cover
Contact Name
Mugi Mulyono
Contact Email
mulyonomugi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
mulyonomugi@gmail.com
Editorial Address
Sekolah Tinggi Perikanan, Jalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT)
ISSN : 14107694     EISSN : 26549581     DOI : 10.15578
Core Subject : Agriculture,
JURNAL KELAUTAN DAN PERIKANAN TERAPAN (JKPT) ISSN Print: 1410-7694,ISSN Online: 2654-9581 adalah Jurnal yang diasuh oleh Sekolah Tinggi Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan – KKP, dengan tujuan menyebarluaskan informasi tentang perkembangan ilmiah bidang kelautan dan perikanan di Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 106 Documents
Transplantasi Terumbu Karang Acropora spp, Untuk Rehabilitasi Terumbu Karang di Pulau Panjang, Teluk Banten Afandi Saputra; D. Dasa Permana; F. Dwi Cahyo; Arif Arif; E. Arif Wijonarko
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 4, No 2 (2021): JKPT Desember 2021
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v4i2.10074

Abstract

Teluk Banten menyimpan kekayaan sumberdaya terumbu karang. Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan sumber daya terumbu karang yang disebabkan dari perubahan lingkungan. Periode pemulihan untuk terumbu yang rusak sangat bervariasi, pemulihan dengan transplantasi karang untuk membuat terumbu buatan dapat berguna untuk meningkatkan keanekaragaman hayati. Studi rehabilitasi terumbu, koloni karang terutama Acropora spp ditransplantasikan diluasan area sekitar 50 m2 di Perairan Pulau Panjang Teluk Banten dengan rak transplantasi model hybrid dengan kedalaman 1,5-2 m. Pertumbuhan dan mortalitas dipantau selama 8 bulan. Tingkat kelangsungan hidup karang selama kurun waktu 8 bulan setelah transplantasi adalah 95%. Sebagian besar mortalitas transplantasi akibat aksi peningkatan suhu perairan terjadi selama 6 bulan. Tingkat pertumbuhan sangat bervariasi dengan seperempat dari transplantasi menunjukkan pertumbuhan negatif selama setiap periode antar survei. Beberapa jenis spesies yang ditransplantasi seperti Acropora carduus, Acropora cervicurnis, Acropora formosa, Acropora grandis, Acropora intermedia, dan Acropora pulchra memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup baik. Dari awal penanaman Acropora spp terjadi penambahan dengan Panjang 6,44 cm dengan laju pertumbuhan sebesar 0,025 cm/hari, atau 0,757 cm/bulan, atau asumsi laju pertumbuhan tahunan sebesar 9,09 cm/tahun. Transplantasi jenis Acropora spp merupakan spesies dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dengan mortalitas yang relatif rendah. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup transplantasi dapat disimpulkan: (1) spesies transplantasi harus dipilih dengan hati-hati karena spesies tertentu secara signifikan lebih dapat menerima transplantasi daripada yang lain, (2) pilihan apakah fragmen atau seluruh koloni ditransplantasikan dapat sangat mempengaruhi kelangsungan hidup, (3) kehilangan transplantasi yang cukup besar kemungkinan besar dari lokasi energi yang lebih tinggi apa pun metode pelekatan, (4) transplantasi harus, secara umum, dilakukan hanya jika pemulihan setelah rekrutmen alami tidak mungkin dilakukan.
Hubungan Panjang Bobot Pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Hasil Tangkapan Pole and Line di Perairan Ternate Danu Sudrajat; Syarif Syamsuddin; Rahmat Muallim; Rusandi La Kule
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 4, No 2 (2021): JKPT Desember 2021
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v4i2.10467

Abstract

Penangkapan ikan di kawasan Ternate Maluku Utara bersifat terbuka sehingga nelayan sering kali mengabaikan kelestarian sumber daya ikan meskipun sumber daya ini dapat pulih (renewable resources). Nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan cenderung tidak memperhatikan ikan layak tangkap dan bebas melakukan penangkapan serta daerah penangkapan. Tujuan penelitian untuk menganalisis ikan cakalang yang tertangkap di perairan Ternate yang meliputi jumlah hasil tangkapan, ukuran panjang dan bobot ikan. Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam menyusun pengelolaan perikanan cakalang di kawasan Ternate Maluku Utara. Data yang diambil adalah data panjang cagak ikan dan bobot ikan, hasil tangkapan pole and line. Selama penelitian, jumlah data adalah sebanyak 750 ekor, dengan 10 ekor setiap pemancingan (setting). Model pertumbuhan yang dihasilkan untuk ikan cakalang di kawasan Ternate Maluku Utara pada setiap bulan penangkapan adalah b >3. Hal tersebut menunjukkan pola pertumbuhan alometrik positif, yang berarti penambahan bobot lebih cepat dibanding pertumbuhan panjang ikan. Rataan panjang cagak (FL) ikan cakalang yang tertangkap yaitu 35-44 cm dan setiap bulan menunjukkan hasil yang sama. Mengacu pada Lm di perairan Maluku Utara sebesar 43 cm, ikan cakalang yang tertangkap pada Februari sampai dengan Mei didominasi oleh ikan tidak layak tangkap.
PENGARUH PENAMBAHAN BAWANG PUTIH DAN BAWANG HITAM PADA PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE Juliana Pangaribuan; Danang Yonarta; Madyasta Anggana Rarassari
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10983

Abstract

Bawang putih dan bawang hitam salah satu jenis tanaman herbal yang dapat menurunkan kadar kolestrol, penawar racun, anti bakteri, anti jamur, anti parasit, dan pengikat radikal bebas. bawang putih dan bawang hitam mengandung zat alisin yang memiliki fungsi sebagai antibakterial, penghilang rasa nyeri, serta memaju pergerakan alat pencernaan serta memperlancar pengeluaran enzim yang bermanfaat untuk mencernakan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi penambahan ekstrak bawang putih dan bawang hitam dapat meningkatkan produksi budidaya ikan lele. perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu P1 (tanpa penambahan ekstrak bawang putih dan bawang hitam), P2 (penambahan ekstrak bawang putih 10 ml/kg) dan P3 (penambahan ekstrak bawang hitam 10 ml/kg). ikan yang digunakan pada penelitian ini benih lele ukuran 6-8 cm dengan padat tebar 100 ekor/m2. selama pemeliharaan 30 hari, benih ikan lele diberikan pakan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore hari. Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan harian ikan didapati P1 3,2 %, P2 3,5% dan P3 3,3%. Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan memberikan hasil terbaik dengan pertumbuhan panjang 5,08 cm dan berat 7,22 g, FCR 1,07 serta nilai sintasan100%. Kualitas air pada ketiga perlakuan selama pemeliharaan adalah suhu 26,4 – 29 OC dan pH sebesar 7 – 7,5.
KOMPOSISI KIMIA IKAN GULAMAH (Pseudocienna Amovensis) ASIN KERING DENGAN PERBEDAAN KADAR GARAM Jaulim Sirait; Yuliati H Sipahutar; Tatty Yuniarti; Aghitia Maulani; Anugrah Bertiantono
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10972

Abstract

Ikan asin adalah hasil pengawetan ikan dengan menambahkan garam yang dilanjutkan pengeringan, untuk memperpanjang umur simpan serta membuat aroma, tekstur dan rasa yang khas. Ikan Gulamah (Pseudocienna amovensis) adalah salah satu hasil tangkapan nelayan di pesisir Kabupaten Tangerang,yang dijadikan bahan baku untuk membuat ikan asin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kimia ikan Gulamah asin dengan perbedaan kadar garam 10%, 15%, 20% dan 25%. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan analisis ANOVA, dilanjutkan  dengan uji Tukey bila ada yang berbeda. Hasil analisis kimia ikan Gulamah asin dengan penambahan kadar garam 10%, 15%, 20% dan 25%, menghasilkan kadar air 32,45%; 26,60%; 24,35%; 21,82%, kadar abu 10,21%; 9,65%; 10,11%; 9,19%, kadar lemak 6,88%; 7,65%; 9,34%; 10,81%, kadar protein 39,56%; 45,18%; 51, 61%, 55,26% dan kadar garam 8,12%; 13,22%; 15,17%; 18,64%. Uji kimia menunjukkan bahwa kadar garam yang ditambahkan hasilnya berbeda nyata pada kadar air, kadar lemak, kadar protein dan kadar garam, namun tidak berbeda nyata pada kadar abu. Semakin banyak kadar garam ditambahkan membuat kadar air semakin menurun dan semakin bertambah naik kadar lemak dan protein.
PENGARUH WAKTU OPERASI TERHADAP KOMPOSISI HASIL PENANGKAPAN IKAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN SABANG, ACEH Hery Choerudin; Eddy Sugriwa Husein; Muhammad Muhammad; Eli Nurlaela; Muhammad Yusuf Annur; Afriana Kusdinar; Robet Perangin-angin; Rahmat Mualim; Talim Sumarno; Goenaryo Goenaryo; Aman Saputra
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.11022

Abstract

Pukat cincin adalah alat tangkap ikan pelagis yang produktif dan banyak digunakan oleh nelayan Desa Pasiran Kabupaten Sabang, Aceh. Operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin dilakukan pada periode siang dan malam hari. Perbedaan waktu operasi penangkapan ikan ini perlu dianalisis lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas penangkapan ikan agar keuntungan optimal dan berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan berbasis non eksperimental dengan pendekatan penelitian kasus terhadap unit penangkapan pukat cincin harian yang berbasis di PPI Pasiran. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk menentukan volume dan komposisi setiap jenis hasil tangkapan pukat cincin berdasarkan waktu pengoperasian siang dan malam hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ikan hasil tangkapan dan produktivitas penangkapan ikan lebih tinggi pada malam hari yang memperoleh hasil penangkapan ikan 23.189 kg dengan produktivitas penangkapan ikan sebesar 748 kg/haul, sedangkan pada siang hari jumlah ikan hasil tangkap 16.742 kg dengan produktivitas penangkapan ikan sebesar 197 kg/haul. Komposisi hasil penangkapan ikan terdiri dari Madidihang pada malam hari 15,31% dan pada siang hari tidak tertangkap, Cakalang siang hari 21 % malam hari 23,28 %, Layang siang hari 11,23 % malam hari 11,15%, Tongkol siang hari 38,50 % malam hari 41,72%, Cumi-cumi pada malam hari 1,86% dan pada siang hari tidak tertangkap, Kembung siang hari 21,71 % malam hari 6,68 %, Tenggiri siang hari 7,56 % dan pada malam hari tidak tertangkap.
SKRINING KOMPONEN BIOAKTIF EKSTRAK BAMBU LAUT (Isis hippuris) DARI PERAIRAN SULAWESI TENGAH Muliadin Muliadin; Didit Kustantio Dewanto; Deddy Wahyudi; Wendy Alexander Tanod; Putut Har Riyadi; Firman Farid Muhsoni
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10596

Abstract

Bambu laut (Isis hippuris) merupakan salah satu organisme laut penyusun ekosistem terumbu karang yang dilaporkan berpotensi sebagai sumber bahan bioaktif. Bambu laut mengandung bioaktif polioksigenasi steroid, hidrokarbon, fenol dan asam lemak. Penelitian ini bertujuan mengonfirmasi komponen bioaktif dari ekstrak bambu laut. Sampel bambu laut dikoleksi dari perairan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, dengan kondisi cuaca cerah. Pada sampel bambu laut dilakukan proses ekstraksi (maserasi MeOH : DCM), skrining komponen bioaktif (metode Harborne), dan determinsi kandungan total alkaloid (ekuivalen kafein - CE), fenol (ekuivalen asam galat - GAE), flavonoid (ekuivalen kuersetin - QE), dan steroid (ekuivalen kolesterol - ChE). Hasil skrining komponen bioaktif menunjukkan ekstrak bambu laut (I. hippuris) mengandung sejumlah komponen alkaloid, fenol, steroid dan flavonoid. Ekstrak bambu laut mengandung alkaloid 11,61 ± 0,24 mg CE.g-1 ekstrak kering; fenol sebesar 18,92 ± 0,24 mg GAE.g-1 ekstrak kering; flavonoid sebesar 21,24 ± 0,28 mg QE.g-1 ekstrak kering; dan steroid sebesar 36.94 ± 1.39 mg ChE.g-1 ekstrak kering. Penelitian ini mengonfirmasi keberadaan komponen bioaktif ekstrak bambu laut (I. hippuris) yang dikoleksi dari perairan Sulawesi Tengah. Hasil skrining komponen bioaktif menunjukkan kehadiran komponen alkaloid, fenol, steroid dan flavonoid. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi lebih lanjut senyawa bioaktif (diduga turunan steroid, alkaloid dan fenolik) yang terkandung dari ekstrak bambu laut.
KARAKTERISTIK MUTU MINYAK IKAN BANDENG DENGAN PENAMBAHAN ANTIOKSIDAN BHT DAN ASAM ASKORBAT DALAM MAKRO KAPSUL Aef Permadi; Resmi R Siregar; Widi Astuti; Niken Dharmayanti; I Ketut Sumandiarsa; Mohammad Sayuti; Siti Zachro Nurbani; Nofi Sulistyo Rini; Yudi Prasetyo Handoko
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.11173

Abstract

Ikan Bandeng merupakan ikan yang populer dikalangan masyarakat karena memiliki citarasa yang gurih dan enak. Ikan Bandeng mengandung 20,53% protein dan 6,73% lemak, sehingga digolongkan sebagai ikan berprotein tinggi dan berlemak sedang . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan antioksidan BHT 0,02% dan BHT + Asam askorbat (3:1) dengan konsentrasi 0,02% terhadap mutu minyak ikan bandeng. Minyak Ikan bandeng yang telah dikapsul, disimpan pada suhu ruang dan dilakukan pengujian mutu yang meliputi pengujian Asam Lemak Bebas, Bilangan Peroksida, Bilangan Iod. Pengujian Asam Lemak Bebas (ω-3,6 dan 9), Bilangan Peroksida, dan Bilangan Iod dilakukan setiap 4 hari sekali. Hasil pengamatan mutu minyak ikan selama 56 hari yang meliputi pengujian Kandungan Asam Lemak Bebas di peroleh data bahwa kenaikan yang sama terjadi pada tiga perlakuan hingga hari ke-24, sedangkan minyak ikan dengan penambahan BHT 0,02% mengalami laju kenaikan yang lebih lambat daripada minyak ikan dengan penambahan antioksidan BHT + Asam askorbat. Bilangan peroksida pada ketiga perlakuan mengalami trend kenaikan yang berbeda pada minyak ikan penambahan BHT 0,02% masih memenuhi standar hingga hari ke-24 sedangkan pada minyak ikan dengan penambahan antioksidan BHT + Asam askorbat hanya memenuhi standar hingga hari ke-12, sedangkan pada minyak ikan tanpa penambahan antioksidan 0% (kontrol) sudah mengalami kenaikan sejak penyimpanan pada hari ke-4. Bilangan Iod pada ketiga perlakuan tidak menunjukan perbedaan baik pada minyak ikan BHT 0,02%, BHT + Asam askorbat maupun minyak ikan 0% (kontrol).
PENGARUH JENIS PATI DAN KONSENTRASI KARAGENAN ‎TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA BAKSO IKAN PATIN ‎‎(Pangasius hypophthalmus)‎ Repka Natalia; Rizky Muliani Dwi Ujianti; Iffah Muflihati; Rini Umiyati
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10951

Abstract

Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan air ‎tawar ‎yang ‎ketersediaannya melimpah dan harganya terjangkau. Ikan patin ‎dapat ‎menjadi alternatif sumber ‎protein hewani pengganti daging sapi pada ‎pembuatan ‎bakso. Karakteristik bakso dapat ‎dipengaruhi oleh komposisi bahan ‎penyusunnya. ‎Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ‎pengaruh variasi jenis pati ‎‎(tapioka, ‎sagu, maizena) dan konsentrasi karagenan (0%, 1%, 2% dan ‎‎3%) ‎terhadap ‎karakteristik fisikokimia bakso ikan patin. Metode ‎penelitian ‎menggunakan ‎Rancangan Acak Lengkap. Analisis fisikokimia meliputi: ‎kadar air, lemak, dan ‎protein, serta dilakukan pula analisis terstur yaitu: cohessivenes dan hardness. Hasil ‎analisis ‎kadar air berkisar antara 68.28-71.33%, kadar lemak 6.68-‎‎10.84%, kadar ‎protein ‎‎7.52-9.85 Nilai cohessivenes dengan rata-rata paling tinggi terdapat pada jenis pati tapioka ‎dengan konsentrasi karagenan 0%−2%. %, Rata-rata peningkatan nilai hardness paling tinggi terdapat pada perlakuan pati ‎sagu pada konsentrasi karagenan 0%−2%. Hasil terbaik pada perlakuan pati maizena ‎dengan ‎konsentrasi ‎karagenan 3%.‎ ‎
PREFERENSI TIPE SUBSTRAT DAN KEPADATAN POPULASI Ophiomastix annulosa (Muller & Troschel, 1842) DI EKOSISTEM INTERTIDAL PANTAI BILIK TAMAN NASIONAL BALURAN Rendy Setiawan; Retno Wimbaningrum; Arif Mohammad Siddiq; Arif Pratiwi; Hanif Roudhatul Firdausiyah
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10614

Abstract

Spesies bintang mengular Ophiomastix annulosa termasuk dalam kelas Ophiuroidea yang berperan penting dalam ekosistem sebagai pemakan detritus dan partikel – partikel kecil yang berasal dari subtrat (surface deposit feeder). Spesies ini mampu hidup dan menempati berbagai habitat dengan tipe substrat berupa karang hidup, karang mati, pecahan karang, dan daerah lamun. Tipe substrat tersebut dapat ditemukan di Pantai Bilik Taman Nasional Baluran (TNB). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan preferensi tipe substrat dan kepadatan populasi O. annulosa. Penelitian ini menggunakan metode jelajah terstruktur dengan analisis data penilaian tipe substrat berdasarkan kode bentik (benthic code) dan menghitung kepadatan dari O. annulosa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa spesies O. annulosa banyak ditemukan pada tipe substrat karang mati (91.5%) dan karang masif (5.82%) dengan kepadatan tergolong rendah yaitu 0.0089 individu/m².
STRUKTUR KOMUNITAS MIKROALGA EPIFIT PADA SUBSTRAT BUATAN DI PERAIRAN PULAU SERANGAN, BALI I Putu Sugiana; Elok Faiqoh; Dwi Budi Wiyanto
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10603

Abstract

Mikroalga epifit merupakan organisme yang berperan penting sebagai produsen di lingkungan perairan. Organisme ini hidup menempel selamanya pada suatu substrat sehingga dapat menjadi bioindikator kesehatan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur komunitas mikroalga epifit dan hubungannya dengan parameter lingkungan. Metode substrat buatan digunakan sebagai media tempat menempel mikroalga epifit, yang kemudian dianalisis indeks struktur komunitasnya. Struktur komunitas mikroalga epifit terdiri dari kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi, sedangkan parameter perairan diukur yakni suhu, pH, salinitas, total padatan terlarut, nitrat dan fosfat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kelimpahan mikroalga epifit yakni 112,62 ± 230,25 sel/mm2 dan 50,77 ± 85,34 sel/mm2 berturut-turut pada substrat kasar dan halus. Secara keseluruhan, nilai indeks keanekaragaman mikroalga epifit termasuk dalam kategori sedang, indeks keseragaman kategori tinggi dan indeks dominansi rendah. Salinitas dan fosfat merupakan parameter yang berhubungan signifikan dengan kelimpahan mikroalga epifit. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kondisi perairan di Pulau Serangan masih tergolong bagus bagi pertumbuhan mikroalga epifit.

Page 6 of 11 | Total Record : 106