Masyhudah Rosni
Program Studi Agribisnis/Jurusan SEP, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat

Published : 61 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS USAHA TANI PADI MASYARAKAT DAYAK PITAP DENGAN SISTEM PERLADANGAN GILIR BALIK DI DESA LANGKAP KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Mahmudah Mahmudah; Masyhudah Rosni; Hairi Firmansyah
Frontier Agribisnis Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i3.10358

Abstract

Pertanian menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakatadat. Salah satu daerah di Kalimantan Selatan yang pengelolaanusaha tani masih bergantung pada kondisi alam serta adat budayaturun temurun adalah masyarakat Dayak Pitap di Balangan. Dalamkehidupan masyarakat tanaman padi sangat penting dan dimuliakan,pola pertanian padi dilakukan dengan perladangan gilir baliksehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaranseharusnya, biaya, penerimaan, pendapatan, kelayakan sertapermasalahan yang dihadapi oleh petani padi perladangan gilirbalik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Langkap KecamatanTebing Tinggi pada bulan Juni 2022 hingga Maret 2023. Jumlahresponden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 petanidan dipilih dengan teknik acak sederhana (simple randomsampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perladangangilir balik memiliki tahapan yang teratur yaitu batirau, batabas,batabang, manyalukut, manugal, pemeliharaan, pengendalian hamadan penyakit dan penyakit, mangatam, aruh bamula, merapai ataubairik, aruh pasid atau aruh babuat dan aruh bawanang. Biaya totalyang diperlukan dalam usaha tani padi terdiri dari biaya eksplisitdan biaya implisit yakni sebesar Rp 7.502.569,00/usahatani danRp 20.623.500,00/usahatani sehingga diperoleh biaya total sebesarRp 28.126.069,00/usahatani. Penerimaan usaha tani padi sebesarRp 28.440.000,00/usahatani. Pendapatan usaha tani padi sebesarRp 20.937.431,00/usahatani. Berdasarkan perbandingan antarabiaya dengan penerimaan diperoleh nilai RCR sebesar 1,01 yangberarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh petani akandiperoleh penerimaan sebesar Rp 1,01 dengan kata lain usaha tanipadi dengan perladangan gilir balik ini layak atau menguntungkanuntuk diusahakan. Selanjutnya untuk permasalahan yang dihadapipetani yaitu hama dan penyakit, cuaca ekstrem, sengketa lahan danperembetan saat pembakaran.
Analisis Rantai Pasok dan Pemasaranan Komoditas Bayam (Amaranthus Sp) di Kelurahan Guntung Payung Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Winda Noor Amalia; Masyhudah Rosni; Muhammad Husaini
Frontier Agribisnis Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i2.801

Abstract

Kelurahan guntung payung sebagai salah satu daerah pertanian di kota Banjarbaru, selain itu salah satu daerah yang memproduksi sayuran, juga salah satu daerah mengkonsumsi sayuran, sehingga rantai pasok dan pemasaranan sayuran menjadi hal yang sangat penting untuk di analisis, agar tingkat ketahan pangan di Kelurahan ini dapat terjaga dan dapat di tingkatkan. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem rantai pasok dan sistem pemasaranan komoditas sayuran bayam. Metode penarikan contoh dengan proportionated random sampling dan snowball sampling. Analisis data yang digunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan konsumen melakukan pembelian 3 - 4 kali seminggu, menyediakan produk dengan benar dapat tergambar dengan karakteristik petani yang sangat baik, setiap rantai pemasaranan sudah memiliki fungsi sebagai mana mestinya mulai dari petani sebagai produsen, pedagang pengumpul, hingga pengecer, logistik dan distribusi yang memadai sudah berjalan dengan baik, komunikasi dan informasi yang masih belum lancar, hubungan yang efektif antar pelaku rantai pasok terdapat lima sub sistem dalam sistem agribisnis, yaitu mulai dari sub-sistem hulu, sub-sistem usahatani, sub-sistem hilir, sub-sistem pemasaranan dan sub-sistem penunjang. Saluran pemasaranan komoditas sayuran bayam memiliki 4 saluran pemasaranan. Saluran 1, margin yang diperoleh Rp 1.500 /ikat, bagian harga yang diterima petani sebesar 100%, pada saluran ini tidak ada lembaga pemasaran. Saluran 2, margin yang diperoleh Rp 250 /ikat, bagian harga yang diterima petani sebesar 83,33%, sedangkan keuntungan yang diterima pedagang pengumpul sebesar Rp 172,42 /ikat. Saluran 3, margin yang diperoleh Rp 1.750 /ikat, bagian harga yang diterima petani sebesar 41,67%, sedangkan keuntungan yang diterima lembaga pemasaranan (pedagang pengumpul sebesar Rp 172,42 /ikat dan pedagang sayur keliling sebesar Rp 1.300 /ikat). Saluran 4, margin yang diperoleh Rp 750 /ikat, bagian harga yang diterima petani sebesar 62,50%, sedangkan keuntungan yang diterima lembaga pemasaranan (pedagang pengumpul sebesar Rp 172,42 /ikat dan pedagang lapak tetap sebesar Rp 280,71 /ikat).Kata kunci: rantai pasok, pemasaranan, bayam, guntung payung
Analisis Finansial Usaha Kue Tradisional Apam Barabai di Desa Bulau Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Novie Noor Anissa; Kamiliah Wilda; Masyhudah Rosni
Frontier Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i4.2115

Abstract

Abstrak. Pada wilayah Kecamatan Barabai banyak industri yang mengolah hasil komoditi daerah yang digunakan untuk kebutuhan sendiri atau diperjualbelikan. Industri rumah tangga yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah kue tradisional apam Barabai. Kue tradisional apam Barabai merupakan kue basah yang dibuat dari tepung beras, santan, gula merah/putih dan tape singkong. Makanan ini berbentuk bulat, berwarna merah kecoklatan atau putih, untuk apam berwarna merah menggunakan gula merah untuk rasanya dan untuk apam yang putih tidak menggunakan gula merah. Usaha dibidang apam Barabai ini tergolong dalam perusahaan perseorangan yang masuk dalam kategori industri rumah tangga. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar biaya, penerimaan dan keuntungan dari usaha kue tradisional apam Barabai, mengetahui titik impas serta mengetahui kelayakan usaha dari usaha kue tradisional apam Barabai. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode sensus. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha kue tradisional apam Barabai di Desa Bulau Kecamatan Barabai. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 12 orang pengusaha. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa  biaya total yang dikeluarkan oleh pengusaha adalah sebesar Rp4.270.491,00 yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp84.867,00/periode (satu bulan) dan biaya variabel Rp4.185.624,00/periode (satu bulan). Penerimaan yang diterima sebesar Rp7.224.667,00/periode (satu bulan) dengan  produksi yang dihasilkan selama satu bulan sebanyak 903,08333 bungkus dan harga jual Rp8.000,00/bungkus dan keuntungan yang didapat adalah sebesar Rp2.954.175,00/periode (satu bulan). Titik impas (break event point) berdasarkan jumlah yang harus dihasilkan adalah minimal sebanyak 25 bungkus dan berdasarkan jumlah penjualan (dalam rupiah) adalah Rp201.776,00/periode (satu bulan). Usaha ini layak secara finansial dengan hasil sebesar 1,69 karena RCR > 1 .Kata kunci: industri rumah tangga, analisis finansial, kue tradisional apam Barabai
Preferensi Konsumen Warga Kota Banjarmasin terhadap Tanaman Keladi Hias (Caladium) Siti Elyana Chandra; Masyhudah Rosni; Luki Anjardiani
Frontier Agribisnis Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i3.10349

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kategori dari tiap-tiap atribut tanaman keladi hias yang menjadi preferensi konsumen di Kota Banjarmasin menggunakan chi-square dan menganalisis urutan atribut tanaman keladi hias yang paling dipertimbangkan konsumen di Kota Banjarmasin menggunakan model sikap multi-atribut fishbein. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah accidental sampling, diperoleh sampel sebanyak 50 responden. Metode pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman keladi hias yang menjadi preferensi konsumen di Kota Banjarmasin ialah tanaman keladi hias dengan warna daun hijau-merah, bentuk daun hati, jumlah daun 4-6, corak daun splash, menggunakan wadah pot, ukuran tanaman sedang (15-30 cm), dan harga tanaman Rp15.000,00-Rp50.000,00. Sedangkan urutan atribut yang paling dipertimbangkan yaitu corak daun, warna daun, harga tanaman, jumlah daun, ukuran tanaman, bentuk daun, dan wadah yang digunakan.
Analisis Kinerja Usaha Industri Pengolahan Pisang di Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin (Studi Kasus Usaha Keripik Pisang “Happy” Binuang) Prayuda Kurniawan; Djoko Santoso; Masyhudah Rosni
Frontier Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i4.2120

Abstract

Abstrak. Perindustrian merupakan kegiatan untuk merubah bentuk dari hasil usaha pertanian sehingga dapat lebih memenuhi kebutuhan manusia. Hasil dari industri pengolahan hasil pertanian dapat berupa makanan yang menjadi kebutuhan manusia, salah satunya adalah keripik pisang dan pisang sale. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja industri pengolahan pisang di Kecamatan Binuang. Tempat yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah perusahaan Keripik Pisang “Happy” Binuang milik Bapak Japar yang memproduksi olahan keripik pisang dan piang sale. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini dilakukan secara observasi partisipatif dan wawancara mendalam (in-depth Interview). Analisis kinerja dilihat berdasarkan komponen yang ada pada kriteria tiga sehat usaha, yaitu sehat organisasi, sehat administrasi, dan sehat usaha. Dalam menentukan kriteria kesehatan usaha, harus diketahui terlebih dahulu penyelenggaraan usaha yang dijalankan oleh perusahaan Keripik Pisang “Happy” Binuang, diantaranya mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, dan keuntungan. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan rata-rata delapan kali produksi dalam satu bulan adalah sebesar Rp11.913.602, dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp16.000.000, maka pendapatan yang diperoleh sebesar Rp5.311.398, serta keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp4.086.398. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha R/C, yaitu perbandingan total penerimaan dengan total biaya produksi yang lebih dari satu, yaitu memiliki angka perbandingan 1,34 atau 1,34 > 1. Berdasarkan hasil penelitian usaha perusahaan Keripik Pisang “Happy” Binuang merupakan usaha yang menguntungkan dan layak untuk diusahakan, namun memiliki kinerja usaha yang belum bisa dikatakan baik, hal ini dikarenakan perusahaan sebagian besar belum berpedoman kepada tiga kriteria sehat dalam menjalankan kegiatan usaha. Dari hasil analisis ketiga kriteria sehat usaha diatas didapat persentase sebesar 35,04%. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan Keripik Pisang “Happy” Binuang secara keseluruhan masuk kedalam ketegori tidak sehat.Kata kunci: analisis kinerja, pisang, keripik pisang, pisang sale
Analisis Usaha Rumah Tangga Olahan Jengkol (Archidendron Pauciflorum) di Desa Pingaran Ilir Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Riya Dewi Afriyanti; Masyhudah Rosni; Kamiliah Wilda
Frontier Agribisnis Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i3.10331

Abstract

Jengkol (Archidendron pauciflorum) adalah salah satu tanaman pangan hortikultura yang memiliki banyak manfaat baik sebagai konsumsi pangan dan sebagai pengobatan. Sehingga jengkol ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Terdapat di salah satu desa tepatnya di Desa Pingaran Ilir usaha rumah tangga olahan jengkol sebanyak 21unit usaha. Tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk seperti apa proses pengolahan jengkol dan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dari usaha rumah tangga olahan jengkol di Desa Pingaran Ilir. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 21 unit usaha rumah tangga pengolahan jengkol yang diambil dengan metode sensus. Pada hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 9 tahapan dalam proses pengolahan jengkol yaitu dimulai dari (1) Perendaman jengkol (2) Pembelahan jengkol (3) Perebusan buah jengkol pertama, (4) Perebusan buah jengkol kedua, (5) Hasil jengkol yang sudah direbus dibuang airnya (6) Pengemasan jengkol, (7) Pemarutan buah kelapa dan pemerasan (8) Pemasakan santan, dan yang terakhir (9) lalaan dari hasil dari pemasakan santan selama kurang lebih lima jam. Biaya total rata- rata yang telah dikeluarkan untuk proses produksi hingga penjualan jengkol adalah sebesar Rp 25.991.888/bulan, sedangkan penerimaan yang diperoleh rata-rata setiap bulannya mencapai Rp 44.471.429. Sehingga diperoleh keuntungan rata-rata usaha pengolahan jengkol ini sebesar Rp 18.479,541/bulan. dengan hasil produksinya sebanyak 721 kg/bulan dan menghasilkan sebanyak 1.200 cangkir/bulan.
Peran Penyuluh Pertanian terhadap Peningkatan Produksi Jagung di Desa Batu Tungku Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut Adhitya Agung Saputra; Masyhudah Rosni; Nurmelati Septiana
Frontier Agribisnis Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v6i1.5989

Abstract

Usaha tani jagung merupakan salah satu komoditas yang paling diminati sehingga perlu meningkatkan produksi jagung untuk memenuhi permintaan, sehingga peran penyuluh disini sangat penting untuk peningkatan produksi jagung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi jagung di Desa Batu Tungku Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batu Tungku Kecamatan Panyipatan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Februari 2021 sampai dengan Juni 2021. Kaidah penetapan responden yang dipakai di pengkajian adalah memakai kaidah simple random sampling dimana semua Petani Jagung Batu Tungku adalah populasi yang bersifat homogen sehingga diambil sebanyak 30 untuk mewakili populasi. Tugas Peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator dalam rangka memfasilitasi kebutuhan petani dalam hal penyediaan saprodi, mendapatkan benih unggul, mencari mitra untuk menjual jagung, membantu menyediakan pupuk bersubsidi, pengendalian hama dan penyakit, dan membantu petani untuk mendapatkan alat atau sarana kegiatan panen telah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi dalam hal bantuan modal, sistem pengairan lahan, penjualan ke pakan ternak, dan pendampingan pada saat pasca panen masih kurang maksimal. Selain itu, tugas peran penyuluh sebagai edukator dalam pemberian pengetahuan tentang teknik pengairan lahan, pengetahuan cara pengolahan pada tanaman jagung sebelum proses penanaman, pengetahuan atau informasi tentang bibit jagung yang unggul dan tujuan mengapa harus memakai bibit unggul, memberikan pengetahuan tentang cara mengendalikan hama dan memberikan ide atau gagasan baru kepada petani untuk meningkatkan produksi jagung sudah terlaksana dengan baik. Namun, dari pengetahuan tentang penanganan pasca panen, informasi pasar untuk memasarkan hasil panen, dan tentang mendemonstrasikan cara memilih saprodi yang baik (bibit, pupuk, pestisida, peralatan), dan cara panen maupun tanam untuk meningkatkan produksi jagung belum terlaksana.
Analisis Usahatani Cabai Besar di Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala Rizqi Amalia; Abdurrahman Abdurrahman; Masyhudah Rosni
Frontier Agribisnis Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v5i1.6013

Abstract

Tujuan peneIitian ini yaitu untuk mengetahui penyelenggaraan usahatani cabai besar dengan menganalisis besar biaya yang dikeluarkan, penerimaan, pendapatan dan keuntungan yang diperoIeh petani cabai besar serta mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi luas lahan benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja terhadap produksi  usahatani cabai besar di Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2020. Data yang dikumpulkan adalah satu kali periode per musim tanam dengan kisaran waktu 4 bulan. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode sensus dimana semua petani cabai besar di Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala diambil sebagai responden. Hasil penelitian penyelenggaraan usahatani cabai besar yang dilakukan mencakup pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen. Besarnya rata-rata biaya eksplisit petani cabai besar pada penelitian ini adalah Rp1.437.323,00/usahatani atau Rp7.186.615,00/ha. Rata-rata biaya implisit adalah Rp2.454.639,00/usahatani atau Rp12.273.195,00/ha. Sehingga biaya rata-rata total sebesar Rp3.891.962,00/usahatani atau sebesar Rp19.459.810,00/ha. Nilai rata-rata penerimaan petani cabai besar Rp7.042.070,00/usahatani atau Rp35.210.350,00/ha. Dengan diketahuinya nilai rata-rata dari biaya eksplisit, biaya implisit, biaya total dan penerimaan,  maka    nilai      rata-rata pendapatan yang diperoleh petani  responden  pada  penelitian  ini  sebesar Rp5.604.747,00/usahatani atau Rp28.023.735,00/ha. Nilai rata-rata keuntungan adalah sebesar Rp3.150.108,00/usahatani atau Rp15.750.540,00/ha. Berdasarkan analisis fungsi produksi tipe Cobb-Doughlas dengan penambahan variabel TER dapat diketahui bahwa faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani cabai besar yaitu benih dan pupuk organik sedangkan lahan, pupuk anorganik, pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh.
Strategi Pemasaran Kerajinan Anyaman Purun di Kampung Purun Kota Banjarbaru Ahmad Algori Rabbani; Masyhudah Rosni; Mariani Mariani
Frontier Agribisnis Vol 7, No 4 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i4.11550

Abstract

Anyaman purun, sebagai bagian tidak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia, mengemuka sebagai seni tradisional di Kampung Purun, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kearifan lokal terkait penyediaan bahan baku purun dan menganalisis strategi pemasaran di kampung ini. Metode studi kasus digunakan dengan 22 perajin anyaman purun sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan dalam pengambilan bahan baku purun dilakukan dengan dua cara yaitu dicabut dan dipotong, tergantung kondisi air tempat tanaman purun tumbuh. Penjemuran purun sangat tergantung oleh cuaca. Setelah dijemur, purun ditumbuk dengan alat penumbuk yang dibantu mesin diesel. Purun yang sudah ditumbuk, kemudian dipanat (didiamkan selama 2 jam) sehingga mudah untuk dianyam (purunnya amping). Pewarnaan purun, menggunakan pewarna tekstil/ kesumba purun. Penganyaman purun, dilakukan dengan cara tusuk menusuk antara pakan dan lungsi. Kekuatan utama kerajinan anyaman purun adalah produk ramah lingkungan. Kelemahan utama adalah rentan terhadap pengaruh lingkungan. Peluang terbesar adalah gaya hidup ramah lingkungan. Ancaman utama adalah kontinuitas bahan baku. Strategi pemasaran kerajinan anyaman purun di Kampung Purun Kota Banjarbaru, berada pada posisi pertahankan dan pelihara. Penelitian ini memberikan wawasan tentang potensi pengembangan lebih lanjut untukmempertahankan kearifan lokal dan memperkuat posisi pasar kerajinan anyaman purun di Kampung Purun Kota Banjarbaru
Tingkat Kecemasan Komunikasi dan Kepuasan Kerja Penyuluh Pertanian Lapangan di Kabupaten Balangan Ade Perdana; Yudi Ferrianta; Masyhudah Rosni
Frontier Agribisnis Vol 3, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i3.1314

Abstract

Abstrak. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya merupakan petani. Penyuluhan pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan pertanian, yaitu sebagai agen pengubah (agent of change). Terdapat hubungan antara penyuluhan pertanian dan faktor psikologis. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja antara lain pendidikan formal dan faktor psikologis yaitu harga diri, kecemasan berkomunikasi, kepuasan kerja, dan motivasi berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi yang dimiliki oleh penyuluh pertanian lapangan di kabupaten Balangan, mengetahui tingkat kepuasan kerja yang dimiliki oleh penyuluh pertanian lapangan di Kabupaten Balangan. Populasi penelitian ini adalah seluruh penyuluh yang ada di Kabupaten Balangan yang berjumlah 51 orang. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak proporsional dengan jumlah sampel yang diinginkan sebanyak 25 orang. Hasil analisis bahwa tingkat kecemasan komunikasi responden penyuluh di Kabupaten Balangan berada pada skor 50% yang masuk pada kategori rendah. Artinya kecemasan komunikasi tidak begitu dirasakan penyuluh. Tingkat kepuasan kerja responden penyuluh di Kabupaten Balangan berada pada skor 78,00% (tinggi). Artinya kepuasan kerja yang dirasakan penyuluh sudah dalam kategori baik.Kata kunci: kecemasan komunikasi, kepuasan kerja