cover
Contact Name
Muhammad Syukri
Contact Email
syukri.sadimantara@gmail.com
Phone
+6282189662086
Journal Mail Official
jstpuho@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : -     EISSN : 25276271     DOI : https://doi.org/10.63071
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan (e-ISSN: 2527-6271) is an "Open Access Publications" published by the Food Science and Technology Department,Halu Oleo University Faculty of Agriculture, with a focus and scope in the form of: Food Processing Technology, food biotechnology, food security, food microbiology, food chemistry and food industry technology. Publication Schedule : February, April, June, August, October and December Langueage : Indonesia Frekwency : 6 times every year ISSN online : 2527-6271 Editor In Chief : Prof. Dr. Sri Wahyuni, M.Si Citation Analysis : Google Scholar, Garuda Ristekdikti Accreditation : Sinta 4
Articles 120 Documents
ANALISIS ANTIMIKROBA TEH CELUP BUNGA BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi. L) DENGAN PENAMBAHAN JAHE GAJAH (Zingiber officinale Rosc) Elma Sulistiya; Novi Indah Permata Sari; Yohanna Prasetio
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/1q2p8z29

Abstract

Bunga belimbing wuluh sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai minuman tradisional yang dikombinasikan  dengan jahe untuk meningkatkan sifat sensori dan manfaat fungsionalnya. Pemanfaatan bunga belimbing wuluh menjadi  teh celup bertujuan untuk meningkatkan nilai jual dan pengembangan khasiat bunga belimbing wuluh dengan mengetahui  daya hambat bakteri Staphylococcus aureus oleh ekstrak bunga belimbing wuluh dan jahe. Penelitian ini menggunakan  Rancangan Acak Lengkap satu faktor yaitu proporsi bunga belimbing wuluh dan jahe gajah. Sampel terdiri dari bunga  belimbing wuluh 100%, bunga belimbing wuluh : jahe dengan proporsi, 90:10, 70:30, 50:50 dan 30:70. Teh dibuat dengan  dikeringkan pada suhu 60oC, dengan waktu pengeringan untuk bunga belimbing wuluh selama 5 jam, dan jahe dikeringkan  selama 6 jam. Hasil annova menunjukkan bunga belimbing wuluh : jahe dengan proporsi 90:10 memiliki nilai antibakteri  tertinggi dengan zona hambat sebesar 12,63 mm, luasan zona hambat ini tergolong memiliki aktivitas antibakteri yang kuat. Sedangkan kadar air yang diperoleh tidak berbeda signifikan. 
KARAKTERISTIK PRODUK FERMENTASI  KOMBUCHA DARI TEH HITAM (Camelia sinensis), KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.), JAHE (Zingiber officinale) DAN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) Serafica Btari Christiyani Kusumaningrum; Nurul Inayah; Khasanah Pangestuti; Ariffatur Rizki Asfarina; Nicola Putra Ristiono; Dimas Erdianto
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/tr4bt610

Abstract

 Saat ini kombucha merupakan salah satu minuman fermentasi yang populer karena manfaatnya bagi kesehatan.  Kombucha merupakan hasil fermentasi simbosis khamir, bakteri asam asetat dan bakteri asam laktat pada substrat ekstrak  daun teh hitam. Namun karena tingkat popularitas kombucha yang tinggi, saat ini banyak substitusi bahan lain seperti secang,  jahe dan bunga telang yang memiliki kandungan antioksidan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik  kombucha dari jahe, kayu secang dan bunga telang yang dibandingkan dengan kombucha dari teh hitam berdasarkan ketebalan  nata, pH dan karakteristik organoleptik (rasa dan aroma). Pembuatan kombucha menggunakan masing-masing 10 gram jahe,  kayu secang, bunga telang, teh hitam dan difermentasi  selama 14 hari. Pengukuran nata dan nilai pH dilakukan pada hari ke 14. Karakteristik organoleptik (rasa dan aroma) dinilai oleh 30 panelis tidak terlatih. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pada  kombucha jahe memiliki ketebalan nata 0,7 cm;  nilai pH 3; dan memiliki karakteristik rasa dan aroma yang disukai panelis.  Kombucha bunga telang memiliki ketebalan nata 1 cm; nilai pH 2; memiliki rasa yang disukai panelis, namun aroma yang hanya  dinilai netral oleh panelis. Pada kombucha kayu secang, memiliki ketebalan nata paling tipis (0,1 cm); nilai pH 3, dan memiliki  karakteristik rasa dan aroma yang dinilai netral oleh panelis.  
PENGARUH JUMLAH PENJUALAN TERHADAP KUALITAS MINYAK HABIS PAKAI PELAKU UMKM MARTABAK BIHUN KECAMATAN GRESIK Amanda Dewi Safitri; Ratna Yulistiani; Riski Ayu Anggreini
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/a2777d13

Abstract

Penggunaan minyak secara berulang merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas minyak dan dapat mengakibatkan penyakit. Jumlah penjualan menandakan bahwa minyak tersebut digunakan secara berulang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jumlah penjualan terhadap kualitas minyak habis pakai pelaku UMKM martabak bihun, terhadap nilai fisikokimia (kadar air, asam lemak bebas dan bilangan peroksida). Metode penelitian ini menggunakan  wawancara dan observasi kepada empat pelaku UMKM martabak bihun dengan jumlah penjualan 25-50 pors/hari; 50-75  pors/hari; 75-100 porsi/hari; dan lebih dari 100 porsi/hari. Data di analisis dengan uji korelasi berganda menggunakan SPSS  versi 27. Jumlah penjualan memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap nilai kadar air, asam lemak bebas, dan bilangan  peroksida dengan nilai R sebesar 1,00. Hasil uji fisikokimia menunjukkan rata-rata kadar air minyak habis pakai sebesar  0,67%, rata-rata asam lemak bebas 0,67%, dan rata-rata bilangan peroksida 33,63 Mek O2/Kg. Jumlah penjualan  mempengaruhi kualitas akhir minyak habis pakai. Semakin banyak jumlah penjualan, maka semakin banyak kontak antara  minyak dengan bahan mengandung air, sehingga minyak mengalami kerusakan. 
KARAKTERISTIK FISIK GEL TEPUNG SAGU (Metroxilon sp.) YANG DIFORMULASI DENGAN TEPUNG UBI JALAR PUTIH (Ipomea batatas L) DAN TEPUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Linn) Andi Dahlan; Sri Wahyuni; Febriana Muchtar
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/zxby3s80

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik tepung sagu yang diformulasi dengan tepung ubi jalar putih dan tepung  sagu yang diformulasi dengan tepung pisang kepok. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan sembilan  perlakuan formulasi tepung. Parameter yang dianalisis meliputi kadar air, warna dan performa gel,  lama waktu terbentuk gel, suhu  terbentuk gel optimum, pH, dan skor kelunakan tekstur gel. Analisis data dilakukan dengan One Way Analysis of Variance (ANOVA)  dan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (p ≤ 0,05). Hasil menunjukkan kadar air tepung sagu yang  diformulasi dengan ubi jalar putih dan tepung pisang kepok berkisar antara 14-16%. Formulasi tepung ubi jalar putih dan tepung  ubi jalar, dan tepung sagu dengan tepung pisang kepok memengaruhi warna dan performa gel. Penambahan tepung ubi jalar putih  memengaruhi karakteristik fisik gel sagu, begitu pula dengan gel yang terbentuk dari formulasi tepung sagu dan tepung pisang  kepok. Pada campuran tepung sagu dan tepung ubi jalar putih, suhu gel optimum berkisar 57,33°C hingga 62,00°C, dengan skor  kelunakan gel 2,27 hingga 3,33. Pada campuran tepung sagu dengan tepung pisang kepok, suhu gel optimum berkisar 60,00°C  hingga 64,00°C, dengan skor kelunakan gel 2,13 hingga 3,47. Tepung pisang kepok lebih efektif dalam meningkatkan suhu gel dan mengurangi kelunakan gel dibandingkan tepung ubi jalar putih. Hasil penelitian ini memberikan informasi aplikasi lebih luas untuk  diversifikasi produk pangan berbasis sagu. 
POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PESISIR  KABUPATEN KOLAKA Febriana Muchtar; Sri Wahyuni; Andi Dahlan
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/twv3tx79

Abstract

Pola konsumsi pangan yang dianjurkan berdasarkan prinsip gizi seimbang oleh Kementerian Kesehatan RI terdiri atas sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, serta sayur dan buah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola konsumsi berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi pangan pada rumah tangga di wilayah pesisir Kabupaten Kolaka. Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasional. Sampel penelitian adalah rumah tangga di wilayah pesisir kabupaten Kolaka yang dipilih dengan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan  metode wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Variabel penelitian adalah jenis dan frekuensi konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan jenis makanan pokok berupa beras, jenis lauk hewani berupa ikan, jenis lauk nabati alah tahu dan tempe,  jenis sayuran yang banyak dikonsumsi adalah jenis sayur berdaun dan jenis buah yang banyak dikonsumsi adalah buah pisang  dan pepaya. Secara umum frekuensi konsumsi pangan 2 kali sehari, konsumsi lauk hewani 1-3 kali seminggu, konsumsi lauk  nabati 1-3 kali seminggu, konsumsi sayur 4-7 kali seminggu dan konsumsi buah 4-7 kali seminggu. Kesimpulan bahwa beras  sebagai makanan pokok yang banyak dikonsumsi, ikan sebagai lauk hewani, tahu dan tempe sebagai lauk nabati, sayuran  berdaun merupakan jenis sayur yang banyak dikonsumsi serta jenis buah yang banyak dikonsumsi adalah buah pisang dan pepaya.   
PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN KANDUNGAN ASAM GLUTAMAT TERASI NABATI DARI TEMPE GEMBUS Mayang Agil Ladensi; Sri Winarti; Luqman Agung Wicaksono
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/srb9k717

Abstract

Terasi adalah suatu jenis bahan penyedap makanan yang memiliki bau khas, hasil fermentasi udang atau ikan dengan menggunakan garam. Bahan dasar terasi yang berupa udang dan ikan memiliki kandungan protein hewani yang menyebabkan alergi bagi beberapa orang. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan produk terasi yang terbuat dari bahan nabati. Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku terasi nabati adalah tempe gembus. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi dan menentukan perlakuan terbaik konsentrasi garam dan lama fermentasi terhadap karakteristik fisikokimia dan kandungan asam glutamate terasi nabati berbahan dasar tempe gembus. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor, yaitu konsentrasi garam (2%, 4%, dan 6%) dan lama fermentasi (5, 10, dan 15 hari). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) taraf kepercayaan 95%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut dengan metode DMRT (Duncan Multiple Range Test) 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik berdasarkan uji organoleptik aroma (4.08) dan warna (4.12) yaitu pada perlakuan konsentrasi garam 4% dan lama fermentasi 15 hari. Perlakuan tersebut menghasilkan terasi nabati dengan karakteristik kadar air 3.6%, kadar abu 16.09%, kadar garam 12.62%, nilai pH 5.47, kadar protein terlarut 7.24%, total bakteri asam laktat (BAL) 5.8 log cfu/g, asam glutamat 0.23%, E.coli 8,6 cfu/g
PENGARUH KONSENTRASI ANTI KEMPAL MAGNESIUM KARBONAT (MgCO3) DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KARAKTERISTIK SAMBAL TUMPANG BUBUK Nesha Aulia Septianty; Sri Winarti; Ulya Sarofa
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/84v3hf48

Abstract

Sambal tumpang merupakan makanan khas berupa sambal yang terbuat dari cabai dengan penambahan tempe semangit serta beberapa bumbu lain. Sambal tumpang biasanya tidak dapat bertahan lama untuk itu dapat diolah menjadi produk bubuk.  Produk bubuk memiliki sifat higroskopis sehingga mudah mengalami penggumpalan selama penyimpanan. Salah satu cara untuk mencegah penggumpalan adalah dengan menambahkan anti kempal yaitu bahan tambahan pangan yang dapat mempengaruhi  sifat produk dan membantu mencegah penggumpalan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi anti kempal  magnesium karbonat (MgCO3) dan lama penyimpanan terhadap karakteristik fisikokimia (sudut curah, kadar air dan aktivitas air), mikrobiologi (total mikroba) dan organoleptik (warna, aroma, dan tekstur) sambal tumpang bubuk. Metode penelitian  menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 faktor dengan 2 kali ulangan. Faktor I adalah konsentrasi anti  kempal magnesium karbonat (0%; 0,5%; 1,0%; dan 1,5%). Faktor II adalah lama penyimpanan (hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28). Data  dianalisis menggunakan Analisys Of Varian (ANOVA) dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%. Perbedaan konsentrasi anti kempal magnesium karbonat (MgCO3) dan lama penyimpanan menunjukan hasil yang berpengaruh nyata (p<0,05) pada sudut curah, kadar air, aktivitas air, total mikroba, organoleptik warna dan tekstur namun tidak  berpengaruh nyata pada aroma sambal tumpang bubuk. Penambahan 1,5% anti kempal magnesium karbonat pada sambal tumpang bubuk yang disimpan hingga hari ke-28 menghasilkan produk yang masih layak untuk dikonsumsi berdasarkan SNI 01 3709-1995 tentang rempah bubuk dengan kadar air (5,012%) dan total mikroba (4,511 koloni/g). 
HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN JUMLAH MIKROBA  PADA MINUMAN ES CINCAU HIJAU Nurul Niswatin Sholekhah; Ratna Yulistiani; Anugerah Dany Priyanto
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/1x5kx392

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keamanan pangan es cincau hijau ditinjau dari tingkat kontaminasi   bakteri serta hubungan higiene sanitasi pedagang dengan total bakteri. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei  eksploratif menggunakan pendekatan cross sectional melalui observasi, wawancara dan analisa laboratorium dengan teknik sampling jenuh terhadap 17 sampel yang diperoleh dari pedagang kaki lima es cincau hijau.  Analisis data yang digunakan  yaitu deskriptif dan statistik Chi-square dengan taraf 95% (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan 35,29% pedagang  memiliki kondisi higiene personal yang baik, 64,71% sanitasi peralatan yang buruk, 47,06% sanitasi penyajian yang baik  dan 41,18% sanitasi sarana dan lingkungan dagang yang baik. Sebanyak 47,1% sampel memiliki total bakteri tidak  memenuhi syarat  PerBPOM No.13 Tahun 2019 (range 1,3 x 104 - 2,2 x 106 koloni/ml) dan terdapat hubungan nyata (p<0,05) antara kondisi higiene sanitasi dengan total bakteri es cincau hijau yang dijual oleh pedagang kaki lima di wilayah  Surabaya Timur. 
KARAKTERISTIK MINUMAN KAWA DAUN KHAS MINANGKABAU SEBAGAI MINUMAN SINBIOTIK MELALUI PENAMBAHAN JUS BENGKUANG DAN Bifidobacterium bifidum Rendi Kurnia Illahi; Agustina; Shafira Saumi Afendo; Muhammad Nabil; Yulia Maharan
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/eyj3v543

Abstract

Penambahan jus bengkuang dan bifidobacaterium bifidum belum memiliki kombinasi yang pas sehingga diperlukan pengujian mengenai karakteristik kimia, mikrobiologim, dan organoleptik minuman sinbiotik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan RAL dimana terdapat 6 perlakuan yaitu F1 = penambahan pati bengkuang 1%; F2 = penambahan pati bengkuang 2,5%; F3 = penambahan pati bengkuang 5%; F4 = penambahan pati bengkuang 1% dan air gula 20%; F5 =  penambahan pati bengkuang n 2,5% dan air gula 20%; F6 = penambahan pati bengkuang 5% dan air gula 20%. Penelitian  ini dilakukan pada agustus sampai dengan september 2023. Dimana hasil yang dapatkan. formulasi terbaik dari minuman  sinbiotik kawa daun yaitu pada perlakuan F5 yaitu dengan penambahan pati bengkuang sebanyak 2,5%. perlakuan terbaik  bersarkan uji hedonik dan tpc yaitu F5 sedangkan untuk berdasarkan uji proksimat kadar air tertinggi terdapat ada perlakuakn f1, kadar abu tertinggi yaitu f2, kadar karbihidrat tertinggi diperoleh pada perlakuan f6, kadar lemak tertinggi f2, untuk kadar protein tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap kadar protein  yang didapatkan. Perlakuan pemberian jus  bengkuang dan bifidobacterium bifidum memberi pengaruh terhadap karteristik kimia, mikrobiologi, dan hedonik produk.  
PERUBAHAN KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID DALAM SEDUHAN DAUN PULAI (Alstonia scholaris (L.) R.Br.) SEBELUM DAN SETELAH PENCERNAAN IN VITRO DENGAN VARIASI LAMA PENYEDUHAN Rumaisho; Endang Prangdimurti; Nurheni Sri Palupi
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/9dcb0433

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan total flavonoid sebelum dan setelah pencernaan in vitro dan  memperoleh waktu penyeduhan terbaik. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)  dengan perlakuan lama penyeduhan yang terdiri 5, 10, 15, 20, 25 menit dengan ulangan sebanyak 2 kali. Data dianalisis  dengan Analysis of Variance (ANOVA). Apabila hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, akan dilanjutkan dengan analisis menggunakan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% untuk menentukan pengaruh  antara perlakuan yang berbeda. Parameter yang diamati adalah nilai total flavonoid sebelum dan setelah in vitro. Variasi lama  penyeduhan baik sebelum maupun setelah pencernaan in vitro menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf 5%. Perubahan  nilai total flavonoid setelah pencernaan in vitro mengalami penurunan hampir 50%. Penyeduhan dengan 20 menit merupakan  perlakuan terbaik dengan memiliki nilai total flavonoid tertinggi baik sebelum pencernaan in vitro (10,34 mg QE/g) maupun  setelah pencernaan in vitro (2,84 mg QE/g).

Page 1 of 12 | Total Record : 120