Claim Missing Document
Check
Articles

FORMULASI GEL MOISTURIZER EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN CARBOPOL SEBAGAI GELLING AGENT Krisyanella, Krisyanella; Iskandar, Fadhillah; Meinisasti, Resva; Utami, Mardhah Sastri
JAFP (Jurnal Akademi Farmasi Prayoga) Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Akademi Farmasi Prayoga
Publisher : Akademi Farmasi Prayoga Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56350/jafp.v10i2.108

Abstract

Abstrak Daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas antioksidan yang berasal dari alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Dengan kandungan tersebut, daun pepaya berpotensi untuk dimanfaatkan dalam produk kosmetik, namun diperlukan formulasi yang tepat agar efektivitasnya optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula gel moisturizer yang memiliki karakteristik terbaik dengan variasi kandungan ekstrak etanol daun papaya (C.papaya L.) 0,5%, 1%, dan 1,5%. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula memenuhi standar SNI 16-4954-1998, stabil secara organoleptik dan homogenitas, memiliki daya sebar 5,4– 5,6 cm, pH 7 dan tidak menyebabkan iritasi. Terdapat perbedaan warna antar formula akibat oleh perbedaan konsentrasi ekstrak. Selain itu, semakin tinggi penggunaan ekstrak maka sediaan gel moisturizer akan semakin cair. Formula dengan konsentrasi 0,5% ekstrak etanol daun pepaya terpilih sebagai yang terbaik berdasarkan berbagai evaluasi sediaan serta preferensi warna, aroma, dan bentuk. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak berpengaruh terhadap karakteristik sediaan gel moisturizer, terutama pada warna yang dihasilkan oleh sediaan tersebut dan peningkatan konsentrasi ekstrak diketahui berbanding terbalik dengan konsistensi sediaan, dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka konsistensi sediaan menjadi lebih cair. Formula yang paling optimal terdapat pada konsentrasi ekstrak 0,5% karena FI (0,5%) menunjukkan persentase tertinggi dalam indikator uji hedonik.
KARAKTERISTIK SIMPLISIA STANDAR DAUN TEH (Camellia sinensis L.) DAN UJI KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER Meinisasti, Resva; Krisyanella, Krisyanella; Sagita, Pittri Andriani; Utami, Mardhah Sastri
JAFP (Jurnal Akademi Farmasi Prayoga) Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Akademi Farmasi Prayoga
Publisher : Akademi Farmasi Prayoga Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56350/jafp.v10i2.109

Abstract

Abstrak Salah satu program pemerintah dalam bidang farmasi adalah penyediaan bahan baku obat melalui pengembangan sumber daya mandiri. Teh (Camellia sinensis L.) merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku karena kandungan komponen bioaktifnya. Untuk memastikan mutu dan kestabilan produk, diperlukan proses standarisasi bahan baku melalui pemeriksaan parameter spesifik dan non spesifik pada simplisia daun teh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik simplisia daun teh (Camellia sinensis L.) berdasarkan evaluasi kedua parameter tersebut. Penelitian menggunakan metode eksperimental yang meliputi pengambilan sampel, determinasi tanaman, pembuatan simplisia, serta penetapan parameter spesifik dan non spesifik. Hasil uji parameter spesifik menunjukkan bahwa serbuk simplisia daun teh memiliki sifat organoleptik berupa serbuk halus berwarna coklat kehitaman, bertekstur agak kasar, memiliki rasa sepat, dan beraroma khas. Pengamatan mikroskopik menunjukkan keberadaan rambut penutup serta jaringan kolenkim sebagai fragmen pengenal. Nilai kadar sari larut etanol diperoleh sebesar 12,08% dan kadar sari larut air sebesar 13,74%. Hasil uji parameter non spesifik menunjukkan kadar air sebesar 9,69%, susut pengeringan 9,9%, kadar abu tidak larut asam 0,33%, dan kadar abu total 6,35%. Uji kandungan metabolit sekunder mengindikasikan bahwa simplisia daun teh positif mengandung saponin dan tanin, serta negatif terhadap alkaloid, flavonoid, dan triterpenoid/steroid. Temuan ini dapat menjadi dasar standarisasi awal simplisia daun teh sebagai bahan baku obat.