Articles
Pedriatric Population in Disaster: How Should We Care for Them?
Siregar, Nabilah
IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) Vol 2, No 2 (2018): Indonesian Journal Of Nursing Practices
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (359.292 KB)
|
DOI: 10.18196/ijnp.2283
AbstractBackground: Disaster might cause many impacts for vulnerable people, especially children (pediatric population).Objective: This paper aims to explain how should nurse do in caring for children in disaster management. Method: This review is conducted by searching many literatures from Science direct, ProQuest, PubMed, and google scholar about children and care for pediatric population. Result: Management for children in disaster should consider to many important things, such as: physical condition, psychology, development and behavior. Health practitioner include nurse should care for and involve families, consider to physical and psychological need and protect children from exploitation or any harms to prevent Post Traumatic Distress Syndrome (PTSD) in disaster management. Nurse should pay more attention for children as a unique vulnerable population by considering all aspects of pediatric and involve their families in disaster management.
THORAX TRAUMA SEVERITY SCORE (TTSS) AS A PREDICTOR OF MORTALITY AND COMPLICATIONS IN PATIENTS WITH THORACIC TRAUMA
Nabilah Siregar
UNEJ e-Proceeding 2020: Proceeding of The 4th International AgroNursing Conference
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Background: Thoracic trauma is the third most trauma incident following head and limb trauma. Thoracic trauma can involve multiple systems, thus increasing mortality about one-quarter of the total trauma mortality rate significantly. Thoracic trauma needs to be evaluated for its severity appropriately in order to provide proper treatments. Some trauma scores have not been able to predict mortality and complications accurately in patients with thoracic trauma, so TTSS was developed to overcome these problems. Purpose: This review aims to explain TTSS as a predictor of mortality and complications in patients with thoracic trauma. Methods: Literature analysis was carried out through general internet search processes and academic search sites through Science Direct, PubMed, and google scholar, with predetermined criteria. Results: From 10 eligible articles, 6 articles were synthesized. Almost all of the research results from these articles revealed by statistical analysis that TTSS has good sensitivity and specificity values and was able to predict mortality and complications in patient thoracic trauma, especially in patients with ARDS and MODS. Conclusion: TTSS is a feasible and appropriate tool in predicting mortality and complications in patients with thoracic trauma. The results of the TTSS could help us to determine the appropriate management or therapy for patients. Health workers including nurses are expected to understand and use TTSS in emergency care practices for patients with thoracic trauma to achieve better results. Keywords: Thorax Trauma Severity Score; Predictor; Mortality; Complications
EDUKASI KESEHATAN PADA ORANGTUA TENTANG PENANGANAN PERTAMA KEGAWATDARURATAN KEJANG DEMAM PADA ANAK DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Nabilah Siregar;
Yohana Adelina Pasaribu
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2022): volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/cdj.v3i1.3737
Kejang demam merupakan salah satu kasus gawat darurat yang dapat terjadi di rumah, dan sering dialami oleh anak-anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Pengetahuan orangtua yang benar tentang penanganan pertama kejang demam di rumah dibutuhkan agar orangtua dapat melakukan penanganan secara tepat. Program Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan pertama kegawatdaruratan kejang demam pada anak. Metode yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu Edukasi kesehatan kepada 15 orangtua yang memiliki balita. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil analisa didapatkan terjadi peningkatan pengetahuan orangtua tentang penanganan pertama kegawatdaruratan kejang demam pada anak dari 13 orang (86,7%) dengan pengetahuan kurang dan 2 orang (13,3%) dengan pengetahuan cukup menjadi 15 orang (100%) dengan pengetahuan baik (p value 0,000 dan mean rank 8,00). Selanjutnya diperlukan edukasi yang berkelanjutan tentang penanganan pertama kasus kegawatdaruratan yang dapat terjadi atau dialami di rumah/masyarakat, serta evaluasi lanjutan. Pengembangan program kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan metode pelatihan perlu dilakukan kepada orangtua atau kader setempat.
PELATIHAN IBU DALAM PENANGANAN CHOKING PADA ANAK YANG TERSEDAK DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Nabilah Siregar;
Yohana Adelina Pasaribu
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2022): Volume 3 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/cdj.v3i2.4448
Choking (Tersedak) merupakan salah satu kejadian atau situasi gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat, terutama pada anak-anak. Hal ini dikarenakan karakteristik dan perilaku anak yang beragam pada usia tersebut dan perlu dipahami serta dipantau oleh orangtua khususnya ibu. Pengetahuan tentang penanganan tersedak akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menangani tersedak dan menghindari ancaman kematian pada anak. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yaitu melalui pelatihan. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman berupa pelatihan tentang Penanganan Anak yang Tersedak. Metode kegiatan yang ditempuh meliputi pre test, pelatihan, pemberian leaflet, dan post test. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat yang telah dilakukan sesuai rencana dihadiri 15 ibu yang memiliki anggota keluarga usia balita. Hasil analisa data pengabdian diperoleh peningkatan pengetahuan ibu tentang penanganan anak yang tersedak dari 14 orang (93,2%) dengan pengetahuan kurang dan 1 orang (6,7%) dengan pengetahuan cukup menjadi 15 orang (100%) dengan pengetahuan baik, serta didapatkan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat tentang penanganan anak yang tersedak. Selanjutnya diperlukan evaluasi yang berkelanjutan tentang penanganan pertama kasus kegawatdaruratan jalan nafas atau lainnya yang dilakukan oleh petugas kesehatan termasuk peran serta Perguruan Tinggi Kesehatan dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG PENANGANAN PERTAMA KEJANG DEMAM PADA ANAK DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Nabilah Siregar;
Derma Wani Damanik
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 3 No. 3 (2022): September 2022
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jkt.v3i3.6450
Kejang demam merupakan penyakit yang rentan dialami oleh anak-anak khususnya balita. Di Indonesia tahun 2017, kejang demam dialami oleh anak di bawah lima tahun sekitar 2,5%. Orangtua merupakan orang yang terdekat dengan anak dan dituntut untuk memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang pencegahan dan penanganan penyakit pada anaknya. Penanganan yang salah pada anak yang kejang demam dapat menyebabkan timbulnya kondisi kegawatdaruratan lain seperti aspirasi, cedera atau syok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan pertama kejang demam pada anak. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 40 orangtua yang memiliki balita di Desa Tanjung Pasir Kabupaten Simalungun. Analisa data menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (42,5%) dan sikap negatif sebanyak 24 orang (60%), serta terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan pertama kejang demam pada anak (p value 0,000). Pengetahuan berhubungan dengan sikap orangtua tentang penanganan pertama kejang demam pada anak. Pengetahuan yang baik akan menimbulkan sikap yang baik dalam penanganan pertama kejang demam pada anak di rumah. Diharapkan petugas kesehatan khususnya perawat memberikan meningkatkan edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap orang tua tentang penanganan pertama anak dengan kejang demam.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT TK.IV 01.07.01 PEMATANGSIANTAR
julianto julianto;
Nabilah Siregar
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jkt.v4i3.16716
Tuberkulosis menjadi salah satu masalah kesehatan dengan jumlah kejadian yang tinggi di dunia. Data World Health Organization (WHO) menyebutkan terdapat 10 juta kasus dan 1,5 juta kematian akibat TB setiap tahun di dunia. Jumlah kasus TB di Indonesia pada tahun 2017 yaitu 420.994 kasus Pengobatan OAT bertujuan untuk menurunkan risiko penyebaran penyakit TB paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis (OAT). Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 294 pasien yang didiagnosa mengalami TB paru di Rumah Sakit Tk.IV 01.07.01 Pematangsiantar. Sampel penelitian sebanyak 169 pasien. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 Januari–15 Juni 2023. Analisa data menggunakan uji Chi square. Mayoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengobatan OAT yaitu 71 orang (42,0%) namun masih terdapat 39 orang (23,1%) yang memiliki pengetahuan kurang, mayoritas responden patuh minum OAT yaitu 111 orang (65,7%) namun masih terdapat 34,3% responden yang tidak patuh minum OAT, serta terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis paru (OAT) pada pasien tuberkulosis paru (p value 0,000). Pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru. Diharapkan perawat dapat meningkatkan edukasi kesehatan pada penderita TB paru tentang pengobatan dan efek samping putus obat, serta meningkatkan peran serta keluarga dalam pengawasan minum obat.
Penerapan Senam Ergonomik untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di UPTD Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Kota Pematangsiantar
Vany Debora Tampubolon;
Nabilah Siregar
SEHATI: Jurnal Kesehatan Vol 4, No 2 (2024)
Publisher : Pelantar Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.52364/sehati.v4i2.71
Hypertension is called the silent killer, where the elderly are at the highest risk of developing hypertension. This study aims to reduce blood pressure in elderly people with hypertension. The design of this research is descriptive using a case study method on 2 hypertensive clients at the UPTD for the Deaf, Speech Impaired and Elderly in Pematangsiantar, with a purposive sampling technique. Data was collected using interview techniques, observation, and physical examinations carried out using a gerontic perspective assessment format. The results of the research showed that blood pressure in both clients decreased, namely blood pressure from 170/100 mmHg down to 140/80 mmHg in client I, and 160/90 mmHg down to 130/80 mmHg in clien II after doing ergonomic exercises for three days. The author suggests that ergonomic exercises can be applied routinely to elderly people with hypertension.
EDUKASI ENAM LANGKAH CUCI TANGAN PAKAI SABUN “TEPUNGSELACIPUPUT” PADA ANAK USIA SEKOLAH
Siregar, Nabilah;
Lismawati;
Julianto;
Pasaribu, Yohanna Adelina
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 14 No 1 (2024): Juli 2024
Publisher : LPPM UNINUS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30999/jpkm.v14i1.3174
Improper hand washing practices caused more than half of child deaths per year due to infectious diseases. This community service activity took the form of education used lecture and demonstration with musical accompaniment about six-steps hand washing exercises, and was carried out on May 18 2024 with 50 elementary school students. The results of the activity analysis showed that there was an increase in the percentage of students' ability to wash their hands in six steps with soap from 0% to 78%. Education on hand washing with demonstrations accompanied by music for children helps improve the ability of school-aged children to wash their hands so as to maintain hand hygiene and is useful in preventing disease transmission. Health workers and teachers have an important role in teaching clean and healthy living habits to improve children's health status.
Edukasi Kesehatan dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanganan Pertama Keracunan Makanan Di Huta III Kabupaten Simalungun
Nabilah Siregar;
Julianto;
Lismawati;
Yohanna Adelina Pasaribu
Gudang Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2025): GJPM - JANUARI
Publisher : PT. Gudang Pustaka Cendekia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.59435/gjpm.v3i1.1342
Keracunan merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan yang umum terjadi di masyarakat terutama dalam rumah tangga. Keracunan yang paling sering terjadi di masyarakat khususnya pada anak-anak adalah keracunan makanan. Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang dialami seseorang akibat mengonsumsi makanan yang mengandung kontaminasi biologis ataupun kimiawi sehingga menyebabkan gejala seperti demam, mual, muntah dan diare. Data World Health Organization menunjukkan bahwa sebanyak dua juta orang di dunia meninggal setiap tahun, sedangkan di Indonesia terdapat 200 kasus keracunan setiap tahun akibat keracunan makanan dan minuman. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama pada kasus keracunan. Kegiatan ini dilakukan di Huta III Desa Tanjung Pasir Kabupaten Simalungun pada tanggal 30 Oktober 2024, dan dihadiri oleh 50 orang anggota masyarakat. Kegiatan pengabdian ini menerapkan edukasi kesehatan dengan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi tentang penanganan pertama keracunan. Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama keracunan makanan yaitu sebelum edukasi pengetahuan kurang sebanyak 21 orang (42%) dan pengetahuan cukup sebanyak 17 orang (34%) meningkat menjadi pengetahuan cukup sebanyak 4 orang (8%) dan pengetahuan baik sebanyak 46 orang (92%) sesudah edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama keracunan makanan. Penulis menyarankan agar petugas kesehatan termasuk pihak pendidikan senantiasa meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama kasus-kasus kegawatdaruratan.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENANGANAN PERTAMA LUKA BAKAR DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Siregar, Nabilah;
Purba, Wulan Sari;
Handayani, Astika
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2023): Volume 1 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jiik.v1i2.13337
Luka bakar merupakan salah satu jenis cedera yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Penanganan pertama yang cepat dan tepat yang dibutuhkan untuk mencegah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas akibat luka bakar. penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang penanganan pertama luka bakar di Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 45 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berusia 26-35 tahun sebanyak 31 orang (68,9%), memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 23 orang (51,1%), tidak bekerja sebanyak 20 orang (44,4%), dan memiliki pengetahuan kurang tentang penanganan pertama luka bakar sebanyak 28 orang (62,2%). Oleh karena itu diharapkan petugas kesehatan di puskesmas setempat dapat melakukan upaya dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama luka bakar melalui program edukasi kesehatan atau pelatihan terkait penanganan pertama pada luka bakar