Indri Mulyasari
Program Studi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo, Semarang, Indonesia

Published : 55 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN HEWANI DAN VITAMIN C DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN Yana, Riza Dwi; Mulyasari, Indri; Purbowati
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 10 No 24 (2018): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v10i24.34

Abstract

Background: Good fitness can be achieved by: managing food, arrangeing rest and itsactivity / sport. Nutrition to support fitness consists of macro nutrients (protein) and micronutrients(vitamin C). Objective :To determine the correlationbetween animal protein intake and vitamin C with physical fitness in teenagersat SMK Widya Praja Ungaran. Method :The research design wasdescriptive correlation using cross sectional approach. The population wasall students in SMK Widya Praja Ungaran, the number of sample were 122 students, using total sampling method. Intake of animal protein and vitamin C was measured by using semi quantitative FFQ questionnaires. Physical fitness wasmeasuredbyusing the Multistage Fitness Test method (multi-stage run). Analysis usedSpearman Rank correlation test (α = 0,05). Results :Average intake of animal protein was 44.3%± 25%, mean intake of vitamin C 54.7% ± 34% and average physical fitness test score was 26.8 ml/kg/min± 5.9 ml/kg/min. As many categoriesmoreanimal protein intakeas 44.3%,less vitamin C ingestion categoryas 81.1%, andvery low VO2max score categoryas 52.2%. Bivariate analysis there is acorrelation betweenanimal protein intake with physical fitness (p=0.042) and no correlationbetween vitamin C intake and physical fitness (p=0.864). Conclusion :There is a correlation betweenanimal protein intake with physical fitness and there is correlation betweenvitamin C intake and physical fitness Abstrak : Latar Belakang: Kebugaran yang baik bisa diraih dengan: mengatur makanan, mengatur istirahat, dan melakukan aktivitas/olahraga. Zat gizi untuk menunjang kebugaran terdiri dari zat gizi makro (protein) dan zat gizi mikro (vitamin C). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan asupan protein hewani dan vitamin C dengan kebugaran jasmani pada remaja di SMK Widya Praja Ungaran. Metode: Rancangan penelitian adalah deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh siswa di SMK Widya Praja Ungaran, jumlah sampel 122 siswa, menggunakan metode total sampling. Asupan protein hewani dan vitamin C diukur menggunakan kuesioner FFQ semi kuantitatif. Kebugaran jasmani diukur menggunakan metode Multistage Fitnes Test (lari multi tahap). Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman Rank (α=0,05). Hasil: Rerata asupan protein hewani 44.3% ± 25%, rerata asupan vitamin C 54.7% ± 34% dan rerata skor tes kebugaran jasmani 26.8 ml/kg/min ± 5.9 ml/kg/min. Kategori paling banyak asupan protein hewani lebih 44.3%, asupan vitamin C kurang 81.1%, dan kategori skor VO2max sangat kurang 52.2%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan asupan protein hewani dengan kebugaran jasmani (p=0,042) dan tidak ada hubungan asupan vitamin C dengan kebugaran jasmani (p=0,864). Simpulan: Terdapat hubungan asupan protein hewani dengan kebugaran jasmani dan tidak terdapat hubungan asupan vitamin C dengan kebugaran jasmani.
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN ZINK DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN Azimah, Uly; Mulyasari, Indri Mulyasari; Purbowati
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 10 No 24 (2018): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v10i24.35

Abstract

Background :Physical fitnessis expected to have a dole scence making itable to work effectively and efficiently, easily absorba lesson,not susceptible to the disease and can perform optimally both in the field of education as well as in the field of sport. One of the nutrients that can affect the level of physical fitness that is fat in take and zink. Purpose :This research aims to know the correlation between of fat in take and physical fitness with zink in a dolescence. Methods: The design ofthis researchis a cross-sectional students witha method that is122. Fat intake and zink in size with the method of total sampling method of semiquantitativeFFQ consumptions urveys. Physical fitnessis measured by the method of Multistage Fitness Test(VO2max), analysis using the spearman rank correlation between test(α=0.05). Results: The mean fat in take on adole scence that is 72.2%±0,85%, zinc intake mean 7.64%, ±2,89% and physical fitness 26.59%± 6,31%.Bivariat analysis shows that there is no correlation between fat intake with physical fitness (p=0.493)where asatthe in take bivariate analysis using zink showed no correlation with physical fitness zini intake (p =0,033). Conclussion :There is no correlation between is no of fat intake with physical fitness in youth,and there is correlation between of physical fitness with zinc intake in adolescence Abstrak : Latar Belakang: Remaja diharapkan memiliki kebugaran jasmani sehingga mampu bekerja secara efektif dan efisien, mudah menyerap pelajaran, tidak mudah terserang penyakit dan dapat berprestasi secara optimal baik dibidang pendidikan maupun dibidang olahraga. Salah satu zat gizi yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani yaitu asupan lemak dan zink. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan lemak dan zink dengan kebugaran jasmani pada remaja. Metode: Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode total sampling yaitu 122 siswa. Data asupan lemak dan zink di ukur dengan metode survei konsumsi FFQ semi kuantitatif. Kebugaran jasmani diukur dengan metode Multistage Fitnes Test yaitu VO2max. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman Rank (α = 0,05). Hasil: Rerata asupan lemak pada remaja yaitu 72,2%± 0,85%, rerata asupan zink yaitu 7,64% ± 2,89%dan rerata kebugaran jasmani 26,59% ± 6,31%. Tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan kebugaran jasmani (p=0,493). Ada hubungan asupan zink dengan kebugaranjasmani (p=0,033). Simpulan:Tidak ada hubungan asupan lemak dengan kebugaran jasmani pada remaja, dan ada hubungan asupan zink dengan kebugaran jasmani pada remaja.
HUBUNGAN ANTARA PERSEN LEMAK TUBUH DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA ATLET DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA PELAJAR (PPLOP) PROVINSI JAWA TENGAH Widayati, Aditia; Pontang , Galeh Septiar; Mulyasari, Indri
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 10 No 23 (2018): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v10i23.38

Abstract

Background :An athlete is required to have an excellent physical fitness to support his physical activity. Nutrition status is a factor that affects the leel of physical fitness associated with body composition. Purpose :This study aimed to determine the between body fat percentage physical fitness of athletes in PPLOP Central Java. Methods :The design of this study was a correlational deskriptif using cross-sectional with a total of 46 samples taken with total sampling method. Fat percentage was measured by using Bioelectric Impedance Analyzer (BIA). Physical fitness was measured by the Indonesian Physical Freshness Test Method. Data analysis used Spearman Rank correlation test with value α≤0,05. Results :Mean of body fat percentage in athletes was 15.5 ±4,8% with minimum score 8,90% and maxmimum score 30,00%, average physical fitness of the athletes 15.5 ± 4.8 with minimum score 8,90% and maximum score 30,00%. A total of 26 athletes (56.5%) had good body fat percentage, and as many as 29 athletes (63.0%) had good physical fitness. Bivariate analysis showed that there was no correlation between percentage body fat with physical fitness (p = 0.293). Conclusion: There is no correlation between percentage body fat with physical fitness Abstrak : Latar Belakang : Seorang atlet dituntut untuk memiliki kesegaran jasmani yang sangat baik guna menunjang aktivitas fisiknya. Status gizi merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani yang hubungannya dengan komposisi tubuh.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani pada atlet di PPLOP Jawa Tengah. Metode: Rancangan penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan jumlah sampel 46 orang diambil dengan metode total sampling. Persen lemak diukur menggunakan Bioelectric Impedance Analyzer (BIA) dengan ketelitian 0,1. Kesegaran jasmani diukur dengan metode Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan nilai (α≤0,05). Hasil: Rerata persen lemak tubuh pada atlet 15,5 ±4,8 % dengan nilai min 8.90 % dan nilai max 30,00%, sedangkan rerata kesegaran jasmani pada atlet 15,5±4,8, denan nilai min dan nilai max 24 Sebanyak 26 atlet (56,5%) memiliki persen lemak tubuh baik, dan sebanyak 29 atlet (63,0%) memiliki kesegaran jasmani yang baik. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani (p=0.293). Simpulan : Tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani atlet
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA ATLET DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA PELAJAR (PPLOP) PROVINSI JAWA TENGAH Masithoh, Anastasia; Pontang, Galeh S.; Mulyasari, Indri
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 10 No 23 (2018): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v10i23.39

Abstract

Background: Physicalfreshnesscan support an performance athlete in exercise andmatch, the athletes can not feel fatigue.The ways toget good physical freshness are good hemoglobin level’s. Purpose: To determine the correlation betweenhemoglobin levels with physical freshnessof athletesin PPLOPof Central Java. Method: This researchuseddescriptivecorrelationdesign researchstudies andthe research method used cross sectional. The number of samples were 46 athletes in PPLOP as Central Java, using total sampling method. Boold hemoglobin levels were measured by using hemoglobinometer with an precision of0,1gr/dl. Physical freshness was measured by the physical freshness test for indonesian called TKJI. Data analysis used spearman rank test (α = 0,05). Result: Average hemoglobin level was 13,8 gr/dl ±1,8, minimum value 11,1 gr/dl and maximum value 19 gr/dl. The average TKJI was 19,41±2,1, minimum value 15 and maximum value 24. Based onthe results oftheanalysis dataobtained there was not any correlation between hemoglobin levels with physical freshness of the athletes ( p= 0,335; r = -0,145). Conclusion: There was not any correlation between hemoglobin levels with physical freshness of the athletes Abstrak : Latar Belakang: Kesegaran jasmani dapat menunjang performa atlet dalam berlatih dan bertanding, sehingga dalam berlatih dan bertanding atlet tidak mudah mengalami kelelahan. Salah satu upaya untuk mendapatkan kesegaran jasmani yang baik diperlukan kadar hemoglobin yang baik. Tujuan : Mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani pada atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLOP) Provinsi Jawa Tengah. Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi deskriptif korelasi, dengan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 46 atlet yang ada di PPLOP Provinsi Jawa Tengah, yang diambil dengan metode total sampling. Kadar hemoglobin darah diukur dengan menggunakan alat hemoglobinometer dengan ketelitian 0,1 gr/dl. Kesegaran jasmani diukur dengan metode tes Kesegaran jasmani Indonesia (TKJI). Analisis data menggunakan uji korelasi spearman rank (α= 0,05). Hasil : Rerata kadar hemoglobin 13,8 gr/dl ± 1,8, nilai minimal 11,1 gr/dl dan nilai maksimal 19 gr/dl. Rerata nilai TKJI 19,41±2,1, nilai minimal 15 dan nilai maksimal 24. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan tidak ada hubungan kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani atlet ( p = 0,335; r = -0,145). Simpulan : Tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani atlet.
HUBUNGAN PERSEN LEMAK TUBUH DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN Suciani, Indah; Maryanto, Sugeng; Mulyasari, Indri
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 10 No 23 (2018): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v10i23.48

Abstract

Background :Physical fitness atadolescents work decreasesevery year. Physical fitness is an important health indicator for adolescentsbecause it can predict health impact and is associated with improved health status. Excess body fat percentageand lessiron intakeare the factors that can affect physical fitness in adolescents. Objective :To know the correlation between percent body fat and iron intake with physical fitness of the adolescents in deviationWidya Praja Ungaran. Methods :The type of this study wasa correlationalstudy using cross sectional approach in Vocational SchoolWidya Praja Ungaran. The samplesof 122 students waretaken by total samplingmethod. Percent body fat wasmeasuredby using BIA Hand to Foot electrode, iron intake by using semiquantitative FFQ.Physical fitness was measured using a Multistage fitness test. Data analysis usedSpearman Rankcorrelation test (α = 0,05). Results :Average body fat percentage of the respondent was 19.73% ± 7.28%.The average iron intake of the respondent was compared of daily requirement was47,27% ± 31,49%. The average physical fitness was 26,74 ml/kg/minute ± 6ml/kg/minute. There was a correlation between body fat percent and iron intakewith physical fitness (p = 0.0001, p= 0.0001) Conclusion :There is a correlation betweenbody fat percentage and iron intake with physical fitness of adolescentsat Vocational SchoolWidya Praja Ungaran Abstrak : Latar Belakang : Kebugaran jasmani pada remaja setiap tahun menurun. Kebugaran jasmani merupaka indikator kesehatan yang penting untuk remaja karena dapat memprediksi dampak kesehatan dan berhubungan dengan peningkatan derajat kesehatan. Persen lemak tubuh yang berlebih dan asupan zat besi yang kurang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebugaran jasmani pada remaja. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan persen lemak tubuh dan asupan zat besi dengan kebugaran jasmani pada remaja di SMK Widya Praja Ungaran. Metode : Jenis penelitian ini merupakan studi kolerasi menggunakan pendekatan cross sectional di SMK Widya Praja Ungaran. Sampel sebanyak 122 siswa diambil dengan metode total sampling. Persen lemak tubuh di ukur dengan menggunakan BIA Hand to Foot electrode, asupan zat besi menggunakan FFQ semikuantitatif. Kebugaran jasmani di ukur dengan menggunakan Multistage Fitness Test. Analisis data dengan menggunakan uji kolerasi Spearman Rank (α = 0,05). Hasil : Rerata persen lemak tubuh responden 19,73% ± 7,28%. Rerata asupan zat besi resonden dibandingkan dengan kebutuhan sehari sebesar 47,27%, ± 31,49%. Rerata kebugaran jasmani responden 26,74 ml/kg/menit ± 6,0 ml/kg/menit. Terdapat hubungan persen lemak tubuh dan asupan zat besi dengan kebugaran jasmani (p=0,0001, p=0,0001) Simpulan : Ada hubungan persen lemak tubuh dan asupan zat besi dengan kebugaran jasmani pada remaja di SMK Widya Praja Ungaran.
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN ASUPAN ENERGI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PEKERJA LAKI-LAKI DI CV. KAROSERI LAKSANA Maulana, Inna; Mulyasari, Indri; Pontang, Galeh Septiar
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 11 No 26 (2019): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v11i26.52

Abstract

Background: Obesity is one of health problems in workers which affects onwork productivity. Workload and energy intake are factors that affect body mass index. Objectives: To analyzecorrelation between workload and energy intake with body mass indexat male workers in CV. Karoseri Laksana. Methods: Thisresearch used crossectionalapproach. The population of this research was all of production workers at CV. Karoseri Laksana. The samplewere 98 male workers by using random sampling method. Body Mass Index was calculated by dividingweight (kg) for height (m2), work load was measured by using 10 pulse method, energy intake was measured by using food24hoursrecallmethod.The test analysis usedkendall tautest(α = 0,05). Result: 68 workers(69,4%)were mild workload level, 27 workers (27,6%) were moderate workload, and 3 workers (3,1%) were high workload. Energy intake at workers inadequate 28 workers (28,5%), adequatewas in 62workers(63,2%), and excessivewas in 8 workers (8,16%). There was correlation between workload with body mass index (p=0,025). There was not relation energy intake with body mass index (p=0,157). Conclusion: There is a corelation between workload andbody mass indexon maleworkers at CV. Karoseri Laksana. There is nocorrelation between energy intake and body mass index on male workers at CV. Karoseri Laksana Abstrak : Latar Belakang : Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan pada pekerja yang dapat berpengaruh pada produktivitas kerja. Faktor yang mempengaruhi obesitas antara lain beban kerja dan asupan energi. Tujuan : Mengetahui hubungan antara beban kerja dan asupan energi dengan indeks massa tubuh pada pekerja laki-laki di CV. Karoseri Laksana. Metode : Jenis penelitian ini merupakan studi kolerasi dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi di CV. Karoseri Laksana. Jumlah sampel sebanyak 98 pekerja diambil dengan teknik random sampling. Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan cara pengukuran berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m2 ), beban kerja diukur menggunakan metode 10 denyut, dan asupan energi diukur menggunakan metode recall 24 jam. Uji yang digunakan adalah uji kendall tau(α=0,05). Hasil : Beban kerja kategori ringan 68 orang (69,4%), kategori sedang 27 orang (27,6%), dan kategori berat 3 orang (3,1%). Asupan energi pada pekerja kategori kurang 28 orang (28,5%), kategori baik 62 orang (63,8%), dan kategori lebih 8 orang (8,16%). Ada hubungan antara beban kerja dengan indeks massa tubuh (p=0,02). Tidak ada hubungan asupan energi dengan indeks massa tubuh (p=0,15). Simpulan : Ada hubungan antara beban kerja dengan indeks massa tubuh pada tenaga kerja laki-laki di CV. Karoseri Laksana. Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan indeks massa tubuh pada pekerja laki-laki CV. Karoseri Laksana.
HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA DEWASA MUDA Prihandini, Kurnia Dwi; Purbowati; Mulyasari, Indri
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 11 No 26 (2019): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v11i26.53

Abstract

Background:Body Mass Index (BMI) is widely used as nutritional status indicator in adults. People who can not be measured their actual body weight and height are need other measurements as alternatives. Mid-Upper Arm Circumference (MUAC) is one of indicators that can be used to estimate BMI in adults. Objective :To analyze the correlation between MUAC and BMI in young adults. Method:This research was using correlation study with cross sectional approach.The population of this study was students of Health Sciences and Nursing Faculty of Ngudi Waluyo University aged 19-29 years. 303 samples were taken by disproportionate random sampling method. MUAC was measured using metlineon the supine position and BMI value obtained by body weight (kg) divided by body height (m)squared measured on the standing position. Analysis data was using spearman rho (α = 0,05). Results : The mean of respondents MUAC is 254,00 ± 38,2 mm, with lowest MUAC 186,00 mm and highest 412,00 mm. The mean of respondents BMI is 22,45 ± 4,6kg/m2, with lowest BMI 15,17 kg/m2 and highest 45,63 kg/m2. There is a correlation between MUAC and BMI in young adults (p=0,0001). Conclusion :There is a correlation between MUAC and BMI in young adults. Abstrak : Latar Belakang : Indikator penilaian status gizi pada dewasa dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Namun, pada individu yang tidak dapat diukur tinggi badan dan ditimbang berat badan secara aktual diperlukan indikator lain. Salah satu indikator lain untuk memperkirakan IMT yaitu Lingkar Lengan Atas (LILA) Tujuan : Mengetahui hubungan LILA dengan IMT pada dewasa muda. Metode : Jenis penelitian ini merupakan studi kolerasi menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo yang berusia 19-29 tahun. Sampel sebanyak 303 responden diambil menggunakan metode disproportionate random sampling. LILA di ukur dengan menggunakan metline pada posisi berbaring dan nilai IMT diperoleh dengan berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) kuadrat yang diukur pada posisi berdiri. Analisis data dengan menggunakan uji kolerasi Spearman rho (α = 0,05). Hasil : Rata-rata LILA responden yaitu 254,00 ± 38,2 mm, LILA terendah 186,00 mm dan tertinggi 412,00 mm. Rata-rata IMT responden yaitu 22,45 ± 4,6 kg/m2 . IMT terendah 15,17 kg/m2 dan tertinggi 45,63 kg/m2 . Ada hubungan LILA dengan IMT pada dewasa muda (p=0,0001). Simpulan : Ada hubungan LILA dengan IMT pada dewasa muda
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI AIR PUTIH DENGAN DENYUT NADI PADA TENAGA KERJA PRIA DI CV LAKSANA KAROSERI SEMARANG Sancitawati, Ni Komang Agnes; Mulyasari, Indri; Purbowati
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 11 No 26 (2019): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v11i26.54

Abstract

Background:The workload differences among workers is depend on type and duration of work. Pulse rate is one of indicators of workload. The lack of water intake isone of that increase pulse rate. Objective :To analyze association between water intake and pulse rate, on male workers in CV Laksana Karoseri Semarang. Method:The population of this study was male workers in the production section. The sample 98 respondents taken by Random sampling technique.Data analysis used Spearman Rankcorrelation test(a=0.05).This research was descriptive correlational study with cross sectionalapproach,water intake was measured using recall-24 hours method pulse rate was measured using 10 pulse method. Results:Water intake was 60.2% (59 respondents) were a adequate level of water intake and 39.8% (39 respondents) were less intake.The workload of respondents categorized as non-fatigue is 66.3% (65 respondents), 26.5% (26 respondents), weight 6.1% (6respondents) and very heavy 1.0% (1 respondent).There is no correlation between water intake and pulse rate on male workers in CV Laksana Karoseri Semarang (p= 0,862). Conclusion :There is no correlation between water intake and pulse rate on male workers in CV Laksana Karoseri Semarang. Abstrak : Latar Belakang : Beban pekerjaan pada tenaga kerja berbeda tergantung pada jenis dan lama pekerjaan yang dilakukan, denyut nadi dipakai sebagai indikator untuk mengetahui berat atau ringannya beban kerja pada pekerja. Kurangnya konsumsi air putih menjadi salah satu faktorterjadinya peningkatan denyut nadi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi air putih dengan denyut nadi pada tenaga kerja pria di CV Laksana Karoseri Semarang. Metode: Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pria bagian produksi, Sampel 98 responden diambil dengan teknik Random sampling. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman Rank (a = 0,05). Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional denganmenggunakan pendekatan cross sectional, instrumen penelitian ini adalah menggunakan formulir Recall konsumsi air putih diukur menggunakan metode recall-24 jam dan denyut nadi diukur menggunakan metode 10 denyutan. Hasil: Konsumsi air putih memiliki kategori yang termasuk cukup minum sebanyak 60,2% (59 responden) dan kategori kurang minum sebanyak 39,8% (39 responden). Beban kerja responden yang dikategorikan tidak terjadi kelelahan sebanyak 66,3% (65 responden), sedang 26,5% (26 responden), berat 6,1% (6 responden) dan sangat berat sekali 1,0% (1 responden). Tidak ada hubungan antara konsumsi air putih dengan denyut nadi pada tenaga kerja pria di CV Laksana Karoseri Semarang (p= 0,862). Simpulan :Tidak ada hubungan antara konsumsi air putih dengan denyut nadi pada tenaga kerja pria di CV Laksana Karoseri Semarang.
DAYA TERIMA FORMULA BUBUR INSTAN DARI TEMPE KEDELAI SEBAGAI MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) UNTUK BAYI USIA 6-12 BULAN Rachmawati, Ninda; Pontang, Galeh Septiar; Mulyasari, Indri
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 12 No 27 (2020): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v12i27.55

Abstract

Background:Tempehis one of Indonesia's traditional foods which has high amino acid content and biological value so it can be an alternative MP-ASI for babies. Instant porridge is one of the MP-ASI that can be given because it is practicalin serving. The study aim to find acceptability and analysis of nutrient content in soybean tempeh instant porridge Methods:This research isa pre experimental design research. The population is mothers who have babies aged 6-12 months as many as 40 subjects. The sampling technique uses total sampling. Retrieval of data by testing the level of preference and analysis of nutrient content. Data analysis is presented in the frequency distribution table Results:The highest level of preference for taste(45%), aroma(70%)and texture (70%)in soybean tempe porridge in formula 6 and for the highest level of color(57.5% )likeness in soybean tempe instant porridge in formula 5. The highest acceptance of soy tempe instant porridge in formula 6. Analysis of energy content of 312,55 Kcal, protein 7.5 grams of fat 30 grams, carbohydrates 24.58 grams. Conclusion:Formula 6 is preferred and accepted by the subject. Formula 6 has energy, fat and carbohydrate content that is in accordance with the MP-ASI instant porridge, but the protein content is not in accordance with the MP-ASI instant porridge. Abstrak : Latar Belakang : Tempe merupakan salah satu makanan tradisional khas Indonesia memiliki kandungan protein asam amino dan nilai biologis yang tinggi sehingga dapat menjadi alternaltif MP-ASI untuk bayi. Bubur instan merupakan salah satu MP-ASI yang dapat diberikan karena praktis dalam penyajian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima dan analisis kandungan zat gizi pada bubur instan tempe kedelai Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre experimental design. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sebanyak 40 subjek. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengambilan data dengan uji tingkat kesukaan dan analisis kandungan zat gizi. Analisis data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi Hasil: Tingkat kesukaan tertinggi terhadap rasa (45%), aroma (70%) dan tekstur (70%) pada bubur instan tempe kedelai pada Formula 6 dan untuk tingkat kesukaan warna tertinggi pada bubur instan tempe kedelai pada Formula 5 (57,5%). Daya terima bubur instan tempe kedelai tertinggi pada Formula 6 (42,5%). Hasil analisis kandungan gizi Formula 6 yaitu energi 312,55 Kkal, protein 7,5 gram lemak 30 gram, karbohidrat 24,58 gram Simpulan : Formula 6 lebih disukai dan diterima oleh subjek . Formula 6 memiliki kandungan energi, lemak dan karbohidrat sudah sesuai SNI MP-ASI bubur instan, namun kandungan protein belum sesuai SNI MP-ASI bubur instan.
ESTIMASI TINGGI BADAN MENGGUNAKAN DEMISPAN “MUST EQUATION” PADA LANSIA DI KABUPATEN SEMARANG Anisya, Yolan Fatkhis; Mulyasari, Indri
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 12 No 27 (2020): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v12i27.59

Abstract

Background: Accurate elderly height is relative difficult to measure due to posture problems existence. Demispanmeasurements can be used as an alternative measurementof height in the elderly. Objective: To analyze the difference between estimated height using MUST Equation and actual height in elderly. Method: The study design wasanalytic with a cross-sectional approach. The study was conducted at Posbindu the working area of Ungaran Health Center in April and June 2019 with samples determined using incidental sampling techniques of 50 respondents. Data taken includes height and demispan.Demispan was measured on the right arm.Demispan data is then used to estimate height using fourformulas (A, B, C, D) from MUST Equation. Data analysis used the Bland-Altman test to analyzegood agreement between twomeasurement methods. Results: The mean height of the respondents was 149.07±7.1cm. The mean demispan of respondents was 72.40±3.6cm.The results of the calculation use fourMUST Equation formulaalternative (A), men, height (cm) = 71 + (1.2 x demispan) and women, height (cm) = 67 + (1,2 x demispan) has the smallest difference among four other formulas (5.76±3.1cm). Limit Of Agreement from the estimated height (A) formula that is -0.39 to 11.91, estimated height (B) is -0.44 to 14.01, estimated height (C) is 1.08 to with 13.19 and estimated height (D) is 1.41 to 15.46. Conclusion: There is the difference between estimated height using MUST Equation and actual height in elderly. Abstrak : Latar Belakang: Pengukuran tinggi badan lansia sangat sulit dilakukan mengingat adanya masalah postur tubuh. Pengukuran demispan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengukuran tinggi badan pada lansia. Tujuan: Menganalisis perbedaan estimasi tinggi badan menggunakan demispan MUST Equation dengan tinggi badan aktual pada lansia. Metode Penelitian: Desain penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ungaran pada bulan April dan Juni 2019 dengan sampel yang ditentukan menggunakan teknik incidental sampling sejumlah 50 responden. Data yang diambil meliputi tinggi badan dan demispan. Demispan diukur di lengan kanan. Data demispan kemudian digunakan untuk memperkirakan tinggi badan menggunakan 4 rumus (A,B,C,D) dari MUST Equation. Analisis data menggunakan uji Bland-Altman untuk mengetahui kesepakatan yang baik antara 2 metode pengukuran. Hasil: Rerata tinggi badan responden 149,07±7,1 cm. Rerata demispan responden 72,40±3,6 cm. Hasil dari perhitungan menggunakan 4 rumus MUST Equation, estimasi tinggi badan (A) yaitu laki-laki, Tinggi Badan (cm) = 71 + (1,2 x demispan) dan perempuan, Tinggi Badan (cm) = 67 + (1,2 x demispan) memiliki selisih paling kecil dari tinggi badan aktual dengan mean difference 5,76±3,1 cm. Limit Of Agreement dari rumus estimasi tinggi badan (A) yaitu -0,39 sampai dengan 11,91, estimasi tinggi badan (B) yaitu -0,44 sampai dengan 14,01, estimasi tinggi badan (C) yaitu 1,08 sampai dengan 13,19 dan estimasi tinggi badan (D) yaitu 1,41 sampai dengan 15,46. Simpulan: Ada perbedaan estimasi tinggi badan menggunakan demispan MUST Equation dengan tinggi badan aktual pada lansia.