Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat

ANALISIS INDEKS MASSA TUBUH DAN KADAR HEMOGLOBIN TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS WATAMPONE, PUSKESMAS KAJUARA DAN PUSKESMAS SALOMEKKO PADA TAHUN 2022-2023 Abdi, Dian Amelia; Putri, Andi Nur Afifah Maharani; Harahap, Muhammad Wirawan; Nurmadilla, Nesyana; Rasfayanah, Rasfayanah
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.36975

Abstract

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan masih menjadi masalah kesehatan serius di beberapa daerah, termasuk Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Penyakit ini dapat memengaruhi kualitas hidup pasien dan memiliki dampak sosial yang cukup besar. Tingkat keparahan kusta dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah status gizi yang diukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kadar hemoglobin (HB). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara IMT dan kadar hemoglobin terhadap tingkat keparahan pasien kusta di Puskesmas Watampone, Puskesmas Kajuara, dan Puskesmas Salomekko pada tahun 2022-2023.  Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan total sampling. Data diperoleh dari rekam medis pasien kusta yang telah didiagnosis di ketiga puskesmas tersebut selama kurun waktu dua tahun. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien kusta memiliki status gizi kategori normal dengan tingkat keparahan Pausibasiler. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik yang signifikan (nilai P = 0,000). Di sisi lain, pasien dengan kadar hemoglobin tidak normal cenderung memiliki tingkat keparahan Multibasiler, yang juga signifikan secara statistik (nilai P = 0,000).  Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dan kadar hemoglobin terhadap tingkat keparahan kusta. Temuan ini menyoroti pentingnya memantau status gizi dan kadar hemoglobin sebagai bagian dari strategi penanganan pasien kusta. Hal ini juga dapat menjadi dasar pengembangan program pencegahan yang lebih efektif untuk menurunkan angka keparahan kusta di wilayah tersebut. Penelitian ini memberikan wawasan penting dalam mendukung upaya pengendalian penyakit kusta di Kabupaten Bone
MANAGEMENT OF VARICELLA IN CHILDREN Azis, Fenny Octaviani; Abdi, Dian Amelia; Susanti, Maya; Roem, Nurul Rumila
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.45977

Abstract

Varicella, atau cacar air, merupakan infeksi primer yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Penyakit ini sangat menular dan umumnya menyerang anak-anak, terutama di wilayah beriklim sedang, di mana sekitar 90% kasus terjadi pada anak usia di bawah 10 tahun. Anak-anak yang belum divaksinasi pada usia 1–4 tahun memiliki risiko tertinggi terkena infeksi ini. Gejala khas varicella meliputi demam ringan, malaise, dan munculnya ruam makulopapular yang berkembang menjadi vesikel dan akhirnya membentuk krusta. Laporan kasus ini membahas seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang datang dengan keluhan bintil berisi air yang menyebar di seluruh tubuh, disertai lesi yang telah membentuk krusta. Berdasarkan pemeriksaan klinis dan riwayat medis, pasien didiagnosis dengan varicella. Penatalaksanaan yang diberikan meliputi antivirus Acyclovir 400 mg, antihistamin Cetirizine 5 mg, antipiretik Paracetamol sirup, serta Gentamicin krim 0,1% yang dioleskan pada lesi kulit. Terapi bertujuan untuk mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan lesi, serta mencegah infeksi sekunder. Kasus ini menegaskan pentingnya diagnosis dini dan tata laksana yang tepat pada varicella, serta perlunya pencegahan melalui vaksinasi, terutama di populasi anak-anak yang rentan terhadap komplikasi penyakit ini.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MELASMA PADA PENYAPU JALAN WANITA USIA 20-50 TAHUN DI MAKASSAR Wana, Nirwana; Abdi, Dian Amelia; Surdam, Zulfiyah; Yuniati, Lisa; Nasaruddin, Hermiaty
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i1.25599

Abstract

Melasma berasal dari bahasa Yunani “melas” yaitu “bintik hitam” yang merupakan penampakan klinis dari melasma. Melasma biasanya ditemukan pada ras kulit gelap tetapi dapat pula ditemukan di berbagai ras pada warga yang tinggal di daerah yang menerima radiasi ultraviolet yang tinggi, yaitu penduduk yang tinggal di wilayah tropis dan paling sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian  melasma pada penyapu jalan wanita usia 20-50 tahun di Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni observasional analitik dengan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah penyapu jalan wanita usia 20-50 tahun sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner. Hasil dari penelitin didapatkan bahwa dari 50 penyapu jalan didapatkan 16 orang (32%) menderita melasma, paling banyak pada usia 41-50 (41,7%). Faktor risiko pada sampel didapatkan 27 orang (54%) yang terpapar sinar matahari, 13 orang (26%) yang menggunakan kosmetik, 23 orang (46%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal, 2 orang (4%) hamil, dan 6 orang (12%) mengonsumsi obat-obatan. Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan paparan sinar matahari dan penggunaan kosmetik adalah <0.001, kontrasepsi hormonal 0.535, kehamilan 0.542 dan penggunaan obat-obatan 0.365. Kesimpulan dari penelitian ini yakni ada hubungan yang signifikan antara paparan sinar matahari dan kosmetik dengan kejadian melasma sedangkan penggunaan kontrasepsi hormonal, kehamilan, dan penggunaan obat-obatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian melasma pada penyapu jalan wanita usia 20-50 tahun di Makassar.