Claim Missing Document
Check
Articles

STRUCTURE, CONDUCT, AND PERFORMANCE OF NUCLEUS ESTATE AND SMALLHOLDER (NES) SCHEME IN OIL PALM SECTOR IN SOUTH KALIMANTAN Hamdani Hamdani; Nuri Dewi Yanti; Nina Budiwati
TROPICAL WETLAND JOURNAL Vol 2 No 3 (2016): Tropical Wetland Journal
Publisher : Postgraduate Program - Lambung Mangkurat University (ULM Press Academic)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/twj.v2i3.35

Abstract

The purpose of this study was to analyze the structure, conduct, and performance of the nucleus estate and smallholder (NES) scheme in oil palm sector. The results showed that the conduct of partners in partnership generally was in accordance with the functions/tasks, rights and obligations regulated by the local government on the the nucleus estate and smallholder oil palm project. The market structure tended to be not competitive and the partnership system with the nucleus estate and smallholder (NES) scheme did not provide similar profits where the bargaining position of plasma farmers (smallholders) was relatively lower compared with that of the business partners (nucleus estates). Non-competitive market structure did not affect the transaction mechanism of Fresh Fruit Bunches (FFB) products from plasma plantations to necleus estates.
Efisiensi Harga (Alokatif) pada Usahatani Tomat di Desa Rantau Keminting Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Akhmad Zulfa; Abdurrahman Abdurrahman; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 6, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v6i3.7792

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji banyak faktor yang mempengaruhi produksi tomat dan menilai implikasi harga pasar dari faktor-faktor yang digunakan oleh petani dalam memanen tomat untuk konsumsi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rantau Keminting Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah dari bulan Maret 2021 sampai dengan Desember 2021. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, benih, pupuk anorganik, pupuk organik, pestisida dan tenaga kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode acak sederhana (simple random sampling) sebanyak 60 orang dari jumlah populasi petani 97 orang dijadikan sebagai responden dengan pertimbangan bahwa kondisi populasi relatif homogen pada luasan lahan usahatani tomat. Adapun metode pengumpulan data adalah dengan melakukan wawancara kepada petani sampel sebagai responden dengan menggunakan alat bantu daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya. Hasil analisis menggunakan Cobb-Douglas dalam fungsi produksi didapat bahwa hasil pengujian menggunakan taraf α yang berbeda- beda, pada luas lahan, pupuk organik, pestisida, dan tenaga kerja signifikan pada taraf uji α = 0,01. Benih signifikan pada taraf uji α = 0,05. Pupuk anorganik signifikan pada taraf uji α = 0,10, sehingga dapat diputuskan menolak H0 dan menerima H1 yang berarti bahwa semua faktor produksi yang digunakan berpengaruh nyata pada produksi tomat Hasil pengujian menggunakan analisis efisiensi alokatif pada usahatani tomat, didapat bahwa faktor produksi benih, pupuk anorganik, pupuk organik, dan tenaga kerja di daerah tersebut sudah mencapai tahap efisien. Sedangkan penggunan luas lahan tidak efisien sehingga input harus dikurangi penggunaanya (ki < 1). Sedangkan faktor produksi pestisida belum efisien sehingga penggunaan inputnya harus ditambah (ki > 1).
PERBANDINGAN PENDAPATAN BERSIH PETANI KARET LUMP PENGGUNA PEMBEKU DEORUB DAN NON-DEORUB DI DESA KARUH KECAMATAN BATUMANDI KABUPATEN BALANGAN Nabawi Nabawi; Abdussamad Abdussamad; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 2, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v2i4.664

Abstract

Pada era sekarang karet yang di hasilkan petani memiliki mutu yang kurang baik karena tidak menggunakan bahan pembeku yang direkomendasikan melainkan pupuk, tawas, gadung dan pembeku lainnya yang mudah di dapat oleh petani. Rendahnya mutu karet yang dihasilkan petani salah satu penyebab turunnya harga yang membuat pendapatan petani karet juga menurun. Salah satu pembeku lateks yang direkomendasikan oleh pemerintah selain asam semut ialah deorub (asap cair) yang terbuat dari cangkang sawit, pembekuan. dengan deorub memiliki keunggulan antara lain tidak menimbulkan bau busuk dan dapat meningkatkan kadar karet kering (K3). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui biaya, pendapatan bersih petani karet lump pengguna deorub dan non deorub, untuk mengetahui perbandingan pendapatan bersih petani lump pengguna deorub dan non deorub, untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh petani karet lump di Desa Karuh. Data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode secara sensus untuk petani pengguna deorub dan simple random sampling untuk petani non deorub (pupuk SP 36) dengan memilih 50 responden di Desa Karuh Kecamatan Batumandi. Analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian dalam jangka waktu satu bulan rata-rata biaya total petani karet dengan zat penggumpal deorub sebesar Rp 945.093/ha/bulan dengan penerimaan sebesar Rp 1.846.732/ha/bulan dan pendapatan bersih sebesar Rp 901.639/ha/bulan. Sedangkan untuk rata-rata biaya total petani karet non deorub (pupuk SP 36) dalam jangka waktu satu bulan sebesar Rp 1.119.718/ha/bulan dengan penerimaan sebesar Rp 1.896.683/ha/bulan dan pendapatan bersih sebesar Rp 776.965/ha/bulan. Perbandingan pendapatan bersih petani lump pengguna zat penggumpal deorub dan non deorub (pupuk SP 36). Pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan uji satu arah (one tail) sehingga nanti yang dilihat yaitu. one tail, Hasil ini menunjukkan bahwa nilai statistik t yang diperoleh adalah 1.277, dan nilai p‐value pengujian adalah 0.104. Dengan menggunakan kaidah pengambilan keputusan berdasarkan p‐value, maka pada α=0.05 maka dapat disimpulkan terima H dan tolak H yang berarti tidak ada perbedaan pendapatan bersih petani karet lump pengguna deorub dan non deorub.Kata kunci: pendapatan bersih, petani karet, deorub, non deorub
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN KARANG INTAN, KABUPATEN BANJAR Widhi Wikarno; Abdussamad Abdussamad; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v4i2.2775

Abstract

Pulau Kalimantan merupakan penghasil karet terbesar ke dua di Indonesia tetapi dari segi produktivitas lebih rendah dari pada Pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Selain produksi yang belum optimal dan kualitas bahan olahan karet (Bokar) yang belum standar mengakibatkan rendahnya harga yang diterima petani. Tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usahatani yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor (lama penyimpanan, umur tanaman, frekuensi penyadapan, jumlah tanaman, dan jenis cairan pembeku) yang mempengaruhi pendapatan petani karet rakyat dan kendala yang dihadapi petani dalam mendapatkan deorub di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Responden sebanyak 30 orang di Desa Mandikapau Barat dan 30 orang di Desa Sungai Alang. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan yaitu lama penyimpanan, umur tanaman, jumlah tanaman, frekuensi penyadapan dan dummy secara bersama – sama atau simultan sangat nyata atau signifikan mempengaruhi pendapatan petani karet. Namun, berdasarkan uji t menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani karet yaitu variabel umur tanaman, jumlah tanaman, frekuensi penyadapan dan variabel dummy, sedangkan untuk variabel lama penyimpanan tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil yang kedua menunjukan dalam mendapatkan deorub di Kecamatan Karang Intan masih terdapat kendala karena jarang ada yang menjual di toko pertanian  atau kios pengecer di daerah tersebut dan harga deorub di pabrikan juga tidak murah. Tetapi untuk di Desa Mandikapau Barat sudah tidak sulit karena sekarang memiliki alat produksi sejenis deorub sendiri sehingga mandiri dalam menyediakan cairan pembeku, sehingga membantu petani dalam memenuhi kebutuhan cairan pembeku.Kata kunci: pendapatan, karet rakyat, cairan pembeku
Analisis Nilai Tambah Tahu Bakso Crispy 25 di Loktabat Selatan Kota Banjarbaru (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Bapak Nurul Huda) Rajif Abirawa Prabowo; Nuri Dewi Yanti; Eka Radiah
Frontier Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i4.1965

Abstract

Agroindustri dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, salah satunya industri pertanian yang kegiatannya terkait dengan sektor pertanian. Keterkaitan tersebut menjadi salah satu ciri dari Negara berkembang yang strukturnya mengalami transformasi dari ekonomi pertanian (agriculture) menuju industri pertanian (agroindustri). Wujud keterkaitan ini adalah sektor pertanian sebagai industri yang meningkatkan nilai tambah pada hasil pertanian menjadi produk yang kompetitif. Adanya nilai tambah terhadap penjualan Tahu Bakso Crispy 25, didasari oleh perbedaan harga jual antara tahu pong dan tahu bakso crispy. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskriptifkan pengolahan Tahu Bakso Crispy 25, mengetahui besarnya biaya dan penerimaan pada usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25, mengetahui besarnya keuntungan dan nilai tambah dari usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25 tersebut. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif digunakan untuk menceritakan cara pengolahan Tahu Bakso Crispy 25, besarnya biaya total, penerimaan, besarnya keuntungan dan nilai tambah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa produksi Tahu Bakso Crispy 25 selama periode produksi mencapai 1.588/bungkus. Kemudian untuk penerimaan usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25 selama 2 minggu periode produksi sebesar Rp15.880.000 dengan total biaya sebesar Rp12.509.964. Kemudian keuntungan sebesar Rp3.370.036. Selanjutnya untuk nilai tambah yang diperoleh dalam usaha pengolahan Tahu Bakso Crispy 25 sebesar Rp9.554.000.Kata kunci: total biaya, penerimaan, keuntungan, nilai tambah, Tahu Bakso Crispy 25
Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar Ahmad Sibawaihi; Nuri Dewi Yanti; Sadik Ikhsan
Frontier Agribisnis Vol 8, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v8i3.13595

Abstract

Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan penyelenggaraan usahatani padi, untuk menganalisis biaya produksi dan penerimaan petani dari usahatani padi, dan untuk menganalisis pendapatan petani dari usahatani padi sawah di Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan langsung dari lapangan dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara dengan petani yang melakukan usahatani padi. Sedangkan data sekunder adalah informasi yang digunakan untuk mendukung analisis yang lebih mendalam dari topik yang dibahas. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode survei. Desa yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Desa Akar Baru dan Desa Akar Begantung dengan alasan kedua desa ini yang paling banyak jumlah petani di Kecamatan Martapura Timur. Populasi kedua desa ini adalah 335 orang petani. Adapun jumlah petani contoh sebanyak 40 orang petani yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Untuk mendeskripsikan penyelenggaraan usahatani padi, dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk menganalisis pendapatan usahatani dilakukan perhitungan yaitu selisih peneriman dengan biaya produksi. Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata biaya eksplisit usahatani sebesar Rp 2.411.986/UT. Rata-rata produksi padi 1.093,22 kg/UT. Dengan harga jual Rp 9.038/kg, maka rata- rata penerimaan usahatani sebesar Rp 9.879.946/UT. Adapun pendapatan usahatani adalah hasil pengurangan penerimaan dengan biaya eksplisit yaitu Rp 9.879.946 - Rp 2.411.986 = Rp 7.467.960/UT.
Struktur Biaya dan Keuntungan Usahatani Jagung Hibrida di Desa Batu Tungku Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut Abdur Rohim; Rifiana Rifiana; Nuri Dewi Yanti
Frontier Agribisnis Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v5i1.5954

Abstract

Salah satu tanaman yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan di daerah yang bukan merupakan basis padi dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga yaitu tanaman palawija, dimana salah satu tanaman tersebut adalah jagung hibrida. Batu Tungku merupakan daerah dengan produktivitas tertinggi jagung di Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut pada Tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur biaya, penerimaan dan keuntungan petani jagung hibrida. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2019 sampai Januari 2020. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja sedangkan 60 sampel dipilih secara proportional stratified random sampling berdasarkan luas lahan yang petani gunakan untuk berusahatani jagung hibrida. Hasil penelitian menunjukkan struktur biaya usahatani jagung hibrida di Desa Batu Tungku terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Rincian per usahataninya untuk rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan sebesar 5,26% yang terdiri dari: pajak lahan (0,04%), sewa lahan (4,44%), penyusutan alat (0,78%), kemudian biaya variabel sebesar 94,74% yang terdiri dari: benih (7,92%), sewa alsintan (6,60%), tenaga kerja (35,74%), kapur (0,10%) pupuk (36,47%), obat-obatan (4,53%), dan perlengkapan (3,37%). Sehingga rata-rata biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan dengan perbandingan 19:1 dari rata-rata biaya total yang dikeluarkan. Rata-rata penerimaan usahatani yang diterima petani jagung hibrida Rp42.399.167/usahatani (Rp14.876.901/ha) dengan rata-rata biaya total yang dikeluarkan Rp34.405.588/usahatani (Rp12.072.136/ha), sehingga rata-rata keuntungan yang diperoleh petani masing-masing sebesar Rp7.993.578/usahatani (Rp2.804.764/ha).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Cabai Rawit (Capsicum fretescens L.) di Kabupaten Tabalong Irna Sari; Nuri Dewi Yanti; Taufik Hidayat
Frontier Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i4.1937

Abstract

Cabai termasuk salah satu komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, karena peranannya yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai komoditi ekspor dan industri. Di Kalimantan selatan produktivitas cabai rawit mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016, sedangkan di Kabupaten Tabalong produktivitas tanaman cabai rawit mengalami penurunan dan menempati produktivitas terendah di Kalimantas Selatan. Produktivitas dipengaruhi oleh luas tanam dan produksi, produksi usahatani sangat erat kaitanya dengan pengunaan faktor produksi. Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui pengaruh pemakaian faktor produksi (input) pada usahatani cabai rawit, menghitung elastisitas produksi masing input (luas lahan, bibit, pupuk organik, pupuk anorganik, obat-obatan dan tenaga kerja) serta menentukan return to scale usahatani cabe rawit. Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan menggunakan fungsi produksi tife Cobb-Douglas. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan faktor produksi diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,963. Secara simultan faktor input (lahan, bibit, kotoran hewan, pupuk anorgani, pestisida dan pekerja) mempengaruhi secara benar hasil produksi usahatani cabai rawit. Secara individu faktor produksi lahan, kotoran hewan, pestisida dan pekerja signifikan mempengaruhi produksi cabai rawit sedangkan bibit dan kotoran hewan tidak berpengaruh. Nilai koefisien elastisitas lahan (0,313), bibit (0,010), kotoran hewan (0,066), pupuk anorganik (0,096), pestisida (0,073) dan pekerja (0,598). Selanjutnya berdasarkan hasil return to scale produksi cabai rawit berada dalam keadaan skala meningkat (increasing returnato scale) dengan nilai 1,156.Kata kunci : usaha tani cabai rawit, faktor produksi, elastisitas, return to scale
Analisis Usaha Industri Kerupuk Beras Skala Rumah Tangga di Desa Sungai Batang Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Nor Winda Wardani; Nuri Dewi Yanti; Djoko Santoso
Frontier Agribisnis Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i3.10322

Abstract

Kerupuk beras adalah salah satu cemilan yang digemari oleh masyarakat yang dapat dikonsumsi sebagai lauk pauk bersama nasi, dengan harga yang terjangkau sehingga mudah untuk didapat semua kalangan. Kerupuk beras mempunyai rasa yang lezat, gurih dengan berbagai varian rasa seperti rasa jeruk, pedas, udang sehingga banyak disukai setiap kalangan baik anak- anak maupun orang dewasa. Analisis usaha industri kerupuk beras di Desa Sungai Batang Kecamatan Martapura Barat bagi produsen kerupuk beras sangat penting dalam menjalankan usahanya untuk meningkatkan keuntungan dan mengembangkan usahanya. Namun kenyataannya produsen kerupuk beras kurang dalam memperhatikan besarnya biaya, penerimaan, maupun keuntungan ataupun nilai tambah dari industri kerupuk beras. Oleh sebab itu, dirasa perlu untuk melakukan kajian berkenaan dengan biaya, penerimaan, keuntungan usahanya maupun nilai tambah dari industri kerupuk beras. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Martapura Barat yaitu di Desa Sungai Batang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021. Penarikan contoh dilakukan dengan metode sensus, dari populasi yang berjumlah 20 orang yang dijadikan responden yang diambil dari 2 kelompok pengrajin pengolahan kerupuk beras. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata- rata biaya total, yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk beras per bulannya adalah Rp 1.515.669. Rata– rata penerimaan, yang diperoleh pengrajin kerupuk beras per bulan sebesar Rp 2.615.000. Rata-rata, keuntungan, yang diperoleh pengrajin kerupuk beras per bulannya sebanyak Rp 1.009.331 dan nilai tambah pada usaha pengolahan kerupuk beras didapat rata- rata sebesar Rp 36.095.11 per kg.
KOMPARASI PENDAPATAN BERSIH USAHATANI PADI VARIETAS LOKAL DAN VARIETAS UNGGUL DI DESA TAMBAK SARINAH KABUPATEN TANAH LAUT Ria Sartika; Nuri Dewi Yanti; Usamah Hanafie
Frontier Agribisnis Vol 1, No 4 (2017)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v1i4.632

Abstract

Padi varieats unggul diketahui mampu menghasilkan produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan padi varietas lokal sehingga diharapkan mampu unutk memenuhi kebutuhan pangan nasional dan juga mampu meningkatkan pendapatan petani. Namun sebagian besar petani di Desa Tambak Sarinah masih enggan melaksanakan usahatani varietas unggul karena biaya yang lebih besar, serangan hama yang tinggi dan harga yang lebih murah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan usahatani dan perbandingan pendapatan usahatani padi vaietas lokal dan varietas unggul serta kendala apa saja yang dihadapi petani dalam melaksanakan usahatani padi varietas unggul. metode yang digunakan adalah hipotesis statistika dengan rumus Uji T. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa biaya ekplisist usahatani padi varietas lokal Rp. 5.117.178 dan Rp5.827.197 untuk padi vareitas unggul. Biaya implisit usahatani padi varietas lokal Rp. 4.578.212 dan Rp. 6.128.583 untuk varietas unggul. Rata – rata produksi untuk varietas lokal 1.526 kg dengan harga jual Rp. 7.500/kh dan untuk varietas unggul berjumlah 2.334 kg dengan harga jual Rp. 5.000/kg. adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitupendapaan petani varietas lokal Rp. 6.327.822/usahatani dan Rp. 5.842.803/usahatani. Untuk perbandingan pendapatan dengan uji T, diketahui bahwa Berdasarkan Kriteria pengambilan keputusannya dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05 maka diketahui bahwa ttabel memiliki nilai 2,042. Dengan analisis statistika Uji T berikut, diketahui bahwa thitung  = 1,227 dan ttabel = 2,042 sehingga thitung < ttabel  maka ditarik kesimpulan terima H1 dan H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan pendapatan antara usahatani padi varietas lokal dan varietas unggul dimana varietas lokal memberikan nilai pendapatan yang lebih besar. Kendala yang dihadapi petani dalam melakasanakan usahatani padi varietas unggul yaitu minimnya tenaga kerja, serangaan hama yang sangat terutama burung dan tikus, biaya yang besar dan minimnya modal usahatani.Kata kunci: Komparasi, pendapatan, usahatani, varietas unggul, varietas lokal