cover
Contact Name
Dr. Purnama Budi Santosa
Contact Email
-
Phone
+62274520226
Journal Mail Official
jgise.ft@ugm.ac.id
Editorial Address
Jl. Grafika No.2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JGISE-Journal of Geospatial Information Science and Engineering
ISSN : 26231182     EISSN : 26231182     DOI : https://doi.org/10.22146/jgise.51131
Core Subject : Engineering,
JGISE also accepts articles in any geospatial-related subjects using any research methodology that meet the standards established for publication in the journal. The primary, but not exclusive, audiences are academicians, graduate students, practitioners, and others interested in geospatial research.
Articles 136 Documents
Perbandingan Penggunaan Metode RBR dan RBD untuk Identifikasi Area Bekas Kebakaran Hutan dari Citra Sentinel-1 (Studi Kasus: Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2019) Puspitaningrum, Lintang Ayu; Bioresita, Filsa
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 8, No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.99118

Abstract

Pada tahun 2017-2019 terjadi banyak kasus kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur, salah satunya di Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2019. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki luas hutan sebesar 146271 Ha. Analisis area bekas kebakaran hutan sangat diperlukan untuk mengetahui dampak dari kebakaran tersebut salah satunya dengan menggunakan citra penginderaan jauh. Citra penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi area terbakar ialah citra SAR Sentinel-1. SAR dapat digunakan karena SAR sangat sensitif terhadap struktur permukaan terutama vegetasi. Identifikasi area terbakar dapat dilakukan menggunakan algoritma Radar Burn Ratio (RBR) dan Radar Burn Difference (RBD). Pemisahan area terbakar dan tidak terbakar dilakukan menggunakan tiga model threshold yaitu . Dari penelitian ini, dapat diketahui model area terbakar yang memiliki akurasi paling baik dari algoritma RBR dan RBD yaitu berdasarkan threshold odel area terbakar tersebut menunjukkan nilai akurasi yaitu 83,72% dan 78,60%. Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara hasil pengolahan dengan data validasi yang digunakan. Luas area terbakar yang dihasilkan oleh kedua model area terbakar tersebut juga memiliki perbedaan, untuk model area terbakar RBR threshold  menghasilkan area sebesar 10464,62 Ha dan model area terbakar RBD threshold  menghasilkan area sebesar 31248,99 Ha.
Palm Oil Health Monitoring Based on Vegetation Index through Unmanned Aerial Vehicles (UAV)/Drone Tools Suprojo, Baskara; Rosyidi, Fikri Ainur
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 8, No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.99921

Abstract

The plantation sector has an urgency in technological renewal and development, especially in palm oil. Palm oil commodities are included in the staples needed by the Indonesian people for various products and as one of the sectors that generate the largest foreign exchange. Palm oil plantation management practices that have been carried out manually are less able to control plant health, especially during the pandemic which has caused severe impacts in Indonesia. The purpose of this research is to showcase the implementation of Smart Agriculture through the utilization of Unmanned Aerial Vehicle (UAV)/Drone technology in determining palm oil health. This research uses spatial analysis to detect the level of palm oil health by utilizing aerial photographs and GIS software with the Visible Atmospherically Resistant Index (VARI) method which can detect differences in the wavelength of the spectrum reflected by the plant canopy. This research is located in Argomulyo Village, Sepaku District, Penajam Paser Utara Regency, East Kalimantan Province, with abundant palm oil plantations. It was found that out of 2,167 samples of palm oil plants in the studied plantation, 14% were very unhealthy, 34.61% were unhealthy, 36.54% were healthy, and 14.85% were very healthy.
Implementation and Validation of Online Tidal Analysis Basith, Abdul; Dondiarta, Ghani Yanuargo
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 8, No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.101665

Abstract

Tidal harmonic analysis extracts tidal components to understand regional tides that generally conducted using commercial or non-commercial software that needs to be installed on the user's local device. Currently there is still no online harmonic analysis service for tidal data, only an online tidal prediction service. Auto Tidal Pro is developed to perform harmonic analysis and prediction online and is designed to automate the process. It is built using the least square method and Java programming language for harmonic analysis and tidal prediction programs. This study aims to present the results of the development of the online tidal data analysis system called Auto Tidal Pro and its validation. Validation is conducted by comparing the results of harmonic analysis and predictions from the LP-Tides software and observational data. The tidal observational data used is from Balikpapan station. The validation results show that the amplitude component values are close to the LP-Tides results, but the phase values still show some differences. The RMSE value of the harmonic analysis results with Auto Tidal Pro ranges from 0.032-0.17 m, while the RMSE of LP-Tides results is 0.12 m. The MSL difference in about 0.012-0.004m. Auto Tidal Pro prediction produce wave patterns that are almost identical to the observational data and the  LP-Tides predictions. The prediction RMSE gives values between 0.08-0.16 m, and the correlation between Auto Tidal Pro's predictions with observational data and LP-Tides predictions ranges from 0.930816-0.990809. In general, Auto Tidal Pro can be an alternative for tidal harmonic analysis and prediction.
Evaluasi Proses Validasi Data Spasial pada Layanan Elektronik di Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman Ardian, Muhammad; Wibowo, Hendry Yuli
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 8, No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.102069

Abstract

Pada tahun 2024, Kementerian Agraria dan Tata Ruang meluncurkan inisiatif layanan elektronik yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan pertanahan di seluruh Indonesia. Inisiatif ini merupakan langkah strategis untuk memodernisasi sistem pertanahan yang selama ini bergantung pada proses manual. Sejak dimulai pada bulan April, layanan ini telah diresmikan secara bertahap di berbagai Kantor Pertanahan di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hingga September, sebanyak 445 kantor telah berhasil mengimplementasikan layanan elektronik ini. Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman merupakan salah satu yang terlibat aktif dalam inisiatif ini, memulai penerapan layanan elektronik pada tanggal 31 Mei 2024. Peluncuran ini bertepatan dengan implementasi serupa di kantor-kantor lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Layanan elektronik ini menuntut proses validasi sertifikat bidang tanah yang mencakup data spasial dan data tekstual. Proses ini dilakukan melalui aplikasi SiTata, yang dirancang untuk menghasilkan data pra SU-EL (Pra Surat Ukur Elektronik) dan pra BT-EL (Pra Buku Tanah Elektronik). Data ini kemudian dimanfaatkan dalam ekosistem elektronik untuk memproses berbagai permohonan layanan. Namun, implementasi proses validasi spasial menggunakan aplikasi SiTata menghadapi berbagai tantangan. Makalah  ini bertujuan untuk merefleksikan pengalaman dalam mengimplementasikan validasi data spasial di Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman. Kami mengidentifikasi berbagai kendala yang muncul, seperti masalah teknis pada aplikasi, keterbatasan sumber daya manusia, serta kebutuhan mendesak akan peta lengkap yang berkualitas. Makalah ini menawarkan solusi alternatif yang dapat diadopsi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, dengan harapan dapat mendukung keberhasilan penerapan layanan elektronik di masa depan.
Pemetaan Lokasi Potensi Kawasan Peruntukan Industri di Kabupaten Purbalingga Putri, Divina Diananda; Diyono, Diyono
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 8, No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.104750

Abstract

Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu daerah dengan sektor industri sebagai faktor utama pendorong pertumbuhan ekonominya. Lokasi industri sering kali mendapat masalah lingkungan, terutama ketika lokasi industri tersebut tidak sesuai dengan tata ruang. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi Kawasan Peruntukan Industri (KPI) yang potensial dan sesuai dengan tata ruang menjadi penting agar dampak negatifnya terhadap masyarakat dan lingkungan dapat diminimalkan. Analisis geospasial menggunakan Sistem Informasi Geospasial (SIG) serta pengambilan keputusan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menjadi alat penting dalam menentukan lokasi potensial KPI. Dalam kajian ini lokasi potensial KPI dilakukan dengan mempertimbangkan sembilan kriteria dari Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30 Tahun 2020. Metode AHP digunakan dalam perhitungan untuk mengetahui nilai bobot dari setiap kriteria yang digunakan untuk pemetaan lokasi KPI. Hasil pembobotan menggunakan AHP mendapatkan nilai rasio konsistensi antar kriteria sebesar 0,03 yang artinya kriteria dan bobot yang digunakan sudah sesuai jika digunakan dalam penentuan kesesuaian kawasan KPI. Berdasarkan hasil pemetaan kesesuaian dapat identifikasi ada dua jenis KPI yang dapat dikembangkan di Kabupaten Purbalingga, yaitu: Kawasan Industri di Kecamatan Kemangkon dengan luas lahan total 132,165 ha, dan Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) yang dapat dikembangkan di 10 Kecamatan dengan luas lahan keseluruhan 565,338 ha. Lokasi-lokasi tersebut kemudian dipetakan dan divisualisasikan dalam peta web untuk memudahkan diseminasi penggunaannya. Evaluasi lokasi industri eksisting juga dilakukan untuk melihat kesesuaian lokasi industri yang sudah ada tersebut dengan rencana ruang yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil dari evaluasi diketahui ada 15 lokasi dari 55 lokasi industri eksisting yang belum sesuai dengan tata ruang yang ditetapkan untuk kegiatan industri.
Evaluasi Pola Pergeseran Stasiun CORS untuk Keperluan Pemantauan Deformasi Sesar Baribis Widyatma, Tata Mulya; Yulaikhah, Yulaikhah
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 8, No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.106603

Abstract

Letak Indonesia yang berada pada pertemuan empat lempeng yaitu Eurasia, Indo-Australia, Laut Filipina, dan Pasifik menyebabkan tingginya aktivitas tektonik termasuk terbentuknya sesar-sesar, salah satunya Sesar Baribis. Pergerakan sesar ini dapat diamati dengan pengamatan GNSS. Penelitian sebelumnya menggunakan data CORS untuk mengidentifikasi pola pergerakan Sesar Baribis. Penggunaan data stasiun CORS memiliki keunggulan yaitu data tersedia secara kontinu, namun CORS tidak dirancang khusus untuk memantau pergerakan sesar tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi apakah stasiun CORS dapat mewakili pergerakan sesar tersebut. Penelitian ini menggunakan data tujuh stasiun CORS di sekitar Sesar Baribis pada tahun 2019 s.d. 2023 dan data campaign pengamatan GNSS di sekitar Sesar Baribis pada tahun 2019 s.d. 2021. Data tersebut diolah dengan metode Precise Point Positioning (PPP), kemudian dilakukan analisis laju dan arah pergeseran. Laju pergeseran dihitung dengan metode linear square adjustment. Evaluasi pergerakan CORS apakah dapat merepresentasikan pergerakan sesar atau tidak dilakukan dengan membandingkan pola kecepatan dan arahnya terhadap titik campaign yang memang didesain untuk pemantauan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik pantau campaign secara keseluruhan memiliki laju pergeseran yang lebih besar dibandingkan dengan CORS. Sementara itu, arah pergeseran komponen horizontal titik CORS secara umum mengarah ke timur, sedangkan titik pantau campaign memiliki arah yang cukup beragam. Pola pergerakan stasiun CORS di sekitar Sesar Baribis tidak menunjukkan kesesuaian dengan tipe Sesar Baribis yaitu sesar naik, sekaligus tidak menunjukkan kesesuaian dengan pola laju dan arah pergeseran titik campaign. Dapat dikatakan bahwa stasiun CORS tidak merepresentasikan pola pergerakan Sesar Baribis.