Claim Missing Document
Check
Articles

Identifikasi Bakteri Salmonella Typhi Pada Makanan Sushi Divi Pramida Putri Pramida
Jurnal Kesehatan Masyarakat Celebes Vol 4 No 01 (2023): JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT CELEBES VOLUME 04 NOMOR 01
Publisher : Pengurus Daerah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Salmonella typhi merupakan bakteri patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia yang dapat menyebabkan Salmonellosis. Salmonellosis bersifat zoonosis, sehingga penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Salmonella typhi menular kemanusia melalui berbagai makanan asal ternak yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi. Gejala dari terkontaminasi bakteri Salmonella typhi yaitu demam tinggi, mual, muntah, pusing dan nyeri abdomen. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya bakteri Salmonella typhi pada makanan sushi yang mentah dan setengah matang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara simple random sampling. Sampel yang digunakan makanan sushi yang mentah dan yang dimasak setengah matang. Sampel makanan diambil sebanyak 3,5 gram lalu di haluskan menggunakan aquadest sebanyak 25 ml, dan sampel diambil 1 ml. uji laboratorium yang dilakukan adalah pembiakan bakteri pada media Salmonella Shigella Agar, lalu dilakukan pewarnaan gram dan selanjtnya penanaman pada media TSIA dan dilakukan pewarnaan gram. Hasil penelitian dari 8 sampel makanan sushi yang diteliti, menunjukkan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi sebanyak 7 sampel. 1 sampel tidak ditemukan pertumbuhan bakteri. Ciri ciri media yang terdapat bakteri Salmonella typhi koloni berwarna hitam. Saran penelitian ini adalah pada saat mengonsumsi makanan harus dilihat apakah makanan itu baik dan benar, agar makanan yang dikonsumsi terhindar dari kontaminasi bakteri. Kata Kunci : Sushi, Salmonella typhi Absctract Salmonella typhi is a pathogenic bacteria that is harmful to human health which can cause Salmonellosis. Salmonellosis is zoonotic, so this disease can be transmitted from animals to humans. Salmonella typhi is transmitted to humans through a variety of livestock-based foods contaminated with Salmonella typhi bacteria. Symptoms of being contaminated with Salmonella typhi bacteria are high fever, nausea, vomiting, dizziness and abdominal pain. The purpose of this study was to determine the presence of Salmonella typhi bacteria in raw and undercooked sushi. This study used a descriptive method with simple random sampling. The food samples used were raw and undercooked sushi. Food samples were taken as much as 3.5 grams and then refined using 25 ml of distilled water, and 1 ml of samples were taken. Laboratory tests carried out were culturing bacteria on Salmonella Shigella Agar media, then gram staining was carried out and then planting on TSIA media and gram staining was carried out. The results of the 8 samples of the studied sushi food showed the growth of Salmonella typhi bacteria in 7 samples. 1 sample found no bacterial growth. The characteristics of the media containing Salmonella typhi are black colonies. The suggestion of this research is that when consuming food, it must be seen whether the food is good and correct, so that the food consumed is protected from bacterial contamination. Keywords: Sushi, Salmonella typhi
Description Of C-Reactive Protein (CRP) In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus At Mulyorejo Health Center In Malang City Febriyanti Wora Kapero; Erni Yohani Mahtuti; Previta Zeizar Rahmawati
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 10, No 2 (2023): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jambs.v10i2.320

Abstract

Diabetes Mellitus Type 2 is a metabolic disorder condition characterized by hyperglycemia, due to decreased insulin secretion. Many cytokines play a role in the acute phase response, so that markers such as CRP increase in patients with type 2 DM. The type of research used in this study is descriptive research, which describes the results of CRP examination in patients with type 2 diabetes. Examination of respondents' serum C-Reactive Protein (CRP) levels was carried out qualitatively using the Latex Agglutination method and followed by a semi-quantitative method, namely dilution to determine the level of inflammation. The results of CRP examination on 30 serum samples that have been carried out on patients with Type 2 Diabetes Mellitus found that 29 (96.7%) were positive and 1 (3.3%) of respondents were negative. The group of CRP levels for titer 12 was 5 samples (16.7%), titer 24 was 17 samples (56.7%), titer 48 was 5 samples (16.7%), and titer 96 was 2 samples (6.7). %). The results of the four groups with the highest CRP levels, namely a titer of 24 mg/L as many as 17 samples (56.7%) showed that some of the CRP levels were higher than normal. Conclusion Almost all respondents with type 2 Diabetes Mellitus had positive C-Reactive Protein examination results and a small proportion of type 2 Diabetes Mellitus patients had negative C-Reactive Protein examination results. 
HUBUNGAN KADAR KREATININ DAN LAMA MENGKONSUMSI OBAT DIABETES PADA PENDERITA DM TIPE 2 Nadila Karno; Erni Yohani Mahtuti; Faisal Faisal; Muhammad Basyaruddin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 4 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i4.20012

Abstract

Diabetes melitus adalah penyakit kelainan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dengan penurunan insulin. Menurut data kesehatan dunia (WHO), penderita diabetes melitus mencapai 422 juta jiwa diperkirakan meningkat sebesar 11,8% pada tahun 2030 dan 2045. Lama mengonsumsi obat diabetes di Puskesmas (X) yaitu 5-11 tahun. Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada hubungan kadar kreatinin dan lama Mengonsumsi obat diabetes pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas(X), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar kreatinin dan lama mengonsumsi obat diabetes pada penderita DM  tipe 2 di Puskesmas(X). Rancangan penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan desain penelitian metode cross-sectional. Populasi data rekam medis bulan Juni 2023 sebanyak  30 sampel pasien DM tipe 2, dengan teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling/probability. Variabel penelitian ini, variabel independen lama mengonsumsi obat diabetes dan variabel dependen kadar kreatinin. Pengumpulan data berupa data sekunder dari catatan rekam medis dan analisis data dilakukan menggunakan SPSS. Hasil nilai kadar kreatinin yang abnormal didapatkan sebanyak 8 penderita dan nilai kadar kreatinin yang normal didapatkan 22 penderita dengan lama mengonsumsi obat sekitar 5-11 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar kreatinin penderita diabetes setelah mengkonsumsi obat tidak terdapat korelasi yang signifikan p > 0,05 (0,998 > 0,05). Oleh sebab itu dapat diartikan bahwa kadar kreatinin tidak berkorelasi dengan Lama mengonsumsi obat diabetes melitus.
PEMERIKSAAN KADAR CHOLINESTERASE PADA KELOMPOK TANI SAYUR DUSUN NUSONTORO KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG Nasiro Susilawati; Lenni Saragih; Lenni Ratna Tri Wulandari; Erni Yohani Mahtuti
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 1 (2024): MARET 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i1.25154

Abstract

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan yang digunakan untuk mengendalikan  atau membasmi dan membunuh organisme penggangu yang bersifat toksik. Cholinesterase  adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan seluller, yang fungsinya menghentikan aksi AchE dengan jalan terhidrolisis menjadi cholin dan asam asetat yang terdapat diantara ujung-ujung syaraf dan otot, sebagai media kimia yang fungsinya meneruskan rangsangan syaraf atau impuls ke reseptor sel-sel otot dan kelenjar.Bila tubuh terpapar pestisida maka akan berdampak pada kadar cholinerterase, sehingga dapat menimbulkan keracuanan maupun terganggunya syaraf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  pemeriksaan kadar cholinesterase  pada darah petani sayur di Dusun Nusontoro kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Penelitian ini  deskriptif menggunakan teknik wawancara observasi serta  kuesioner, sedangkan pemeriksaan kadar cholinesterase  dengan menggunakan alat spekfotomerUV-Vis dengan ? 405 nm. Populasi penelitian petani sayur yang menggunakan pestisida sebanyak 10 orang, metode sampling yaitu total sampling variabel tunggal, data di tabulasi frekuensi, kemudian di analisa menggunakan rumus presentase. Penelitian menunjukan petani yang terpapar pestisida diperoleh hasil kadar cholinesterase  80% normal  yakni 5-11 U/L dan 20% tidak normal rata-rata 2-3 U/L, terjadinya penurunan kadar cholinesterase  petani rata-rata 3,88 U/L yang terjadi pada responden dengan usia 53-69 tahun. Dari penelitian ini adalah diharapakan memperkaya ilmu pengetahuan tentang penggunaan pestisida dengan baik dan benar dan dampak terjadi bagi kesehatan. terdapat (80%) responden yang mempunyai nilai kadar cholinesterase  normal dan (20%) responden yang mempunyai kadar cholinesterase  tidak normal.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA LIMBAH HANDSCOON PETUGAS LABORATORIUM DI RSUD X Lilis Novitasari; Erni Yohani Mahtuti; Muhammad Basyarrudin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 1 (2024): MARET 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i1.26162

Abstract

Limbah handscoon merupakan jenis limbah medis padat termasuk jenis limbah bahan berbahaya racun (B3) dengan kategori limbah infeksius (limbah yang terkontaminasi organisme pathogen). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui macam macam bakteri pada limbah handscoon petugas laboratorium RSUD (X). Jenis penelitiaan deskriptif kualitatif, dilakukan pada bulan Juli-Agustus pemeriksaan di Laboratorium STIKes Maharani Malang. Populasi petugas laboratorium patologi klinik dan mikrobiologi. Sampel limbah handscoon sebanyak 10 sampel, masing masing laboratorium sebanyak 5 sampel. Teknik sampling yaitu purposive sampling. Pemeriksaan bakteri dilakukan dengan kultur sampel media Nutrient agar dan untuk identifikasi dengan pewarnaan gram, uji biokimia meliputi uji: uji Fermentasi karbohidrat, uji TSIA, uji Sc, Uji SIM, Uji Katalase dan uji antibotik dengan metisilin. Hasil Penelitian pada hasil uji pewarnaan Gram didapatkan Gran Positif dan uji biokimia: 7 isolat didapatkan bakteri Staphylococcus aureus dengan hasil uji gula -gula (glukosa dan mannitol) positif dan uji katalase positif. 1 isolat didapatkan bakteri Clostridium botulinum dengan hasil uji glukosa positif dan laktosa negative, sitrat (negative), gas (+/-). Serta 2 isolat bakteri Bacillus cereus dengan hasil uji glukosa, maltose, sukrosa (positif), mannitol dan laktosa (negative), sitrat (negatif), indol (negative). Hasil uji antibiotic dengan methisilin didapatkan Staphylococcus aureus resisten terhadap dengan tidak terbentuknya zona hambat pada media. Kesimpulan yang didapatkan adalah bakteri pathogen yaitu bakteri Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum, Bacillinus cereus.
Utilization Of Coconut Dregs As An Alternative Medium For The Growth Of Bacillus Subtilis And Escherchia Coli Dewita Nggua; Erni Yohani Mahtuti
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 11, No 1 (2024): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jambs.v11i1.331

Abstract

Coconut dregs are waste produced after processing coconuts into coconut oil. Coconut pulp has a high nutritional content which can be used for bacterial growth. The nutritional content of coconut dregs is 38.1% carbohydrates, 5.6% crude protein, 16.3% crude fat, 31.6% crude fiber, 2.6% ash content and 5.5% water content. The research used coconut dregs as an alternative medium for the growth of gram-negative and gram-positive bacteria. In the trials, B. subtilis and E. coli bacteria were used. The type of research used was a true experiment with a completely randomized design. The results of the research showed that the highest average number of colonies on the coconut dregs alternative media was in treatment A1, namely the average of B.subtilis colonies was 50.6 x 10² CFU/mL and E.coli 36 .6 x 10² CFU/mL while the control media averaged B.subtilis colonies 75 x 10² CFU/mL and E.coli 86.3 x 10² CFU/mL. The results of statistical tests using anova p<0.05 with a sig value of 0.001 show that there is an influence of differences in the concentration of coconut dregs and agar as an alternative medium for bacterial growth. The post hoc test compares the concentration between treatment A1 and control with a sig p value of >0.05 (0.250), namely There is no significant difference, while the concentration between treatments A2, A3 and A4 with control has a sig p value <0.05, namely 0.000, meaning there is a significant difference. So treatment A1 is the best treatment for the growth of B.subtilis and E.coli bacteria.
IDENTIFIKASI BAKTERI PADA MASKER BEKAS PAKAI PETUGAS LABORATORIUM DI RSUD X Yayu Sofiah; Erni Yohani Mahtuti; Faisal Faisal
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i2.29344

Abstract

Masker ialah alat pelindung diri yang digunakan dalam perawatan kesehatan bahkan masyarakat umum dengan tujuan untuk pencegahan penyebaran adanya penyakit menular apalagi selama adanya Wabah Covid-19. Dalam langkah pencegahan  adanya suatu bakteri maupun kuman dengan penggunaan masker maka manusia harus sesuai dalam menggunakan  standar masker medis maupun masker kain tidak lebih dari 4 jam pemakainannya harus diganti supaya tetap sehat. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif ini adalah untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang ditemukan pada masker yang telah digunakan oleh petugas laboratorium di RSUD X. Penelitian ini dilakukan dari Februari hingga Maret 2024 di Laboratorium STIKes Maharani Malang, sebanyak 15 sampel masker bekas pakai. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan. Pemeriksaan identifikasi bakteri dilakukan dengan mengisolasi sampel dalam media biakan dengan metode Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia pada pengunnan masker bekas pakai. Hasil penelitian identifikasi bakteri di temukan bakteri Staphylococcus aureus, Corynebacerium diphteriae dan Bacillus subtilis. Dari ke 3 bakteri tersebut 2 terglong bakteri patogen yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Corynebacerium diphteriae, sedangkan 1 bakteri Bacillus subtilis tergolong bakteri non patogen
Identifikasi Mikroorganisme Rendaman Cairan Pembersih Lensa Kontak Marsella Larasati; Erni Yohani Mahtuti; Faisal Faisal
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic) Vol 10 No 1 (2024): Agustus 2024
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/ejbst.v10i1.588

Abstract

One of the main risk factors for microbial contamination of contact lenses is lack of compliance and hygiene with lens care, which if contaminated will cause eye infections. The point of the inquire about was to recognize microorganisms in contact focal point cleaning fluid. The sort of inquire about is expressive inquire about with analytics, utilizing irregular examining. The tests comprised of 10 tests drenched in contact focal point liquid after utilize. The inquire about stages incorporate taking tests from contact focal point cleaning liquid, segregating bacterial colonies utilizing MCA and MSA media, making unadulterated societies on inclined agar media and infinitesimal perceptions of bacterial colonies on MCA and MSA media, taken after by biochemical tests and enzymatic tests. The comes about of the investigate appeared that the bacterial colonies were gram negative, pole formed, spread out, ruddy in color and gram positive microbes, circular or coccus formed, in bunches, purple in color. Biochemical tests appeared glucose (+), lactose (-), mannitol (-), maltose (-), sucrose (-), H2S (+), indole (+), Mr (+), Vp (-), citrate ( +), leads to the species Pseudomonas aeruginosa. The comes about of the enzymatic test counting catalase appeared positive comes about with the nearness of discuss bubbles which demonstrated the microbes was Staphylococcus aureus. The following proposal is to distinguish gram-positive microscopic organisms with a coagulase test to more particularly decide the separation of Staphylococcus aureus microbes from other Staphylococcus species.
Pemeriksaan Soil Transmitted Helmints (STH) Pada Feses Petugas Pengangkut Sampah Di Desa Tawangsari Kabupaten Malang Fahru Rizal Isyafa; Erni Yohani Mahtuti; Faisal Faisal
Journal of Educational Innovation and Public Health Vol. 1 No. 4 (2023): Oktober : Journal of Educational Innovation and Public Health
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/innovation.v1i4.1867

Abstract

Soil Transmitted Helminths are parasitic worms found in tropical and subtropical countries that can cause helminthic infections in humans through contact with eggs, parasite larvae spread through the soil. Detection of STH infection is carried out by sedimentation and flotation methods. Garbage carriers are vulnerable to STH infection because they work directly with garbage and are in a sanitary environment that is not clean. The purpose of the study was to determine the results of STH examination on the feces of waste transport officers in Tawangsari Village, Malang Regency. Type of Descriptive Analytical research, conducted in July 2023. The sampling technique uses Total Sampling of a sample of 8 respondents. The results of the sedimentation method found 2 heads of Ascaris lumbricoides, respondents A1, A2 (1tail), the flotation method was not found helmints. The sedimentation method found eggs of Ascaris lumbricoides respondents A1, A7(1 grain) and A2, A3(2 eggs). The flotation method found eggs of Ascaris lumbricoides respondents A2(5eggs), A3(2eggs) and A6(1eggs). The results of the pearson correlation test show a relationship between STH infection and personal hygiene, the use of PPE is 0.875 > 0.01 with a value of r = -0.67 meaning that there is no relationship between personal hygiene and the use of PPE with STH infection means better personal hygiene, the use of PPE while working does not require STH infection, the relationship between STH infection and Environmental Sanitation of 0.000 < 0.01 with a value of r = -1 means that there is a strong relationship inversely proportional between Environmental sanitation with STH infection in waste haulers, means that the better the environmental sanitation, the lower the risk level of STH.
Perbandingan Penggunaan Pelarut Organik Xilene Dengan Toluena Pada Tahapan Clearing Terhadap Kualitas Preparat Aetan Aedes Albopictus (Stegomyia albopictus) Aisyah, Siti; Mahtuti, Erni Yohani; Masyhur, Muhammad; Faisal, Faisal
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 9 No. 1 (2023): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v9i1.1167

Abstract

Pembuatan preparat awetan permanen meliputi proses fiksasi menggunakaan KOH 10%, dehidrasi, clearing dan mounting. Clearing bertujuan untuk menjadikan struktur morfologi sampel atau objek menjadi lebih jernih, transparan dan jelas.. Pada penelitian ini larutan yang digunakan yaitu larutan Xilene dan Toluena. Xilene merupakan larutan yang tidak ramah lingkungan, harga lebih mahal dan mudah terbakar,. Sedangkan Toluena merupakan larutan yang terbuat dari pohon tolu yang ramah lingkungan, digunakan sebagai minyak bumi mentah, harga terjangkau, Xilene dan Toluena bersifat menjernihkan karena memiliki kandungan karbon yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kualitas hasil preparat awetan permanen Aedes albopictus (Stegomyia albopictus) pada proses clearing dengan menggunakan larutan Xilene dan Toluena. Sampel penelitian ini adalah 32 nyamuk Aedes albopictus (Stegomyia albopictus) dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preparat awetan menggunakan Toluena didapatkan hasil 12 preparat baik, 4 preparat cukup baik. Sedangkan hasil preparat awetan menggunakan Xilene didapatkan hasil 5 preparat baik, 8 preparat cukup baik, 3 preparat buruk. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik Mann-Whitney dan diperoleh hasil yang signifikan yaitu nilai 0,000 < 0,05. Simpulan, pembuatan preparat awetan permanen Aaedes albopictus (Steggomyia albopictus) lebih baik menggunakan Toluena dibandingkan dengan menggunakanXilene.Kata Kunci: Aaedes Albopictus, Clearing, Toluena, Xilene