Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Tragedi di Pulau ‘Seribu Mesjid’: Konflik Agama atau Perlawanan Budaya? Mahsun Mahsun
Antropologi Indonesia No 63 (2000): Jurnal Antropologi Indonesia
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

There are a set of questions that needs to be answered in relation to the Mataram tragedy which has been known as the 'Tragedy One Seven One' (Tragedy Satu Tujuh Satu). One of the question is: if the tragedy has the basis of religious conflict, why did the conflict occur only between the Moslems and the Christians, and not between the Moslems and the Hindus which has a greater number of followers than the Christians? By looking at the main target of the tragedy, the churches, not the individuals, as well as its short duration, a cultural analysis is the most probable way to find relevant answers. The author argues that the Mataram tragedy was not staying apart from the development of an increasing number of churches. The building of Christian churches, their quantity, quality, and geographical distribution was seen as the emergence of the new opposed culture. The latter was perceived as threatening the culture of 'Thousand Mosques', the native ethnic identity, and the majority of the people of Pulau Lombok. In this article, the author examines the culture of 'Thousand Mosques', its relation to the Mataram tragedy.
Techniques for Absorption into Indonesian and the Acceptance of Loan Words Related to Covid-19: Socioterminology Approach Lalu Muhamad Helmi; Mahsun Mahsun; Burhanuddin Burhanuddin
LITE: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 17, No 2 (2021): September
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/lite.v17i2.4761

Abstract

This study answers two questions: what equivalence rules of terms are dominantly found in the absorption words during the Covid-19 pandemic, and how acceptable these terms are in the Indonesian-speaking community. The data were collected by using documentation or observation method, supported by the use of a questionnaire. The data were analyzed by using intralingual equivalence and descriptive analysis methods. The results show that 33 foreign terms were matched using translation techniques, ten words with absorption techniques, and two words with combined translation and absorption techniques. Furthermore, the acceptability of absorption terms during the Corona virus pandemic is 39%, while 61% indicates the unacceptability of absorption terms during the Corona virus pandemic.
Penggunaan Peranti Penghubung Antarkalimat dalam Teks Genre Naratif Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Kelas XI: The Use of Cohesive Devices Between Sentence in Narrative Genre Text of Indonesian Language Learning Book for XI Class Senior High School Ahmad Sirulhaq; Mahsun; Muhammad Sukri; Kaharuddin
Jurnal Bastrindo Vol. 2 No. 1 (2021): Edisi Juni 2021
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v2i1.121

Abstract

Abstrak: Dalam pembelajaran kekinian, penekanan dilakukan pada upaya kreatif pemanfaatan bahasa itu sendiri untuk tujuan-tujuan yang lebih praktis. Pandangan ini sering disebut sebagai pembelajaran bahasa berbasis teks. Seiring dengan berubahnya paradigma ini, salah satu kompetensi yang perlu diketahui oleh siswa Sekolah Menengah Atas dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan memproduksi teks naratif, sebagaimana tertuang dalam silabus atau kurikulum 2013 (revisi 2017). Kemampuan memproduksi teks naratif itu sendiri tidak lepas dari kemampuan untuk menempatkan konjungsi, baik konjungsi antarkalimat maupun konjungsi antarparagraf. Ketepatan konjungsi antarkalimat maupun antarparagraf ini akan menjamin kekohesian dan kekoherensian paragraf itu sendiri, yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah teks naratif yang baik. Akan tetapi, perlu kiranya untuk diperhatikan, apakah penggunaan konjungsi dalam buku pelajaran bahasa Indonesia dalam teks genre naratif sudah lengkap dan tepat atau tidak. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengelaborasi bentuk-bentuk konjungsi antarkalimat yang digunakan dalam teks genre naratif buku pelajaran bahasa Indonesia SMA Kurikulum 2013 (revisi 2017).  Abstract: In contemporary learning, emphasis is placed on creative efforts to use language itself for more practical purposes.  This view is often referred to as text-based language learning.  As this paradigm changes, one of the competencies that high school students need to know in learning Indonesian is the ability to produce narrative text, as stated in the 2013 syllabus or curriculum (2017 revision).  The ability to produce narrative text itself is inseparable from the ability to place conjunctions, both conjunctions between sentences and conjunctions between paragraphs.  The accuracy of the conjunctions between sentences and between paragraphs will ensure the cohesion and coherence of the paragraph itself, which in turn will create a good narrative text.  However, it is necessary to pay attention to whether the use of conjunctions in Indonesian language textbooks in narrative genre texts is complete and correct or not.  Therefore, this paper aims to elaborate the forms of conjunctions between sentences used in the narrative genre text of Senior High School  Indonesian language textbooks in 2013 Curriculum (2017 revision).
SATUAN LINGUAL {ka} DALAM BAHASA SUMBAWA DIALEK JEREWEH Burhanuddin Burhanuddin; Mahsun Mahsun; Sukri Sukri; Mahyuni Mahyuni; Saharuddin Saharuddin
MABASAN Vol. 14 No. 2 (2020): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v14i2.417

Abstract

Artikel ini bertujuan menjelaskan status satuan lingual {ka-} dalam bahasa Sumbawa Dialek Jereweh. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan introspeksi (karena penulis penutur dan menguasai bahasa Sumbawa) dengan menghadirkan keseluruhan konteks pemakaian satuan {ka-}, sedangkan data dianalisis menggunakan metode padan intralingual. Hasil analisis data menunjukkan empat status satuan {ka-} dalam bahasa Sumbawa. Pertama,  berstatus sebagai morfem terikat (afiks), misalnya pada kangering ‘kedinginan’, kandatang ‘kedatangan’, kanepat ‘kesiangan’. Kedua, berstatus sebagai penunjuk penanda aspek bermakna ‘telah’, biasanya mendahului verba yang mengisi fungsi predikat dalam konstruksi sintaksis, misalnya dalam kontruksi ka datang ‘telah datang’, ka lalo ‘telah pergi’, ka mate ‘telah meninggal’, dan sebagainya. Ketiga, berstatus sebagai penunjuk ‘ini’, misalnya pada ka nya ‘ini dia’, kabeka ka ‘kenapa ini’, apa ka ‘apa ini’, dan sebagainya. Keempat, bukan sebagai satuan apapun karena merupakan bagian (suku kata) dari unsur morfem dasar, misalnya kamomang ‘terapung’, kameler ‘terbawa arus air’, kamantul ‘tersandung’, dan sebagainya, karena masing-masing tidak ditemukan bentuk *momang, *meler, dan *mantul dalam bahasa Sumbawa Dialek Jereweh.
PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X SMK N I KEPIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Mahsun Mahsun
SURYA BAHTERA Vol 2, No 14 (2014): Jurnal Surya Bahtera
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.569 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) penerapan menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan media lingkungan sekitar sekolah, (2) perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi menggunakan media lingkungan sekitar sekolah, (3) peningkatan keterampilan siswa dalam menulis paragraf deskripsi menggunakan media lingkungan sekitar sekolah. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Dalam pengumpulan data penelitian dilakukan tes dan nontes. Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan metode kualitatif. Teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan adalah metode penyajian informal. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan media lingkungan sekitar sekolah dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu prasiklus, siklus I, dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi; (2) siswa mengalami perubahan perilaku positif terhadap proses pembelajaran menulis paragraf deskripsi menggunakan media lingkungan sekitar sekolah. Hal ini dilihat dari hasil nontes prasiklus, siklus I dan siklus II. Hasil observasi pada prasiklus siswa masih kurang dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I dan pada siklus II sebagian besar siswa sudah mulai mengikuti dan menikmati pembelajaran yang diterapkan oleh penulis dengan baik; (3) hasil tes praktik menulis deskripsi siswa dari hasil tes kemampuan awal baru mencapai 69,6 dan rerata hasil tes siklus I adalah 75,91 atau terjadi peningkatan 6,31 angka. Nilai rerata hasil tes siklus II mencapai 80,17 atau terjadi peningkatan 4,26 angka. Rerata hasil tes kemampuan awal hingga siklus II meningkat 10,57 angka. Kata Kunci: menulis deskripsi, lingkungan sekitar sekolah
PENGGUNAAN KATA KERJA MENTAL PADA PRODUK TEKS EKSPOSISI SISWA SMA DI KOTA MATARAM Nur Ida Rosmayanti; Mahsun Mahsun; Johan Mahyudi
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Vol. 10 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpbs.v10i2.31357

Abstract

Penelitian ini terkait dengan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013, salah satunya menggunakan model pembelajaran berbasis teks. Siswa sekolah menengah di Kota Mataram belum mampu mengungkapkan gagasan dengan baik melalui teks eksposisi. Hal tersebut terlihat pada ketidak mampuan siswa dalam memanfaatkan kata kerja mental untuk menyusun teks eksposisi. Ini menjadi masalah serius dalam kegiatan pembelajaran untuk dihadapi siswa ketika berhadapan dengan kegiatan menyusun teks eksposisi. Adapun, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik libat cakap. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X pada 6 (enam) Sekolah Menengah di Kota Mataram yakni SMAN 1 Mataram, SMA Darul Hikmah Mataram, SMKN 7 Mataram, SMK Muhammadiyah Mataram, MAN 1 Mataram dan MA Hidayatullah Mataram. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan untuk memperkuat deskripsi terhadap data penelitian. Didapatkan data bahwa 104 siswa yang menjadi sampel penelitian hanya 25 siswa yang menggunakan kata kerja mental tindakan (aksi) , proses, keadaan dalam memproduksi teks eksposisi. Hal ini berarti bahwa penguasaan materi siswa terkait dengan kata kerja mental masih sangat kurang dan tidak mampu digunakan dalam kegiatan produk teks ekposisi oleh siswa SMA di Kota Mataram.
GENDER DALAM BAHASA SAMAWA TINJAUAN ANTROPOLINGUISTIK Jumianti Diana; Mahsun Mahsun; Burhanuddin Burhanuddin
Basastra Vol 8, No 1 (2019): Basastra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bss.v8i1.12971

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan wujud kebahasaan yang mencerminkan gender dalam bahasa Samawa dengan menggunakan teori antropolinguistik. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara atau cakap, metode simak atau metode catat dan metode introspeksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya kata, gabungan kata, istilah, ungkapan dan tradisi dalam masyarakat Samawa yang berperspektif gender. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan tentang perempuan Samawa sangat dihargai kedudukannya oleh masyarakatnya. Sikap dan perlakuan serta pandangan masyarakat Samawa lebih menyadari dan memahami tentang kesetaraan gender. Kata Kunci: Gender, Bahasa Samawa dan Antropolinguistik.
LINGUISTICS AND HUMANITIES STUDY Mahsun Mahsun
LITERASI: Indonesian Journal of Humanities Vol 1 No 1 (2011)
Publisher : Faculty of Humanities, Jember University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Language is not merely one of cultural elements, but also medium of culture itself. As medium of culture, we can study cultural systems and behaviors of its members. This article offers conceptual and methodological formula about contribution of linguistics in reading cultural systems and behaviors of particular language speakers. By using Sumbawa and Sasak language as data, I will elaborate language units in both of them from which some cultural behaviors appear. Keywords: information, culture, humanism, linguistic,  
UPAYA MENINGKATAKAN KETERAMPILAN MENULIS DENGAN TEKNIK RCG (REKA CERITA GAMBAR) PADA SISWA KELAS VI SDN BUSE KECAMATAN PRAYA, KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018 MAHSUN MAHSUN
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.611 KB) | DOI: 10.36312/jisip.v3i1.631

Abstract

Budaya membaca dan menulis dikalangan  peserta didik dan guru kini sedang digalakan  melalaui  program pemerintah yang dikenal dengan GLS (Gerakan Literasi Sekoah).GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9. (Pandua GLS; 1). Literasi sebagaipengembanagan budaya membaca dan menulis dikalangan peserta didik  masih jauh dari harapan. Kegiatan  menggunakan bahasa tulisan masih rendah, masih didominasi oleh bahasa lisan atau budaya tutur. Dalam situasi seperti ini peserta didik hanya menjadi pelaku komunikasi yang pasif. Dengan melihat hasil belajar siswa pada siklus I dan II terdapat peningkatan yang cukup signifikan, dimana nilai rata- rata yang diperoleh pada siklus I sebesar67,47 meningkat pada siklus II menjdi 82 terjadi peningkatan sebesar 14,53 poin ,kemudian persentase ketuntasa pada siklus I diperoleh sebesar 53% meningkat pada siklus II menjdi  95 % terjadi peningkatan sebesar 42 poin ,begitu juga dengan persentase siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebesar 47% meningkat pada silus II menjadi 5% terjadi peningkatan sebesar 42 poin, maka dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media gambar pada menulis karangan deskrifsi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Buse  Kecamatan Pujut tahun pelajaran 2017/2018.
KEDUDUKAN BAHASA GEBE DI HALMAHERA TENGAH MALUKU UTARA: STUDI PENDAHULUAN DARI ASPEK LINGUISTIK HISTORIS Burhanuddin Burhanuddin; Sumarlam Sumarlam; Mahsun Mahsun
Arkhais - Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 8 No 1 (2017): Arkhais: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.842 KB) | DOI: 10.21009/ARKHAIS.081.01

Abstract

Secara linguistik historis bahasa Gebe (Gb) termasuk anggota Subkelompok Halmahera Selatan (HS). Dalam simpai pencabangan Kamholz (2014a), Subkelompok Halmahera Selatan pecah menjadi tiga, yaitu (1) Halmahera Selatan-Selatan (HSS) (Gane dan Taba), (2) Kelompok Halmahera Timur-Tengah-Selatan (HTTS) (Maba, Buli, Patani, dan Sawai), dan (3) Gebe. Mengenai hal tersebut dapat dipersoalkan apakah bahasa Gebe lebih dekat ke subkelompok pertama atau kedua, serta apa bukti yang menerangjelaskannya? Kedua hal tersebut akan dibahas dalam tulisan ini dengan menggunakan pendekatan linguistik historis khususnya metode inovasi bersama. Tingginya inovasi bersama secara fonologi dan leksikal menunjukkan bahasa Gebe lebih erat hubungannya dengan Subkelompok Halmahera Timur-Tengah-Selatan. Secara fonologi ditemukan inovasi bersama tidak teratur, yaitu : (1) Gebe bersama bahasa-bahasa HTTS merealisasikan /y/: yali-yali ‘cincin’, sedangkan dalam HSS /ø/: ali-ali; (2) Gebe bersama bahasa-bahasa HTTS tidak merealisasikan suku awal do-, HTTS: bɛt dan Gebe: bat, untuk makna ‘sawah’, sedangkan dalam HSS sebaliknya: dɔba, yaitu HTTS: bɛt dan Gebe: bat; dan (3) Gebe bersama HTTS merealisasikan /p/ pada posisi antarvokal: (k)ip(i,ɛ)s ‘banjir’ sedangkan dalam bahasa-bahasa HSS muncul sebagai /h dan w/: ki(h,w)is. Secara leksikal, Gebe bersama bahasa-bahasa HTTS merealisasikan bentuk yang sama untuk makna ‘kering’, ‘jagung’, ‘gasing’, ‘kampung’, dan ‘kucing’, secara berturut-turut: maŋ, kastela, guman, pnu(ʔ), b(ɔ,o)ki sedangkan dalam bahasa-bahasa HSS: gamɔs, kaduma/gɔcila, bulai/piɔŋ, malɔ, dan tusa. Lebih jauh, ternyata bahasa Gebe lebih erat dengan bahasa Maba, yang ditandai oleh tingginya inovasi bersama butir leksikal dan didukung oleh tiga inovasi bersama fonologi secara teratur dan tiga inovasi bersama fonologi secara tidak teratur. Kata kunci: linguistik historis, inovasi bersama, bahasa, fonologi, dan leksikon.