Claim Missing Document
Check
Articles

Found 50 Documents
Search
Journal : Frontier Agribisnis (Frontbiz)

TINGKAT MOTIVASI PETANI SAYUR PADA BUDIDAYA SAYUR SEMI ORGANIK DAN SAYUR ANORGANIK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN UTARA, KOTA BANJARBARU Annisa Yosidah; Hairin Fajeri; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v4i2.2910

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkatmotivasi petani pada budidaya sayur semi organik dan anorganik; serta mengetahui permasalahan yang dihadapi petani pada budidaya sayur semi organik dan anorganik di Kelurahan Landasan Ulin Utara, Kota Banjarbaru. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode sensus dansimple random sampling. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjawab tujuan pertama dan kedua. Hasil penelitian menunjukkan tingkat motivasi petani pada budidaya sayur semi organik dan anorganik di Kelurahan Landasan Ulin Utara, Kota Banjarbaru termasuk kategori sedang dengan rata-rata sebesar 67,79%. untuk petani sayur semi organik dan untuk petani sayur anorganik sebesar 70,75%. Sedangkan tingkat motivasi ekonomi petani sayur semi organik dan anorganik termasuk kategori tinggi dengan rata-rata 83,33% untuk petani sayur semi organik dan sebesar 86,67% untuk petani sayur anorganik. Tingkat motivasi sosiologis petani sayur semi organik dan anorganik di Kelurahan Landasan Ulin Utara, Kota Banjarbaru termasuk kategori rendah dengan rata-rata sebesar 49,95% untuk petani sayur semi organik dan sebesar 52,67% untuk petani sayur anorganik. Permasalahan dihadapi petani sayur semi organik serangan hama penyakit, cuaca, dan harga sayur semi organik di pasar tidak berbeda dengan harga sayur anorganik.Permasalahan dihadapi petani sayur anorganik sama dengan petani sayur semi organik serangan hama penyakit, cuaca, dan harga sayur akan turun jika panen bersamaan.
Analisis Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Alalak Utara Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin (Studi Kasus Pada Usaha Jamu Tradisional “Mam Go”) Nur Najwa; Umi Salawati; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i1.8269

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komponen biaya, penerimaan, keuntungan, kelayakan usaha, dan titik impas pada usaha Jamu Tradisional “Mam Go” yang berlokasi di Jl. Brigjend H. Hasan Basri, Komplek Simpang Gusti IV No. 18 33/003 kelurahan Alalak Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh usaha Jamu Tradisional “Mam Go” pada bulan November dan Desember 2021 yaitu sebesar Rp22.225.106, dengan rincian jumlah biaya tetap sebesar Rp1.175.106 dan jumlah biaya variabel sebesar Rp21.050,000. Total penerimaan usaha ini pada bulan November dan Desember 2021 yaitu sebesar Rp44.721.000 dengan keuntungan yang diterima Rp22.495.894. Nilai kelayakan usaha Jamu Tradisional “Mam Go” sebesar 2,012. Titik impas produk jamu tradisional dengan varian kunyit asam sirih pinang sebanyak 46,8 botol dengan jumlah penjualan Rp939.626. Titik impas produk jamu tradisional dengan varian gula jahe sebanyak 55,7 botol dengan jumlah penjualan Rp946.116. Titik impas produk jamu tradisional dengan varian beras kencur sebanyak 12,7 botol dengan jumlah penjualan Rp215.772. Titik impas produk jamu tradisional dengan varian kunyit putih sebanyak 5,8 botol dengan jumlah penjualan Rp115.851. Titik impas produk jamu tradisional dengan varian temulawak sebanyak 3,0 botol dengan jumlah penjualan Rp51.048. Titik impas produk jamu tradisional dengan varian sambiloto sebanyak 2,3 botol dengan jumlah penjualan Rp46.381.
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmiarsi Rusmiarsi; Yusuf Azis; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 2, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v2i4.660

Abstract

Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia, artinya pertanian merupakan sektor penyumbang utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu sub sektor pangan,hortikultura, perikanan, kehutanan, peternakan dan  perkebunan. Salah satu subsektor yang memiliki peranan yang cukup penting adalah sub sektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat. Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peranan penting bagi masyarakat. Sayuran berperan dalam rangka pemenuhan kecukupan pangan dan gizi masyarakat di masa yang akan datang. Bertani sayuran merupakan salah sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dan pola tanam sayuran, menganalisis biaya, penerimaan, pendapatan serta keuntungan dari usahatani sayuran dan total pendapatan rumah tangga petani yang berasal dari usahatani sayuran dan di luar usahatani, membandingkan pendapatan rumah tangga petani terhadap garis kemiskinan serta melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga petani sayuran. Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Jumlah sampel responden sebanyak 30 orang petani sayuran. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 26 jenis pola tanam dari 30 petani responden dengan sayur sawi sebagai komoditas dominan yang dibudidayakan. Biaya  yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp4.815.675,- per usahatani, penerimaan petani sayuran adalah sebesar Rp20.194.833,- per usahatani per satu kali produksi, pendapatan petani sayuran adalah sebesar Rp 17.500.047,- per usahatani per satu kali produksi serta keuntungan yang diperoleh petani sayuran adalah sebesar Rp 15.379.158,- per usahatani per satu kali produksi. Rata-rata pendapatan petani sayuran adalah sebesar Rp 1.753.412,- per kapita per bulan. Petani sayuran di Kecamatan Liang Anggang berada di atas garis kemiskinan. Petani sayuran di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru berada pada keadaan yang lebih sejahtera.Kata kunci: pendapatan, kesejahteraan, kemiskinan, sayuran, pola tanam
Karakteristik Petani dan Analisis Usahatani Bawang Daun di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru Adi Atma Yoga; Hamdani Hamdani; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i2.9416

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik petani dan mengetahui besar biaya, penerimaan, pendapatan, dan keuntungan, serta untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang daun di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru. Data primer di peroleh melalui wawancara langsung dengan pelaku usahatani di lokasi penelitian menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang telah disediakan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber buku, jurnal, dinas atau lembaga terkait dengan penelitian ini di Kota Banjarbaru, serta bahan-bahan pustaka lainnya. Responden ditentukan dengan metode rancangan sampling jenuh atau sensus. Semua populasi petani sebagai responden yaitu sebanyak 30 orang petani. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa karakteristik yang ada di tempat penelitian seperti petani masuk kedalam kategori dewasa akhir, bersuku Jawa, tingkat pendidikan rendah, berpengalaman dalam berusahatani, luas lahan tergolong sempit, mayoritas mengikuti penyuluhan pertanian, mayoritas mengikuti organisasi sosial, alat transportasi menggunakan sepeda motor, mayoritas menggunakan HP android dan memiliki internet, dan seimbang dalam kepemilikan sosia media. Biaya eksplisit sebesar Rp. 11.113.868/usahatani (Rp. 28.255.595/ha), biaya implisit sebesar Rp. 1.390.178/usahatani (Rp. 3.534.351/ha), total biaya (TC) sebesar Rp. 12.504.046/usahatani (Rp. 31.789.954/ha). Penerimaan total sebesar Rp. 28.304.500/usahatani (Rp. 71.960.593/ha), pendapatan sebesar Rp. 17.190.633/usahatani (Rp. 43.704.998/ha). Kuntungan adalah sebesar Rp. 15.800.454/usahatani (Rp. 40.170.647/ha). Nilai RCR (Revenue Cost Ratio) adalah sebesar 2,26 atau lebih dari 1, artinya usahatani bawang daun di Kelurahan Landasan Ulin Utara menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Strategi Pengembangan Usaha Bawang Goreng (Studi Kasus pada Bawang Goreng Mak Yem) Maulida Kartika Dwi Utami; Hairin Fajeri; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i4.1961

Abstract

Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi kekuatan Mak Yem, kelemahan Mak Yem, peluang  Mak Yem, dan ancaman Mak Yem serta menyusun dan merumuskan strategi pengembangan usaha pada Mak Yem. Metode yang digunakan dalam penelitian strategi pengembangan usaha bawang goreng ini adalah metode analisis SWOT (strengths‚ weaknesses‚ opportunities‚ threats). Hasil penelitian ini adalah hasil analisis matriks faktor strategi internal (IFAS)‚ faktor strategi yang merupakan kekuatan bagi Mak Yem adalah hubungan sangat baik dengan pelanggan (0‚34086). Sedangkan faktor strategi yang merupakan kelemahan bagi Mak Yem adalah kemasan produk bawang goreng dari plastik terlihat sama dengan produk produsen lain (0‚06462). Hasil analisis matriks faktor strategi eksternal (EFAS)‚ faktor strategi yang merupakan peluang bagi Mak Yem adalah pelanggan tetap yang banyak (0‚4596). Sedangkan faktor strategi yang merupakan ancaman bagi Mak Yem adalah pembeli bebas menentukan membeli bawang goreng yang ada di pasaran (0‚1104). Hasil analisis matriks internal eksternal (IE) menggambarkan Mak Yem  pada kuadran I yaitu strategi pertumbuhan (growth strategy). Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan Mak Yem‚ baik dalam aset Mak  Yem‚ penjualan Mak Yem‚ keuntungan Mak Yem maupun kombinasi dari ketiganya. Hal tersebut dapat dicapai dengan strategi pengembangan usaha yaitu  pengembangan pasar, penetrasi pasar, dan pengembangan produk. Hasil analisis matriks SWOT mengindikasikan bahwa strategi pengembangan usaha Mak Yem berada pada kuadran I yang berarti lebih dikonsentrasikan pada strategi SO yaitu strategi yang menggunakan kekuatan-kekuatan internal Mak Yem untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar Mak Yem dengan cara mendukung kebijakan pertumbuhan Mak Yem yang agresif (growth oriented strategy). Berikut strategi SO sesuai dengan faktor strategi Mak Yem yang ada yaitu memperluas pasar baru untuk meningkatkan penjualan bawang goreng‚ mengoptimalkan saluran distribusi Mak Yem yang ada dalam penyampaian bawang goreng dari Mak Yem ke konsumen‚ memanfaatkan sosial media untuk promosi dan berjualan secara online dengan intensif‚ melakukan pencatatan keuangan yang jelas dan tepat.Kata kunci: SWOT, internal, eksternal, pertumbuhan, pengembangan
Analisis Finansial Usaha Pengolahan Kopi Bubuk di Desa Jati Baru Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar (Studi Kasus Usaha Kopi Bubuk Ibu Patimah) Muhammad Guntur Akbar; Rifiana Rifiana; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 5, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v5i3.5917

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu: menganalisis biaya, penerimaan, keuntungan, nilai tambah, kelayakan usaha Ibu Patimah, titik  impas, dan mendeskripsikan permasalahan-permasalahan dalam usaha pengolahan kopi bubuk Ibu Patimah. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan berlokasi di tempat produksi kopi bubuk milik Ibu Patimah di Desa Jati Baru RT 02, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh biaya total selama bulan Februari 2021 sebesar Rp137.167.944 dengan biaya tetap Rp1.361.944, dan biaya variabel Rp135.806.000. Jumlah peneriman sebesar Rp236.000.000 dengan keuntungan Rp 98.832.056. Nilai tambah kopi bubuk original Rp 59.715.175 atau Rp 23.326/kg. Nilai tambah kopi bubuk rasa jahe Rp10.464.396 atau Rp 32.701/kg sedangkan nilai tambah kopi bubuk campur jagung Rp 28.652.482 atau Rp14.326/kg. Tingkat kelayakan usaha sebesar 1,721 yang berarti usaha layak untuk diteruskan secara finansial. Titik impas kopi bubuk original tercapai pada 30,2674 kg dengan harga Rp36.674/kg dan penjualan sebesar Rp 1.816.044. Titik impas kopi bubuk rasa jahe tercapai pada 2,70794 kg dengan harga Rp37.299/kg dan penjualan sebesar Rp 189.556. Titik impas kopi bubuk campur jagung tercapai pada 38,218 kg dengan harga Rp15.674/kg dan penjualan sebesar Rp1.146.540. Permasalahan usaha yaitu ketersediaan biji kopi yang tidak menentu, penipuan pengadaan bahan baku, pencatatan keuangan tidak teratur, kemasan masih tradisional, dan tidak mempunyai logo usaha.
Peran Penyuluh Pertanian terhadap Peningkatan Produksi Jagung di Desa Batu Tungku Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut Adhitya Agung Saputra; Masyhudah Rosni; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v6i1.5989

Abstract

Usaha tani jagung merupakan salah satu komoditas yang paling diminati sehingga perlu meningkatkan produksi jagung untuk memenuhi permintaan, sehingga peran penyuluh disini sangat penting untuk peningkatan produksi jagung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi jagung di Desa Batu Tungku Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batu Tungku Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Februari 2021 sampai dengan Juni 2021. Kaidah penetapan responden yang dipakai di pengkajian adalah memakai kaidah simple random sampling dimana semua Petani Jagung Batu Tungku adalah populasi yang bersifat homogen sehingga diambil sebanyak 30 untuk mewakili populasi. Tugas Peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator dalam rangka memfasilitasi kebutuhan petani dalam hal penyediaan saprodi, mendapatkan benih unggul, mencari mitra untuk menjual jagung, membantu menyediakan pupuk bersubsidi, pengendalian hama dan penyakit, dan membantu petani untuk mendapatkan alat atau sarana kegiatan panen telah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi dalam hal bantuan modal, sistem pengairan lahan, penjualan ke pakan ternak, dan pendampingan pada saat pasca panen masih kurang maksimal. Selain itu, tugas peran penyuluh sebagai edukator dalam pemberian pengetahuan tentang teknik pengairan lahan, pengetahuan cara pengolahan pada tanaman jagung sebelum proses penanaman, pengetahuan atau informasi tentang bibit jagung yang unggul dan tujuan mengapa harus memakai bibit unggul, memberikan pengetahuan tentang cara mengendalikan hama dan memberikan ide atau gagasan baru kepada petani untuk meningkatkan produksi jagung sudah terlaksana dengan baik. Namun, dari pengetahuan tentang penanganan pasca panen, informasi pasar untuk memasarkan hasil panen, dan tentang mendemonstrasikan cara memilih saprodi yang baik (bibit, pupuk, pestisida, peralatan), dan cara panen maupun tanam untuk meningkatkan produksi jagung belum terlaksana.
Strategi Komunikasi Bisnis untuk Mencapai Tujuan Pemasaran (Studi Kasus Outlet Kebonan Mas Untung Banjarbaru) Intan Lorenza Septiani BR Sinaga; Luki Anjardiani; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v5i1.6023

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi bisnis pada Outlet Kebonan Mas Untung Banjarbaru dengan menggunakan marketing mix, Product, Price, Place, dan Promotion. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2020, dengan metode studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan dengan Post Positivisme. Kemudian untuk menentukan jumlah informan 8 orang yang dianggap bisa memberikan informasi mendalam. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi dengan pihak Outlet Kebonan Mas Untung Banjarbaru, dengan key informan dan informan pendukung. Hasil penelitian terhadap Place, pada Outlet Kebonan Mas Untung Banjarbaru karena lokasi yang dianggap pas dan strategis, karena berada di tengah kota. Pada strategi Price Outlet Kebonan Mas Untung Banjarbaru menetapkan berdasarkan biaya produksi, agar harga yang ditawarkan bisa dijangkau konsumen yang menginginkan produk organik, Pada strategi Product Outlet Kebonan Mas Untung Banjarbaru memiliki keanekaragaman produk yang tersedia bagi konsumen, dan pada strategi Promotion Outlet Kebonan Mas Untung Banjarbaru menggunakan media sosial berupa Instagram dan Whatssapp.
Kearifan Lokal Sistem Perladangan Gilir Balik Masyarakat di Desa Belangian Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Hadriansyah Hadriansyah; Luthfi Fatah; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v1i1.766

Abstract

Perladangan gilir balik, masalah utama dalam kegiatan perladangan gilir balik adalah masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan kebakaran hutan, begitu pula dengan masyarakat Desa Belangian Kecamatan Aranio yang menggunakan sistem perladangan gilir balik pada pertanian mereka. Sistem ini disamakan dengan sistem ladang berpindah meskipun sebutannya gilir balik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau mengetahui komponen dan kegiatan pada sistem perladangan gilir balik dari tahap persiapan hingga tahap terakhir, kemudian mengidentifikasi kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat Desa Belangian pada sistem perladangan gilir balik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belangian Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dimana data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara langsung dengan masyarakat peladang, data sekunder didapat melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber. Perladangan gilir balik merupakan sistem bercocok tanam yang dilakukan masyarakat lokal secara berpindah dari satu bidang tanah atau ladang ke bidang tanah yang lain sampai kembali ke ladang yang semula ditanami, pembukaan ladang dilakukan dengan cara menebang dan membakar sebagian hutan untuk membuat lahan. Perladangan gilir balik yang dilakukan oleh masyarakat Desa Belangian berlangsung selama 3-4 tahun masa bera, namun tidak menutup kemungkinan masa bera lahan hanya selama 2 tahun jika lahan tersebut sudah memungkinkan untuk dikelola kembali. Tahapan dalam proses perladangan gilir balik meliputi: manabas, batabang, manyalukut, manyamprot, manugal, marumput, dan bagumba. Kearifan lokal dari kegiatan perladangan gilir balik meliputi kearifan lokal terhadap ekologi/konservasi, kearifan lokal terhadap ketahanan pangan dan kearifan lokal terhadap kondisi sosial dan budaya.Kata kunci: perladangan gilir balik, kearifan budaya lokal.
Kajian Agribisnis Komoditas Tape di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar (Studi Kasus di Industri Rumah Tangga “Tape Ibu Hamimah”) Mega Indah Sephia; Yusuf Azis; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v5i2.5970

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan tape dikaji berdasarkan aspek agribisnis dari perolehan bahan baku serta proses pembuatan hingga proses pengemasan pada usaha industri rumah tangga tape, mengetahui besar biaya penerimaan dan pendapatan pada usaha industri rumah tangga tape, mengetahui saluran pemasaran pada usaha industri rumah tangga tape. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pematang Panjang Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar pada Bulan November 2020 - Februari 2021. Dari segi Agribisnis untuk menelusuri prosesnya perolehan bahan baku utama tape ketan hijau dan ketan hitam di dapat dari pasar setempat yang mana distributornya tidak menentu, sedangkan bahan baku utama pada tape singkong diperoleh dari petani singkong setempat. Proses produksi tergantung pada jenis tape yang dibuat dengan rentang waktu 7-9jam. Biaya total yang dikeluarkan dalam Industri Rumah Tangga Tape Ibu Hamimah dalam satu bulan produksi sebesar Rp46.232.802,94 dengan total penerimaan sebesar Rp56.160.000,00 serta pemasukan yang diperoleh sebesar Rp9.927.197,06. Saluran pemasaran pada Industri Rumah Tangga Tape Ibu Hamimah terdapat 16 pemasar yang tersebar di berbagai daerah antara lain, Balikpapan, Samarinda, Kotabaru, Palangkaraya, Pagatan, Kasongan, Kalua, Tanjung, Kintap serta Gambut. Selain itu Ibu Hamimah juga menjual langsung tape hasil produksinya pada toko yang terdapat di halaman rumah serta menjualnya melalui aplikasi Go Food jika ada produk tape yang tersisa serta pemasaran lainnya melalui media sosial Instagram.