cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Gedung Graha Medika Lt. 1, Ruang 104
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Brawijaya
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 02169347     EISSN : 23380772     DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jkb
Core Subject : Health,
JKB contains articles from research that focus on basic medicine, clinical medicine, epidemiology, and preventive medicine (social medicine).
Articles 782 Documents
Peningkatan Mutu Pelayanan RSI Unisma Malang Melalui Reformasi Manajemen Laundry dan Linen A, Jamilatus Syamsiah; S, Tri Wahyu; Mansur, Muhammad
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.767 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2015.028.02.6

Abstract

Pelayanan linen yang tidak memenuhi standar seperti jumlah linen kurang, kebersihan linen kurang, ketidaktepatan waktu dalam pelayanan linen akan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit. Disamping itu berdampak juga kepada pembiayaan kebutuhan linen yang tidak efisien dan menurunnya kepuasan pasien terhadap pelayanan linen. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari akar masalah dan alternatif solusi tentang ketidaktepatan waktu penyediaan linen rawat inap di RSI Unisma Malang. Penelitian ini menggunakan responden sejumlah 10 orang yang terdiri dari kepala ruang dan petugas linen rawat inap. Penentuan akar masalah menggunakan diagram fishbone, identifikasi alternatif solusi masalah menggunakan media Focus Group Discussion (FGD) dengan pemilihan solusi melalui teori tapisan Mc Namara. Dari hasil penelitian yang terkait dengan ketidaktepatan waktu penyediaan linen adalah belum adanya struktur organisasi, Standar Prosedur Operasional (SPO) waktu pelayanan linen, kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM), pelatihan manajemen linen, dan kebijakan yang mengatur standar waktu pelayanan linen. Alternatif solusi yang dipilih berdasarkan teori tapisan Mc Namara adalah memperbaiki manajemen linen. Kata Kunci: Ketidaktepatan waktu, linen, ruang rawat inap
DERAJAT DEPRESI PASIEN HEPATITIS C KRONIS YANG MENDAPAT TERAPI PEGIFN-α Indriyaningrum, Nurria Betty; Brahmantyo, Herwindo Pudjo; Mustika, Syifa
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.9

Abstract

Disamping efek dari infeksi hepatitis C, pengobatan hepatitis C dengan menggunakan pegylated interferon alfa dikatakan memiliki efek samping berupa depresi. Untuk mengevaluasi gejala depresi pada pasien hepatitis C yang mendapatkan terapi pegylated interferon alfa di divisi Gastroentero-hepatologi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Penilaian depresi dilakukan 1 kali, dengan menggunakan kuisioner Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9). Penelitian ini dilakukan antara tahun 2014-2015. Seluruh pasien hepatitis C yang mendapatkan terapi dengan pegylated interferon alfa, diberikan formulir kuisioner dari Patient Health Questionnaire (PHQ-9) untuk dievaluasi kondisi depresi yang terjadi. Dari keseluruhan pasien berjumlah 24 pasien, didapatkan hasil berupa depresi minimal sebanyak 9 pasien (37,5%), depresi ringan sebanyak 12 pasien (50%), depresi sedang sebanyak 2 pasien (8,3%) dan depresi sedang-berat sebanyak 1 pasien (4,2%). Rerata usia pasien adalah 53,55±12,13 (dalam tahun), dengan rentang usia 30-73 tahun. Jumlah pasien pria sama dengan jumlah pasien wanita (masing-masing 12 orang). Rerata lama terapi adalah 17,78±11,88 (dalam minggu). Genotipe terbanyak adalah genotipe 1 (16 pasien, 66,67%). Manifestasi depresi yang terbanyak adalah kelelahan yang terus menerus dan penurunan nafsu makan. Penelitian membuktikan adanya gangguan depresi pada pasien-pasien hepatitis C yang mendapat terapi pegylated interferon alfa (pegIFN?). Penilaian kondisi mental sebelum memulai terapi dan setelah selesai terapi, perlu dilakukan secara rutin untuk menilai adanya efek samping yang perlu ditangani secara lebih lanjut.Kata Kunci: Derajat depresi, hepatitis C kronis, pegIFN?
PERANAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PENATALAKSANAAN PENDERITA Widijanti, Anik
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 18, No 1 (2002)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2201.204 KB)

Abstract

Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian hasil pemeriksaan laboratorium dengan keadaan klinik penderita. Hal tersebut dapat diatasi dengan komunikasi antar petugas laboratorium dan klinisi, serta interpretasi yang tepat dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dokter laboratorium bertugas untuk mengatasi masalh di bidang laboratorium dengan berbagai cara yaitu mengawasi mutu pemeriksaan sehingga sampelnya memenuhi syarat, persiapan penderita memadai, metodenya tepat, administrasi dan interpretasi hasil pemeriksaan secara benar. Perlu difahami mengenai ?cut off?, nilai rujukan dan nilai kritis, sensitifitas dan spesifitas tes, agar interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium menjadi baik. Pada keadaan tertentu perlu diberikan komentar laboratorium pada jawaban interpretatif. Indikasi pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan yang tepat akan sangat menunjang penatalaksaan penderita. Untuk itu dibutuhkan komunikasi klinisi dan laboratorium  yang dilakukan dengan membuat laporan interpretatif, konsultasi langsung pribadi maupun dalam ?team?. Hasil pemeriksaan petugas laboratorium yang tidak sesuai keadaan klinik penderita dikembalikan kepada dokter penanggung jawab laboratorium yang sama untuk diselesaikan permasalahannya.
Hubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia Tamam, Moedrik; Hadisaputro, Suharyo; Sutaryo, Sutaryo; Setianingsih, Iswari; Astuti, Rini; Soemantri, Agustinus
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.469 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2010.026.01.9

Abstract

ABSTRAKThalassemia β di populasi umum  mempunyai manifestasi klinis  yang sangat bervariasi mulai dari thalassemia ringan sampai berat. Penentuan  jenis  mutasi adalah penting  karena pengetahuan tentang tipe mutasi yang mendasari thalassemia-β diperlukan dalam pengelolaan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara  tipe mutasi dengan manifestasi klinis penderita thalassemia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional kohort prospective dilaksanakan di Unit Transfusi Darah  (UTD PMI Kota Semarang mulai bulan Januari 2006-Desember 2009. Sampel menggunakan 38 pasien thalassemia  yang dipilih secara purposive sampling dari penderita thalassemia β yang menerima transfusi. Variabel penelitian adalah jenis mutasi gen globin , manifestasi klinis, status gizi, dan kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi. Pengukuran kadar Hb dilakukan sebelum transfusi ke-1, setelah transfusi ke-1 dan sebelum transfusi ke-22. Analisis statistik menggunakan uji  dan uji Fisher-exact. Rerata umur subyek penelitian adalah 10,1 ± 3,26 tahun, laki-laki sebesar  16 orang (42,1%) dan perempuan 22 orang (57,9%). Jenis mutasi adalah HbE/ivsnt1-nt5 (55,3%), ivs1-nt5 dan HbE CD35 (masing-masing 13,2%), HbE/ivs1-nt1 (7,9%), dan ivs5-nt1/ivs1, ivs1-nt1/ivs1-nt1, HbE/CD41-42 dan exon 1-2 normal (masing-masing 2,6%). Manifestasi klinis derajat sedang 65,8% dan berat 34,2%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna antara jenis mutasi dengan manifestasi klinis thalassemia (p=0,5). Jenis tipe mutasi gen globin  tidak berhubungan dengan derajat manifestasi klinis thalassemia.Kata kunci : Manifestasi klinis, talasemia , tipe mutasi
PERBEDAAN POLA RESISTENSI Staphylococcus koagulase negatifISOLAT DARAH TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSU Dr SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2000-2001 DENGAN 2004-2005 Dzen, Sjoekoer M.; Santoso, Sanarto; Roekistiningsih, Roekistiningsih; Santosaningsih, Dewi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 21, No 3 (2005)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.523 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2005.021.03.4

Abstract

Coagulase negative staphylococci (CoNS) are the common bacterias causing hospital-acquired infection manifested as bacteremia. The antibiotics therapy against bacterial infection is mostly empiric, whereas the bacterial pattern and its sensitivity to antibiotics differ between region and from year to year. The objective of this study wasto determine the changes of prevalence and antibiotics sensitivity pattern of CoNS, the etiologic agent of bacteremia in patients hospitalised in Dr.Saiful Anwar General Hospital, Malang. Culture and antibiotic sensitivity test wereperformed on 650 and 1063 blood samples during the year of 2000-2001and 2004-2005 respectively in the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Brawijaya University / Dr.Saiful Anwar General Hospital in Malang following NCCLS  1997. ChiSquare test was used to analysed of data. The result of this study revealed that the CoNS was the most isolate found in the blood samples and its resistance to beta lactam antibiotics tends to increase statistically. Key words:Coagulase negative staphylococci, antibiotics sensitivity pattern
Epigallocatechin Gallate Menghambat Resistensi Insulin pada Tikus dengan Diet Tinggi Lemak Mawarti, Herin; Ratnawati, Retty; Lyrawati, Diana
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.297 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2012.027.01.8

Abstract

Konsumsi Epigallocatechin Gallate (EGCG) teh hijau dilaporkan banyak bermanfaat pada upaya peningkatan kesehatan, seperti pembakaran lemak, mencegah obesitas dan sensitifitas insulin. Sehingga   teh hijau (Camelia sinensis) dari klon GMB4  dapat  dikembangkan  sebagai  agen  terapeutik  potensial  untuk  obesitas  dan  resistensi  insulin.  Penelitian  ini bertujuan   untuk  membuktikan  Epigallocatechin  Gallate  (EGCG) teh  hijau  dapat  menghambat  peningkatan  kadar  SREBP-1 jaringan  adiposa  dan  resistensi  insulin  pada  tikus  galur  wistar   jantan   yang  diberi  diet  tinggi  lemak.  Penelitian  ini  dilakukan secara  invivo  dengan  pemeliharaan  hewan  coba  selama  8  minggu  yang  dibagi  dalam  lima  kelompok  perlakuan:  (1) kelompok  kontrol  (-)  dengan  pemberian  diet  pakan  standart,  (2)  kelompok  kontrol  (+)  dengan  pemberian  diet  tinggi lemak,  (3)Pemberian  diet  tinggi  lemak+EGCG  1mg/kgBB,  (4)  Pemberian  diet  tinggi  lemak+EGCG  2  mg/kgBB,  (5) Pemberian  diet  tinggi  lemak+EGCG  8  mg/kgBB. Pakan  tikus  diberikan  secara  oral,  sedangkan  EGCG  per  sonde  1  x/hr . Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  ELISA  untuk  kadar  insulin  dan  SREBP-1  jaringan  adiposa  dan spektrofotometri  untuk  glukosa  darah  puasa.  EGCG  menurunkan  lemak  viseral,  kadar  glukosa,  kadar  SREBP-1  dan resistensi insulin (HOMA-IR) (p<0,05). Penurunan kadar SREBP-1 secara signifikan sebesar 29,85%(p<0,05) pada dosis 8 mg/kgBB,  sedangkan  HOMA-IR  menurun  secara  signifikan  sebesar  33,89%  (p<0,05)  pada  dosis  8  mg/kgBB.
Hambatan Implementasi Surviving Sepsis Campaign Guidelines 2012 pada Pasien Anak di Rumah Sakit Rujukan Tersier Yuliarto, Saptadi; Kadafi, Kurniawan Taufiq; Nugrahani, Iin Tri Listiyanti; Aminingrum, Rahmawati; Asariati, Husnul
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.824 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2014.028.01.11

Abstract

Tata laksana adekuat sepsis dapat memperbaiki luaran pasien. Surviving sepsis campaign (SSC) guidelines 2012 merupakan panduan internasional tata laksana sepsis berat dan syok septik, namun implementasinya dipengaruhi oleh sumberdaya dan fasilitas kesehatan. Penelitian ini mengevaluasi implementasi SSC di rumah sakit. Studi prospektif dilakukan antara Februari-Juni 2013 pada seluruh pasien usia 1 bulan–18 tahun yang memenuhi kriteria sepsis, dengan menilai penggunaan cairan resusitasi dan obat vasoaktif, waktu pemberian antibiotika, waktu pengambilan kultur, pemberian nutrisi, penggunaan ventilator, dan angka kematian. Di antara 40 pasien, 34 merupakan kasus syok septik. Seluruh pasien syok septik mendapatkan resusitasi cairan dan obat vasoaktif. Obat vasoaktif diberikan kurang dari 6 jam pada 21 pasien. Hanya 14 pasien mendapatkan antibiotika pada jam pertama, dan hanya 6 pasien dilakukan pemeriksaan kultur darah sebelum pemberian antibiotika awal. Sebanyak 28 pasien membutuhkan ventilator, namun 13 pasien tidak bisa mendapatkannya.Hal ini meningkatkan risiko mortalitas 2,1 kali (95% IK 1,2; 3,7). Saat perawatan di unit intensif, 27 pasien mendapatkan nutrisi pada 6-24 jam pertama, namun sebagian besar (32 pasien) mendapatkan kalori kurang dari 80% dalam 48 jam pertama yang meningkatkan risiko mortalitas 3 kali (95% IK 1,1; 8,2). Mortalitas terjadi pada 24 pasien. Hal ini menunjukkan adanya hambatan pelaksanaan SSC guidelines 2012 dalam hal pemberian antibiotika, pemeriksaan kultur darah, penggunaan ventilator, dan pemberian nutrisi adekuat. Ketidaktersediaan ventilator dan terapi nutrisi inadekuat meningkatkan risiko mortalitas.Kata Kunci: Antibiotika, kultur darah, mortalita, nutrisi, sepsis, ventilator
Pengaruh Konseling Motivational Interviewing terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi Harijanto, Wahjoe; Rudijanto, Achmad; N, Arief Alamsyah
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 4 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2015.028.04.16

Abstract

Keberhasilan manajemen hipertensi tergantung pada kepatuhan berobat. Meskipun karyawan dan pensiunan PTPN X (Persero) beserta keluarganya mendapat jaminan perawatan kesehatan seumur hidup yang dijamin oleh perusahaan namun tidak menjamin kepatuhan berobat. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek konseling motivational interviewing terhadap kepatuhan minum obat penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan disain pretest – posttest control group. Kelompok uji mendapat perlakuan konseling motivational interviewing dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapat leaflet cara hidup sehat dengan hipertensi. Penilaian kepatuhan minum obat menggunakan 8 item Morisky Medication Adherence Scale. Didapatkan 65 sampel dari 81 orang yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok uji berjumlah 33 orang dan kontrol 32 orang yang mendapatkan informasi dalam bentuk leaflet. Umur rata-rata subjek: 61,09 tahun dan terbanyak menderita hipertensi lebih dari lima tahun (56,9%). Hasil penilaian pra intervensi tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara dua kelompok. Hasil pasca intervesi terdapat perbedaan nilai MMAS-8 antara kedua kelompok tetapi profil tekanan darah tidak berbeda. Terdapat perbedaan kepatuhan maupun profil tekanan darah antara pra dan pasca intervensi pada kedua kelompok, kecuali tekanan diastole pada kelompok uji. Motivational interviewing memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan kepatuhan minum obat penderita hipertensi dan meningkatkan jumlah pasien yang berhasil mencapai target tekanan darah. Kata Kunci: Hipertensi, kepatuhan, konseling, motivational interviewing
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang: Apa Kendala Pelaporannya? Donosepoetro, Imelda Fitria; Rini, Nurul Sri Hidayati; Hakim, Lukman
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.411 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2016.029.03.6

Abstract

Program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) merupakan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit yang diukur secara berkala oleh komite PPI. Studi pendahuluan menunjukkan capaian indikator mutu komite PPI di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat tahun 2014 masih di bawah standar. Capaian tahun 2015 sudah sesuai target tetapi masih ditemukan banyak kendala dalam pencatatan dan pelaporan form. Kendala tersebut yaitu belum semua ruangan menyerahkan laporan rutin setiap bulannya paling lambat tanggal 10. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh sosialisasi pencatatan dan pelaporan form PPI terhadap dampak pengembalian form PPI ke IPCN, untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menentukan faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan pengembalian pelaporan form PPI di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan membandingkan hasil pre dan post sosialisasi, wawancara tidak terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan angka pengembalian form pelaporan PPI yang kurang bermakna (dari 64,29% menjadi 67,86%). Dari hasil wawancara pada 25 ruangan rawat inap didapatkan penyebab terbesar karena komponen pelaporan form PPI terlalu banyak. Penyederhaan form yang diikuti dengan pelatihan dan monitoring evaluasi berkelanjutan disarankan sebagai solusi definitif untuk meningkatkan kinerja pelaporan infeksi di rumah sakit.Kata Kunci: Infection Prevention and Control Nurse (IPCN), pencegahan dan pengendalian infeksi, PPI, sosialisasi pencatatan dan pelaporan form PPI
Pengaruh Gelombang Ultrasonik Intensitas Rendah terhadap Percepatan Fungsionalisasi Osteoblas Dradjat, Respati Suryanto
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 18, No 3 (2002)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3107.521 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh gelombang ultrasonik intensitas rendah terhadap diferensiasi sel osteoblas, yaitu dalam hal morfologi, deposisi kalsium dan produksi osteokalsin sebagai pertanda spesifik terhadap aktivitas osteoblas. Penyembuhan fraktur telah terbukti dapat dipercepat dengan rangsangan gelombang ultrasonik intensitas rendah pada penelitian klinik dan percobaan binatang. Pengaruh gelombang ini melalui satu atau lebih jalur molekular, sehingga menimbulkan pengaruh biologi yang hingga saat ini belum diketahui mekanismenya. Kultur sel osteoblas manusia (NHOst CC-2538) dibiakkan menjadi 20 cawan, secara random dibagi menjadi kelompok yang dirangsang dengan gelombang ultrasonik intensitas rendah dan yang tidak dirangsang. Kultur sel ini dibiakkan pada inkubator dengan suhu udara 37°C, kadar CO2 5% sampai tercapai konfluensi 70%. Rangsangan gelombang ultrasonik dengan frekwensi 1MHz, 0,2 W/cm2, selama 3 menit pada hari ke 1, 3, dan 5. perubahan morfologi diamati dengan mikroskop fase kontras, deposisi regulator tulang dideteksi dengan Western blottting. dari hasil penelitian didapatkan bahwa rangsangan gelombang ultrasonik intensitas rendah mempercepat pembentukan nodul tulang (P<0.05). Klarifikasi dan produksi osteokalsin terbentuk lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan tanpa rangsangan gelombang ultrasonik. Dapat disimpulkan bahwa gelombang ultrasonik intensitas rendah dapat mempengaruhi percepatan fungsionalisasi osteoblas.

Page 7 of 79 | Total Record : 782