Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH (METODE SEDIMAT) MENGGUNAKAN NATRIUM SITRAT 3,8% DAN EDTA YANG DI TAMBAH NaCl 0,85% Liswanti, Yane
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : STIKes BTH Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.802 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v12i1.83

Abstract

Pemeriksaan LED adalah pemeriksaan darah yang menggambarkan kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma darah yang menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,8% dan dinyatakan dalam mm/jam.     Seiring dengan meningkatnya jumlah pemeriksaan, maka waktu yang diperlukan akan semakin banyak, pada cara manual waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan LED maksimal 2 jam. Pemeriksaan LED cara lain yang banyak dilakukan antara lain cara automatic dengan waktu lebih cepat  kurang lebih 15 menit. Tujuan pemeriksaan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan LED (metode Sedimat) menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,8 % dan EDTA yang ditambah NaCl 0,85 %.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data dan analisa laboratorium. Sedangkan pemeriksaan Laju Endap Darah menggunakan metode (sedimat) dengan alat Sedimat 15®.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terhadap hasil pemeriksaan Laju Endap Darah metode sedimat menggunakan Natrium sitrat 3,8 % dan EDTA yang ditambah NaCl 0,85 % dari 20 sampel darah pasien rawat jalan RSUD  Waled kabupaten Cirebon  didapat hasil 100 % (normal).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SERTA KAITANNYA TERHADAP STATUS KESEHATAN PADA PETUGAS PENGUMPUL SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014 Liswanti, Yane
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.882 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v13i1.34

Abstract

Petugas pengumpul sampah rumah tangga merupakan golongan yang rentan terkena penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya Penyakit Akibat Kerja dan kecelakaan kerja adalah dengan Alat Pelindung Diri (APD). Namun demikian pada kenyataannya masih banyak tenaga kerja yang masih belum mengenakannya saat bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan  penggunaan APD serta kaitannya terhadap status kesehatan.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian mixed method dengan strategi embedded concurent. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 86 orang.  Penelitian kualitatif dilakukan wawancara mendalam kepada Kepala seksi Pelayanan Kebersihan dan Kepala Bidang Kebersihan. Analisis data menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis varians yaitu Partial Least Square (PLS).Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh pada faktor pemungkin adalah masih kurangnya sarana penunjang APD, belum tersedia SOP mengenai APD, sedangkan pada faktor penguat disebabkan belum adanya sosialisasi mengenai APD, pengawasan yang masih kurang, tidak ada sanksi maupun reward bagi yang patuh maupun tidak patuh menggunakan APD. Status kesehatan dipengaruhi faktor predisposisi, faktor pemungkin, faktor penguat dan kepatuhan penggunaan APD sebesar 45,7% sedangkan 54,3% dipengaruhi variabel lain. Status kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi (umur, lama kerja, tingkat pendidikan, pengetahuan,sikap), faktor pemungkin (ketersediaan sarana),  faktor penguat (dukungan atasan dan rekan kerja) dan kepatuhan penggunaan APD. Kata kunci : Faktor pemungkin, faktor penguat, faktor predisposisi, kepatuhan,  status kesehatan
GAMBARAN JUMLAH RETIKULOSIT SEBELUM DAN SETELAH DONOR DARAH Liswanti, Yane
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : STIKes BTH Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.87 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v13i1.21

Abstract

Donor darah merupakan suatu tindakan pengambilan darah dengan volume tertentu melalui pembuluh darah. Tubuh yang kehilangan darah akan menimbulkan respon eritropoetin yang diatur oleh hormon eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal dalam enam jam, dan hitung retikulosit naik dalam dua sampai tiga hari dan mencapai puncaknya pada hari ke-4 sampai ke-7. Retikulosit meningkat menandakan bahwa sumsum tulang bereaksi secara normal. Telah dilakukan pemeriksaan jumlah retikulosit dalam sediaan apus darah tepi pada pendonor sebelum dan setelah donor darah di Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Majalengka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah retikulosit pada  pendonor  sebelum dan setelah donor darah di UDD PMI Kabupaten Majalengka.Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pemeriksaan retikulosit ini memakai metode Briliant Cresil Blue (BCB) 1% dalam sediaan kering.Dari  hasil penelitian terhadap jumlah retikulosit pada 5 orang pendonor didapat secara seluruhnya (100%) meningkat.Jadi berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah retikulosit sebelum dan setelah donor darah terjadi peningkatan. Kata Kunci : Retikulosit, Donor darah
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA MAHASISWA PRODI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes BTH TASIKMALAYA Liswanti, Yane
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 17, No 2 (2017)
Publisher : STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.027 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v17i2.278

Abstract

Tenaga Kesehatan membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD) Ketika praktik untuk mengurangi risiko tertular penyakit. Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomik dan psikososial.Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologi. Pengunaan APD pada analis merupakan salah satu bagian dari usaha menyediakan lingkungan yang bebas dari infeksi sekaligus sebagai upaya perlindungan dari sampel pasien terhadap penularan penyakit, karena Penggunaan APD saat penanganan spesimen pun kadang-kadang terabaikan.Penelitian ini bersifat deskriftif korelasi dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan APD. Penelitian melibatkan 181 mahasiswa prodi DIII Analis Kesehatan sebagai responden dengan menggunakan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berisi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan APD.Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD (p=0,289, α=0,05). Terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan perilaku penggunaan APD (p=0,004, α=0,05).Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang APD tidak mempengaruhi perilaku penggunaan APD namun sikap dapat mempengaruhi perilaku penggunaan APD pada mahasiswa.
GAMBARAN BADAN INKLUSI HbH PADA SUSPEK THALASEMIA DI RUMAH SAKIT PTPN SUBANG Liswanti, Yane
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.049 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v11i1.53

Abstract

Badan inklusi HbH merupakan β4-tetramer yang mengendap dan merusak pada membrane sel darah merah sehingga menyebabkan hemolisis. Tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai β tidak memiliki pasangan dan kemudian membentuk tetramer dari rantai β sendiri maka terbentuklah badan inklusi HbH. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit  sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkanDalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pemeriksaan badan inklusi HbH ini memakai metode brilliant cresyl blue 1 %, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui badan inklusi HbH pada suspek thalasemia di Rumah Sakit PTPN Subang.Pada hasil pengamatan didapat bahwa 8  dari 43 sampel yang positif  badan inklusi HbH dan 35  dari 43 sampel negatif badan inklusi HbH.Jadi hasil penelitian terhadap badan inklusi HbH dalam sedian apus darah pada pasien suspek thalasemia  yang  berada di Rumah Sakit PTPN Subang yang positif badan inklusi HbH sebanyak 8 sampel (19%) sedangkan 35 sampel (81%) yang negatif.  Kata Kunci : HbH, suspek thalasemia
GAMBARAN JUMLAH RETIKULOSIT PADA RETINOPATI DIABETIKA PROLIFERATIV DENGAN PERDARAHAN VITRIEUS DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG Liswanti, Yane
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 9, No 1 (2013)
Publisher : STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.2 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v9i1.98

Abstract

Telah dilakukan pemeriksaan jumlah retikulosit dalam sediaan apus darah tepi pada Retinopati Diabetika Proliferativ dengan Perdarahan Vitrieus sebanyak 18 sampel.Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus-Desember 2012 di poli rawat jalan UPF Retina Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung dan Laboratorium TUK Analis Kesehatan STIKes BTH Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Retikulosit pada Penderita Retinopati Diabetika Proliferaiv dengan Perdarahan Vitrieus.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dan pemeriksaan laboratorium menggunakan metode New Metilen Blue dengan sediaan kering.Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebesar 61.1% adalah normal, dan sisanya 38.9% meningkat.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya anemia pada perdarahan kecil di Vitrieus sehingga nilai retikulosit normal.  Kata Kunci : Retikulosit, diabetika proliferaiv, perdarahan vitreus
DETEKSI DINI TERHADAP HIPERURISEMIA, HIPERKOLESTEROLEMIA DAN HIPERGLIKEMIA DI MASYARAKAT DESA KARIKIL RW 01 MANGKUBUMI KOTA TASIKMALAYA Meri Meri; Meti Kusmiati; Tanendri Arrizqiyani; Yane Liswanti; Hendro Kasmanto
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2020): Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.624 KB) | DOI: 10.31004/cdj.v1i2.749

Abstract

Kesehatan individu dapat terdeteksi salah satunya melalui diagnosis laboratorium dengan menggunakan sampel darah. Kondisi hiperurisemia, hiperkolesterolemia dan hiperglikmemia berturut-turut merupakan keadaan meningkatnya kadar asam urat, kolesterol dan glukosa dalam darah. Kelebihannya dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti gangguan fungsi ginjal, hipertensi, diabetes melitus, arterosklerosis, cardiovaskular dan lain-lain. Desa Karikil Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya merupakan desa bnaan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya yang memerlukan binaan dalam bidang kesehatan khususnya ke arah penyakit tidak menular (PTM).Sasaran kegiatan ini adalah warga RW 01 Desa Karikil Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Luaran yang diharapkan adalah gambaran persentase warga yang mengalami hiperurisemia, hiperkolesterolemia dan hiperglikemia. Dengan demikian, mengingat pentingnya pencegahan terhadap penyakit tidak menular, pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mendeteksi dini terhadap hiperurisemia, hiperkolesterolemia dan hiperglikemia. Metode yang dilakukan adalah berupa penyuluhan dan pemeriksaan darah. Hasil yang diperoleh adalah 7,7% mengalami hiperurisemia, dan 10% mengalami hiperkolesterolemia, sedangkan 92,3%, 90% dan 100% secara berturut-turut memiliki kadar asam urat, kolesterol dan glukosa darah dalam keadaan normal.
Korelasi Kualitas Tidur Dengan Tingkat Stres Dan Tingkat Depresi Orang Tanpa Gejala Covid 19 Liliek Pratiwi; Yane Liswanti; Harnanik Nawangsari
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 7 (2022): Volume 4 Nomor 7 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.622 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i7.6527

Abstract

ABSTRACT The Covid-19 virus infection is currently a worldwide concern. With the rapid spread of this virus infection and the addition of cases every day in Indonesia, it will be a double burden for the health system and the welfare of society in general. The data obtained from the Covid 19 Handling Committee and National Economic Recovery, as of December 15, 2020, a total of 623,309 were confirmed positive with 5,489 cases. DKI Jakarta Province occupies the first position, with 152,499 cases. Based on data from the DKI Jakarta Provincial Health Office, as of October 1, 2020, 53% of Covid's 19 patients were OTG (People Without Symptoms). The impact of this increase in OTG, namely that several isolation places have been prepared by the government, it could be added, then, these OTG patients who are certainly separated from their families, are hampered in working, many experience stress and feelings of helplessness, which in turn can reduce the quality of life. Covid-19 patient life. Of the 27 patients, 15 COVID-19 patients with OTG complained of feeling anxious away from their families, feeling dizzy about continuing their work, and often crying alone because they thought about themselves and their families. To determine the correlation of sleep quality with stress levels, and depression levels of people without COVID-19 symptoms in DKI Jakarta. This study used an analytic survey method, with a total of 52 COVID-19 patients with OTG as respondents. Data analysis using Spearman test correlation. The research instrument used the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and the Depression Anxiety Stress Disorder Scale (DASS) questionnaire. There is a correlation between sleep quality and stress levels, and depression levels in people without symptoms of Covid 19 patients in DKI Jakarta. The results of statistical analysis of the correlation of sleep quality with stress levels(r=0,33;p<0,001), correlation of sleep quality with depression level (r=0,35; p<0,001). The conclusion of the study is that the disease process in OTG that has an impact on sleep quality is related to the psychological condition of the patient.  Keywords: Sleep Quality, Stress Level, Depression Level, People Without Symptoms     ABSTRAK Infeksi virus Covid 19 saat ini menjadi perhatian dunia. Dengan cepatnya penyebaran infeksi virus ini dan penambahan kasus setiap harinya di Indonesia, akan menjadi beban ganda bagi sistem kesehatan dann kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Data yang didapatkan bersumber dari Komite Penanganan Covid 19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, per tanggal 15 Desember 2020, sejumlah 623.309 terkonfirmasi positif dengan 5.489 kasus. Provinsi DKI Jakarta menduduki posisi pertama, dengan jumlah kasus 152.499. Dari data Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta, per tanggal 1 Oktober 2020, 53% pasien Covid 19 merupakan OTG (Orang Tanpa Gejala). Dampak dengan meningkatnya OTG ini, yaitu beberapa tempat isolasi sudah banyak disiapkan oleh pemerintah, bisa jadi ditambah, kemudian, pasien OTG tersebut yang tentunya terpisah dari keluarga, terhambat dalam bekerja, banyak yang mengalami stres dan perasaan tidak berdaya, yang pada akhirnya bisa menurunkan kualitas hidup pasien covid 19. Dari 27 pasien, 15 pasien covid 19 dengan OTG mengeluh merasa cemas jauh di keluarga, merasa pusing mengenai kelanjutan pekerjaanya, dan sering menangis sendiri karena memikirkan keadaan dirinya dan keluarganya. Tujuan untuk mengetahui korelasi kualitas tidur dengan tingkat stres, tingkat depresi Orang Tanpa Gejala covid 19 di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik, dengan jumlah responden 52 pasien covid 19 dengan OTG. Analisis data menggunakan korelasi spearman test. Instrumen penelitian menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), kuesioner Depression Anxiety Stress Disorder Scale (DASS). Terdapat korelasi kualitas tidur dengan tingkat stres, tingkat depresi Orang Tanpa Gejala Pasien Covid 19 di DKI Jakarta. Hasil analisis statistik korelasi kualitas tidur dengan tingkat stres (r=0,33;p<0,001), korelasi kualitas tidur dengan tingkat depresi (r=0,35; p<0,001). Kesimpulan penelitian yaitu proses penyakit pada OTG yang berdampak pada kualitas tidur berhubungan dengan kondisi psikologis pasien.  Kata Kunci: Kualitas Tidur, Tingkat Stres, Tingkat Depresi, Orang Tanpa Gejala
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penggunaan Apd Tenaga Kesehatan di Rsud Otto Iskandar Dinata Kabupaten Bandung Liliek Pratiwi; Yane Liswanti; Henny Fitriani
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 10 (2022): Volume 4 Nomor 10 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v4i10.7102

Abstract

ABSTRAK Laporan National Safety Council menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit sebesar 41% lebih besar daripada instansi industri. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, tergores dan penyakit infeksi. Hasil survey tentang upaya pencegahan infeksi di Rumah Sakit menunjukkan masih didapatnya beberapa tindakan petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada diri mereka, pasien yang dilayani dan masyarakat luas yakni penggunaan sarung tangan dan masker yang tidak tepat. Kesadaran akan penggunaan alat pelindung diri pada perawat masih kurang, di mana beberapa rumat sakit di Indonesia hanya 40% dalam penggunaan APDnya. International Labour Organization (ILO) tahun 2013 satu pekerja meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan motivasi, peran petugas panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja dengan penggunaan alat pelindung diri, ketersediaan alat pelindung diri,  pada perawat di RSUD Otto Iskandar Dinata Kabupaten Bandung. Desain penelitian ini analisis korelatif dengan pendekatan cross sectional, dilaksanakan pada bulan Januari 2022. Populasi penelitian ini adalah 88 orang perawat pelaksana di RSUD Otto Iskandar Dinata Kabupaten Bandung. Teknik pengambilan sampling yaitu total sampling. Pengolahan data secara analisis univariat dan bivariat. Hasil analisis univariat didapatkan 62,7% responden memiliki motivasi tinggi, 57,7% menyatakan bahwa petugas panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja berperan, 55,6% responden memakai alat pelindung diri yang sesuai SOP, dan 69,8% tersedia APD. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan pemakaian alat pelindung diri yang sesuai SOP (pvalue=0,017): OR=3,061), peran petugas panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja dengan pemakaian alat pelindung diri yang sesuai SOP (pvalue=0,033): OR=2,909). Kemudian tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara ketersediaan alat pelindung diri dengan responden memakai alat pelindung diri yang sesuai SOP, dimana pvalue=0,856 dan OR=0,189. Jadi, dapat disimpulkan penggunaan APD di RSUD Otto Iskandar Dinata Kabupaten Bandung tahun 2022, berhubungan dengan motivasi dan peran petugas panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja  di RSUD Otto Iskandar Dinata Kabupaten Bandung. Saran bagi pihak rumah sakit untuk terus memantau motivasi perawat, meningkatkan peran petugas panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja serta ketersediaan APD. Kata Kunci: Alat Pelindung Diri, Perawat, Peran Petugas Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Rumah Sakit  ABSTRACT The National Safety Council report shows that the occurrence of work accidents in hospitals is 41% greater than in the agency industry. Cases that often occur are needle sticks, scratches and infectious diseases. The results of the survey on infection prevention efforts in hospitals show that there are still several actions by officers that have the potential to increase disease transmission to them, the patients served and the wider community, namely the use of inappropriate gloves and masks. Awareness of the use of personal protective equipment for nurses is still lacking, where some hospitals in Indonesia only use 40% of PPE. International Labor Organization (ILO) in 2013 one worker dies every 15 seconds due to a work accident and 160 workers experience work-related illness. Purpose: The purpose of this study was to determine the relationship, the role of the supervisory committee officer and work safety with the use of personal protective equipment, the availability of personal protective equipment, on nurses at the Otto Iskandar Dinata Hospital, Bandung Regency. The purpose of this study was to determine the relationship between motivation, the role of health and safety committee officers with the use of personal protective equipment, the availability of personal protective equipment for nurses at Otto Iskandar Dinata Hospital, Bandung Regency. The research design is a correlative analysis with a cross sectional approach, carried out in January 2022. The population of this study was 88 nurses at the Otto Iskandar Dinata Hospital, Bandung Regency. The sampling technique is total sampling. Data processing using univariate and bivariate analysis. The results of the univariate analysis showed that 62.7% of respondents had high motivation, 57.7% stated that the health and safety committee officers played a role, 55.6% of respondents wore personal protective equipment according to SOPs, and 69.8% provided PPE. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between motivation and the use of personal protective equipment in accordance with the SOP (p-value = 0.017): OR = 3.061), the role of the health and safety committee officer and the use of personal protective equipment in accordance with the SOP (p-value = 0.033). : OR=2,909). Then there was no significant relationship between the availability of personal protective equipment and respondents wearing personal protective equipment according to the SOP, where p-value = 0.856 and OR = 0.189. So, it can be concluded that the use of PPE in Otto Iskandar Dinata Hospital, Bandung Regency in 2022, is related to the motivation and role of the health and safety supervisory committee officer at Otto Iskandar Dinata Hospital, Bandung Regency. Suggestions for the hospital to continue to monitor the motivation of nurses, increase the role of the health and safety committee officers and the availability of PPE. Keywords: Personal Protective Equipment, Nurses, Roles of Health and Safety Committee Officers, Hospitals
DESKRIPSI JUMLAH LIMFOSIT ABSOLUT PADA HIPERURISEMIA Meri Meri; Yane Liswanti; Hemarisa Nurizkillah
Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science Vol 1 No 1: Oktober 2020
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53699/joimedlabs.v1i1.10

Abstract

Hyperuricemia is a condition of increased levels of uric acid in the blood. Physiological conditions, uric acid has the form of a solute. The crystals will form if the levels are above 6.8 mg/dL or at the saturation point. It will settle in various tissues, including the kidneys and joints. Hyperuricemia can cause various types of diseases such as hypertension, kidney disorders, arterosklesrosis, cardiovascular, gout and others. Crystals monosodium urat cancause innate and adaptive immune responses. Innate immune response is played by macrophages for phagocytic and produce pro-inflammatory cytokines and can stimulate lymphocyte activation. Its presence can be determined by counting the absolute lymphocyte count, thus giving an indication of the prognosis of the disease due to hyperuricemia. The purpose of this research is to describe the absolute lymphocyte count in hyperuricemia. This type of research is descriptive cross sectional study approach. The number of research subjects was 30 participants taken by purposive sampling with criteria for men aged 18-65 years, hyperuricemia, fasting 10-12 hours, no obesity, no infection, not children and not elderly. The results showed that 6.7% (2 people) had an increased absolute lymphocyte count, and 93.3% (28 people) had a normal absolute lymphocyte count. In conclusion, absolute lymphocyte counts can describe the prognosis due to hyperuricemia, as a result of the adaptive immune response.