cover
Contact Name
Asri Mutiara Putri
Contact Email
asri@malahayati.ac.id
Phone
+628595912060
Journal Mail Official
psikologi@malahayati.ac.id
Editorial Address
Program Studi Psikologi UNIVERSITAS MALAHAYATI Jl. Pramuka No. 27 Kemiling Bandar Lampung
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Jurnal Psikologi Malahayati
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 26568551     EISSN : 26847469     DOI : https://doi.org/10.33024/jpm.v2i2
JPM provides a platform to publish scientific articles about psychology, especially public mental health. It also seeks to advance the quality of research by introducing or elaborating new methods in psychology. This journal contains a script on Mental Health that includes: Fundamentals of Psychology Public Mental Health Clinical Psychology Educational Psychology Industrial and organizational psychology
Articles 157 Documents
GRATITUDE DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER Nugroho, Oktafian Noka Yudistira; Wibowo, Doddy Hendro
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.15221

Abstract

Abstrak Guru honorer seringkali menghadapi tekanan ekonomi dan tekanan sosial yang tinggi, alasannya mungkin mereka tidak memiliki keamanan pada pekerjaan, tunjangan, atau jaminan sosial seperti guru tetap. Hal ini bisa berdampak pada kesejahteraan psikologis mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggali hubungan antara gratitude dan psychological well-being pada guru honorer. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu dengan desain penelitian korelasional. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala gratitude untuk mengukur variaberl gratitude dan skala Ryff Psychological Well-Being Scale (RPWB) untuk mengukur variabel psychological well-being. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gratitude tidak memiliki pengaruh terhadap psychological well-being. Dengan demikian, hal ini memungkinkan bahwa psychological well-being dipengaruhi oleh faktor lain selain gratitude. Kata Kunci: Guru, Gratitude, Psychological Well-Being   AbstractHonorary teachers often face high economic and social pressures, as they may not have the job security, benefits or social security of permanent teachers. This can have an impact on their psychological well-being. This study aims to explore the relationship between gratitude and psychological well-being in honorary teachers. There are many factors that can affect a person's psychological well-being, one of which is gratitude. The research method in this study is a qualitative method, namely with a correlational research design. The research instrument used in this study is the gratitude scale to measure gratitude variables and the Ryff Psychological well-being Scale (RPWB) scale to measure psychological well-being variables. The sample size in this study consisted of 90 respondents selected using purposive sampling technique. The result if this research showed  that gratitude has no influence on psychological well-being. Thus, it is possible that psychological well-being is influenced by other factors besides gratitude. Keywords: Teacher, Gratitude, Psychological Well-Being
PSYCHOLOGICAL WELL BEING DAN KESEPIAN PADA MAHASISWA BARU YANG MERANTAU Allo, Treskia Boro; Soetjiningsih, Christiana Hari
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.19020

Abstract

Abstrak Mahasiswa baru yang merantau cenderung merasakan perasaan kesepian. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesepian adalah psychological well being. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara psychological well-being dengan kesepian pada mahasiswa  baru Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2022  yang merantau di Salatiga. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 111 orang, yang diperoleh dengan teknik accidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan skala psychological well being Ryff dan Keyes yang diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan UCLA (University of California Los Angeles) Loneliness Scale version 3 yang di adaptasi oleh Putri . Analisis data menggunakan teknik korelasi Spearmen Rho dengan bantuan SPSS versi 25. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara PWB dengan kesepian, yang berarti semakin tinggi PWB pada mahasiswa yang merantau maka kesepian yang akan dirasakan pada mahasiwa yang merantau rendah. Begitupun sebaliknya, semakin rendah PWB pada mahasiswa yang merantau maka tingkat kesepian pada mahasiwa yang merantau tinggi.  Sebagai bentuk implikasi dari penelitian ini adalah perlu adanya perhatian dari mahasiswa rantau terhadap kesejahteraan psikologis sehingga berdampak pada terhindarnya mahasiswa dari kesepian di tempat rantau. Kata Kunci: Psychological Well Being, Mahasiswa Baru, Kesepian AbstractNew students who migrate tend to feel lonely. One of the factors that influences loneliness is psychological well-being. This quantitative research with a correlational design aims to determine the relationship between psychological well-being and loneliness among new students at Satya Wacana Christian University class of 2022 who have migrated to Salatiga. There were 111 participants in this research, obtained using accidental sampling technique. The research instrument used the Ryff and Keyes psychological well being scale which was adapted from research conducted by Safitri and UCLA (University of California Los Angeles) Loneliness Scale version 3 which was adapted by Putri. Data analysis used the Spearmen Rho correlation technique with the help of SPSS version 25. Based on the research results, it showed that there was a significant negative relationship between PWB and loneliness, which means that the higher the PWB of students who migrate, the lower the loneliness felt by students who migrate. Vice versa, the lower the PWB of students who migrate, the higher the level of loneliness among students who migrate. As an implication of this research, overseas students need to pay attention to psychological well-being so that it has an impact on preventing students from feeling lonely in overseas places. Keywords: Psychological Well Being, New Students, Lonely
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA EMERGING ADULTHOOD YANG MENGALAMI KEHILANGAN AKIBAT KEMATIAN ORANG TUA Manalu, Glory Romanna; Kusumiati, Ratriana Yuliastuti Endang
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.15386

Abstract

Abstrak Kehilangan karena kematian orang tua merupakan peristiwa  yang menakutkan bagi seorang anak, terlebih di masa emerging adulthood. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi emerging adulthood yang mengalami kehilangan akibat kematian orang tua. Partisipan dalam penelitian ini adalah 118  individu berusia 18 – 25 tahun  yang telah kehilangan orang tua akibat kematian, baik itu ayah, ibu, atau keduanya. Metode  pengumpulan data menggunakan skala Resilience Test (RQ Test) dan skala Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MPSS). Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi product moment pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada emerging adulthood yang mengalami kehilangan akibat kematian orang tua. Implikasi dari penelitian ini adalah emerging adulthood yang mengalami kehilangan orang tua dapat menjalin hubungan yang positif dengan orang-orang disekitarnya sehingga adanya dukungan sosial dapat meningkatkan resiliensi yang membantu mereka untuk bertahan dalam masa duka. Kata Kunci: Dukungan Sosial, Resiliensi, Emerging Adulthood, Kehilangan Akibat Kematian Orang Tua AbstractParent's death is a frightening event for a child, especially in the emerging adulthood. This study aims to determine the relationship between social support and resilience to the loss caused by the death of a parent. Participants in this study were 118 individuals aged 18 to 25 who experienced parents death, whether it is the father, the mother, or both. Data collection method using the Resilience Test (RQ Test) scale and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MPSS). The data analysis technique uses the Pearson product moment correlation technique. The results of the study showed a significant positive link between social support and resilience in emerging adulthood who suffered loss as a result of the death of a parent. Implications of this study are that emerging adulthood who experience loss of parents can establish positive relationships with the people around them so that social support can increase resilience that helps them to survive in times of grief. Keywords: Social Support, Resilience, Emerging Adulthood, Loss Due to the Death of a Parent
PERAN KEPEMIPINAN AUTHENTIC DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DIMODERATOR KETERBUKAAN PADA ORGANISASI SEKOLAH SWASTA Simanjuntak, Erwin Simson Mahrojahan; Arbiansyah, Tri Panca Titis
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.15718

Abstract

AbstrakOrganisasi di sekolah, khususnya dalam bidang pelayanan pendidikan, semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini juga menimbulkan persaingan dalam sektor pendidikan, dimana banyak sekolah swasta memiliki tujuan serupa, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus memperoleh keuntungan dalam pengelolaan jasa pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran kepemimpinan autentik menjadi variabel eksogen, kemampuan komunikasi menjadi variabel endogen, dan keterbukaan menjadi variabel moderator. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan ke sekolah swasta dengan 200 responden dengan kriteria guru yang telah bekerja lebih dari 5 tahun sebagai sampel, menggunakan desain penelitian kuantitatif deskriptif dan pendekatan cross-sectional. Analisis data dilakukan dengan metode SEM (Structural Equation Modelling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan autentik tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan komunikasi, meskipun keterbukaan bertindak sebagai moderator. Penelitian ini mengungkap meskipun kepemimpinan memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan komunikasi, keterbukaan tidak berkontribusi secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman pimpinan yaitu kepala sekolah terhadap organisasi, yang berpengaruh pada pengembangan dan pemanfaatan potensi guru untuk mencapai visi dan misi organisasi dan masa depan organisasi tersebut berkembang. Kata Kunci: Kepemimpinan Authentic, Kemampuan Komunikasi, Keterbukaan  AbstractOrganizations in schools, particularly in the field of educational services, are increasingly evolving alongside Indonesia's economic growth. This has also led to intensified competition in the education sector, where many private schools share similar goals: to enhance national education while generating profit through the management of educational services. This study aims to examine the role of authentic leadership as an exogenous variable, commuciation skill endogenous variable, and openness as a moderating variable. Data were collected using questionnaires to private schools, involving 200 respondents who met the criteria of teachers with over five years of experience. The research employed a descriptive quantitative design and a cross-sectional approach. Data analysis was conducted using the Structural Equation Modeling (SEM) method. The findings reveal that authentic leadership does not significantly influence communication skills, even with openness acting as a moderatorp. The study highlights that while leadership plays a critical role in enhancing communication skills, openness does not significantly contribute. This is attributed to the lack of understanding by leaders, particularly principals, about the organization, which affects the development and utilization of teachers' potential to achieve the organization's vision and mission, as well as its future growth. Keywords: Authentic Leadership, Communication Skills, Openness
CAREER ADAPTABILITY SEBAGAI MEDIATOR PADA PERAN FUTURE TIME PERSPECTIVE TERHADAP EMPLOYABILITY MAHASISWA TINGKAT AKHIR Audi, Delvira; Wahyuni, Citra; Hidayati, Ira
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.19494

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggali efek mediasi career adaptability terhadap future time perspective dengan employability bagi mahasiswa yang berada di akhir masa perkuliahan. Employability adalah kesiapan kerja sebagai sebuah kemampuan individu dalam mendapatkan pekerjaan. Future time perspective merupakan pandangan masa depan yang ada pada tiap individu. Career adaptability adalah kesiapan individu dalam menghadapi tantangan atau tugas yang akan datang dalam situasi kerja, career adaptability sebagai variabel mediator yakni sebagai perantara antara future time perspective dan employability. Jenis Penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur skala employability, future time perspevtive, dan career adaptability. Partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa yang berada di akhir masa perkuliahan pada perguruan tinggi di berbagai universitas yang ada di Indonesia berjumlah  150 orang. Data dianalisis dengan menggunakan metode uji analisis hipotesis regresi menggunakan proses SPSS. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung future time perspective terhadap employability tidak signifikan serta career adaptability terbukti mampu memediasi hubungan future time perspective dan employability. Implikasi dari penelitian ini adalah menjadi panduan bagi mahasiswa tingat akhir dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Pengembangan kemampuan adaptasi karir dan pandangan masa depan yang kuat akan memunculkan kesiapan kerja, baik secara fisik maupun mental. Kata Kunci: Career Adaptability, Future Time Perspective, Employability, Mahasiswa Tingkat Akhir AbstractThis research aims to explore the mediating effect of career adaptability on the relationship between future time perspective and employability for students who are at the end of the lecture period. Employability refers to an individual's readiness for work, encompassing their ability to secure employment. Future time perspective represents an individual's outlook on their future. Career adaptability is defined as an individual's preparedness to face upcoming challenges or task in the work environment, serving as a mediator between future time perspective and employability. This quantitative research employed measurement scales for employability, future time perspective, and career adaptability. Participants in this study are 150 students who are at the end of their college years university from various universities in Indonesia. Data were analyzed using hypothesis testing through regression analysis with process in SPSS. The results of this study show that effect of future time perspective between employability not significant, and career adaptability was found to mediate the relationship between future time perspective and employability. The implications of this study serve as a guide for final-year students in preparing for their transition into the workforce. Developing career adaptability and a strong future time perspective fosters employability, both physically and mentally. Keywords: Career Adaptability, Future Time Perspective, Employability, Final-Year Student
POSITIVE SELF TALK: HAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENINGKATKAN OPTIMISME PADA MAHASISWA Gloria, Eliza; Arianti, Rudangta
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.18989

Abstract

Abstrak Karangan ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa sebagai bentuk persyaratan akhir masa pendidikan akademisnya disebut dengan skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah latihan positive self talk dapat meningkatkan optimisme pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan rancangan penelitian yaitu the equivalent time sample design melalui latihan positive self talk terhadap 10 orang mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana yang didapatkan dengan teknik snowball sampling. Alat ukur yang digunakan berupa angket kuesioner skala likert yaitu skala optimisme. Analisa data menggunakan uji paired samples T test. Hasil penelitian menunjukkan latihan positive self talk efektif dalam meningkatkan optimisme pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi. Diketahui nilai rata-rata peningkatan sebelum dan sesudah diberi perlakuan adalah 70,80 menjadi 83,90. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi mahasiswa bahwa optimisme sangat penting untuk ditingkatkan mengingat optimisme yang rendah dapat berakibat pada keadaan psikologis yang lebih parah seperti cemas, timbul perasaan negatif, dan stres. Kata Kunci: Positive Self Talk, Optimisme, Mahasiswa yang mengerjakan skripsi  AbstractA scientific essay written by a student as a form of requirement for the end of their academic education is called a thesis. This research aims to find out whether positive self-talk training can increase optimism in students working on their thesis. This type of research is Quasi Experimental with a research design namely The Equivalent Time Sample Design through positive self talk exercises on 10 students from the Faculty of Psychology, Satya Wacana Christian University which was obtained using the snowball sampling technique. The measuring instrument used is a Likert scale questionnaire, namely the optimism scale. Data analysis used the paired samples T test. The research results show that positive self-talk exercises are effective in increasing optimism in students working on their theses. it is known that the average value of improvement before and after treatment is 70.80 to 83.90. It is hoped that the results of this research will provide information for students that it is very important to increase optimism considering that low optimism can result in more severe psychological conditions such as anxiety, negative feelings and stress. Keywords: Positive Self Talk, Optimism, Students working on a thesis
Memperjuangkan Seks Aman dan Keturunan Sehat: Tantangan Pada Pasangan Serodiskordan yang Menikah Dalam Mencegah Penularan Wardani, Giftia; Poerwandari, Elizabeth Kristi; Pohan, Lifina Dewi
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.16624

Abstract

Abstrak Pasangan serodiskordan mengacu pada pasangan yang salah satu pasangannya adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ODHA yang menjalani pernikahan serodiskordan di Indonesia dari sudut pandang ODHA atau index partner. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus pada satu partisipan. Partisipan adalah seorang perempuan HIV-positif yang menikah dengan suami HIV-negatif, dipilih melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Analisis data menghasilkan lima tema inti: pengungkapan status; sistem dukungan yang baik; tantangan yang dihadapi dalam pernikahan; komunikasi merupakan aspek penting; pencegahan penularan dan perencanaan dalam memiliki keturunan. Temuan menunjukkan bahwa tantangan utama terkait masalah keuangan akibat biaya pengobatan, pengungkapan status kesehatan anak yang dapat menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat, dan komunikasi yang kurang baik yang dapat menambah stres. Untuk menghadapi tantangan dan mencapai kepuasan dalam hubungan seksual dan pernikahan, pasangan serodiskordan harus memiliki komunikasi yang baik untuk mencapai kesepakatan bersama sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing individu dalam pernikahan. Kata Kunci: Pasangan Serodiskordan, HIV/AIDS, Indonesia AbstractA serodiscordant couple refers to a couple where one partner is HIV/AIDS positive. This research aims to explore the experiences of people living with HIV/AIDS (PLWHA) in serodiscordant marriages in Indonesia from the perspective of PLWHA or the index partner. The study employed a qualitative approach with a case study design involving one participant. The participant, selected through purposive sampling, is an HIV-positive woman married to an HIV-negative husband. Data was collected through in-depth interviews. The data analysis revealed five core themes: status disclosure, a good support system, challenges in marriage, communication as a crucial aspect, and prevention of transmission and planning for offspring. The findings indicate that the main challenges are related to financial issues due to medical costs, disclosing a child's health status that can elicit negative reactions from the community, and poor communication which can increase stress. To address these challenges and achieve satisfaction in sexual relations and marriage, serodiscordant couples must maintain good communication aimed at reaching mutual agreements according to everyone’s needs and desires in marriage. Keywords: Serodiscordant Couples, HIV/AIDS, Indonesia
HUBUNGAN FORGIVENESS DENGAN RESILIENSI PADA ISTRI YANG MENJADI KORBAN PERSELINGKUHAN Deli, Neno Aisyah; Amaliyah, Shofwatun
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.19519

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara forgiveness (pengampunan) dan resiliensi (ketahanan) pada istri yang menjadi korban perselingkuhan dalam pernikahan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan korelasional dengan populasi yang terdiri dari 60 istri yang mengalami perselingkuhan di Indonesia. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dirancang khusus, mengukur aspek-aspek forgiveness dan resiliensi dengan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara forgiveness dan resiliensi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kemampuan untuk memaafkan berkontribusi secara signifikan terhadap ketahanan psikologis istri yang menjadi korban perselingkuhan. Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya integrasi strategi pengampunan dan penguatan ketahanan dalam program konseling pernikahan dan intervensi psikologis untuk mendukung proses pemulihan dan kesejahteraan emosional jangka panjang bagi individu yang menghadapi krisis perselingkuhan. Dengan pemahaman ini, diharapkan dapat terbentuk fondasi yang lebih kuat dalam hubungan pernikahan dan masyarakat yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan emosional. Kata Kunci: Perselingkuhan, Forgiveness, Resiliensi AbstractThis research aims to investigate the relationship between forgiveness and resilience in wives who are victims of marital infidelity. The research method used was a descriptive and correlational approach with a population consisting of 60 wives who experienced infidelity in Indonesia. Data was collected using a specially designed questionnaire, measuring aspects of forgiveness and resilience using a Likert scale. The result shows a significant positive relationship between forgiveness and resilience. The conclusion of this research is that the ability to forgive contributes significantly to the psychological resilience of wives who are victims of infidelity. The implications of the results of this study indicate the importance of integrating forgiveness strategies and strengthening resilience in marriage counseling programs and psychological interventions to support the recovery process and long-term emotional well-being for individuals facing an infidelity crisis. With this understanding, it is hoped that a stronger foundation can be formed in marital relationships and a society that is more resilient in facing emotional challenges. Keywords: Infidelity, Forgiveness, Resilience.
BODY IMAGE DAN PENERIMAAN DIRI REMAJA LAKI-LAKI Yulita, Grace Ades; Kristinawati, Wahyuni
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.18996

Abstract

Abstrak Penerimaan diri menjadi satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tak terkecuali remaja laki-laki. Penerimaan diri merupakan sikap dimana individu mampu menerima semua yang ada didalam dirinya, baik kelemahan maupun kekurangan secara keseluruhan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan diri seseorang, salah satunya adalah body image. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan penerimaan diri pada remaja laki-laki. Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana dengan melibatkan 125 remaja laki-laki usia 17-22 tahun. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala Multidimensional Body-Self Relations Questionnare (MBRSQ) dan skala penerimaan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara body image dan penerimaan diri pada remaja. Semakin tinggi body image maka akan semakin tinggi penerimaan dirinya. Sebaliknya, semakin rendah body image maka penerimaan dirinya juga semakin rendah. Dengan adanya persepsi yang positif akan keadaan fisiknya, diharapkan remaja laki-laki akan lebih mudah dalam proses penerimaan dirinya. Kata Kunci: Body Image, Penerimaan Diri, Remaja Laki-Laki  AbstractSelf acceptance is a very important thing in human life, including adolescent boy. Self acceptance is an attitude where individuals are able to accept everything within themselves, both weaknesses and shortcomings as a whole. Many factors can effect a persons self acceptance, one of which is body image. This study aims to determine whether there is a relationship between body image and self acceptance in adolescent boys. The research conducted at Satya Wacana Christian University involving 125 adolescent boys aged 17-22 years. The measuring instruments in this study used Multidimensional Body-Self Relations Questionnare (MBRSQ) scale and self acceptance scale. The results of this study indicate that the hypothesis proposed by the researcher is accepted, namely the higher the body image, the higher the self acceptance. Conversely, the lower the body image, the lower self acceptance. With a positive perception of his physical condition, it is expected that adolescent boys will be easier in the process of accepting themselves.  Keywords: Body Image, Self Acceptance, Adolescent Boys
PENGARUH STRES KERJA DAN USIA TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL- BEING PADA ANGGOTA POLISI Sari, Novi Devita Mayang; Putri, Asri Mutiara; Lutfianawati, Dewi
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.14610

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres kerja dan usia terhadap psychological well-being pada anggota kepolisian daerah (POLDA) Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner psychological well-being dan stres kerja, serta data demografi berupa usia. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota polisi Polda Lampung sebanyak 90 orang dari tiga bidang kerja yaitu Ditbinmas, Ditintelkam, dan Biro SDM. Penetapan subjek menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis quota sampling. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil uji statistik, menunjukan bahwa ada pengaruh stres kerja dan usia terhadap psychological well-being pada anggota kepolisian daerah (POLDA) Lampung, sebesar 38,3% varians psychological well-being dapat dijelaskan oleh stres kerja dan usia. Adapun sisanya 61,7% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini. Implikasi dari penelitian ini adalah perlu adanya pelatihan untuk meningkatkan penerimaan diri serta diperlukan pula adanya penyedian layanan psikologi untuk mengurangi stres kerja yang dialami oleh anggota kepolisian dan melakukan pelatihan menejemen stres yang baik. Kata Kunci: Psychological Well-Being, Stres Kerja, Usia, Polisi  AbstractThis study aims to determine the effect of job stres and age on psychological well-being in members of the Lampung regional police (POLDA). This research is quantitative research. The data collection method uses psychological well-being and work stres questionnaires, as well as demographic data in the form of age. The subjects in this study were 90 police officers from three work areas, namely Ditbinmas, Ditintelkam, and HR Bureau. Determination of subjects using non- probability sampling technique with quota sampling type. In this study, data analysis used multiple regression analysis techniques. Based on the results of statistical tests, it shows that there is an effect of job stres and age on psychological well-being in members of the Lampung regional police (POLDA) of 0.383 which shows 38.3% of the variance in psychological well-being can be explained by job stres and age while the remaining 61.7% is influenced by other factors outside this study. The implication of this research is that there is a need for training to increase self-acceptance and the provision of psychological services to reduce work stres experienced by members of the police and provide good stres management training. Keywords: Psychological Well-Being, Job Stres, Age, Police