SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya
SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya is a half-yearly journal published by the literary studies program of Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Suluk provides a forum for the scholar of literary studies, with special reference to linguistics, literature, and culture. The journal publishes articles on literature, language, philology, and culture of Indonesia with a special interest in the study of literature/language from different geographical areas such as Arabic, Indonesian, Javanese, etc. Suluk is accredited by Crossref, Google Scholar, Garuda, Indonesia Onesearch, Dimensions, Microsoft Academic, Index Copernicus International, Research Bible, and ROAD. Suluk uses the Open Journal System and email. It is a double-blind peer-reviewed by the international and national reviewers. This journal is an open-access journal which means that all content is freely available without charge to the user or his/her institution. Users are allowed to read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full texts of the articles, or use them for any other lawful purpose, without asking prior permission from the publisher or the author. This is in accordance with the BOAI definition of open access.
Articles
111 Documents
Perlawanan Tak Kunjung Padam: Adat, Agama, dan Resistensi Terhadap Kolonial dalam Sitti Nurbaya
Zuhroh, Fatimatuz;
Nada, Annisa Qurrotun;
Taufiqoh, Firda Ulfi;
Lutfiyah, Siti Khumairotul;
Husna, Siti Asmaul;
Khodafi, Muhammad
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 2 (2022): September
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.2.80-93
Kebijakan belasting di luar Jawa muncul sebagai akibat tidak langsung penghentian praktik culturstelsel yang memberikan banyak keuntungan pada pihak pemerintah kolonial. Dalam konteks Minangkabau kewajiban pajak perorangan itu bertentangan dengan isi perjanjian Plakat Pajang yang mengikat antara pihak Belanda dengan masyarakat Minangkabau. Tak ayal kebijakan itu memicu gelombang perlawanan rakyat Minangkabau. Resistensi masyarakat setempat lantas memuncak pada sebuah peristiwa akbar yang dalam sejarah sosial dikenal sebagai Perang Kamang (1908). Kronik tentang penolakan pajak tersebut tidak hanya terekam dalam dokumen sejarah formal, dalam roman Sitti Nurbaya (1922) Marah Roesli menjadikan heroisme masyarakat Minangkabau sebagai latar melodrama yang melibatkan Samsul Bahri dan Datuk Meringgih dalam sebuah pertikaian. Artikel ini membahas genealogi radikalisme masyarakat Minangkabau sejak abad XIX hingga awal abad XX, muasal resistensi sebagaimana digambarkan dalam narasi roman Sitti Nurbaya, serta bentuk resistensi masyarakat setempat menghadapi kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Dalam tulisan roman gubahan Marah Roesli ditempatkan sebagai objek telaah dengan maksud hendak mendeskripsikan kondisi masyarakat Melayu kala itu serta resistensi rakyat Minangkabau terhadap kolonial Belanda. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan pendekatan New Historism. Hasil kajian ini mencakup tiga hal, yakni munculnya radikalisme masyarakat Minangkabau (gerakan Paderi) merupakan imbas dikenalnya Minangkabau sebagai poros pembaharuan Islam yang melahirkan tokoh-tokoh ulama terkemuka; penyebab resistensi masyarakat Minangkabau dalam Sitti Nurbaya yang berkenaan dengan perjanjian Plakat Pajang pasca tumbangnya pertahanan Paderi; dan resistensi masyarakat Minangkabau terhadap pemerintah kolonial ditemukan dalam bentuk resistensi senjata dan nonsenjata (verbal) sebagai bentuk pertahanan identitas budaya dan bangsa mereka.
Pledoi Si Anak Durhaka: Interteks dan Dekonstruksi Folklor Malin Kundang dalam Puisi Indrian Koto
Rahariyoso, Dwi;
Rohiq, Muhammad
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.1-13
Tulisan ini merupakan analisis dekonstruksi atas sajak Pleidoi Malin Kundang. Seperti tersirat dari judul, puisi Indrian Koto tersebut memiliki keterkaitan dengan cerita rakyat Melayu, Malin Kundang. Akhirnya teks puisi tersebut dengan sendirinya memberikan pembacaan lain terkait folklor Sumatra Barat dengan ranah sudut pandang baru. Dalam model analisis dekonstruksi, pembacaan dilakukan secara struktural dengan melihat relasi yang terjadi melalui oposisi biner (binary oposition) dalam teks. Oposisi tersebut secara struktur berupa, oposisi antara judul dan cerita, oposisi berpasangan dalam teks, dan oposisi antara penalaran dan pengalaman batin (subjektif dan objektif). Setelah dilakukan pembacaan yang cermat, relasi oposisi vertikal-hierarkis sebenarnya tidak ada. Sajak tersebut memberikan sebuah sudut pandang baru dalam bentuk oposisi horisontal-setara, yaitu sama-sama membutuhkan kehadiran yang lain. Konsep durhaka yang diambil dari teks sebelumnya dibongkar, sehingga menjadi nisbi, kosong, tidak mutlak.
Tubuh Membengkak, Dunia Mengerut: Alice in Wonderland Syndrome dan Persepsi Plastis Protagonis dalam Not in Wonderland
Ratri, Risalah Damar;
Hanifah, Wanda;
Mufid, Nur
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.24-33
Tulisan ini berfokus pada representasi gangguan mental yang dialami protagonis Not in Wonderland. Novel Bellaanjni tersebut menggambarkan sindrom yang kerap dialami kalangan remaja, yakni Alice in Wonderland Syndrome (AIWS). Dalam psikologi kepribadian perkembangan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksteral. Struktur mental (id, ego, superego) merupakan hal yang mendominasi tingkah laku manusia. Berkenaan dengan hal tersebut masalah dalam kajian ini berupa deskripsi dan penjelasan mengenai kondisi kejiwaan tokoh utama yang mengidap AIWS dalam Not In Wonderland yang akan dihubungkan dengan salah satu teori psikoanalisis, yaitu perkembangan kepribadian manusia. Dengan memanfaatkan psikonalisis freudian diketahui terdapat ketidakseimbangan antara id yang memiliki keinginan dominan yang mengakibatkan tindakan impulsif pada tokoh utama, ego yang tidak dapat menyimbangkan, dan norma superego yang mengalami kekalahan. Ketegangan akibat sindrom yang diidap tokoh utama novel gubahan Bellaanjni tersebut terkadang berupa perasaan tubuhnya menjadi lebih besar (makrosomatognosia) dan mendadak lebih kecil (mikrosomatognosia) dari ukuran sebenarnya.
Sangkan Paraning Dumadi: The Image of Women, Hysteria, and Patriarchal Chains in Intan Paramadhita’s Short Story
Amaliah, Rodliatul;
Shofah, Novia Adibatus;
Tawakal, Choirunnisa Salwa
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.14-23
This study focuses on the psychological symptoms experienced by the Mother in Pemintal Kegelapan (The Dark Spinner) by Intan Paramadhita. Hysteria is understood as a neurosis form based on an element of anxiety in the character’s past life. Psychological disorders in the short story can be seen from the dual personality of the Mother to avoid or cure the anxiety she suffers. As a psychological disorder, hysteria certainly has a therapy known as catharsis. That method is applied by the Mother as a treatment for her psychological disorders. The feminist reflection of Pemintal Kegelapan can be analyzed by applying Sigmund Freud’s psychoanalytic theory. Through that stage of analysis, it can be known how the Mother applies the cathartic method. The causes of the hysteria disorder experienced can be revealed, both hysteria as a mental illness and a woman’s disease.
Main Character’s Inner Conflict in Brian Khrisna’s Kudasai: Freudian Psychoanalysis
Ferdiansyah, Rafi;
Sa'adah, Sufi Ikrima
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 2 (2022): September
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.2.105-115
This article aims to portray the inner conflict that Chaka, the main character in Brian Khrisna Kudasai, experienced. Chaka’s decision to leave his girlfriend and marry another woman caused him a strong regret leading to inner conflict when he meets the long-lost lover. The unexpected meeting put Chaka into a dilemma of choosing the past or maintaining the present. This study employs a psychological approach with Freudian psychoanalysis as the theoretical basis. With the descriptive qualitative method, the analysis maps the cause, the conflict point, and the effect on Chaka’s life. Chaka underwent an inner conflict due to his decision to leave Anet, his girlfriend, to marry Twindy. The conflict reaches its point when Chaka faces two choices: being with the dying Anet or the pregnant Twindy. Chaka’s failure to resolve his inner conflict causes him deep depression ending with his death.
Anasir-Anasir Kisah Perjalanan dalam Helen dan Sukanta: Travel Writing Carl Thompson
Hidayah, Ahmad Taqiyuddin;
Abdullah, Asep Abbas;
Atikurrahman, Moh
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.47-56
Tulisan ini menempatkan Helen dan Sukanta sebagai teks bergenre perjalanan. Sepintas lalu narasi novel Pidi Baiq ini seperti memusat pada kisah sejoli dari senjakala kolonialisme Hindia Belanda. Helen, seorang perempuan keturunan Belanda yang lahir dan tumbuh di sebuah kawasan perkebunan di pedalaman Ciwidey, Bogor jatuh hati pada Sukanta. Kisah asmara mereka kandas lantaran perbedaan rasial. Tragedi itu sendiri diceritakan oleh protagonis kepada narator utama novel yang kebetulan tengah melawat ke Belanda. Oleh sebab itu, kisah Helen tersebut sangat bergantung pada bagaimana sikap dan posisi narator novel untuk merespon dan merepresentasikan kenangan protagonis. Dalam penelitian ini novel Baiq dikaji sebagai representasi sastra perjalanan. Sebuah catatan yang bersumber pada aktivitas perjalanan bagi Carl Thompson mengemukakan beberapa pokok penting, yakni informasi atau keadaan riil belahan dunia lain (reporting the world), sikap pribadi seorang (revealing the self), dan respon terhadap orang asing (respresenting the other) yang notabene berbeda budaya. Secara umum penggambaran novel menempatkan narator sebagai pelancong merupakan diri (self) yang secara aktif bersikap sehingga menentukan jalan cerita dalam Helen dan Sukanta.
Kematian Di Atas Panggung Eksperimental: Dekonstruksi dalam Naskah Lakon RE Karya Akhudiat
Faishal, Ahmad
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.34-46
Kematian merupakan misteri kehidupan yang sangat rahasia. Kematian berhubungan erat dengan prosesi dan ritual sesuai dengan adat dan istiadat. Tulisan ini mengkaji naskah lakon RE sebagai objek material penelitian. Naskah lakon Akhudiat mengusung ihwal kematian sebagai ide pokok mengajak pembaca untuk memikirkan ulang seputar makna, proses, kebiasaan dan sikap masyarakat tentang ritus kematian. Naskah teater ini juga berupaya merepresentasikan batas-batas realitas (dunia) dengan realitas pasca kematian (alam barzah). Untuk memahami naskah drama Akhudiat dibutuhkan sebuah strategi untuk dapat menangkap makna, menemukan gagasan, peran, karakter, hubungan antar tokoh, konflik, setting, alur, artistik dan penyelesaian. Bahkan sampai pada upaya melakukan pemberontakan terhadap naskah itu sendiri (entah adaptasi atau inspirasi). Oleh sebab itu, dalam usaha membaca sistem semiotik yang terkandung di balik teks lakon peneliti mengoptimalkan pembacaan dekonstruksi. Tulisan ini menggunakan metode konten analisis dengan pendekatan dekonstruksi.
Konstruksi Idiomatik dalam Pemberitaan Surat Kabar: Bentuk dan Makna Idiom Pada Narasi Berita Metropolis-Jawa Pos: Kajian Semantik
Rochmah, Nuzurul;
Apriliyanti, Lia;
Fadhilasari, Icha
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.57-69
Pemberitaan dalam surat kabar kerapkali menggunakan idiom sebagai pilihan bentuk dalam narasi berita media massa. Pemanfaatan konstruksi idiomatis tersebut tak lepas dari langgam berita yang meniscayakan keefisienan dan keefektifan ekspresi. Bentuk idiom digunakan agar sesuatu (berita) dapat disampaikan secara singkat, padat, lugas, dan tepat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dan makna idiom sekaligus kategori unsur yang membentuknya. Adapun material pemberitaan yang dijadikan sumber data penelitian bersumber pada surat kabar Jawa Pos segmen Metropolis edisi 22-24 Maret 2022, khususnya kutipan artikel yang mengandung makna idiomatik. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah studi kepustakaan dengan teknik catat. Hasil dari penelitian ini ditemukan makna idiomatik pada pemberitaan atau artikel yang berjumlah total 109 artikel, terdapat 23 artikel yang mengandung makna idiomatik dengan jumlah idiom sebanyak 25 ungkapan. Dari jumlah makna idiomatik yang ditemukan, terdapat 9 idiom pada edisi 22 Maret 2022 berupa 5 bentuk idiom penuh dan 4 bentuk idiom sebagian. Pada edisi 23 Maret 2022 terdapat 8 makna idiomatik berupa 4 bentuk idiom penuh dan 4 bentuk idiom sebagian. Sedangkan pada edisi 24 Maret 2022 terdapat 8 makna idiom berupa 1 bentuk idiom penuh dan 7 bentuk idiom sebagian. Dari data yang ditemukan, akhirnya dapat ditarik kesimpulan penggunaan idiom pada surat kabar seringkali diperlukan guna mengungkapkan konsep-konsep dengan penjelasan yang panjang, melalui idiom tersebut konsep-konsep suatu kata dapat disampaikan dengan singkat dan jelas.
Backlash As a Counter Assault to Woman’s Progress: Feminism Reading on Habiburrahman El Shirazy’s Novel Cinta Suci Zahrana
Adzhani, Shabrina An
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.70-79
This study tries to reveal the backlash contained in Habiburrahman El Shirazy’s novel, Cinta Suci Zahrana. The novel is mostly viewed as promoting feminist values in which the main character is fighting for her dream in education. However, it carries backlash, which is defined as a counter assault toward woman’s progress. In Faludi’s theory, backlash, taking form in myth constructed by patriarchal culture, is used to spread believes that progress women made cause only misery. It is trying to put woman back to inferiority by showing that what they are trying to achieve can make them suffer. This sudy investigates whether the ideas containing backlash appear in Habiburrahman’s Cinta Suci Zahrana. By using qualitative methods and deconstruction reading, this study reveals a discourse that seems to be about women’s struggle, yet carries backlash which takes a form of consequences of the struggle. The result shows that there are backlash ideas taking form as consequences the main character, Zahrana, has to suffer because of her persistence in pursuing her study. Revealing the backlash and how it is presented, this study offers different point of view, not from religious context but limiting the discussion in cultural context. The result is expected to promote critical reading and becomes a contribution to research about backlash.
Belenggu Maskulinitas dalam Kultur Matrilineal Minangkabau: Ambivalensi Sitti Nurbaya dan Beberapa Citra Kolosal Gender pada Roman Marah Roesli
Atikurrahman, Moh;
Siregar, Wahidah Zein Br;
An Adzhani, Shabrina
SULUK : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 2 (2022): September
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15642/suluk.2022.4.2.94-104
Meskipun Marah Roesli menempatkan perempuan sebagai sorot utama karya gubahannya, namun tampilan judul roman belum cukup sugestif untuk memuaskan horison harapan pembaca berlensa feminis mengenai kode-kode gender dalam Sitti Nurbaya (1920). Sebaliknya, keberadaan protagonis perempuan dalam roman justru tampak problematis. Pertama, Sitti Nurbaya tidak dilihat dari kacamata seorang perempuan (pengarangnya laki-laki). Kedua, protagonis perempuan justru ditempatkan sebagai gravitasi konflik maskulin yang menyebabkan Samsulbahri dan Datuk Meringgih berseteru. Tulisan ini mengetengahkan pelbagai citra feminitas yang dinarasikan melalui tokoh-tokoh feminin dalam roman Marah Roesli. Tidak hanya berfokus pada sosok Sitti Nurbaya, sosok seperti Putri Rabiah, Sitti Fatimah, dan Sitti Alimah justru menawarkan citra keperempuanan yang lebih menarik dan mengesankan. Putri Rabiah mewakili gambaran perempuan Minangkabau yang diberkati kultur matrilinel yang menempatkan perempuan sebagai poros sosial, ekonomi, budaya Minangkabau. Sedangkan Sitti Fatimah dan Sitti Alimah merepresentasikan citra kosmopolit dan radikal dari lingkungan keluarga saudagar Melayu di awal kemodernan Melayu.