling. Resource leveling also generates smoothing the number of workdays of each workforce and minimizes the number of idle workers every day. Keywords: Ducting, Resource, Fluctuations, Critical Path Method, Resource Leveling
Perancangan Biaya Dan Waktu Penyelesaian Proyek Berdasarkan Kondisi Proyek Ducting Fo-sr Cluster Cynthia Summarecon Bandung Tahap 2 Dengan Menggunakan Metode Earn Value Management Dan Critical Path Method Muhammad Galih Niskala; Imam Haryono; Ika Arum Puspita
eProceedings of Engineering Vol 6, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proyek ducting fo-sr cluster Cynthia Summarecon Bandung tahap 2 yang dimulai pada tanggal 9 November 2018 – 9 Januari 2019 (10 Minggu). Sebelumnya proyek ducting fo-sr cluster Cynthia Summarecon Bandung tahap 1 mengalami keterlambatan dan hanya mencapai 51.18% dari total volume pekerjaan sehingga proyek diperpanjang. Pada minggu ke 4 proyek ducting fo-sr cluster Cynthia Summarecon Bandung tahap 2 yang direncanakan selesai 10 minggu memiliki nilai SPI sebesar 0.60 yang mengindikasikan proyek terlambat menjadi 14 minggu dan nilai CPI sebesar 0.99 yang mengindikasikan proyek overbudget maka perlu dilakukan pengalokasian biaya kembali untuk pekerjaan yang tersisa. Hasil perhitungan menggunakan CPM, penjadwalan ulang sisa proyek ducting fo-sr cluster Cynthia Summarecon Bandung ditemukan 7 kegiatan kritis. Proyek dipercepat menggunakan fast tracking method sehingga proyek dapat diselesaikan selama 10 minggu Kata kunci: Earn value Management, Penjadwalan ulang, Critical path method, Fast tracking, Disbursement Schedule
Analisis Kinerja Biaya Dan Waktu Menggunakan Metode Earned Value Manajemen Dan Tcto Untuk Mengoptimalkan Biaya Dan Waktu Pada Proyek Summarecon Bandung Caprillio Briandhito; Ika Arum Puspita; Sandhy Widyasthona
eProceedings of Engineering Vol 6, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak PT.DCM merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang kontruksi telekomunikasi yang membangun jaringan jaringan fiber optic. PT.DCM menjalankan proyek ducting fo-sr yang berlokasi di Summarecon Bandung. Dalam pelaksanaannya proyek ducting fo-sr 8 minggu mengalami masalah yaitu tidak tercapainya target perencanaan proyek. Hal ini dikarenakan tidak dilakukannya kontrol pada proyek yang baik saat proyek berlangsung. Hal ini terlihat dari perbedaan kurva S antara perencanaan dan actual. Dikarenakan tidak tercapainya perencanaan maka dilakukan lah perhitungan performansi dengan menggunakan metode EVM. Dalam EVM akan dilakukan earned value analysis, variance analysis, performance index analysis dan forcasting. Output akhir forcasting menunjukan berapa lama proyek bisa terselesaikan saat kondisi proyek yang sedang berjalan. Hasil dari ECD menunjukan bahwa proyek akan selesai pada minggu ke 15. Dari perhitungan EVM menunjukan proyek mengalami keterlambatan, karena itu dilakukanlah perhitungan produktivitas dengan menggunakan metode TCTO. Dalam TCTO akan dilakukan perhitungan produktivitas (harian, normal, percepatan), perhitungan crash duration, crash cost, cost slope dan analisi waktu dan biaya optimum. Perhitungan TCTO yaitu dengan adanya penambahan jam kerja atau lembur maka produktivitas saat lembur menurun karena keterbatasan pengelihatan dikarenakan keadaan malam hari yang gelap. Dari perhitungan TCTO didapatkan crash duration selama 93 hari atau 14 minggu dengan crash cost sebesar Rp. 16.058.483. Kata kunci: EVM, TCTO Abstract PT.DCM is a company engaged in the field of telecommunications construction that builds fiber optic network networks. PT.DCM runs a fo-sr ducting project located in Summarecon Bandung. In the implementation of the project, ducting for 8 weeks has a problem that is not achieving the project planning target. This is because there is no good control of the project when the project takes place. This can be seen from the difference in the S curve between planning and actual. Due to the failure to achieve planning, performance calculations are carried out using the EVM method. In EVM, earned value analysis, variance analysis, performance index analysis and forcasting will be carried out. The final output forcasting shows how long the project can be completed when the project is running. The results of the ECD show that the project will be completed in the 15th week. From the EVM calculation, the project is experiencing delays, therefore productivity calculations are carried out using the TCTO method. In the TCTO calculation of productivity (daily, normal, acceleration), duration of crash calculation, crash cost, cost slope and optimum time and cost analysis will be calculated. Calculation of TCTO is that with the addition of working hours or overtime, productivity during overtime decreases due to limited visibility due to dark night conditions. From the calculation of TCTO, duration duration was 93 days or 14 weeks with a crash cost of Rp. 16,058,483. Keywords: EVM, TCTO
Co-Authors Achmad Fuad Bay Achmad Fuad Bay Aditias Fauzi Ahmad Agus Achmad Suhendra Ali Reza Alvaro Rayhan Risyad Amelia Kurniawati Andhy Pramadana Prawansa Angga Darmawan Aulia Maulana Azkiya Aulia Maulana Azkiya, Aulia Maulana Aziz Irsyad Azzahra Putri Nurwahyudin Baiq Risma Sulistiana Budi Sulistyo Budiarto, Sulistyo Caprillio Briandhito Danang Triantoro Murdiansyah Devi Pratami Dian Kusuma Damayanti Dimas Ghifari Priandoni Fanny Afriani Putri Faqih Azka Widyaputra Fathin Farcyana Safitri Favian Dewanta Fida Nirmala Nugraha G. N. Sandhy Widyasthana Harahap, Amir Basri Hardiyanti Ilmi Aulia Hilman Fauzy Akbar Imam Haryono Intan Permatasari Jagad Djatmiko Jonathan, Joshua Antonio Litasari Widyastuti, Litasari Malsya Debrina Nur Salsabila Maria Dellarosawati Idawicaksakti Mochammad Sinatriyya Suryanegara Mohammad Deni Akbar Muhammad Galih Niskala Muhammad Ihsan Caniago Muhammad Ihsan Husni Muhammad Ilham Durani Muhammad Iqbal Muhammad Revo Siregar Muhammad Rifqi Dwi Aristya Muhammad Rivai Muhardi Saputra Mutiardi Puspita Naufal Dzikri Afifi Nindira Rizkita Ningrum, Lis Niyama Rachel Awani Nurul Ikhsan Prasheetha Agstyawardhana, Prisha Putu Yasa Putu Yasa Putu Yasa Reza Rendian Septiawan Riefaldy Nadivkha Subroto Rizka Alifiani Soenredi Rosad Ma’ali El Hadi Sandhy Widyasthona Sari Wulandari Satya Elang Yogantara Sherli Sherli Sindhani Rahmalia Sudono Sindy Sinthia Dewi Taufiqurrahman, Dimas Umar Ali Ahmad Vigho Shevchenko Wawan Tripiawan Wawan Tripiwan Wicaksono, Anantha Aji Widigdo Adhy Utomo Yati Rohayati Yoga Pratama Darmawan ZK Abdurahman Baizal