Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Optimalisasi Pelaporan Standar Pelayanan Minimal Gawat Darurat Berbasis Teknologi Informasi Kori Puspita Ningsih; Sigid Nugroho Adhi
The Journal of Innovation in Community Empowerment Vol 2 No 2 (2020): Journal of Innovation in Community Empowerment (JICE)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/jice.v2i2.527

Abstract

Rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS). SPM RS juga sebagai tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit pada Standar Nasional Akreditas Rumah Sakit (SNARS) Bab PMKP 6. Pada tahun 2019 RSUD Panembahan Senopati Bantul menetapkan fokus peningkatan mutu pada pelayanan gawat darurat. Dalam pembuatan laporan SPM GD membutuhkan data yang cukup heteragon, tersebar dibanyak tempat dan belum real time. Apabila kualitas pelaporan SPM GD kurang baik maka akan mempengaruhi kualitas pelaporan SPM RS yang kurang baik pula. Hal ini tentunya akan mencerminkan kinerja rumah sakit. Metode dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah difusi ipteks yang digunakan dalam rangka pelatihan pemanfaatan aplikasi SPM GD berbasis web. Sebelum dilakukan pelatihan, diberikan penyuluhan mulai dari proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan SPM GD. Kegiatan pengabdian berjalan lancar. Pada awalnya, register gawat darurat yang dihasilkan dari Sistem Informasi Rumah Sakit tidak dimanfaatkan sebagai bahan pengumpulan data SPM GD. Setelah dilakukan penyuluhan dan pelatihan, petugas akhirnya menyadari pentingnya pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pelaporan SPM GD pada aspek ketersediaan, kemudahan, kesesuaian, kelengkapan dan ketepatan waktu dalam rangka meningkatkan efektifitas alur kerja petugas, kemudahan mengakses informasi, dan penyimpanan data terpusat pada manajamen basisdata.
Pendampingan Penilaian Kesiapan Penerapan Rekam Medis Elektronik Menggunakan Metode DOQ-IT di RS Condong Catur Sleman Praptana; Kori Puspita Ningsih; Sugeng Santoso; Imaniar Sevtiani
The Journal of Innovation in Community Empowerment Vol 3 No 2 (2021): Journal of Innovation in Community Empowerment (JICE)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/jice.v3i2.634

Abstract

Dalam upaya meningkatkan kinerja, RS Condong Catur berencana menerapkan aplikasi Sistem Manajemen Informasi Rumah Sakit (SIMRS) berbasis Rekam Medis Elektronik (RME). Melalui SIMRS berbasis RME ini diharapkan mampu menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan lengkap. Kesiapan penerapan rekam medis elektronik penting dilakukan supaya aplikasi dapat berjalan dengan optimal dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Metode Doctor’s Office Quality-Information Technology (DOQ-IT) merupakan salah satu metode untuk menganalisis tingkat kesiapan penerapan sistem informasi berbasis rekam medis elektronik. Metode ini sangat tepat digunakan untuk menganalisis kesiapan sebelum sebuah aplikasi berbasis elektronik dioperasikan. Metode DOQ-IT menekankan pada empat komponen utama dalam suatu sistem kerja organisasi yaitu sumberdaya manusia, kepemimpinan tata kelola, budaya organisasi dan infrastruktur. Penerapan rekam medis elektronik tidak dapat berjalan maksimal apabila dari ke empat komponen ini belum siap. Melalui metode ini diharapkan akan mengetahui masalah yang dihadapi sehinga dapat dicari solusi segera untuk menanganinya. Pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan terkait pendampingan tatacara melakukan penilaian kesiapan penerapan RME mengunakan metode DOQ-IT kepada pimpinan dan staf RS Condong Catur. Kegiatan berjalan lancar. Pada awalnya Pimpinan dan staff RS Condong Catur belum mengetahui pentingnya penilaian kesiapan dalam proses penerapan RME. Setelah pendampingan penilaian menggunakan DOQ-IT melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini diketahui bahwa skor kesiapan sebesar 69,38 yang berarti RS Condong Catur cukup siap menerapkan SIMRS berbasis rekam medis elektronik.
TINJAUAN PELAKSANAAN PENGODEAN DIAGNOSIS PENYAKIT PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH Qisthi Qurrota A’yuni; Kori Puspita Ningsih
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 6 No 2 (2017): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v6i2.189

Abstract

Background: The implementation of diagnosis coding in the Medical Record Unit at a health institution plays an important role in the administration of medical records at the hospital because it describes the quality management of medical records. In order to maintain the quality, it is crucial to accomplish the accreditation standard, especially at ICM. 13 related coding. Objective: This study aimed to understand the procedures of implementation, compliance disease diagnosis code execution in an outpatient based on accreditation standards KARS 2012, the percentage and the resistance of diagnosis coding implementation in outpatients. Methods: This research was a descriptive qualitative approach with cross sectional design. The subjects were medical records staff with Diploma 3 medical record education background, outpatients coding officer, reporting coordinator, the head of clinic space and a clinic nurse. The data collectin techniques used were observation, documentation and interview studies. Testing the validity of the data use triangulate of source and triangulate of techniq. Results: The coding was done by the medical records staffs and nurses, coding reference were in the form of policies, guidelines and standard operating procedure, guidelines used by nurses in coding was assistive book. Tugurejo Hospital Accreditation in Central Java province had fulfilled the five elements of ICM. 13 and passed the accreditation of type B-level plenary meeting. The percentage of outpatient coding implementation reached 78.6%, consisting of JKN amounted to 75.4% and 3.2% were non JKN. The barriers of coding implementation consists of five elements such as man, method, material, machine and money. Conclusion: In general the implementation of the coding in JKN outpatient has already done optimally, but for non JKN has not been optimal because of the inhibiting factors such as man, method, material, machine and money. Keywords: Coding, disease diagnosis, outpatient
Ketepatan Kode Diagnosis Sistem Sirkulasi di Klinik Jantung RSUD Wates Heri Hernawan; Kori Puspita Ningsih; Winarsih Winarsih
Jurnal Kesehatan Vokasional Vol 2, No 1 (2017): Mei
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkesvo.30328

Abstract

Latar Belakang: Ketepatan kode diagnosa sangat penting untuk sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUD Wates, dari jumlah 30 berkas rekam medis pasien rawat jalan dengan kasus Kardiovaskuler menunjukan bahwa 86,67% kode diagnosis yang tidak tepat sesuai dengan ICD-10 dan 13,33% kode diagnosis yang tepat sesuai dengan ICD-10.Tujuan: Mengetahui pelaksanaan pengisian kode peyakit, presentase ketepatan kode penyakit dan fator penyebab ketidaktepatan kode sistem sirkulasi di klinik jantung RSUD WatesMetodologi Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif kuantitatif, dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian 2189 berkas rekam medis kasus sistem sirkulasi di klinik jantung periode januari-maret 2017, teknik pemilihan sampel dengan random sampling, jumlah sampel penelitian sebesar 98 berkas medis sistem sirkulasi di klinik jantung. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.Hasil: Tingkat Ketepatan kode diagnosa sistem sirkulasi di RSUD Wates dari total sampel yang diambil yaitu 98 berkas rekam medis, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah Kategori B 49% (48 dari 48 berkas rekam medis), kategori C 27% (26 dari 98 berkas rekam medis), kategori A 18% (18 dari 98 berkas rekam medis) dan 6% (6 dari 98 berkas rekam medis).Kesimpulan: pengodean tidak dilakukan oleh petugas rekam medis, tingkat ketepatan kode diagnosa pasien rawat jalan sistem sirkulasi masih tidak baik, belum adanya SOP Pengodean pasien rawat jalan dan masih kurangnya buku ICD-10 untuk melakukan pengodean.
Pengembangan Pelaporan Standar Pelayanan Minimal Gawat Darurat Berbasis Web kori puspita ningsih
Jurnal Kesehatan Vokasional Vol 4, No 4 (2019): November
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1219.056 KB) | DOI: 10.22146/jkesvo.49165

Abstract

Latar Belakang: Rumah sakit sebagai  Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memiliki kewajiban  membuat dan memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Permasalahan yang terjadi dalam sistem informasi pelaporan SPM GD diantaranya Pimpinan Tingkat Atas kesulitan mengakses dan mencari data, waktu lama utuk penyajian informasi, ketidaklengkapan informasi, kebutuhan data laporan SPM RS yang cukup heterogen dan rentan terjadinya kehilangan data dan informasi.Tujuan: mengembangkan pelaporan SPM GD berbasis WebMetode: Penelitian ini menggunakan action research, dengan pendekatan pengumpulan data kualitatif. Analisis data menggunakan analisis isi.Hasil: Hasil identifikasi kebutuhan menunjukkan RSUD Tipe B wilayah DIY membutuhkan sistem informasi pelaporan SPM GD berbasis web untuk membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas  proses pelaporan yang cepat, tepat dan akurat. Hasil studi kelayakan menunjukkan pengguna sudah terbiasa menggunakan komputer, tersedia software, hardware untuk mendukung pengembangan sistem informasi berbasis web. Hasil perhitungan Return Of Invesment sebesar 98,3% > 0, maka feasible dengan keuntungan 98,3% dari invenstasi. Pengembangan sistem informasi menggunakan metodelogi prototype.Hasil uji prototype dengan metode Blackbock menunjukkan fungsi/reaksi sesuai yang dilakukan aktor, sistem bekerja dengan baik dan mampu memenuhi kebutuhan pengguna.Kesimpulan: Pengembangan pelaporan SPM GD berbasis web menggunakan tahapan metodelogi prototype telah diujikan di RSUD Tipe B wilayah DIY dan menunjukkan sistem mampu memenuhi kebutuhan pengguna.
Analisis Kelayakan Pengembangan Sistem Informasi Pelaporan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Berbasis Web Kori Puspita Ningsih; Sigid Nugroho Adhi
Jurnal Kesehatan Vokasional Vol 5, No 4 (2020): November
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkesvo.60572

Abstract

Latar Belakang: Pelaporan SPM RS di RSUD Panembahan Senopati Bantul masih dilakukan secara konvensional. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan sistem informasi, supaya data dapat diakses secara real time, kapanpun dan dimanapun. Analisis kelayakan merupakan bagian vital  pada tahap perancangan sistem informasi. Dokumen feasibility tersebut digunakan sebagai acuan organisasi untuk menentukan kelanjutan dari suatu proyek.Tujuan: Menganalisis kelayakan sistem informasi pelaporan SPM RS berbasis web dari aspek teknis, ekonomi, dan organisasi.Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif, dengan pendekatan pengumpulan data kualitatif. Pengambilan data dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Untuk menjamin validitas data dilakukan triangulasi sumber.Hasil: Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa RSUD Panembahan Senopati Bantul memiliki perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan yang layak untuk mendukung pengembangan sistem informasi pelaporan SPM RS berbasis web dengan nilai feasibilty sebesar 77,06. Hasil analisis kelayakan ekonomi diperoleh nilai Payback Payment (PP) 0,97, Return of investment (ROI) 4,18 > 0, dan Net Present Value (NPV) > 0, dengan nilai feasibility sebesar 100 dan nilai feasibility organisasi sebesar 93,33, sehingga diperoleh rata-rata nilai feasibilty sebesar 90,13. Kesimpulan: Hasil analisis kelayakan secara teknis, ekonomi dan organisasi menunjukkan RSUD Panembahan Senopati Bantul layak untuk dilakukan pengembangan sistem informasi pelaporan SPM RS berbasis web.
Manajemen Resiko Redesign Sistem Penjajaran Rekam Medis dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) kori puspita ningsih; Ulfa Tunnisa; Nyndita Erviana
Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM) Vol 8, No 1 (2020): INOHIM
Publisher : Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/inohim.v8i1.204

Abstract

AbstractThe medical record alignment system at Yogyakarta Condong Catur Hospital uses the Straight Numerical Filing (SNF) storage system. Yogyakarta Condong Catur Hospital uses the SNF system which often causes misfiles. Therefore, it is necessary to redesign the medical record alignment system. In redesign activities, proactive risk management is needed to prevent failures and minimize risks when redesigning the medical record alignment system using the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method. This study aims to analyze the risk management redesign of medical record alignment from Straight Numerical Filing (SNF) to Terminal Digit Filing (TDF) with the FMEA method. Design research using action research. An instrument to measure the risk management of the medical record alignment system from SNF to TDF by applying the 8 steps of FMEA. After redesigning, the decline in RPN occurred. The highest decrease in RPN in the storage process of failure mode medical record "officers align the medical records not in the TDF order" with the RPN value decreasing from 336 to 72. Thus, it can be concluded after evaluating and monitoring the implementation of the medical record alignment system redesign from SNF to TDF using the method FMEA is able to significantly reduce the risk in the process of receiving medical record requests, taking and storing medical records.Keyword: Risk management, Redesign, Medical record alignment, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)AbstrakSistem penjajaran rekam medis di RS Condong Catur Yogyakarta menggunakan sistem penyimpanan Straight Numerical Filing (SNF). RS Condong Catur Yogyakarta menggunakan sistem SNF yang sering menyebabkan misfile. Oleh karena itu perlu dilakukan desain ulang (redesign) sistem penjajaran rekam medis. Dalam kegiatan redesign diperlukan suatu manajemen resiko yang bersifat proaktif untuk mencegah terjadinya kegagalan dan meminimalkan resiko pada saat redesign sistem penjajaran rekam medis dengan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Penelitian ini bertujuan menganalisis manajemen resiko redesign penjajaran rekam medis dari Straight Numerical Filing (SNF) menjadi Terminal Digit Filing (TDF) dengan metode FMEA. Design penelitian menggunakan action research. Instrumen untuk mengukur manajemen resiko redesain sistem penjajaran rekam medis dari SNF menjadi TDF dengan menerapkan ke-8 langkah FMEA. Setelah dilakukan redesign terjadi penurunan RPN. Penurunan RPN tertinggi pada proses penyimpanan rekam medis mode kegagalan “petugas menjajarkan rekam medis tidak sesuai urutan TDF” dengan nilai RPN turun dari 336 menjadi 72. Dengan demikian dapat disimpulkan setelah dilakukan evaluasi dan monitoring implementasi redesign sistem penjajaran rekam medis dari SNF menjadi TDF dengan metode FMEA mampu secara signifikan menurunkan resiko pada proses menerima permintaan rekam medis, pengambilan dan penyimpanan rekam medis. Kata Kunci: Manjemen resiko, Redesign, Penjajaran rekam medis, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Analisis Desain Formulir General Consent Rawat Inap (Studi Kasus di Lab RMIK Unjaya) Kori Puspita Ningsih; Zakya Sinta Mahbubah
Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM) Vol 9, No 1 (2021): INOHIM
Publisher : Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/inohim.v9i1.242

Abstract

AbstractOne of the forms that show the patient's consent or the patient's family and is related to the patient's right to obtain health services in the hospital is general consent. This study aims to determine the general consent function of inpatients and to analyze the design of the general consent form from physical, anatomical, and content aspects. This research is a descriptive study, with a case study approach in the Laboratory of Medical Records and Health Information (D-3), Faculty of Health, Jenderal Achmad Yani University, Yogyakarta. The results showed that general consent was used as material for inpatient registration practice for students of the RMIK Study Program (D-3). This activity is carried out to achieve the competence of Medical Record Management, which is carried out by the roleplay method. The results of the analysis of general consent on the physical, anatomical, and content aspects show that it is necessary to redesign general consent on the anatomy and content aspects, including: (1) changes in the placement of items on gender and blood group (2) additional information on how to fill in the checklist form on the instruction placed at the top of the form, (3) confirmation of important information by giving a Bold sign, (4) the name and logo of the hospital is updated (5) the identity of the person in charge is completed with gender, place of birth date and name, while the address of the immediate family is deleted, (6) additional information related to patient rights and obligations and other witness signatures.Keyword: design analysis, general consent, inpatients AbstrakSatu diantara formulir yang menunjukkan persetujuan pasien atau keluarga pasien dan berkaitan dengan hak kewajiban pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah general consent. Penelitian ini bertujuan mengetahui fungsi general consent pasien rawat inap dan menganalisis desain formulir general consent dari aspek fisik, anatomi dan isi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan studi kasus di Laboratorium Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (D-3) Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan general consent digunakan sebagai bahan praktik pendaftaran pasien rawat inap mahasiswa Program Studi RMIK (D-3). Kegiatan tersebut dilakukan mencapai kompetensi Manajemen Rekam Medis yang dilaksanakan dengan metode roleplay. Hasil analisis general consent pada aspek fisik, anatomi dan isi menunjukkan perlu dilakukan desain ulang general consent pada aspek anatomi dan isi meliputi: (1) perubahan pada penempatan item pada jenis kelamin dan golongan darah (2) penambahan informasi cara pengisian ceklist formulir pada instruction yang diletakkan di bagian atas formulir, (3) penegasan informasi penting dengan pemberian tanda Bold, (4) nama dan logo rumah sakit diperbaharui (5) identitas penanggungjawab dilengkapi dengan jenis kelamin, tempat tanggal lahir, dan nama sedangkan alamat keluarga terdekat dihapus, (6) penambahan informasi terkait hak dan kewajiban pasien dan penambahan tanda tangan saksi.Kata Kunci: analisis desain, general conset, rawat inap
Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Rekam Medis di RSUD Panembahan Senopati Bantul Kori Puspita Ningsih; Sigid Nugroho Adhi
Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM) Vol 8, No 2 (2020): INOHIM
Publisher : Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/inohim.v8i2.221

Abstract

AbstractOne of the vital parts of the hospital is the medical record. The minimum service standard for medical records is a reference in managing medical records. The results of preliminary data collection at Panembahan Senopati Bantul Hospital did not reveal that there were incomplete medical records within 1x24 hours. This shows that Panembahan Senopati Bantul Hospital has not reached the standard of Permenkes No. 129 of 2008. The purpose of this study is to meet the minimum service standards for medical records. Descriptive research method with a qualitative approach. Primary data were obtained from interviews with informants. Secondary data were obtained from observation and documentation study related to the SPM report in the field of medical records. The results showed that the Panembahan Senopati Bantul Regional Hospital conducted a study of SPM medical records by utilizing data from the RS SIM. The SPM report of medical records to the Head of Quality and Clinical Audit Section to be used as a data source for making RS SPM reports. Of the four indicators of SPM medical records, there are 2 indicators (50%) that have not reached the standard, namely completeness of medical records and informed consent. Efforts are made to improve the completeness of medical records and informed consent is to provide feedback to doctors every 3 months through the medical service sector and the medical committee regarding the results of completing medical records and complete components according to the doctor's name.Keyword: evaluation, minimum service standards, medical recordAbstrakSatu diantara bagian vital rumah sakit adalah rekam medis. Standar pelayanan minimal rekam medis merupakan acuan dalam pengelolaan rekam medis. Hasil pengambilan data awal di RSUD Panembahan Senopati Bantul diketahui bahwa terdapat rekam medis yang tidak lengkap dalam waktu 1x24 jam. Hal ini menunjukkan RSUD Panembahan Senopati Bantul belum mencapai standar Permenkes No 129 Tahun 2008. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi standar pelayanan minimal rekam medis. Metode penelitian desktiptif dengan pendekatan kualitatif. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan informan. Data sekunder diperoleh dari observasi dan studi dokumentasi terkait laporan SPM bidang rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan RSUD Panembahan Senopati Bantul melalukan kegiatan pengumpulan data SPM rekam medis dengan memanfaatkan data dari SIM RS. Laporan SPM rekam medis kepada Kepala Seksi Mutu dan Audit Klinik untuk digunakan sebagai salah satu sumber data pembuatan laporan SPM RS. Dari keempat indikator SPM rekam medis terdapat 2 indikator (50%) yang belum mencapai standar yaitu kelengkapan rekam medis dan informed consent. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kelengkapan rekam medis dan informed consent adalah dengan memberikan feedback kepada dokter setiap 3 bulan sekali melalui bidang pelayanan medis dan komite medis terkait hasil kelengkapan rekam medis dan komponen yang tidak lengkap per nama dokter.Kata Kunci: evaluasi, standar pelayanan minimal, rekam medis
Penyediaan Rekam Medis Guna Mendukung Standar Akreditasi MIRM 13 Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Kori Puspita Ningsih; Endang Purwanti; Rahayu Iskandar
Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM) Vol 10, No 1 (2022): INOHIM
Publisher : Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/inohim.v10i1.381

Abstract

AbstractThe accreditation standard for Medical Record Information Management (MIRM) 13 regulates the provision of medical records. The regulation aims to ensure the continuity of patient health documentation. This study describes the condition of medical records starting from numbering, ordering, and making and retrieving medical records to support patient care documentation according to hospital accreditation standards in the MIRM chapter 13. This type of research is descriptive with a retrospective approach. The results showed that Panembahan Senopati Hospital Bantul already has Medical Record Service Guidelines and Standard Operating Procedures regulations. The regulation provides medical records for numbering, ordering, and creating and retrieving medical records to support patient service documentation. Panembahan Senopati Hospital Bantul implements an automated unit numbering system with the support of an RS SIM. They set the medical order after the patient goes home, both outpatient and inpatient. Making and retrieving medical records is part of implementing the unit numbering system. New patients make medical records when served at the registration section, while medical records take from the filing section for old patients. If medical records were not ready at the return visit, the professional HIM used a follow-up outpatient medical record form and combined it after the medical records were prepared. The regulation and the medical supply system show that Panembahan Senopai Hospital, Bantul, has implemented the MIRM standard 13 ep 1-5. However, implementation constraints are still on the MIRM 13 ep 4.Keywords: provision, numbering, assembling, retrieval, medical recordsAbstrakDalam standar akreditasi Manajemen Informasi Rekam Medis (MIRM) 13 mengatur penyediaan rekam medis. Rerulasi tersebut bertujuan menjamin kesinambungan dokumentasi kesehatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penyediaan rekam medis mulai dari penomoran, urutan rekam medis, pembuatan dan retrieval rekam medis guna mendukung dokumentasi pelayanan pasien sesuai standar akreditasi rumah sakit pada bab MIRM 13. Jenis penelitian dekriptif dengan pendekatan retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah memiliki regulasi berupa Pedoman Pelayanan Rekam Medis dan Standar Prosedur Operasional yang mengatur penyediaan rekam medis untuk penomoran, urutan rekam medis, pembuatan dan retrieval rekam medis guna mendukung dokumentasi pelayanan pasien. RSUD Panembahan Senopati Bantul menerapkan sistem penomoran unit yang sudah terotomatisasi dengan dukungan SIM RS. Pengaturan urutan rekam medis dilakukan setelah pasien pulang baik rawat jalan maupun rawat inap. Pembuatan dan retrieval rekam medis merupakan bagian dari implementasi sistem penomoran unit. Pasien baru dibuatkan rekam medis saat di layani di bagian pendaftaran, sedangkan untuk pasien lama diambilkan rekam medis dari bagian filing. Apabila rekam medis tidak ditemukan pada saat kunjungan ulang maka petugas menggunakan formulir rekam medis rawat jalan lanjutan dan formulir tersebut akan digabungkan setelah rekam medis ditemukan. Adanya regulasi dan sistem penyediaan rekam medis tersebut menunjukkan RSUD Panembahan Senopai Bantul telah mengimplemantasikan standar MIRM 13 ep 1-5. Namun masih terdapat kendala implementasi pada standar MIRM 13 ep 4.Kata kunci: penyediaan, penomoran, urutan, retrieval, rekam medis