Mariani Mariani
Program Studi Agribisnis/Jurusan SEP, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat

Published : 63 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DALAM PENANGANAN LIMBAH MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN Maironah Maironah; Darni Subari; Mariani Mariani; Efansyah Noor
EnviroScienteae Vol 7, No 2 (2011): EnviroScienteae Volume 7 Nomor 2, Agustus 2011
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/es.v7i2.465

Abstract

Hospital waste is an invaluable, unusable and expelled material, which is divided into medical and non medical waste. It is also categorized as radiology, infectious and common solid or domestic waste. (Health Department of Indonesia, 1992). As a public health service, hospital always produces medical or non-medical waste such as clinic, pathology and radioactive waste. It has been organized well according to the rules on health law. Remember that these are dangerous and causing infections, pollution of water, air and soil, accident factor and aesthetics problem. It is purposed to mark the knowledge, attitude and act of health officers on solving medical waste problem in order to know the relation between the predisposition factors (education, year of work, knowledge and attitude), motivating factors (hospital policy, employers motivation) and supporting factors (facilities, information) with the health officers’ attitude on solving medical waste problem, as advices for RSUD Ulin, Banjarmasin, in order to develop the quality on giving services. Those things are profitable to compare the medical waste problem solving with the law. Knowledge, attitude and act of the RSUD Ulin health officers are appraised well.-            There is significant relation between variable (education, knowledge, attitude and facilities providing) with an action of health officer on solving medical waste problem.-            There is no significant relation between the year of work variable, hospital policy, motivation and information with the attitude of health officers on solving medical waste problem.The RSUD Ulin organizers have to relocate and rearrange the place to throw away the medical waste according to the standard health requirements, organizing standard code, standard procedures, socializing the health officers, patient and their family, visitor and people around the hospital trough available media networks.
PERAN KEMITRAAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DI KOTA BANJARBARU Firman Yunizar; Yusuf Azis; Mariani Mariani
Frontier Agribisnis Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v1i3.600

Abstract

Dalam upaya pengembangan pertanian, kondisi pertanian dihadapkan pada permasalahan pengusahaan skala ekonomi kecil dengan luas lahan yang relatif kecil dan penggunaan teknologi yang sederhana serta permodalan yang terbatas. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengintegrasikan para pelaku usaha pertanian ke sektor yang lebih modern yaitu sektor industri dengan konsep kemitraan.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola kemitraan yang terjalin antara peternak dan perusahaan, dampak kemitraan terhadap pengembangan usaha dan pendapatan, menganalisis perbandingan pendapatan saat sebelum dan sesudah menjalin kemitraan serta mengetahui permasalahan yang dihadapi peternak ayam broiler.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan Agustus 2017.Metode analisis data yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif, analisis pendapatan dan analisis RCR. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukanpola kemitraan yang diikuti seluruh responden peternak ayam broiler di Kota Banjarbaru adalah pola inti plasma, kemitraan memiliki dampak positif terhadap pengembangan skala usaha dan pendapatan yang diperoleh peternak ayam broiler yang dilihat berdasarkan peningkatan jumlah kandang, luas lahan usaha, populasi ayam yang dipelihara dan pendapatan bersih yang diperoleh peternak saat sebelum dan sesudah menjalin kemitraan, rata-rata pendapatan bersih yang diterima peternak sebelum menjalin kemitraan sebesar Rp 15.21.250 sedangkan rata-rata pendapatan bersih yang diterima peternak setelah menjalin kemitraan sebesar Rp 30.427.259.Besarnya RCR pada saat sebelum menjalin kemitraan yaitu 1,1825 sedangkan besarnya RCR setelah menjalin kemitraan yaitu 1,2173 dan Permasalahan yang terjadi pada peternak dengan pola kemitraan adalah terjadinya keterlambatan waktu pembayaran.Kata kunci: kemitraan, usaha peternakan, pendapat, ayam broiler.
Kepuasan Petani Padi terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Desa Makmur Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Samsul Bahrul; Eka Radiah; Mariani Mariani
Frontier Agribisnis Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i3.10317

Abstract

Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian nasional karena selain sebagai lapangan pekerjaan yang terbanyak juga mampu sebagai penyedia bahan pangan masyarakat. Pembangunan pertanian akan sesuai harapan apabila perangkat pembangunan pertanian tersebut bisa termanfaatkan secara efektif. Salah satu perangkat pembangunan pertanian ini adalah kehadiran penyuluh pertanian. Kehadiran penyuluh pertanian ini merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman padi. Oleh karena itu, kinerja seorang penyuluh dalam melaksanakan tugasnya kepada masyarakat tani menjadi sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan pertanian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di Desa Makmur Kecamatan Gambut. Metode penelitian dilakukan secara survei dengan jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara Proportionated random sampling. Perhitungan kinerja dan tingkat kepuasan masyarakat menggunakan alat analisis IPA (Important Performance Analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh sebesar 0.84 yang berarti termasuk kategori sangat puas.
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Yurika Afrilia Anzar; Mariani Mariani; Muhammad Husaini
Frontier Agribisnis Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i2.781

Abstract

Selama ini pedoman dan panduan yang telah ditetapkan pemerintah tidaklah selalu selaras dengan kinerja yang dilakukan oleh penyuluh. Penyuluh kadang tidak selalu mengetahui aturan yang harus dipedomani sebagai panduan kerja di lapangan. Sehingga dalam menyusun prioritas kerja dan melaksanakan kegiatan penyuluhan yang penting bagi petani, penyuluh sering bias. Begitu juga halnya yang terjadi di Kelurahan Guntung Manggis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut kualitas pelayanan berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja penyuluh berdasarkan penilaian petani, menganalisis tingkat kepuasan petani berdasarkan atribut kualitas pelayanan penyuluh pertanian dan merumuskan rekomendasi yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan atribut kualitas pelayanan penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin. Populasi penelitian ini adalah 9 kelompok tani yang berjumlah 179 petani, dari jumlah tersebut diambil 20%. Sehingga diperoleh sampel sebanyak 38 orang, dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jika dilihat dari median skor yang diperoleh, atribut kualitas pelayanan berdasarkan tingkat kepentingan menurut penilaian petani diperoleh sebesar 4,16 dengan kategori penting. Sementara atribut kualitas pelayanan berdasarkan tingkat kinerja penyuluh pertanian menurut penilaian petani diperoleh skor sebesar 3,33 dengan kategori cukup puas. Tingkat kepuasan petani berdasarkan atribut kualitas pelayanan penyuluh pertanian secara keseluruhan adalah sebesar 67,67%, dengan rentang nilai 61%-80% dengan kategori puas. Berdasarkan hal tersebut mengidentifikasikan bahwa atribut kualitas pelayanan yang ada sudah sesuai dengan kepentingan petani, sehingga petani merasa puas terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh penyuluh. Rekomendasi yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani dengan memprioritaskan atribut melakukan kunjungan dan pelatihan secara rutin (V4), pengadaan sarana dan prasarana yang memang dibutuhkan petani (V5), menyampaikan berita terbaru tentang pasar (V9), menghadapi masalah yang timbul dengan cepat (V12), ikut serta dalam pengambilan keputusan untuk menjalin kerjasama (V14) dan kemampuan dalam mengetahui permasalahan di lapangan (V17).Kata kunci: atribut, kinerja, kepuasan
Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Pengolahan Kerupuk Amplang Ikan Tenggiri (Studi Kasus pada Amplang Semut Bakaraut di Desa Manurung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu) Ahmad Jaelani; Muhammad Husaini; Mariani Mariani
Frontier Agribisnis Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v3i1.694

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan kentungan, menganalisis kelayakan usaha dan menganalisis peluang usaha pada industri pengolahan kerupuk amplang. Penelitian ini menggunakan studi kasus yaitu pada industri pengolahan kerupuk amplang Semut Bakaraut di Desa Manurung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp 560.897.414/tahun. Hasil produksi selama satu tahun diperoleh sebesar 5.896,5 kg dengannharga Rp 120.000/kg sehingga penerimaan yang diperoleh Rp 707.580.000/tahun. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 146.682.586/tahun. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha diperoleh nilai RCR sebesar 1,26, industri pengolahan kerupuk amplang tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Analisis kepekaan dilakukan dengan asumsi bahan baku ikan tenggiri dengan harga tertinggi yaitu sebesar Rp 50.000 maka diperoleh nilai RCR sebesar 1,20. Usaha industri pengolahan kerupuk amplang tersebut masih layak untuk diusahakan. Strategi pemasaran yang harus dilakukan industri ini adalah strategi diversifikasi yang fokus pada strategi ST (strength-threaths) yaitu menciptakanistrategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Kata kunci: analisis usaha, amplang, biaya, SWOT
Preferensi Konsumen Terhadap Pembelian di Coffee Shop Satutujuh.An Rolita Aula; Hairin Fajeri; Mariani Mariani
Frontier Agribisnis Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i2.9478

Abstract

Indonesia merupakan salah satu produsen kopi di dunia, jumlah produksi kopi di Indonesia pada tahun 2019 – 2021 mengalami peningkatan. Selain terjadi peningkatan produksi kopi, Indonesia juga mengalami peningkatan konsumsi kopi. Salah satu alasan peningkatan konsumsi kopi di Indonesia adalah maraknya coffee shop yang bertebaran di Indonesia terkhususnya Kota Banjarbaru. Menurut Pemerintah Kota Banjarbaru ada sekitar kurang lebih 300 coffee shop yang tumbuh dan berkembang di Kota Banjarbaru, salah satunya yaitu coffee shop satutujuh.an. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan mengidentifikasi serta menganalisis atribut-atribut yang menjadi preferensi konsumen terhadap pembelian di coffee shop satutujuh.an. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2022 sampai dengan Mei 2023, metode penarikan contoh yang digunakan yaitu accidental sampling dengan 41 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen pada coffee shop satutujuh.an mayoritas berjenis kelamin perempuan, berusia 21 – 25 tahun, berstatus belum menikah, pendidikan terakhir SMA atau sederajat, pekerjaan sebagai pelajar atau mahasiswa dan berpendapatan rata-rata Rp 500.000–Rp 2.000.000. Preferensi konsumen pada coffee shop satutujuh.an adalah harga terjangkau, kualitas pelayanan cepat, menu minuman dan makanan yang enak, tempat duduk lesehan dan ber AC, tampilan coffee shop menarik dan lokasi yang strategis. Atribut – atribut yang dipertimbangkan yaitu atribut harga, kualitas produk, atmosfer, lokasi, kualitas pelayanan dan fasilitas yang tersedia.
Tingkat Pengetahuan Petani Sayuran tentang Penggunaan Pestisida di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru Salma El-Khansa Joedane Putri; Mariani Mariani; Hairi Firmansyah
Frontier Agribisnis Vol 8, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v8i3.13585

Abstract

Produksi sayuran sering terganggu oleh serangan hama dan penyakit, yang mana petani masih sangat bergantung pada penggunaan pestisida untuk mengatasinya. Namun, apabila penggunaannya berlebihan dan terus-menerus dapat menimbulkan potensi bahaya baik terhadap manusia, hewan, dan lingkungan. Maka pengetahuan tentang penggunaan pestisida sesuai anjuran sangat penting bagi petani agar dapat menghindari dampak yang dapat ditimbulkan dari pestisida tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani sayuran tentang penggunaan pestisida dan mengetahui hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat pengetahuan petani sayuran tentang penggunaan pestisida. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan skala likert kemudian dijelaskan secara deskriptif presentase, dan Uji Korelasi Rank Spearman dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 27. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani sayuran tentang penggunaan pestisida termasuk dalam kategori tinggi dengan presentase 70,8%, yang berarti secara umum para petani sayuran memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang penggunaan pestisida sesuai anjuran. Serta terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal, lama berusahatani, dan tingkat kekosmopolitan dengan tingkat pengetahuan petani sayuran tentang penggunaan pestisida. Sedangkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan tingkat pengetahuan petani sayuran tentang penggunaan pestisida.
SEGMENTASI PASAR USAHATANI BUNGA MELATI DI DESA BINCAU, KECAMATAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR Bella Anggraini; Mariani Mariani; Nina Budiwati
Frontier Agribisnis Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v2i1.574

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis macam/jenis saluran pemasaran pada usahatani bunga melati di Desa Bincau, mengetahui segmentasi pasar bunga melati di Desa Bincau dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam proses pemasaran pada usahatani bunga melati di Desa Bincau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2017 - Oktober 2017 di Desa Bincau Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil penelitiian menujukkan bahwa saluran pemasaran bunga melati di Desa Bincau Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar memiliki empat saluran pemasaran yaitu, pada Saluran I (Petani ke Konsumen) 10%, saluran II (Petani ke Pedagang Pengecer ke Konsumen) 15%, saluran III (Petani ke Pengrajin Bunga Melati ke Perias Pengantin ke Konsumen) 30% dan saluran IV (Petani ke Pedagang Pengecer ke Pedagang Pengumpul ke Konsumen) 45%. Segmentasi pasar bunga melati yang ada di Desa Bincau Kecamatan Martapura Kota menurut variabel yang diteliti. Segmentasi Demografis, menurut usia pembelian rangkaian bunga melati, berkisar antara 21-30 tahun. Jenis kelamin yang banyak melakukan pembelian rangkaian bunga melati adalah perempuan. Tingkat pendidikan yang paling dominan pembeli rangkaian bunga melati adalah lulusan SMA. Pendapatan perangkai bunga melati paling banyak berkisar Rp.2.000.000 – Rp.3.000.000. Domisili pembeli rangkaian bunga melati berasal dari daerah Martapura, Landasan Ulin, Pelaihari, Banjarbaru, Banjarmasin, Hulu Sungai dan paling jauh Kota Baru. Segmentasi geografis, daerah penjualan rangkaian bunga melati yang sudah rutin dilakukan adalah Martapura, Landasan Ulin, Pelaihari, Banjarbaru, Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kota Baru. Sebanyak 30% pemesanan rangkaian bunga melati ada di Kabupten Banjar. Permasalahan yang dihadapi petani di Desa Bincau Kecamatan Martapura Kota adalah, modal yang terbatas, harga jual, bunga melati yang tidak tahan lama, serangan hama dan penyakit.Kata kunci: melati, saluran pemasaran, segmentasi pasar
ANALISIS FAKTOR TERHADAP PENGAMBLAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK PISANG PADA SEGMEN REMAJA DI KOTA BANJARBARU Siti Zubaidah; Djoko Santoso; Mariani Mariani
Frontier Agribisnis Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v1i3.601

Abstract

Dalam upaya menciptakan produk yang diterima konsumen dan mencapai keuntungan tertentu, pelaku usaha harus mengetahui faktor yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan konsumen dalam pembelian keripik pisang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan menganalisis variabel dalam pemilihan keripik pisang pada segmen remaja diharapkan mendapatkan kombinasi atribut yang diinginkan konsumen maupun produk baru sebagai ide pembuatan produk keripik pisang. Kombinasi  atribut  juga sangat  penting   dilakukan  dikarenakan  selera dan  persepsi berbeda oleh konsumen meski berada dalam situasi yang sama. Tujuan penelitian ini adalah menganilisis faktor yang dipertimbangkan segmen remaja dalam memilih produk kerpik pisang dan pemetaan persepsi dalam pemilihan produk. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan September 2017. Metode penelitian menggunakan metode kuisioner. Teknik menggunakan convenience group sampling yaitu teknik non-probabilitas sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan kemudahan, bersedia dan paling mudah dijangkau. Analisis data yang digunakan adalah analisis faktor. Analisis faktor adalah teknik untuk mengekstraksi sejumlah variabel menjadi faktor baru yang lebih sedikit tanpa mengurangi informasi yang terkandung. Hasil analisis faktor menunjukkan persepsi remaja dalam melakukan pengambilan keputusan pembelian keripik pisang adalah faktor “Popularitas”, “Kemasan”, “Variasi”, “Bentuk” dan “Ketebalan”. Berdasarkan pemetaan persepsi, faktor popularitas dan kemasan produk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan pembelian keripik pisang pada remaja.Kata kunci:segmen remaja, keripik pisang, analisis fakor, persepsi 
Analisis Pemasaran Bawang Daun (Allium Fistolisum L.) yang Diproduksi di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru Normayanti Normayanti; Mariani Mariani; Luthfi Fatah
Frontier Agribisnis Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/frontbiz.v7i2.9421

Abstract

Bawang daun merupakan salah satu jenis sayuran dalam kelompok bawang yang lazim ditanam di Indonesia. Produk yang dihasilkan dari kegiatan bercocok tanam tersebut kemudian dipasarkan melalui berbagai saluran pemasaran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis saluran pemasaran, besar biaya, margin, keuntungan pemasaran dan Share yang diterima produsen atau petani, dan permasalahan yang terjadi di lembaga pemasaran yang terlibat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru dari bulan Juli 2022 sampai dengan Maret 2023. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling. Untuk menentukan metode dalam pengambilan sampel petani yaitu dengan metode simple random sampling dari 112 orang populasi petani dan diambil 28 petani bawang daun. Sedangkan untuk pedagang pengumpul dan pengecer dengan metode snowball sampling. Berdasarkan hasil dari penelitian terdapat dua saluran pemasaran yang berbeda. Hasil yang didapat dari besarnya biaya, margin dan keuntungan dari saluran I bawang daun, untuk tempat pemasarannya yaitu di pasar Laura Banjarbaru adalah sebesar Rp 3.356,66/kg, Rp 5.250,00/kg dan Rp 533,34/kg. dan untuk besarnya biaya, margin dan keuntungan pada saluran II bawang daun adalah yaitu sebesar Rp 4.207,56/kg, Rp 7.000,00/kg dan Rp 2.792,44/kg, untuk wilayah pemasarannya di pasar Pom Liang Anggang. Share yang didapat petani pada saluran I yaitu sebesar 75,29%, dan untuk pedagang pengecer sebesar 24,70%. Share yang didapat petani pada saluran II yaitu sebesar 65,85%, untuk pedagang pengumpul yaitu sebesar 9,75%, dan untuk pedagang pengecer sebesar 24,39%. Permasalahan yang terjadi di petani yaitu kurangnya pengetahuan mengenai harga pasar. Untuk pedagang pengumpul masalah yang dihadapi yaitu kualitas dan kerusakan bawang daun yang diterima dari petani. Sementara yang dihadapi pedagang pengecer yaitu penanganan sebelum habis terjual.